Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut purnama (2001) seksio Caesaria adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
Pesalinan seksio sesarea kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus.
Sektio Cesarea, atau yang disebut juga melahirkan secara Cesar adalah
tindakan bedah yang dilaksanakan bilamana persalinan normal melalui vagina
menghadapi kendala-kendala medis yang serius baik untuk sang ibu maupun
bayinya. Adapun kendala-kendala medis itu adalah: tidak adanya kemajuan
dalam proses persalinan, pola denyut jantung bayi mengindikasikan
pengurangan ketersediaan oksigen, posisi bayi yang tidak normal, hamil
kembar dua, tiga, dst.), kelainan plasenta, kelainan tali pusat, ukuran bayi
yang terlalu besar, ibu dan/atau bayinya mengalami gangguan kesehatan dan
pernah mengalami sektio sebelumnya, dll.
Pada saat persiapan persalinan, sektio cesarea adalah salah satu
kemungkinan untuk melahirkan sang jabang bayi. Oleh karena itu disarankan
agar ibu-ibu hamil menanyakan kemungkinan persalinan yang akan mereka
alami ke dokter, bidan, klinik dan rumah sakit yang merawat mereka. Penting
untuk calon ibu ini mendapatkan pengertian bahwa kesehatan mereka dan
bayinya adalah yang utama dibandingkan cara atau metode melahirkan si
bayi. Penting juga, untuk mempunyai harapan positif untuk kembali sehat dan
memulai hari indah bersama sang bayi yang baru dilahirkan.
Salah satu indikasi seksio sesaria adalah DKP (Disproporsi Kepala
Panggul) artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan pervaginam secara
normal. Dalam keadaan ini, jika janin masih hidup maka untuk
menyelamatkannya dilakukan seksio cesarea.
B. Ruang Lingkup
1
Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan perianestesi secara komperehensif dengan menggunakan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan, evaluasi serta dokumentasi
keperawatan.
2.
Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian perianestesi pada NY. S dengan
DKP (disproporsi kepala panggul) yang akan dilakukan tindakan
sectio caesaria.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan perianestesi pada NY. S
dengan DKP (disproporsi kepala panggul) yang akan dilakukan
tindakan sectio caesaria
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan perianestesi pada NY. S,
dengan DKP (disproporsi kepala panggul) yang akan dilakukan
tindakan sectio caesaria.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan perianestesi pada NY. S,
dengan DKP (disproporsi kepala panggul) yang akan dilakukan
tindakan sectio caesaria.
e. Mampu mengevalusi tindakan keperawatan perianestesi pada NY. S,
dengan DKP (disproporsi kepala panggul) yang akan dilakukan
tindakan sectio caesaria.
f. Mampu
melaksanakan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
e. Kelainan letak.
b. Gawat janin.
c. Plasenta prepea.
g. Preeklamsi.
h. Hipertensi
3. Komplikasi
a. Pada ibu
komplikasi- komplikasi yang bisa timbul ialah sebagai berikut :
1). Infeksi puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti : kenaikan suhu tubuh
selama beberapa hari dalam masa nifas.
2). Pendarahan
Pendarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang- cabang ateri ulterina ikut terbuka.
Komplikasi lainnya, luka kandung kencing, embolisme paru- paru,.
Suatu komplikasi yang baru yang kemudian tampak, kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri.
b. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, anak yang dilahirkan dengan seksio
sesarea menurut data statistik di negara- negara dengan pengawasan
4
spinal
(intratekal,intradural,subdural,subaraknoid)
ialah
bedah
abdomen
atas
dan
bedah
pediatrik
biasanya
a.
Pasien menolak
Penyakit jantung
g. Hipovolemi ringan
h. Nyeri punggung kronis
4. Teknik
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada
garis tengah ialah osisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan
diatas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit
perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebih dalam 30 menit
pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
a.
b.
d.
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 12% 2-3 ml.
e.
tersebut. Jika
g.
Kemudian
posisi
pasien
diatur
selanjutnya.
