Vous êtes sur la page 1sur 19

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Nama
:
Stambuk
:
Judul Laporan Kasus :

Hizbah Muslihah Hamid


10542 0288 11
Gangguan Cemas Pada Orang Dengan Hiv-Aids

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Psikiatri Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar,
Juni 2016
Pembimbing:

dr. Hj. Novry R.H.B, Sp.KJ

LAPORAN KASUS
I.

RIWAYAT PSIKIATRI
Tanggal Pemeriksaan : 14-06-2016
I.1.

Data Identifikasi
Nama

: Tn. Ikbal

Umur

: 27 Tahun

TTL

: 16 Oktober 1989

Jenis Kelamin

: laki-laki ()

Pekerjaan

: wiraswasta

Alamat

:Jl.Tinumbu

149,

RT/RW

001/001,

kel.

Bontoala, Kec. Tallo

I.2.

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Status Pernikahan

: Sudah menikah

Keluhan Utama
Cemas

I.3.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki dikonsul kebagian Jiwa RS Tk.II Pelamonia
dengan keluhan cemas yang dialami sejak 1 minggu yang lalu.
Cemas dialami sepanjang hari, menetap dan tidak datang - datangan.
Ketika cemas, kadang jantung pasien berdebar-debar, disertai keringat
dingin. Keluhan cemas pasien ini tidak berhubungan dengan tempat
atau keadaan tertentu. Pasien juga tidak punya ketakutan pada suatu
objek atau situasi tertentu. Pasien menyangkal adanya trauma berat
yang menyebabkan keluhan cemas ini muncul, tapi menurut Pasien
perasaan cemas ini dirasakan sejak 1 minggu yang lalu setelah pasien
2

mengetahui tentang penyakit HIV-AIDS yang dideritanya, pasien juga


mengatakan takut ditinggal oleh istrinya dan dipisahkan dari anaknya.
Pasien juga cenderung sering marah dan emosinya tidak terkontrol.
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
dan belum pernah mendapat terapi anti cemas. Pasien mengakui
pernah mengonsumsi rokok sampai 3 bungkus perhari, sering
mengkonsumsi alkohol dan gonta-ganti pasangan. Pasien juga
mengatakan sulit untuk tidur dan membaik setelah minum obat. Nafsu
makan baik dan

mengatakan sangat ingin pulang ke rumahnya.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-).


Hendaya / Disfungsi :

Hendaya sosial

: (+)

Hendaya pekerjaan

: (+)

Hendaya waktu senggang

: (+)

Faktor stressor psikososial :


Masalah dengan primary support group (keluarga) yaitu pasien
takut ditinggal oleh istrinya dan dipisahkan dari anaknya.

I.4.

Riwayat Gangguan Sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dulu


Trauma

(-)

Infeksi

(+)

Kejang

(-)

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :


Merokok

(+) s/d 3 bungkus/hari

Alkohol

(+)

Obat - obatan (-)


I.5.

Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya


Belum pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan yang sama

I.6.

Riwayat Kehidupan Pribadi


a. Riwayat prenatal dan perinatal
Lahir normal di rumah dan dibantu oleh bidan
b. Masa Kanak Awal (1 s/d usia 3 tahun)
Interaksi ibu dan anak baik selama pemberian makan, latihan
buang air (toilet training) baik. Pertumbuhan dan perkembangan
normal sesuai usianya
c. Masa Kanak Pertengahan ( 3 11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan normal seperti teman seusianya.
d. Masa Kanak Akhir (Pubertas s/d remaja)
Pertumbuhan dan perkembangan normal seperti teman seusianya.
Pasien

memiliki

banyak

teman

dan

memiliki

hubungan

pertemanan yang baik.


e. Masa Dewasa

Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang pekerja wiraswasta

Riwayat Perkawinan
Sudah menikah dan memiliki anak

Riwayat Militer
Tidak ada

Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir SMA

Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Islam dan tidak rutin melaksanakan ibadah
keagamaannya

Riwayat Aktivitas Sosial


Pasien adalah orang yang mudah bergaul dan punya banyak
teman
4

Situasi hidup sekarang


Pasien tinggal bersama istri, dan anaknya

Riwayat Hukum
Tidak ada

Riwayat Psikoseksual
Pasien sering bergonta-ganti pasangan

Riwayat Keluarga
Merupakan anak ke I dari 8 bersaudara ((),,,,,,,)
Hubungan dengan keluarga baik
Tidak ada keluarga yang memiliki gangguan yang sama

Mimpi, khayalan dan nilai hidup


Ingin hidup tenang, dan Pasien merasa ingin cepat keluar dari
rumah

sakit

karena

takut

istri

dan

anaknya

pergi

meninggalkannya.
II.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


II.1.

