Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BPH merupakan kelainan pembesaran kelenjar yaitu hiperplasia yang
mendesak jaringan asli keporifer. Pada pasien BPH usia lanjut sangat
memerlukan tindakan yang tepat untuk mengantisipasinya. Sebagai salah satu
tindakan yang akan dilakukan adalah dengan operasi prostat atau
prostatektomi untuk mengangkat pembesaran prostat. Dari pengangkatan
prostat, pasien harus dirawat inap sampai keadaannya membaik, guna
mencegah komplikasi lebih lanjut. (Suwandi, 2007)
Menurut Silva (2007), BPH dianggap menjadi bagian dari proses penuaan
yang normal. Walaupun demikian, jika menimbulkan gejala yang berat dan
tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang mungkin terjadi
pada penderita BPH yang dibiarkan tanpa pengobatan adalah pembentukan
batu vesika akibat selalu terdapat sisa urin setelah buang air kecil, sehingga
terjadi pengendapan batu. Bila tekanan intra vesika yang selalu tinggi tersebut
diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang
akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal. Di Dunia, dapat dilihat kadar
insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu menderita
penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia 60 hingga 70
tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen
untuk mendapatkannya bisa 1 2 sehingga 90%. Sedangkan hasil penelitian Di
Amerika 20% penderita BPH terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada
usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada usia 80 tahun (Johan, 2005).
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran
prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan
kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca, 2006).
Menurut pengamatan peneliti selama praktek Di RSUD Pandanarang Boyolali
pada tanggal 7 Mei 2012, Di Bangsal Bedah Flamboyan, dari hasil Rekam

Medik pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai Mei 2012 Di RSUD
Pandanarang Boyolali dari 40 % terdapat 30 % yang menderita BPH rata-rata
penderita berusia 50 tahun keatas dan berjenis kelamin laki-laki. Dan dari 20
% penderita harus dilakukan operasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa konsep medik dari BPH?
b. Apa konsep keperawatan dari BPH?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep medik dari BPH
b. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari BPH

BAB II
KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
Benigna Prostat Hiperplasi adalah perbesaran prostat, kelenjar prostat
membesar memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan
hidroureter. (Brunner & Suddarth, 2015).
Benigna Prostat Hiperplasi adalah pembesaran dari beberapa dari
kelenjar ini yang mengakibatkan obstruksi urine. (Soeparman, 2012).
Hipertropi adalah pembesaran sel, sedangkan hiperplasi adalah
pertambahan jumlah sel, sehingga terjadi pembentukan jaringan yang
berlebihan. Benigna Prostat Hiperplasi adalah pembesaran kelenjar
prostat, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih, yang
mengakibatkan obstruksi urine. (Hardjowidjoto, 2012)
2.2 Etiologi
Penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi biasanya
disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjut. Etiologi yang belum jelas
maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga menjadi penyebab
timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Purnomo (2011)
meliputi, Teori Dehidrotestosteron (DHT), teori hormon
(ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron), faktor interaksi
stroma dan epitel-epitel, teori berkurangnya kematian sel (apoptosis), teori
sel stem.
a. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Dehidrotestosteron/ DHT adalah metabolit androgen yang sangat
penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Aksis hipofisis
testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT) dalam
sel prostad merupakan factor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel
yang dapat menyebabkan inskripsi pada RNA, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya sintesis protein yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada
prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa reduktase
3

dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
prostat normal.
b. Teori hormone ( ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron)
Pada usia yang semakin tua, terjadi penurunan kadar testosteron
sedangkan kadar estrogen relative tetap, sehingga terjadi perbandingan
antara kadar estrogen dan testosterone relative meningkat. Hormon
estrogen didalam prostat memiliki peranan dalam terjadinya poliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan jumlah reseptor
androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
(apoptosis). Meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat
rangsangan testosterone meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada
mempunyai umur yang lebih panjang sehingga masa prostat jadi lebih
besar.
c. Faktor interaksi Stroma dan epitel epitel.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator yang disebut
Growth factor. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang
selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri intrakrin.
d. Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada
apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya selsel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di
sekitarnya, kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan
normal, terdapat keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada
prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang
mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat
baru dengan prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah

sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat, sehingga terjadi


pertambahan masa prostat.
e. Teori sel stem
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru.
Didalam kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem,
yaitu sel yang mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif.
Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormone
androgen, sehingga jika hormone androgen kadarnya menurun, akan
terjadi apoptosis. Terjadinya poliferasi sel-sel BPH dipostulasikan
sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
2.3 Patofisiologi
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai
dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran prostad terjadi secara
perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostad,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostad meningkat, serta otot
destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikel.
Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi, keadaan
berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi
dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa
mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis
urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ( Baradero, dkk 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada

urin yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya


obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih
(hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya
mengalami iritasi dari urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga
pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah
berkemih yang mengakibatkan interval disetiap berkemih lebih pendek
(nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami
perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat
berkemih /disuria ( Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik
menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan
hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan
terbentuknya batu endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut
dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan
mengakibatkan pielonefritis ( Purnomo, 2011)

Pathway

2.4 Manifestasi Klinik


a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
1) Obstruksi :
Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
Pancaran waktu miksi lemah.
Intermitten (miksi terputus)
Miksi tidak puas
Distensi abdomen
Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih
2) Iritasi :
Sering miksi ( frekuensi)
Nokturia
Urgensi
Disuria.
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas.
Nyeri pinggang
9

Demam (infeksi)
Hidronefrosi
c. Gejala di luar saluran kemih
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit
hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intra abdominal. (Abdul, 2011)
2.5 Penatalaksanaan Medis/Non Medis
a. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien
dianjukan untuk mengurangi minum setelah makan malam yang
ditujukan agar tidak terjadi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien
dianjurkan untuk menghindari mengangkat barang yang berat agar
perdarahan dapat dicegah. Ajurkan pasien agar sering mengosongkan
kandung kemih (jangan menahan kencing terlalu lama) untuk
menghindari distensi kandung kemih dan hipertrofi kandung kemih.
Secara periodik pasien dianjurkan untuk melakukan control keluhan,
pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur
(Purnomo, 2011).
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut Purnomo (2011)
dapat diperkirakan dengan mengukur residual urin dan pancaran urin:
1) Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat
diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau
ditentukan dengan pemeriksaan USG setelah miksi.
2) Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung
jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik)
atau dengan alat urofometri yang menyajikan gambaran grafik
pancaran urin.
b. Terapi medikamentosa
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan
pada penderita BPH adalah :

10

1) Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi


untuk mengurangi tekanan pada uretra
2) Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatangolongan
alfa blocker (penghambat alfa adrenergenik)
3) Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone
testosterone/ dehidrotestosteron (DHT).
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, menurut
Purnomo (2011) diantaranya : penghambat adrenergenik alfa,
penghambat enzin 5 alfa reduktase, fitofarmaka
a) Penghambat adrenergenik alfa
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin,
doxazosin,terazosin,afluzosin atau yang lebih selektif alfa 1a
(Tamsulosin). Dosis dimulai 1mg/hari sedangkan dosis
tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaaan antagonis alfa
1 adrenergenik karena secara selektif dapat mengurangi
obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor.
Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan
pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul
prostat sehingga terjadi relakasi didaerah prostat. Obat-obat
golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju
pancaran urin. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra
pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejalagejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan
berkurangnya keluhan dalam 1-2 minggu setelah ia mulai
memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah
pusing, sumbatan di hidung dan lemah. Ada obat-obat yang
menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka perlu dihindari
seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer,
dekongestan, obatobat ini mempunyai efek pada otot kandung
kemih dan sfingter uretra.
b) Pengahambat enzim 5 alfa reduktase

11

Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis


1X5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan
mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari golongan
alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang besar.
Efektifitasnya masih diperdebatkan karena obat ini baru
menunjukkan perbaikan sedikit/ 28 % dari keluhan pasien
setelah 6-12 bulan pengobatan bila dilakukan terus menerus,
hal ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido, impoten
dan gangguan ejakulasi.
c) Fitofarmaka/fitoterapi
Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain
eviprostat. Substansinya misalnya pygeum africanum, saw
palmetto, serenoa repeus dll. Afeknya diharapkan terjadi
setelah pemberian selama 1- 2 bulan dapat memperkecil volum
prostat.
c. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan
pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio
urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu
saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat. Waktu penanganan
untuk tiap pasien bervariasi tergantung pada beratnya gejala dan
komplikasi. Menurut Purnomo (2011) intervensi yang dapat dilakukan
meliputi : pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi.
1) Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi
terbuka yang biasa digunakan adalah :
a) Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi
abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar
prostat diangat dari atas. Teknik demikian dapat digunakan
untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi yang
mungkin terjadi ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup
12

banyak dibanding dengan metode lain, kerugian lain yang


dapat terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari
semua prosedur bedah abdomen mayor.
b) Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat
berguan untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka
bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat
dengan rectum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan
ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.
c) Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi
abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak
tinggi dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang lebih
dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat,
akan tetapi infeksi dapat terjadi diruang retropubik.
2) Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral
dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik diantaranya:
a) Transurethral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan,
reseksi kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra
menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan
dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejalagejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gr.
Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi
dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah
TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih
secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan
darah. Manfaat pembedahan TURP antara lain tidak
meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan
waktu tinggal dirumah sakit lebih singkat. Komplikasi TURP
adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme kandung