5. komplikasi tindakan :
a.
hipotensi berat
pada
posisi
operasi/tindakan
2)
Efek samping :
8
4)
5)
Penyimpanan
Suntikan; suhu kamar (150 300c) larutan yang
mengandung epinefrin harus terlindungi dari cahaya.
6)
Farmakologi
Anestesi lokal amino amida ini menstabilisasi membran neuron
dengan menginhibisi perubahan ionic terus menerus yang
diperlukan untuk memulai dan menghantarkan inpuls. Kemajuan
anesthesia
berhubungan
dengan
diameter,
mielinisasi,
dan
Farmakokinetik
Efek Puncak : Infiltrasi dan epidural, 30-45 menit; spinal. 15 menit
Lama Aksi : infiltrasi/epidural/spinal, 200-400 menit (diperpanjang
dengan epinefrin); intrapleura, 12-48 jam.
10
dapat
mengantagonis
efek
emetic
serum
dapat
berubah
pada
pemberian
bersama
fenitoin,fenobarbital,dan rifamfisin.
12) Pedoman/Peringatan
Ondansetron tidak menstimulasi peristalsis lambung atau usus.
Tidak boleh digunakan pada pemakaian pipa nasogastrik.Seperti
antiemetic lain, penggunaan ondansetron pada pembedahan perut
dapat menutupi adanya suatu ileus progresif dan atau distensi
lambung.
13) Reaksi Samping Utama
Kardiovaskuler : Hipotensi, bradikardia, takikardia, angina, blok
jantung tingkat dua.
Pulmoner : Bronkospasme, sesak napas.
SSP : Reaksi ekstrapiramidal, kejang.
GI : Konstipasi, gangguan fungsi hati.
Lain : Penglihatan kabur,hipokalemia, nyeri, dan kemerahan pada
tempat suntikan. (Tambayong,2001)
11
dari
bradikardia
sinus/CPR,
pramedikasi
dosis
maksimun 40 ug/kg
Suntikan : 0,05 mg/ml, 0,1 mg/ml, 0,4 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,8
mg/ml, 1 mg/ml.
5) Farmakologi
Atropin secara kompetisi mengantagonisir aksi asetilkolin pada
reseptor muskarinik.Menurunkan sekresi saliva, bronkus, dan
lambung,dan merelaksasi otot polos bronkus.Tonus dan motilitas
gastrointestinal berkurang. Tekanan sfingter esophagus bagian
bawah berkurang dan tekanan introkuler (IOP) meningkat (karena
dilatasi
pupil).Dalam
dosis
pramedikasi,peningkatan
IOP
yang
ini
digunakan
secara
klinis
untuk
tidak
antikolinergik
aditif
dengan
antikolinisterase;dan
13
simpatomimetik
metoklopiramid;dapat
menimbulkan
sidrom
antikolinergik
sentral
( halusinasi,delirium,koma )
8) Pedoman/Peringatan
a) Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan takiaritmia,
gagal jantung kongestif (CHF ),iskemia miokard akut dan
infark,demam, refluks esophagus,infeksi GI.
b) Kontra indikasi pada pasien dengan glukoma
sudut
dengan
sedasi
(benzodiazepine)
dan
pemberian fisostigmin.
Bayi, anak kecil, dan pasien manula lebih rentang terhadap
efek sistemik atropin, contohnya nadi yang cepat dan tak
teratur,demam, eksitasi, agitasi.
rendah ),palpitasi.
Pulmoner : Depresi pernafasan
SSP : Kebingungan, halusinasi, kegugupan.
GU : Keraguan urinarius,retensi
GI : Refluks gastroesopagus
Mata : Midriasis,penglihatan kabur,peningkatan tekanan
intraokuler.
g) Dermatologik : Urtikaria
h) Lain : Keringat berkurang, reaksi alergi. (Tambayong,2001)
d. Ketorolak
1) Indikasi.