Gambaran Umum

Penampilan
Seorang laki-laki memakai baju berwarna merah, celana jeans
berwarna hitam, Pakaian rapi dan warna pakaian tampak serasi.
Pasien tampak lemas. Dahi berkeringat. Wajah sesuai umur.
Perawatan diri baik.

Kesadaran
Tidak Terganggu

Perilaku dan aktivitas Psikomotor


Tenang

Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif
II.2.

Keadaan afektif

Mood

: Eutimia

Afek

: Sesuai cemas

Keserasian

: Serasi

Empati

: Dapat dirabarasakan

II.3.

Verbalisasi

: Gaya bicara spontan dan logis

II.4.

Fungsi Intelektual (Kognitif)

1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai


2) Orientasi
Waktu

Tempat

Orang

: Baik
: Baik
: Baik

3) Daya ingat

Jangka Panjang

: Baik

Jangka Sedang

: Baik

Jangka Pendek

: Baik

4) Konsentrasi dan Perhatian

: Baik

5) Pikiran Abstrak

: Baik

6) Bakat Kreatif

: Sepak bola

7) Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Baik


II.5.

Gangguan Persepsi

1)

Halusinasi

: Tidak ada

2)

Ilusi

3)

Depersonalisasi

: Tidak ada

4)

Derealisasi

: Tidak ada

: Tidak ada

II.6.

Pikiran

1) Bentuk pikir

: Realistik

2) Arus pikir

: Relevan

3) Isi pikir

: Preokupasi

II.7.

Pengendalian Impuls : Tidak Terganggu

II.8.

Daya Nilai dan Tilikan

Norma sosial

: Baik

Uji daya nilai

: Baik

Penilaian realitas : Baik

Tilikan

: Tilikan 6, yaitu Pasien menyadari sepenuhnya tentang

situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan


II.9.
III.

Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUTAN


Status Internus

Keluhan Utama

: Batuk

Tanda Vital :

Tekanan darah

: 100/80 mmHg

Nadi

: 100 x/menit

Pernafasan

: 26 x/ menit

Suhu

: 37 C

Pemeriksaan Fisik :

Kepala

: Konjungtiva anemis (-/-)

Thorax

: Bunyi pernapasan vesikuler, Rh (+/+), Wh (-/-)

Cor

: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),

HR 100 x/ menit (palpitasi)

Abdomen

: Inspeksi normal, Organomegali (-), Nyeri

tekan (-), Peristaltik (+) normal

Extremitas

: Tangan dan kaki hiperhidrosis

Laboratorium : Rapid test HIV (+), Sputum: BTA (+)


Radiologi

: foto Thorax (TB +)

Status Neurologis

: GCS E4M6V5(Compos mentis), pupil isokor 2,5


mm/2,5mm, Refleks Patologis (-) pada keempat
ekstremitas, sensorik dan motorik dalam batas normal.

IV.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien laki-laki dikonsul kebagian Jiwa RS Tk.II Pelamonia dengan
keluhan cemas yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Cemas dialami
sepanjang hari, menetap dan tidak datang - datangan. Ketika cemas kadang
jantung pasien berdebar-debar, disertai keringat dingin.

Keluhan cemas

pasien ini tidak berhubungan dengan tempat atau keadaan tertentu. Pasien
juga tidak punya ketakutan pada suatu objek atau situasi tertentu. Pasien
menyangkal adanya trauma berat yang menyebabkan keluhan cemas ini
muncul, tapi menurut Pasien perasaan cemas ini dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu setelah pasien mengetahui tentang penyakit HIV-AIDS yang
dideritanya, pasien juga mengatakan takut ditinggal oleh istrinya dan
dipisahkan dari anaknya. Pasien juga cenderung sering marah dan emosinya
tidak terkontrol. Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya dan belum pernah mendapat terapi anti cemas. Pasien mengakui

pernah mengonsumsi rokok sampai 3 bungkus perhari, sering mengkonsumsi


alkohol dan gonta-ganti pasangan. Pasien juga mengatakan sulit untuk tidur
dan membaik setelah minum obat. Nafsu makan baik dan mengatakan sangat
ingin pulang ke rumahnya. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-).
Hendaya / Disfungsi :
Hendaya sosial