13

kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi,


fertilitas (Baradero dkk, 2007).
b) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini
dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau
prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah keluhan
sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30
gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan
memasukan instrument kedalam uretra. Satu atau dua buah
insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral.
Komplikasi dari TUIP adalah pasien bisa mengalami ejakulasi
retrograde (0-37%)
c) Terapi invasive minimal
Menurut Purnomo (2011) terapai invasive minimal dilakukan
pada pasien dengan resiko tinggi terhadap tindakan
pembedahan. Terapi invasive minimal diantaranya
Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT),
Transuretral Ballon Dilatation (TUBD), Transuretral Needle
Ablation/Ablasi jarum Transuretra (TUNA), Pemasangan stent
uretra atau prostatcatt.
Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT), jenis
pengobatan ini hanya dapat dilakukan di beberapa rumah
sakit besar. Dilakukan dengan cara pemanasan prostat
menggunakan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui transducer yang diletakkan di uretra
pars prostatika, yang diharapkan jaringan prostat menjadi

lembek. Alat yang dipakai antara lain prostat.


Transuretral Ballon Dilatation (TUBD), pada tehnik ini
dilakukan dilatasi (pelebaran) saluran kemih yang berada di
prostat dengan menggunakan balon yang dimasukkan
melalui kateter. Teknik ini efektif pada pasien dengan
prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun dapat
14

menghasilkan perbaikan gejala sumbatan, namun efek ini


hanya sementar, sehingga cara ini sekarang jarang

digunakan.
Transuretral Needle Ablation (TUNA), pada teknik ini
memakai energy dari frekuensi radio yang menimbulkan
panas mencapai 100 derajat selsius, sehingga menyebabkan
nekrosis jaringan prostat. Pasien yang menjalani TUNA
sering kali mengeluh hematuri, disuria, dan kadang-kadang

terjadi retensi urine (Purnomo, 2011).


Pemasangan stent uretra atau prostatcatth yang dipasang
pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat, selain itu supaya uretra prostatik selalu
terbuka, sehingga urin leluasa melewati lumen uretra
prostatika. Pemasangan alat ini ditujukan bagi pasien yang
tidak mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan
yang cukup tinggi.

2.6 Pencegahan
a. Jangan menahan keinginan untuk berkemih dan sebaiknya berkemih
dalam posisi duduk sehingga otot-otot dasar panggul dalam keadaan
rileks.
b. Pada malam hari jangan banyak minum, tetapi siang hari perlu minum
secukupnya.
c. Menghindari alkohol dan kopi yang dapat memicu berkemih
d. Menghindari imobilitas yang berkelanjutan, misalnya duduk selama
berjam-jam.
e. Mengkonsumsi makanan yang memperkuat prostat, seperti semangka
dan tomat yang mengandung anti oksidan lycopen.
f. Menghindari konsumsi lemak karena dapat meningkatkan pembesaran
prostat.
g. Mewaspadai beberapa jenis obat yang dapat memperburuk proses
berkemih, misalanya beberapa diuretika, obat anti depresi, dan
beberapa antihistaminika serta obat antimampat (efedrin,

15

fenilpropanolamin) yang sering kali terdapat dalam obat-obat flu


bebas. (Fitri, 2013)
2.7 Komplikasi
a. Retensi kronik. Hal ini dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b. Infeksi pada waktu miksi dapat mempercepat proses kerusakan ginjal
c. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya
batu.
d. Hematuria.
e. Disfungsi seksual. (Fitri, 2013)

16

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
hesistensi ( sulit memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan
waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine.
b. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakahriwayat
mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani pembedahan
prostat / hernia sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit BPH.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu
ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk
berkemih (nokturia), kekuatan system perkemihan. Tanyakan pada
pasien apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran
kemih. Pasien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti
konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang
mengganggu nutrisi seperti anoreksia, mual, muntah, penurunan BB.
3) Pola tidur dan istirahat
Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena
frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ).
4) Nyeri/kenyamanan
Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri
punggung bawah