14
steroid
lain,
kardiovaskuler,
tukak
diathesis
lambung
aktif,
hemorhargia,
diduga
termasuk
penyakit
gangguan
Penggunaan
Vasopresor, bronchodilator
2)
Dosis
Iv : 2-20 mg (100-200 ug/kg)
Im : 25-50 mg
PO : 25-50 mg setiap 3-4 jam
3)
Eliminasi
Hati dan ginjal
4)
Kemasan
Suntikan 25 mg/ml, 50 mg/ml
Kapsul 25 mg dan 50 mg
5)
Penyimpanan
15
Farmakologi
Obat ini merupakan obat simpatomimetik non katokolamin dengan
campuran aksi langsung dan tidak langsung. Efedrin meningkatkan
curah jantung dan nadi melalui stimulasi adrenergic alfa dan beta.
Meningkatkan aliran darah koroner dan skelet dan menimbulkan
bronkodilatasi
melalui
stimulasi
reseptor
beta-2.
Efedrin
Farmakokinetk
Awitan aksi
8)
Efek puncak
Lama aksi
Interaksi/toksisitas
Peningkatan dengan resiko aritmia dengan obat anestetik volatil
dipotensi oleh antidepresi trisiklik, meningkatkan MAC anestetik
volatile
9)
Pedoman/peringatan
a) Dapat timbul toleransi,tetapi penghentian obat untuk sementara
memulihkan efektifitas semula
b) Gunakan dengan hati-hati pada pasien hipertensi dan penyakit
jantung iskemik
c) Mempunyai efek yang tidak dapat diramalkan pada pasien
dimana katekolamin endogen terdepresi
d) Dapat menimbulkan suatu tingkat stimulasi SSP yang tidak
dapat diterima yang menimbulkan insomnia.
Kardiovaskuler
: hipertensi,tachicardi,aritmia
Pulmoner
: edema paru
SSP
: ansietas, tremor
Metabolik
: hiperglikemi,hiperkalemi
sementara kemudian
hipokalemi
Dermatologi
Efek puncak
17
Lama aksi
36-54 jam
6) Interaksi/toksisitas
Bersihan ditingkatkan oleh fenitoin, efedrin, rimfampin, respon
yang berubah terhadap anti koagulan , meningkatkan akan
kebutuhan insulin , berinteraksi dengan obat antikolinesterase
(neostigmin) untuk menghasilkan kelemahan yang berat pada
pasien
dengan
miastenia
gravis,efek
boros
kalium
yang
peningkatan
resiko
perdarahan
hidup atau
GI
dengan
adrenokortikal
ditimbulkan
pada
penarikan
hati-hati
kecendrungan
pada
pasien
tromboembolik,
dengan
hipertensi,CHF,
hipotiroidisme,
serosis,
: aritmia,hipertensi,gagal jantung
kongestif pada paien yang rentan
SSP
: kejang,peningkatan ntracranial,psikosis
steroid
Metabolik
kalium
Endokrin
Muskuloskeletal
miopati,kelemahan,osteoporosis.
(Abdi,
efektif
pada
antispasmodiknya
nyeri
lebih
neurophatik,
efek
vagolitik
dan
hipotensi
yang akan dilakukan tindakan sectio caesaria, maka sangat diperlukan peran
serta perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan perianestesi secara
komprehensif dengan mengunakan proses keperawatan yang meliputi:
(1)Pengkajian, (2) Perumusan diagnosa, (3) Perencanaan dan pelaksanan
tindakan, (4) Evaluasi, serta dokumentasi keperawatan. (Doengoes, Marllyn,
1999).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.
PREANESTESI
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
: Ny. F
: 34 Tahun
: Perempuan
: Wirosaban
: Islam
20
Suku / Bangsa
Status
No CM
Diagnose Medis
: Jawa / Indonesia
: Menikah
: 63-27-82
: DKP (Disproporsi Kepala
Panggul)
: 16 November 2016
: 17 November 2016
: Sectio Caesaria
: ASA II
Tanggal MRS
Tanggal operasi
Jenis operasi
Status fisik
Penanggung jawab
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Hub dengan pasien
Pekerjaan
2.
