Vous êtes sur la page 1sur 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HERPES

DISUSUN OLEH :

Sri Murdiningsih
Nim : 010602040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKER NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2007

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HERPES


A. Pengertian
Menurut Wikopedia (2007) herpes ataupun virus simpleks herpes (HSV)
merupakan sejenis virus yang menjangkiti kulit, termasuklah organ pembiakan.
Virus ini menyebabkan kulit melepuh dan sakit-sakit. Ia masih tidak dapat diubati
tetapi dapat dikawal.
B. Etiologi
Menurut Wikipedia (2007) herpes dapat disebabkan oleh karena :
-

Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan


penderita penyakit ini

Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil
dan berair. Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang

Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi pada bila-bila masa

Wanita kerap kali tidak sedar bahawa ia dijangkiti herpes karena lecet terjadi
di dalam vagina

C. Patofisiologi
Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu Herpes simplex tipe 1 (HSV1) atau Herpes simplex tipe 2 (HSV-2). Gejalanya yaitu berupa luka pada kulit
yang terkena virus, dan disertai dengan?rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti
dengan lepuhan seperti luka bakar dan demam. Lepuhan-lepuhan kulit yang
menjadi ciri khas herpes akan mengelupas dengan atau tanpa pengobatan.
Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun lepuhan-lepuhan itu
sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes menyerang
bagian saraf (Info sehat, 2007).
Penularan herpes dapat terjadi melalui kontak kulit dengan penderita. Jika
seseorang mempunyai herpes di mulutnya kemudian ia mencium orang lain, maka
orang itu dapat terkena herpes pula. Jika ia melakukan oral seks, maka?herpes

tersebut dapat menular ke kelamin, walau kemungkinan menularnya lebih kecil


dibandingkan jika terjadi kontak antar kelamin (hubungan seksual). Virus herpes
mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang menyukai daerah mulut dan ada
pula yang menyukai bagian kelamin (Infosehat, 2007).
D. Jenis & Manifestasi Klinik
1. Herpes Zoster

Herpes zoster (Shingles atau sinanaga) adalah suatu penyakit yang


membuat sangat nyeri (rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga
disebabkan oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus
varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster
mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu
tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali,
menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster. Kurang-lebih 20
persen orang yang pernah cacar air lambat laun akan mengembangkan herpes
zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang dengan penyakit
HIV, dan orang di atas usia 50 tahun (FS 509 AIDS, 2005).
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster
dimulai dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang parah pada
daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun
jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat
menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit kepala,
dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung. Jangkitan herpes zoster
hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Setelah beberapa hari, ruam
muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan saraf yang meradang.
Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh pecah dan
berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini membutuhkan
pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas. Biasanya,
ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa nyeri yang

parah dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini


disebut neuralgia pascaherpes (FS 509 AIDS, 2005).
2. Herpes simpleks

Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari


manusia. Serupa dengan herpes zoster (lihat Lembaran Informasi (LI) 514),
herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala
pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan
benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi
dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif
kembali tanpa alasan jelas. Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah
penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun HSV-1 dapat
menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah
mulut melalui hubungan seks (FS 509 AIDS, 2006).
HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang-lebih 20
persen orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV, dan diperkirakan ada satu
juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum
diketahui. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna
selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80 persen orang dengan HIV juga
terinfeksi herpes kelamin. Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di
AS, kurang lebih satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki
terinfeksi HSV-2. HSV kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi
yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif
waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah sesar (FS 509 AIDS,
2006).
HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di
atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih
mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres
(FS 509 AIDS, 2006).

3. Herpes Genitalis

Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah


kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks. Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7
setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit.
Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh
sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan
bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng (Mediacastroe, 2007).
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika
berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi
bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan
biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan
lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan
demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di
setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada
wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika
penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka
bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum (Mediacastroe, 2007).
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi
HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya,
menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan
dengan asiklovir. Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang
sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan
kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan
kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes
labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah
tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan

parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu
berat (Mediacastroe, 2007).
E. Pathways
Herpes simplex tipe 1 & 2

Virus masuk ke kulit


melalui kontak kulit

Virus tinggal di ganglion


posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis

Virus menyerang ganglion


saraf Anterior

Gangguan motorik

Lesi yang disertai rasa nyeri

Mk. Kerusakan integritas


kulit

Mk. Nyeri kulit

Mk. Kerusakan mobilitas


fisik

(Mansyoer, et.al, 2000)