17

5) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Pasien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan obatobatan,
penggunaan alkhohol.
6) Pola aktifitas
Tanyakan pada pasien aktifitasnya sehari hari, aktifitas penggunaan
waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Pekerjaan mengangkat beban
berat. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada
umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,
dimana pasien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari hari
sendiri.
7) Seksualitas
Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua
seksual akibat adanya penurunan kekuatan ejakulasi dikarenakan oleh
pembesaran dan nyeri tekan pada prostat.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau
dirasakan pasien sebelum pembedahan dan sesudah pembedahan
pasien biasa cemas karena kurangnya pengetahuan terhadap
perawatan luka operasi.

18

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan Eliminasi Urin (00016)
Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 1 : Fungsi Perkemihan
b. Retensi Urine (00023)
Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 1 : Fungsi Perkemihan
c. Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
d. Disfungsi Seksual
Domain 8 : Seksualitas
Kelas 2 : Fungsi Seksual
e. Mual (00134)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
f. Defisiensi Pengetahuan (00059)
Domain 5 : Persepsi/kognisi
Kelas 4 : Kognisi
g. Resiko Infeksi (00004)
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 1 : Infeksi

19

3.3 Intervensi Keperawatan


NO
Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan Eliminasi Urin
(00016)
Domain 3 : Eliminasi dan
Pertukaran
Kelas 1 : Fungsi
Perkemihan
Definisi : Disfungsi pada
eliminasi urine.
Batasan Karakteristik :
Subjektif
- Disuria
- Urgensi
Objektif
- Sering berkemih
- Mengalami kesulitan di
-

awal berkemih
Inkontinensia urin
Retensi

NOC
a. Kontinesia Urine :

NIC

pengendalian eliminasi

Observasi
1. Lakukan penilaian kemih

Rasional
Observasi
1. Untuk mengetahui ouput

yang komprehensif

urin, pola berkemih,

berfokus pada

fungsi kognitif dan

Pengumpulan dan

inkontinensia (mis : ouput

masalah kencing

pengeluaran urine.

urin, pola berkemih,

urine dari kandung kemih


b. Eliminasi Urin :

Kriteria Hasil
Selama dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x 24
jam pasien akan
mengatakan :
Kandung kemih kosong

fungsi kognitif, dan


masalah kencing
praeksisten).
2. Memantau penggunaan
obat dengan sifat
antikolinergik atau
properti alpha agonis.
3. Memonitor efek dari obat-

praeksisten.
2. Untuk melihat
penggunaan obat dengan
sifat antikolinergik atau
properti alpha agonis pada
pasien.
3. Untuk melihat efek dari
obat-obatan yang

secara penuh
Tidak ada residu >100-

obatan yang diresepkan

200 cc.
Intake cairan dalam

rentang normal.
Bebas dari ISK.
Tidak ada spasme

blockers dan

eliminasi urine yang

antikolinergik.

optimum.

20

seperti calcium channel

diresepkan pada pasien.


Mandiri
4. Mempertahankan pola

bladder.
Balance cairan

5. Untuk melihat asupan dan


Mandiri
4. Manajemen eliminasi

seimbang.

urin.
5. Memantau asupan dan
keluaran.
6. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi.
Health Education
7. Anjurkan pasien tentang
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih.
8. Anjurkan pasien/ keluarga
untuk mencatat output
urin, bila diperlukan.
9. Ajarkan pasien untuk
minum 200 ml, cairan
pada saat makan, diantar
waktu makan, dan diawal
petang.

21

pengeluaran pada pasien.


6. Untuk melihat tingkat
diistensi kandung kemih
dengan menggunakan
tekhnik palpasi dan
perkusi.
Health Education
7. Agar pasien mengetahui
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih.
8. Agar pasien dan keluarga
mengetahui pengeluaran
urin.
9. Agar pengeluaran urine
dapat diatur dengan baik

Kolaborasi
Kolaborasi
10. Rujuk ke dokter jika
terdapat tanda dan gejala
2

Retensi Urin (00023)


Domain 3: Eliminasi dan
Pertukaran
Kelas 1: Fungsi

infeksi saluran kemih


Observasi
1. Monitor intake dan

a. Urinary elimination
b. Urinary continence
Kriteria Hasil
Selama dilakukan tindakan

Perkemihan
Definisi : Pengosongan

keperawatan selama ...x 24

kandung kemih tidak komplit.