: Tn. Y
: 40 tahun
: Laki-laki
: Wirosaban
: Suami
: Swasta
STATUS KESEHATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarga ke RSST Klaten pada tanggal 17
Juni 2016 jam 15.30 WIB dengan G2 P1 A0, umur kehamilan
37 minggu,perut sering terasa kencang,keluar cairan dari jalan
lahir sejak 1 jam sebelum masuk RS. Rencana dilakukan
operasi sectio caesaria pada tanggal 17 Juni 2016.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien belum pernah dirawat di RS. Pasien tidak dijumpai adanya
riwayat penyakit kardiovaskuler,respirasi,endokrin,neurologi,dan
alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada mempunyai
penyakit
c)
Aktivitas
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas sehari-hari
dirumah mandiri. Setelah sakit
dibantu keluarga.
d) Eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB 1 kali sehari konsistensi lunak
warna kuning, BAK 4-5 kali sehari, warna kuning jernih, bau
khas. Setelah sakit pasien BAB 1 kali sehari, lunak, warna
kuning, BAK dipasang kateter.
3.
PEMERIKSAAN FISIK
a. KU
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
: TD : 130/80, N : 86x/mnt, RR : 20x/mnt
Suhu
: 370 C.
BB
: 60 Kg
TB
: 157 Cm
b. Kepala
:
Bentuk mesocepal, rambut bersih, wajah simetris, konjutiva tak
anemi, sclera tak icteric, hidung tak ada polip.
c. Mulut
:
Bersih tidak memakai gigi palsu, tidak ada gigi yang
bergoyang,ompong dan tidak ada kesukaran dalam membuka
mulut, malampati grade II, mempunyai rahang yang besar, batuk
(-),pilek (-).
d. Leher
:
Tak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak dijumpai leher pendek.
e. Dada
:
Bentuk dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak antara yang
sebelah kanan dan kiri, tidak ada benjoalan tulang costa saat
pasien bernafas.
f. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
h. Jantung
i. Paru
j. Exteriminitas
Atas
Bawah
4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Persiapan laboraturium, tanggal 17 Juni 2016
Hemoligi
5.
Hasil
Normal
Hb
10,0 gr %
13 18 gr %
Leukosit
9,8.103/mmk
5 11.103/mmk
Trombosit
229mm2
150 450mm2
CT
1 6 menit
BT
5 15 menit
Gol. Darah
HbSAg
Negatif
Natrium
143,1 mmol/l
135-148 mmol/l
Kalium
3,15mmol/l
3,5-5,3 mmol/l
Clorida
114,5mmol/l
PERSIAPAN ANESTESI
a. Pasien puasa 6 8 jam sebelum operasi
b. Informed consent tindakan medis dan anestesi.
c. Memakai baju khusus didalam OK
d. Persiapan alat :
1. Jarum spinal no. 27
1 buah
2. Sarung tangan steril
1 pasang
3. Spuit 5 cc
1 buah
4. Bethadine
Secukupnya
5. Kasa steril
2 buah
23
98-107 mmol/l
DATA
PROBLEM
24
ETIOLOGI
DS
berkenaan
dengan
pembiusan
tindakan
operasi
Cemas
Kurang informasi
tentang prosedur
tindakan yang akan
dan
dilakukan(aestesi
sectio
dan pembedahan)
caesaria
DO : pasien tampak gelisah
TD : 130/80 mmHg
N
: 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu :37 0C
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan (anestesi dan pembedahan) ditandai
dengan :
DS : pasien mengatakan takut dengan tindakan yang akan dilakukan
berkenaan dengan pembiusan dan tindakan operasi sectio caesaria
DO : pasien tampak gelisah
25
TD : 130/80 mmHg
N
: 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu :37 0C
26
DIAGNOSA
Cemas
berhubungan
dengan kurang
informasi
tentang
prosedur
tindakan yang
akan
dilakukan
(anestesi dan
pembedahan)
TUJUAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
27
EVALUASI
S : Pasien mengatakan
siap untuk dilakukan
pembedahan dan
anestesi.