: (+)

Hendaya pekerjaan

: (+)

Hendaya waktu senggang

: (+)

Riwayat Penyakit Dulu: Infeksi (+)

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif : Merokok (+) s/d 3 bungkus/hari,


Alkohol (+)

Riwayat psikoseksual: pasien mengakui sering bermain perempuan


(gonta-ganti pasangan).
Seorang laki-laki memakai baju berwarna merah, celana jeans berwarna

hitam, Pakaian rapi dan warna pakaian tampak serasi. Pasien tampak lemas.
Dahi berkeringat. Wajah sesuai umur. Perawatan diri baik.
Kesadaran tidak terganggu. Pasien tampak tenang dan kooperatif saat
autoanamnesis.
Keadaan afektif pasien dalam hal ini mood eutimia, afek sesuai cemas,
keserasian serasi, empati dapat dirabarasakan. Gaya bicara spontan dan logis.
Fungsi intelektual baik.
Gangguan persepsi pasien tidak ada. Bentuk pikir realistik, Arus pikir
relevan. Gangguan Isi pikir berupa preokupasi. Norma sosial, uji daya nilai
dan penilaian realitas baik. Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Taraf dapat dipercaya.

V.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (BERDASARKAN PPDGJ III)


AKSIS 1
Berdasarkan autoanamnesis didapatkan adanya gejala klinis bermakna
dimana pasien dikonsul dengan keluhan cemas yang dialami sepanjang hari.
Hal ini menimbulkan penderitaan yang bermakna pada pasien dan
keluarganya, juga mengakibatkan hendaya sehingga dikatakan gangguan
jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya dalam menilai
realita sehingga digolongkan gangguan jiwa non-psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelaianan
yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan
otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan. Sehingga pasien ini
didiagnosis sebagai gangguan jiwa non-psikotik non-organik.
Berdasarkan autoanamnesis dan penilaian status mental keluhan cemas
tidak didahului oleh adanya suatu penggunaan zat sehingga Gangguan cemas
akibat penggunaan zat dapat disingkirkan. Cemas dialami sepanjang hari dan
tidak ada serangan cemas yang datang datangan sampai menyebabkan
pasien merasa sesak, nyeri dada atau seperti mau mati, sehingga gangguan
panik dapat disingkirkan.
Cemas tidak berhubungan dengan suatu keadaan atau objek tertentu,
sehingga gangguan anxietas fobik dapat disingkirkan. Gejala cemas tidak
disertai perilaku obsesif - kompulsif yang tidak menyenangkan sehingga
Gangguan Obsesif Kompulsif dapat disingkirkan.
Tidak ada peristiwa traumatik sebelumnya yang terjadi dan pasien tidak
pernah merasakan kilas balik (flashback) akan suatu kejadian tertentu yang
mencetuskan cemas, sehingga Gangguan Stress Pasca Trauma dapat
disingkirkan. Sebenarnya pasien dapat mengarah pada Gangguan Penyesuaian
dengan cemas, karena cemas ini dicetuskan oleh perasaan takut akan keadaan
10

baru yaitu harus menderita penyakit yang berat dan harus kehilangan istri dan
anaknya, tapi berdasarkan criteria cemas yang dialami onsetnya terjadi dalam
1 bulan setelah terjadinya kejadian stressful, sedangkan pasien sudah
mengalami keluhan ini sesaat setelah mengetahui diagnosa serta sikap istrinya
terhadapnya, sehingga gangguan ini juga dapat disingkirkan.
Pada kasus ini, cemas dialami sepanjang hari, dan tidak terbatas pada
situasi tertentu (free floating), disertai oleh khawatir akan nasib buruk, takut
kehilangan, overaktivitas otonom dimana jantung berdebar, serta keringat
dingin. Oleh karena keluhan cemas sangat mendominan sehingga berdasarkan
PPDGJ III, didiagnosis sebagai Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
AKSIS II

: Dari hasil autoanamnesis dan pemeriksaan status mental,

didapatkan ciri kepribadian yang mengarah ke salah satu gangguan


kepribadian, yaitu gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.3).
AKSIS III

: Gangguan fisik penyebab gangguan jiwa : HIV-AIDS + TB

Paru
AKSIS IV

: Masalah dengan primary support group (keluarga), yaitu

pasien takut ditinggal oleh istrinya dan dipisahkan dari anaknya.


AKSIS V

: GAF Scale 70 - 61 : Beberapa gejala ringan & menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.