jam pasien akan mengatakan :


Kandung kemih kosong

Batasan Karakteristik:
- Tidak ada haluran urine.
- Distensi kandung kemih
- Menetes, Disuria.
- Sering berkemih
- Inkontensia aliran
-

berlebih.
Sensasi kandung kemih
penuh

secara penuh
Tidak ada residu urin

>100-200 cc
Bebas dari ISK
Tidak ada spasme

bladder
Balance cairan

output.
2. Monitor penggunaan obat
antikolionergik
3. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas, hematuria,
perubahan bau dan

berkemih tiap 2-4 jam


atau bila tiba-tiba
dirasakan
5. Awasi dan catat waktu
tiap berkemih dan

22

kemih dapat teratasi sejak


dari awal
Observasi
1. Untuk mengetahui intake
dan output pada pasien.
2. Untuk mengetahui obat
apa yang diberikan pada
pasien.
3. Untuk mengetahui tanda
dan gejal ISK pada pasien.

konsisten urine).
Mandiri
4. Dorong pasien untuk

seimbang.

10. Agar infeksi saluran

Mandiri
4. Meminimalkan retensi
urin distensi berlebihan
pada kandung kemih.
5. retensi urine
meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan

Faktor yang berhubungan :

jumlah tiap berkemih,

atas, yang dapat

perhatikan penurunan

mempengaruhi fungsi

haluaran urin dan

ginjal. Adanya deficit

Sumbatan
Tekanan ureter tinggi.
Inhibisi arkus reflex,

perubahan berat jenis.


6. Lakukan perkusi/palpasi

Sfingter kuat

suprapubik
7. Dorong masukan cairan
sampai 3000 ml sehari
8. Lakukan rendam duduk
sesuai indikasi

aliran darah keginjal


menganggu kemampuanya
untuk memfilter dan
mengkonsentrasi
substansi.
6. Distensi kandung kemih
dapat dirasakan diarea
suprapubik
7. Peningkatan aliran cairan
mempertahankan perfusi
ginjal dan membersihkan
ginjal dan kandung kemih
dari pertumbuhan bakteri
8. Meningkatkan relaksasi
otot, penuruan edema, dan
dapat meningkatkan upaya
berkemih.

23

Health Education
9. Untuk mengetahui apakah
Health education
9. Instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat
haluaran urine, bila
diperlukan
10. Ajarkan pasien tentang
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih yang

ada kemajuan dari


intervensi yang sudah
dilakukan
10. Agar ketika pasien
mengalami kembali gejala
dari infeksi saluran kemih,
keluarga dapat segera
melaporkannya

harus dilaporkan

Kolaborasi
Kolaborasi
11. Rujuk ke perawat terapi
enterostoma untuk
instruksi kateterisasi
intermitten mandiri
menggunakan prosedur
bersih setiap 4-6 jam

24

11. Untuk membantu dalam


proses pemasangan kateter

pada saat terjaga

Nyeri Akut (00132)


a. Pain Level
Domain 12 : Kenyamanan
b. Pain Control
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik c. Comfort Level.

Observasi
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif

Definisi : pengalaman sensori Kriteria Hasil


termasuk lokasi,
Selama dilakukan tindakan
dan emosional yang tidak
karakteristik, durasi,
keperawatan selama ...x 24
menyenangkan akibat adanya
frekuensi, kualitas, dan
jam pasien akan mengatakan :
kerusakan integritas jaringan
faktor presipitasi.
Mampu mengontrol nyeri
2. Observasi reaksi
yang aktual atau potensial,
(tahu penyebab nyeri,
nonverbal dari
atau digambarkan dengan
mampu menggunakan
ketidaknyaman
istilah seperti awitan yang
3. Mengkaji kultur yang
tekhnik nonfarmokologi
tiba-tiba atau perlahan
mempengaruhi respon
untuk mengurangi nyeri,
dengan intensif ringan sampai
nyeri.
mencari bantuan).
berat dengan akhir yang dapat Melaporkan bahwa nyeri
Mandiri
diantisipasi atau dapat
berkurang dengan
4. Manajemen nyeri.
diramalkan dan durasinya
menggunakan manajemen 5. Kontrol lingkungan yang
kurang dari enam bulan.

nyeri.
Mampu mengenali nyeri

25

Observasi
1. Untuk mengetahui lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas da
faktor presipitasi pada
pasien.
2. Untuk mengetahui
penyebab ketidaknyaman
pasien.
3. Untuk mengetahui
penyebab terjadinya
nyeri.
Mandiri.
4. Meringankan atau
mengurangi nyeri sampai

dapat mempengaruhi nyeri

pada tingkat kenyamanan

seperti suhu ruangan,

yang dapat diterima oleh

Batasan karakteristik :
Subjektif
- Mengungkapkan secara
verbal atau melaporkan

(skala, intensitas,

pencahayaan dan

frekuensi dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa nyaman

penanganan nyeri

setelah berkurang.