O: Pasien tampak tenang
dan kooperatif
A : masalah teratasi
P: Intervensi
dipertahankan
28
II. INTRAANESTESI
A. PENGKAJIAN
Persiapan Anestesi
Perawat anestesi harus mengetahui prosedur dan persiapan alat
anestesi yang digunakan pada tindakan operasi Sectio caesaria,
dalam hal ini persiapan yang dilakukan adalah
a. Persiapan alat :
1. Jarum spinal no. 27
1 buah
2. Sarung tangan steril
1 pasang
3. Spoit 5 cc
1 buah
4. Bethadine
Secukupnya
5. Kasa steril
2 buah
6. Nasal canul oxygen
1 buah
7. Mesin monitor
1 buah
8. Mesin anestesi
1 buah
9. Intubasi set
1 set
10. Sumber gas O2
b.
Persiapan obat :
1. Obat spinal anestesi (bupivacain 0,5%)
1 ampul
2. Obat vasopressure
(ephedrin)
1 ampul
3. Aqua for injection
1 fls
4. Cairan infus kristaloid
2 fls
5. Cairan infus koloid
1 fls
6. Obat anti muntah (ondansetron)
1 ampul
7. Analgetik nonnarkotik (ketorolak)
1 ampul
8. Obat anti kolinergik (SA)
2 ampul
9. Obat induksi(recofol)
10. Obat sedasi (midazolam)
11. Obat Muscle Relaksan (roculax)
12. Obat cortikosteroid (dexamethason) : 2 ampul
13. Obat narkotik
(pethidin)
: 1 ampul
c.
Persiapan Pasien
1. Pasien dibaringkan dalam posisi supinasi dan pasang
monitor vital sign.
2. Pasang infus dengan jarum intra vena cateter no. 18.
3. Pasang kateter
4. Posisikan pasien untuk tindakan anestesi spinal dengan
d.
posisi duduk
Prosedur Anestesi spinal
29
1.
2.
dada..
Identifikasi space antara L4 dan L5 sejajar dengan SIAS,
3.
4.
5.
6.
7.
spinal
Tusukan jarum spinal antara spice L3 dan L4 sampai
8.
9.
kerongga spinal
Setelah yakin tarik mandrin sampai keluar cairan lumbal
Pasang spoit kejarum spinal diaspirasi untuk melihat cairan
Evaluasi
a)
Operasi berjalan lancar
b)
Tim operasi tetap menjaga kesterilan
c)
dan keamanan
pasien
Selama operasi :
1) Tekanan darah dan nadi dimonitor tiap lima menit
sekali :
- Lima menit I
:
90/68 mmHg, Nadi 67 x/menit SpO2 100%
Lima menit II
:
100/75 mmHg, Nadi 75 x/menit SpO2 100%
- Lima menit III
:
110/85 mmHg, Nadi 74 x/menit SpO2 98%
- Lima menit IV
:
110/80 mmHg, Nadi 65 x/menit, SpO2 98%
- Lima menit V
:
110/72 mmHg, Nadi 64x/menit SpO2 99%
- Lima menit VI
:
107/60 mmHg, Nadi 60 x/menit SpO2 98%
2) Respirasi Rate 12 18 x / menit
3) Perdarahan selama operasi 300 cc
30
4)
5)
6)
7)
8)
9)
B. ANALISA DATA
NO
1.
DATA
DS :
- pasien menyatakan
pusing
DO :
- nadi kecil
- respirasi 12 x/mnt
- SpO2 : 100 %
- TD : 90/68 mmHg
ETIOLOGI
PROBLEM
Resiko
(Bupivakain 0,5%
hipovolemik
syok
15 mg)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan efek obat anestesi
(Bupivakain 0,5% 15 mg).
31
Tujuan dan
kriteria hasil
Setelah dilakukan
tindakan perawatan,
syok hipovolemik
tidak terjadi dan
sirkulasi
efektif,
dengan kriteria:
- tekanan
darah
sistolik,diastolik
d.b.n
- distensi
vena
leher
tidak
terjadi
- pasien
menyatakan
tidak pusing
- denyut
nadi
perifer kuat dan
teratur
Intervensi
implementasi
Evaluasi
1. Mengatur
posisi
pasien
dengan
memberi bantal pada
kepala pasien.