VI.

DIAGNOSIS BANDING
1) Gangguan cemas akibat zat
2) Gangguan panik
3) Gangguan anxietas fobik
4) Gangguan obsesif kompulsif
5) Gangguan stress pasca trauma
6) Gangguan penyesuaian dengan cemas
7) Gangguan campuran anxietas dan depresi

11

VII.

PROGNOSIS
Dubia ad malam
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan yang bersifat kronis.
Sekitar 25% pasien akan mengalami gangguan panik.

VIII. RENCANA TERAPI


1) Psikofarmaka

Alprazolam tab 0,5 mg 2 x 1

2) Psikoterapi

Terapi Kognitif - Perilaku


Jenis psikoterapi yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku pasien
dengan cara mengubah pikiran kognitif irasional yang menyebabkan
respons perilaku maladaptif
Konseling
Memberikan masukan dan penjelasan kepada keluarga pasien dan
orang-orang terdekat pasien serta lingkungannya tentang keadaan yang
dialami pasien, sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan
yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan pasien serta
melakukan kunjungan berkala.
IX.

DISKUSI
Aspek Psikiatri Pada ODHA
a. Demensia Terkait HIV (F02.4)
Diagnosis demensia akibat penyakit HIV apabila terdapat
demensia yang dianggap merupakan konsekuensi patofisiologi
langsung penyakit HIV. Meski demensia yang disebabkan HIV
ditemukan pada sebagian besar pasien yang terinfeksi HIV harus
12

dipertimbangkan pula kausa lain demensia pada pasien ini. Kausa


tersebut meliputi infeksi SSP, neoplasma SSP, respin simpang SSP
oleh obat. Munculnya demensia, merupakan tanda prognostik buruk
dan 50 sampai 75 persen pasien dengan demensia meninggal dunia
dalam waktu 6 bulan.
Istilah demensia terkait HIV (HIV associated dementia HAD)
mencakup spektrum luas perwujudanpsikiatri dan neurologi dari
infeksi HIV pada SSP. HAD mencakup berbagai derajat gejala
kognitif,motor, dan perilaku. Pada bagian akhir spektrum yang parah
ini

terdapat

Aids

Demensia

Complex,

satu

kondisi

yang

dapatmengakibatkan kerusakan SSP secara bermakna dan ini


merupakan suatu penyulit yang didefinisikan AIDS.
b. Gangguan Kognitif Ringan
Bentuk keterlibatan otak yang lain yang tidak terlalu parah disebut
gangguan neurokognitif oleh karena HIV, dikenal juga sebagai
ensefalopati. Gangguan ini ditandai dengan hendaya fungsi kognitif
dan penurunan aktivitas sosial. Tidak ada temuan laboratorium yang
spesifik untuk gangguan ini dan hal ini terjadi terlepas dari depresi dan
ansietas.
c. Delirium
Delirium dapat timbul akibat kausa yang sama dengan yang
menyebabkan demensia pada pasien terinfeksi HIV. Pasien AIDS yang
dirawat inap berisiko lebih tinggi untuk mengalami delirium dengan
kejadian 30% sampai 40%. Delirium ditandai dengan adanya
gangguan pada ketajaman dan kesadaran, dan ketidak mampuan untuk
menghadapi rangsangan luar atau berkonsentrasi. Ini bertambah besar
dan melemah, tetapi semua gejala mungkin tidak berubah-ubah secara
serempak. Pasien sering kali memperlihatkan gerak-gerik psikomotor
kegiatan motor berulang tanpa arti seperti mengumpat pada seprai atau
baju atau memainkan peranan atau menanggapi gangguan persepsi.