[nyeri] dengan isyarat.

(farmakologi,non
farmakologi dan

Objektif
- Posisi untuk
-

kebisingan.
6. Pilih dan lakukan

interpersonal).

pasien.
6. Untuk mengurangi nyeri.
Health Education
7. Untuk mengurangi nyeri

peredaan nyeri tidak

dari lemas tidak

Health Education
7. Ajarkan tekhnik non

bertenaga sampai kaku)


Respon automik

farmakologi.
8. Intruksikan pasien untuk

(misalnya, diaforosis,

terjadinya nyeri pada

pada pasien.
8. Agar perawat mengetahui

menghindari nyeri
Perubahan tonus
otot(dengan rentang

pasien.
5. Untuk mencegah

peribahan tekanan

menginformasikan kepada

darah, pernapasan atau

perawat jika peredaan

nadi, dilatasi pupil).


Perubahan selera makan
Perilaku distraksi

nyeri tidak dicapai.


9. Berikan informasi tentang
nyeri , seperti penyebab,

(misalnya mondar-

berapa lama akan

madir, mencari orang

26

dicapai.
9. Agar pasien mengetahui
penyebab, berapa lama
dan antisipasi
ketidaknyaman dari nyeri.
Kolaborasi
10. Agar mengetahui
tindakan pencegahan
nyeri yang dilakukan.

dan/ atau aktivitas lain,

berlangsung dan antisipasi

aktivitas berulang).
Perilaku ekspersif

ketidaknyamanan akibat
prosedur.

(misalnya gelisah,
Kolaborasi
10. Kolaborasikan dengan

merintih, menangis,
kewaspadaan belebihan,

dokter jika ada keluhan

peka terhadap rangsang,

dan tindakan nyeri tidak

dan menghela napas


-

panjang).
Perilaku menjaga atau

sikap melindungi
Wajah topeng [nyeri]
Gangguan tidur (mata

berhasil.
11. Pemberian obat analgesik

terlihat kuyu, gerakan


tidak teratur atau tidak
menentu, dan
4

menyeringai).
Mual (00134)
a. Selera makan
Domain 12 : Kenyamanan
b. Tingkat kenyaman
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik c. Pengendalian mual dan
Definisi : Perasaan subjektif,

muntah
d. Status Nutrisi

27

Observasi
Observasi
1. Memantau gejala subjektif 1. Untuk melihat gejala
pada pasien.
2. Mengkaji penyebab mual.
3. Memantau asupan kalori

subjektif pada pasien.


2. Untuk mengetahui

seperti gelombang yang tidak


menyenangkan di belakang
tenggorok, epigastrium, atau

dan makanan.
Kriteria Hasil
Selama dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x 24

Mandiri
4. Pemantauan cairan
5. Manajemen

penyebab mual pada


pasien.
3. Untuk mengetahui asupan

kalori dan makanan pada


jam pasien akan mengatakan :
cairan/elektrolit.
pasien.
mendorong keinginan untuk
Mual akan berkurang.
6. Manajemen mual.
Melaporkan bebas dari
muntah.
7. Manajemen nutrisi.
Mandiri
4.
Mengumpulkan dan
mual
Health
Education
Mengidentifikasi dan
menganalisis data pasien
Batasan Karakteristik :
8. Ajarkan pasien dan
melakukan tindakan yang
Subjektif
untuk mengatur
keluarga tentang penyebab
- Menghindari makanan
dapat menurunkan mual
keseimbangan cairan.
mual.
- Sensasi ingin muntah
5. Mengatur dan mencegah
9. Ajarkan pasien dan
- Peningkatan produksi
komplikasi akibat
keluarga untuk makan
saliva
perubahan kadar cairan
- Peningkatan menelan
secara perlahan.
- Rasa asam dalam
dan elektrolit.
abdomenyang dapat

Kolaborasi
10. Kolaborasikan pemberian

mulut.

intravena.

6. Mencegah dan meredakan


mual.
7. Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk mencegah atau
meminimalkan malnutrisi.