F. Penanganan Medis
Cara pengobatan herpes yaitu dengan memberikan obat antiviral. Obat itu
bertujuan untuk meringankan rasa sakit. Penderita biasanya juga mendapatkan
obat anti nyeri dan panas, serta obat luar seperti bedak dan salep, juga zat
pendukung seperti vitamin. Penyakit herpes tidak dapat disembuhkan. Pengobatan
hanya berperan agar virus tersebut ditekan sehingga tidak aktif kembali dan
membentuk semacam kristal di dalam tubuh, dan menunggu kesempatan untuk
muncul lagi. Infeksi herpes dapat kambuh? jika ada suatu faktor pendorong
(trigger factor). Infeksi herpes yang kambuh tersebut tidak separah seperti infeksi
herpes yang pertama, karena pada tubuh?penderita sudah terdapat antibodi (Info
Sehat, 2007).
1. Herpes Zoster

Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk


membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering.
Gentian violet dapat dioleskan pada luka. Beberapa jenis obat dipakai untuk
mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat anti-herpes, dan beberapa
jenis obat penawar nyeri (FS 509 AIDS, 2006).
a. Obat anti-herpes: Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan
asiklovir, yang dapat diberikan dalam bentuk pil atau secara intravena
(infus) untuk kasus yang lebih parah. Baru-baru ini, dua obat baru telah
disetujui untuk pengobatan herpes zoster: famsiklovir dan valasiklovir
yang diminum tiga kali sehari, dibanding dengan asiklovir yang diminum
lima kali sehari. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga
hari pertama setelah rasa nyeri herpes zoster mulai terasa.
b. Menghambat saraf (nerve blockers): Dokter sering meresepkan berbagai
obat penawar nyeri untuk orang dengan herpes zoster. Karena rasa nyeri
herpes zoster dapat begitu hebat, peneliti mencari cara untuk menghambat
rasa nyeri tersebut. Suntikan obat bius dan atau steroid sedang ditelitikan
sebagai menghambat saraf. Obat tersebut dapat disuntik pada saraf perifer
atau pada sumsum tulang belakang (susunan saraf pusat).

c. Pengobatan kulit: Beberapa jenis krim, jel dan semprotan sedang


ditelitikan. Obat ini memberi keringanan sementara pada rasa sakit.
Capsaicin, senyawa kimia yang membuat cabe pedas, tampaknya berhasil
baik. Tambahannya, pada 1999, obat bius lidokain dalam bentuk tempelan
disetujui di AS. Tempelan ini, dengan nama merek Lidoderm,
meringankan rasa nyeri pada beberapa orang dengan herpes zoster. Karena
dioleskan pada kulit, risiko efek samping obat ini lebih rendah dibanding
dengan obat penawar nyeri dengan bentuk pil.
d. Obat penawar nyeri lain: Beberapa obat yang biasanya dipakai untuk
mengobati depresi, epilepsi dan rasa sakit yang parah kadang kala dipakai
untuk nyeri herpes zoster. Obat tersebut dapat menimbulkan berbagai efek
samping. Nortriptilin adalah obat anti-depresi yang paling umum dipakai
untuk nyeri herpes zoster. Pregabalin adalah obat anti-elepsi yang juga
dipakai untuk rasa nyeri setelah herpes zoster.
2. Herpes Simpleks

Pengobatan baku untuk HSV adalah asiklovir dalam bentuk pil sampai
lima kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir.
Valasiklovir dapat diminum dua kali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal
dibandingkan asiklovir. Famsiklovir adalah obat lain yang dipakai untuk
mengobati HSV. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap
ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari
Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II.
Obat ini tidak menyembuhkan infeksi HSV hanya sedikit virus dapat
diberantas dari tubuh kita oleh obat. Namun obat ini dapat mengurangi lama
dan parahnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi
rumatan terapi antiherpes harian untuk orang dengan HIV yang
mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar
jangkitan kambuh. Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang
amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai
analgesik yang cukup untuk menawarkannya.