13

Halusinasi visual dan paranoid, karena disorientasi dan gangguan


siklus tidur-bangun.
d. Gangguan Ansietas
Pasien terinfeksi HIV mungkin mengalami gangguan ansietas jenis
apapun namun, yang paling sering adalah gangguan ansietas
menyeluruh, gangguan stress pasca trauma, dan gangguan obsesif
kompulsif. Reaksi ansietas pada ODHA sering kali mencakup rasa
khawatir yang mendalam, ketakutan, dan prihatin terhadap kesehatan,
masalah somatik, kematian, dan ketidakpastian mengenai penyakitnya.
Reaksi ini kerap kali mengarah kepada sulit tidur dan berkonsentrasi
dan meningkatnya keluhan somatik. Lebih sering terjadi pada saat
diagnosis dan selama pengobatan baru atau penyakit akut. Penanganan
tergantung pada luas dan sifat penyakit tertentu dan gejala yang
diperlihatkan. Psikoterapi sering kali cukup membantu, khususnya
dalam keadaan hubungan konseling. Intervensi farmakologi sebaiknya
di bawah pengawasan psikiater.
e. Gangguan Depresi
Gangguan depresi dan penyesuaian diri yang parah mungkin
merupakan penyulit psikiatri HIV yang paling luas yang telah diteliti.
Walaupun sulit untuk menemukan kesepakatan dalam kepustakaan
mengenai prevalensi dan kejadian depresi yang pasti pada Odha, ada
kesepakatan bahwa angkanya lebih tinggi dari yang ada di dalam
masyarakat umum. Diagnosis depresi juga bisa menjadi sulit pada
Odha, seperti pada sebagian besar kelompok berpenyakit medis, tetapi
berbagai cara tampaknya sama-sama efektif asal ahli psikiatri yang
menilainya mengetahui perwujudan psikiatri dan somatik tertentu
daripenyakit tersebut. Secara umum telah terbukti bahwa penyakit HIV
berhubungan dengan tekanan sosial dan kehidupan tertentu, seperti
stigma (cap buruk), yang mungkin mempengaruhi seseorang
menjadidepresi. Depresi pada Odha juga dikaitkan dengan perasaan
14

bahwa kesehatannya buruk, rasa sakit kronis, dan kehilangan daya


ingat serta konsentrasi.
f. Mania
Perwujudan mania mencakup suasana hati yang meningkat, meluap,
atau lekas marah; grandiosity; peningkatan tenaga dan berkurangnya
kebutuhan akan tidur; kemampuan bicara tertekan; pikiran cepat;
bertindak sesuai kata hati; dan kemungkinan berkhayal, berhalusinasi,
dan gejala psikosis lain yang jelas. Mania sebagai gejala yang tampak
atau sebagai akibat dari HIV tercatat mengalami peningkatan secara
bermakna pada pasiendengan AIDS.
g. Bunuh diri
Ide dan percobaan bunuh diri dapat meningkat pada pasien terinfeksi
HIV dan AIDS. Faktor resiko bunuh diri pada orang Infeksi HIV
adalah memiliki teman yang meninggal akibat AIDS, baru diberitahu
HIV seropositif, relaps, masalah sosial besar karena homoseksualitas,
dukungan sosial dan finansial tidak mencukupi.
h. Worried Well
Keadaan yang dimaksud worried well adalah mereka yang berada pada
kelompok risiko tinggi yang meski seronegatif dan bebas penyakit
cemas tertular virus tersebut, Beberapa dapat diyakinkan dengan hasil
uji serum ulang negatif, namun yang lain tidak dapat diyakinkan.
Status worried well mereka berlanjut menjadi ansietas menyeluruh,
serangan panik, gangguan obsesi kompulsif, dan hipokondriasis.
Pada kasus ini keluhan yang paling menonjol pada pasien adalah keluhan
cemas.
Berdasarkan PPDGJ III, Pasien dapat didiagnosis dengan Gangguan
Cemas Menyeluruh, dimana untuk menegakkan diagnosis, harus ada :
(1). Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus

15

tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang), ditandai dengan


ditemukannya cemas sebagai gejala primer yang berlangsung sepanjang
hari sejak 1 minggu yang lalu, dimana cemas ini tidak terbatas pada
situasi tertentu, pasien selalu merasa khawatir akan nasib buruk dan
takut kehilangan (free floating).
(2). Gejala gejala tersebut biasanya mencakup unsur unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi,dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai), dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, using kepala, mulut
kering, dsb)
Dimana pasien menunjukkan unsur kecemasan, yaitu khawatir akan
penyakit serta takut kehilangan istri dan anaknya dan unsur overaktivitas
otonomik, yaitu ketika cemas datang, pasien mengalami keringat dingin,
dan jantung berdebar-debar.
FARMAKOTERAPI
Pada kasus ini dapat diberikan obat anti-anxietas. Sindrom anxietas
disebabkan oleh hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari
dopaminergic, noradrenergic, serotonergic neurons yang dikendalikan oleh
GABA-ergic neuron (Gamma Amino Butiric Acid, suatu inhibitory
neurotransmitter). Obat Anti-anxietas benzodiazepine yang berinteraksi
dengan reseptornya akan memperkuat efek inhibisi dari GABA-ergic neuron
sehingga

hiperaktivitas

tersebut

mereda.