28

Health Education
8. Agar pasien dan keluarga
mengetahui penyebab
mual.
9. Untuk mencegah
terjadinya refluks
gastrovaringeal.
Kolaborasi
10. Untuk memasukkan obat
dalam bentuk cairan ke
5

Disfungsi Seksual (00059)


Domain 8 : Seksualitas
Kelas 2 : Fungsi Seksual.

a. Fungsi seksual
b. Identitas seksual

Observasi
1. Pantau adanya indikator
resolusi Disfungsi

Definisi : kondisi ketika

Kriteria Hasil
Selama dilakukan tindakan

individu mengalami

keperawatan selama ...x 24

Mandiri

perubahan fungsi seksual

jam pasien akan mengatakan :


Menunjukkan keinginan

2. Membantu pasien untuk

selama fase respons gairah

intervensi selanjutnya

Seksual

mengekspresikan

seksual, rangsang seksual,

untuk mendiskusikan

kesedihan dan

dan/atau orgasme yang

perubahan fungsi seksual.

kemarahan tentang

29

dalam tubuh pasien.


Observasi
1. Untuk menentukan

Mandiri
2. Agar pasien dapat
mengekspresikan
kesedihan dan kemarahan
tentang perubahan dalam

dipandang tidak memuaskan,

perubahan dalam fungsi

tidak ada penghargaan atau

tubuh/ penampilan

tidak adekuat.

Health Education
3. Diskusikan efek dari

Batasan Karakteristik :
Subjektif
-Perubahan dalam penerimaan

situasi penyakit/
kesehatan pada

kepuasaan seksual.
-Perubahan minat terhadap

seksualitas.
4. Diskusikan efek obat

diri sendiri dan orang lain.


-Persepsi perubahan rangsang

tentang seksualitas.
5. Diskusikan tingkat

seksual.
-Ketidakmampuan untuk

pengetahuan pasien
tentang seksualitas pada

mencapai kepuasaan yang

umumnya.
6. Anjurkan penggunaan

diharapkan.
-Persepsi defisiensi gairah

obat-obatan (misalnya

seksual.
-Persepsi keterbatasan akibat

fungsi tubuh/ penampilan.


Health education
3. Agar pasien mengetahui
efek dari situasi penyakit/
kesehatan pada kesehatan
seksualitas.
4. Agar pasien mengetahui
efek obat tentan
seksualitas.
5. Untuk mengetahui sampe
dimana pengetahuan
pasien tentang seksualitas.
6. Untuk meningkatkan
kemapuan untuk
melakukan hubungan

brokodilator) utnuk

seksual pada pasien.


meningkatkan kemapuan 7. Agar mengetahui ekspresi

penyakit atau terapi.


-Menyatakan masalah.

untuk melakukan
hubungan seksual.
7. Diskusikan bentuk-

Objektif
- Pembatasan aktual akibat

30

yang diberikan pasein.


Kolaborasi
8. Agar dapat bekerja sama

penyakit atau terapi.


Perubahan dalam
pencapaian persepsi

peran seks.
Mencari penegasan

bentuk alternatif dari

dan menegathui hasil

ekspresi seksual yang

kesehatan pasien dari tim

diterima pasien.

kesehatan yang lain.

Kolaborasi
8. Memberikan

tentang kemampuan

arahan/konsultasi dengan

respons gairah seksual.

anggota lain dari tim


perawatan kesehatan.

Faktor yang berhubungan

Perubahan biopsikososial

seksualitas.
Kurang privasi.
Kurangnya orang

terdekat.
Salah informasi atau

kurang pengetahuan.
Defisiensi pengetahuan

NOC

Observasi

Observasi

(00126)

1. Knowledge: disease

1. Berikan penilaian

Domain 5 : Persepsi/kognisi

process
2. Knowledge: health

tentang tingkat

pada pasien untuk lebih

pengetahuan pasien

meningkatkan

tentang proses penyakit

pengetahuanya.