3. Herpes Genitalis

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis,


tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan
bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis
rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari
setelah timbulnya gejala. Asiklovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan
dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga
mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase
awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah
kambuhnya penyakit ini (Mediacstroe, 2007).
G. Pencegahan Herpes
1. Herpes Zoster

Saat ini, belum ada cara untuk meramalkan jangkitan herpes zoster.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa dengan vaksinasi orang yang lebih
tua dengan vaksin cacar air yang lebih kuat daripada yang biasa dipakai untuk
anak dapat meningkatkan jenis kekebalan yang dianggap perlu untuk melawan
virus. Para peneliti berharap peningkatan kekebalan ini akan mengurangi
risiko herpes zoster pada kehidupan selanjutnya. Zostavaks, sebuah vaksin
terhadap herpes zoster, sudah disetujui di AS. Namun vaksin ini belum diuji
coba pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk Odha (FS
509 AIDS, 2006).
2. Herpes Simpleks

Infeksi HSV ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan


langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi
walaupun tidak ada luka HSV yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang
dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat
menyebarkannya. Justru, di AS hanya 9 persen orang dengan HSV-2
mengetahui dirinya terinfeksi (FS 509 AIDS, 2006).

H. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik : Lesi berlangsung 1-2 minggu
2. Gambaran lesi : luka pada kulit yang terkena virus, dan disertai dengan?rasa

nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan seperti luka bakar dan
demam.
3. Kerokan kulit : pada pemeriksaan Zank dapat ditemukan sel datia berinti

banyak
4. Reaksi emosional : timbul lesi yang disertai rasa gatal dan nyeri dan jika virus

herpes menyerang gangglion saraf anterior, pasien dapat mengalami gangguan


motorik
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi virus herpes
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi akibat infeksi virus herpes
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan mobilita sekunder

serangan virus herpes pada saraf ganglia anterior


J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi virus herpes

a. Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien terkontrol atau hilang yang


ditunjukkan dengan klien tampak rileks, tangan tidak berusaha memegang
area yang terinfeksi, skala nyeri 1-2
b. Intervensi

Kaji Intensitas, lokasi, skala nyeri serta hal yang memperingan serta
memperberat nyeri

Sarankan klien untuk melakukan relaksasi dengan nafas dalam untuk


mengurangi nyeri jika memungkinkan

Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi saat serangan nyeri

Sarankan untuk tidak menggaruk untuk mencegah semakin parahnya


diskountinuitas jaringan & saraf perifer

Kolaburasi pemberian:
-

Nortriptilin adalah obat anti-depresi yang paling umum dipakai


untuk nyeri herpes zoster.

Pregabalin adalah obat anti-elepsi yang juga dipakai untuk rasa


nyeri setelah herpes zoster.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi akibat infeksi virus herpes

a. Tujuan : Klien mempunyai integritas kulit yang terpeliharan dan lesi


akibat infeksi herpes tidak menyebar
b. Intervensi :

Anjurkan klien untuk segera konsultasi medik, bila kandidiasis atau


infeksi virus menyebar

Jelaskan bahwa kelembaban yang tinggi dapat menurunkan pH dan


mempermudah infeksi virus

Sarankan agar tidak menggaruk-garuk kulit yang terinfeksi virus untuk


mencegah penyebaran dan menimbulkan kerusakan kulit lebih lanjut

Rencanakan kebersihan kulit membersihkan kulit dengan sabun


terutama bagian ketiak, lipat paha dan upayakan tetap kering

Perendaman basah dapat dipertahankan supaya kulit tetap sejuk dan


kering

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan mobilita sekunder

serangan virus herpes pada saraf ganglia anterior


a. Tujuan : Klien dapat melakukan mobilitas sesuai batas kemampuan dan
mampu meningkatkan mobilitas fisik secara bertahap
b. Intervensi:

Kaji tingkat kemampuan klien dalam menggerakkan ekstremitas dan


tubuhnya

Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari

10

Latih klien melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap

Jelaskan pada klien adanya penurunan kemampuan dalam melakukan


pergerakkan akibat serangan virus pada jaringan saraf

K. Daftar Pustaka
1. Info sehat, 2007. Herpes Dapat Juga Menyerang Mulut. Retrieved Oktober 2,

2007. from http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=808


2. FS 509 AIDS, 2005. Herpes Zoster. Retrieved September 1, 2006. from

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=514
3. Fs 509 AIDS, 2005. Herpes Simpleks. Retrieved September 1, 2006. from

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=514
4. Mediacstroe,

2007.

Herpes.

Retrieved

September

30,

2007.

from

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id
5. Masyoer, Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta

Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aeskulapius FKUI


6. Rohman. 2001. Rencana Keperawatan Pasien dengan Gangguan-Gangguan

Sistem Integumen. Jakarta : Akademi Perawatan Rumah Sakit Islam Jakarta

11

Vous aimerez peut-être aussi