Sedangkan

golongan

non

benzodiazepine mempunyai cara kerja dengan mempengaruhi pelepasan


neurotransmitter serotonin dan norepinefrin pada neuron terminal.
Penggolongan anti-anxietas adalah :
16

Benzodiazepine

Diazepam, Chlorprodiazepoxide, Lorazepam,

Clobazam, Bromazepam, Alprazolam

Non - Benzodiazpine : Buspirone, Sulpiride, Hydroxyzine


Benzodiazepin dimulai dari dosis terendah dan terus ditingkatkan

smapai mencapai respon terapi dengan lama pengobatan 2 6 minggu


dilanjutkan tappering off 1-2 minggu. Buspirone menimbulkan efek klinis
setelah 2-3 minggu. Oleh karena itu, umumnya digunakan benzodiazepine dan
buspiron secara bersamaan, kemudian dilakukan tappering off benzodiazepine
setelah 2-3 minggu. SSRI efektif terutama untuk penderita cemas disertai
riwayat depresi. Obat yang biasa digunakan adalah sertralin dan paroxetin.

AUTOANAMNESIS TANGGAL 14 JUNI 2016


Dokter Muda (DM), Pasien (P)

17

DM

: Assalamu alaikum pak, Perkenalkan saya Hizbah dokter muda yang


bertugas di sini

DM

: Nama bapak siapa ?

: Ikbal dok

DM

: Boleh bapak Ikbal ceritakan, keluhannya apa ?

: Saya cemas dok.

DM

: Sudah berapa lama bapak mengalami cemas ?

: belum lama dok, baru sekitar 1 minggu yang lalu

DM

: Kalo boleh saya tahu, apa ada faktor yang menyebabkan bapak menjadi

cemas ?
P

: Iya dok, sejak 1 minggu yang lalu saya didiagnosa HIV-AIDS, disitu saya

merasa sangat kaget, takut, sedih semuanya campur aduk dok. Ditambah lagi saya
kepikiran sama istri saya dok. Itu yang membuat saya semakin cemas
DM

: hal apa yang membuat bapak semakin cemas? Dan apa yang bapak pikirkan

tentang istri bapak?


P

: Saya cemas saja dok, saya tidak menyangka akan seperti ini, istriku juga

katanya akan meninggalkan saya dan memisahkan saya dari anak saya, jadi saya takut
untuk kehilangan dok.
DM

: Kalau bapak cemas, apa yang bapak rasakan?

: Kadang kalau cemas saya datang dok, jantung saya menjadi berdebar-debar

lebih kencang, kemudian keringat dingin juga.


DM

: Apakah cemas bapak itu berlangsung sepanjang hari ?

: iya dok, Kadang dari pagi sampai malam dok

DM

: Apa tidur dan nafsu makan bapak baik ?

: Kalau tidur agak kurang dok, karena saya kepikiran terus, biasanya saya

lama bolak-balik di tempat tidur baru bisa tertidur sebentar. Kalau nafsu makan baik
dok.
DM

: kalau keluarga yang lain bagaimana responnya pak?

: kalau orang tua dan saudara yang lainnya pasrahji dok dan tetap mendukung.
18

DM

: maaf, bapak Ikbal merokok?

: iya dok, dulu saya sangat kuat merokok, terkadang sampai 3 bungkus dalam

sehari
DM

: lumayan banyak yah pak, klo pakai obat-obat terlarang pernah pak? Seperti

sabu atau ganja?


P

: tidak pernah saya pakai yang begituan dok, apalagi yang disuntikkan, karena

saya takut sama jarum suntik.


DM

: kalau minum minuman keras pernah pak?

: Iya dok, dulu selalu saya minum, dan saya juga nakal perempuan dok

DM

: Oh iya pak, apakah bapak sering gonta-ganti pasangan?

: Iya dok, dulu

DM

: oh iya pak, Tapi pernah tidak bapak berpikir pesimis terhadap hidup bapak

bahkan sampai pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ?


P

: Tidak dok, saya bisa terimaji penyakitku seperti ini, tapi iniji yang bikin saya

down kalau istri dan anakku pergi tinggalkan saya.


DM

: Iya pak, yang sabar. Sebisa mungkin bapak harus kuat dan bisa menjelaskan

kepada istri bapak. kalau begitu terima kasih banyak atas waktunya. Semoga bapak
cepat sembuh
P

: Iya dok

19

Vous aimerez peut-être aussi