2. Mengkaji
tekanan
darah,
adanya
sianosis, dan status
pernafasan
3. Memberikan oksigen
3 lpm
4. Mengevaluasi respon
pasien
terhadap
pemberian oksigen
5. Menghitung
kebutuhan
cairan
pasien;
MO
: 120 ml
PP
: 960 ml
SO
: 480 ml
1 jam I : 1080 ml
S : Pasien
mengatakan
tidak pusing.
O:
- distensi vena
leher tidak
terjadi
- denyut nadi
perifer kuat
dan teratur
- TD: 110/85
mmHg
A : masalah teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
6. Berkolaborasi dengan
dokter
tentang
32
pemberian
cairan
koloid (HES) 500 ml
dan inj. Ephedrin 10
mg/iv
33
6) Skala Bromage
- Gerakan penuh dari tungkai
- Tidak mampu mengekstensi tungkai
- Tidak mampu memfleksi lutut
- Tidak mampu memfleksi pergelangan kaki
Pasien masih dalam skala 3
0
1
2
3
B. ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
34
Problem
DS :
- Pasien mengatakan
Efek sekunder
obat spinal
Gangguan
pemenuhan
anestesi
berat
DO :
Post op.sc
Pasien belum mampu
mobilitas fisik
memfleksi
pergelangan kaki
Bromage score 3
Pernafasan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pemenuhan mobilitas fisik b/d efek sekunder obat anestesi
spinal di tandai dengan :
DS :
Post op.sc
Pasien belum mampu memfleksi pergelangan kaki
Bromage score 3
Pernafasan
DO :
35
Tujuan
3
Setelah dilakukan
17 Nov
Asuhan Keperawatan
2016
diharapkan pasien
DS :
mampu
Pasien mengatakan
menggerakkan
berat
bertahap dengan
Tidak ada
untuk menggerakkan
neuoropati
Mampu
tungkai bawah
Tidak mampu fleksi
pergelangan kaki
Bromage Score : 3
pergerakan (ROM)
3. Lakukan Penilaian
Bromage score
4. Pindahkan pasien
keruangan
5. Motivasi pasien
untuk melakukan
kriteria
DO :
Intervensi
4
1. Atur posisi pasien
2. Ajarkan proses
menggerakka
n tungkai
pergerakan
6. Berkolaborasi
dengan dr untuk
pemberian
regimen terapeutik
Implementasi
5
1. Mengatur posisi pasien
S:
bawah
Evaluasi
6
Pasien mengatakan
kaki masih terasa berat
O:
A:
Intervensi tetap
dipertahankan
Instruksikan ke perawat
P:
ruangan
melanjutkan/memodifi
kasi intervensi untuk
pemulihan
36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pemaparan dalam laporan ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim. Pesalinan seksio sesarea kelahiran bayi
melalui abdomen dan insisi uterus (kapita selekta kedokteran, 2001). Dalam
memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien khususnya pada kasus pasien
DKP (Disproporsi Kepala Panggul) yang dilakukan tindakan Secsio Caesar,
petugas/perawat anestesi selaku pemberi pelayanan yang baik, harus dapat
melaksanakan asuhan keperawatan perianestesi secara komprehensif dengan
mengunakan proses perawatan yang meliputi: (1) pengkajian, (2)perumusan
diagnose, (3)perencanaan dan pelaksanaan tindakan, (4)evaluasi serta
dokumentasi keperawatan.
B. SARAN
Bagi perawat anestesi
Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai petugas anestesi
diharapkan selalu menerapkan Asuhan Keperawatan Perianestesi (Pre, Intra
dan Post Anestesi) secara Komprehensif agar pasien mendapatkan pelayanaan
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
37
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
38
November 2016
Penulis
LEMBARAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PERIOPERATIF DENGAN DKP
(DISPROPORSI KEPALA PANGGUL) PADA NY. S YANG DILAKUKAN
TINDAKAN SECTIO CAESARIA TEKNIK REGIONAL ANESTESI
DI IBS RSUD KOTA YOGYAKARTA
39
Oleh :
MAIRIZAL M.NUR (PO7120215058)
November 2016
oleh :
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Lapangan
40
OLEH :
MAIRIZAL M.NUR
41