Kelas 4 : Kognisi

Behavior

31

1. Memberikan motivasi

Definisi: Tidak ada atau

Tujuan:

kurang informasi kognitif

Setelah dilakukan tindakan

tentang topic tertentu

keperawatan x24 jam


peningkatan pengetahuan

1. Mengungkapkan
masalah secara verbal
2. Performa uji tidak akurat
3. Perilaku yang tidak
sesuai atau terlalu
berlebihan

1. Keterbatasan kognitif
2. Kurang pengalaman
3. Kurang perhatian dalam
belajar
4. Kurang kemampuan
mengingat kembali
5. Kurang familiar dengan
sumber-sumber

cara yang tepat


3. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara

Kriteria Hasil:
1. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan

Faktor yang berhubungan:

gejala yang biasa muncul


pada penyakit, dengan

diharapkan terjadi
Batasan karakteristik:

yang spesifik
2. Gambarkan tanda dan

program pengobatan
2. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara benar
3. Pasien dan keluarga

yang tepat
4. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
5. Tentukan kebutuhan
belajar pasien
6. Tentukan kemampuan
pasien untuk
mempelajari informasi
khusus (misalnya,
tingkatperkembangan,

mampu menjelaskan

status psikologis,

kembali apa yang

orientasi, nyeri,

dijelaskan perawat/tim

keletihan,

32

2. Untuk mengetahui
informasi dengan
memberikan gambaran
yang biasa muncul
3. Agar pasien mudah
mengamati proses
penyakit yang
digambarkan
4. Untuk mengetahui factor
penyebab yang mungkin
akan terjadi
5. Memudahkan pasien
untuk belajar
6. Untuk memberikan
kemampuan yang bisa
dilakukan pasien
7. Memberi harapan pada
pasien dengan memberi
motivasi untukbelajar
8. Cara belajar yang tepat
dapat membantu pasien

informasi

kesehatan lainnya

kebutuhandasar yang

dalam memproses

tidak terpenuhi, keadaan

pelajaran yang

emosional, dan adaptasi

disampaikan dengan baik

terhadap penyakit)
7. Tentukan motivasi pasien
untuk mempelajari
informasi tertentu
8. Kaji gaya belajar pasien
Mandiri
9. Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
10. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
11. Hindari harapan yang
kosong

33

Mandiri
9. Untuk mengetahui
perjalanan penyakit
pasien dan cara
mengatasinya
10. Memudahkan pasien
mengerti dengan

12. Sediakan bagi keluarga


informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
13. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
14. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
15. Berinteraksi dengan
pasien dengan cara yang

34

informasi tentang
keadaannya secara tepat
11. Memberikan motifasi
atau informasi yang
akurat.
12. Agar keluarga bias
memberikan motivasi
tambahan
13. Memberikan motivasi
agar pasien dapat
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion.
14. Memberikan informasi
untuk menjaga
perubahan gaya hidup
pasien dan mencegah
komplikasi yang akan
terjadi di masa yang akan
datang.
15. Memudahkan pasien

tidak menghakimi untuk

lebih dekat dengan

menfasilitasi

perawat agar pasien bisa

pembelajaran

dengan nyaman
melakukan proses

Health Education

pembelajaran

16. Instruksikan pasien


mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
17. Bina hubungan saling
percaya
18. Tetapkan tujuan
pembelajaran bersama
yang realistis dengan
klien
19. Ciptakan lingkungan yang
kondusif untuk belajar
20. Pilih metode dan strategi
dan penyuluhan yang

35

Health Education
16. Memberikan informasi
pada pasien untuk
melaporkan pemberi
perawat kesehatan
dengan cara yang tepat.
17. Memberi kepercayaan
pada pasien
18. Memberikan tujuan yang
akurat untuk
pembelajaran bersama
19. Memberi ruang yang

sesuai
21. Pilih materi pengajaran
yang sesuai
22. Beri waktu pada pasien
untuk mengajukan
pertanyaan dan
mendiskusikan
permasalahan
23. Ikut sertakan keluarga
atau orang terdekat, bila
perlu
Kolaborasi
24. Diskusikan pilihan terapi

nyaman untuk belajar.


20. Memudahkan pasien
mengerti dengan proses
pembelajaran.
21. Memudahkan pasien
untuk belajar
22. Memberikan kesempatan
pada pasien utnuk
bertanya dan
mendiskusikan
permasalahnya.
23. Agar pasien lebih
bersemangat untuk
belajar

atau penanganan.
25. Rencanakan penyesuaian
dalam terapi bersama
pasien dan dokter untuk

36

Kolaborasi

memfasilitasi kemampuan

24. Menghindari terjadinya

pasien mengikuti program

komplikasi penyakit

terapi

yang terjadi.
25. Pasien mengikuti terapi
yang efektif dari tenaga
medis untuk menangani
keluhannya.

Resiko Infeksi (00004)


Domain 11:

a. Immune Status
b. Knowledge : Infection

Observasi
1. Monitor kerentanan

Observasi
1. Untuk mencegah terhadap

Keamanan/Perlindungan
Kelas 1: Infeksi

control
c. Risk control

terhadap infeksi.
2. Monitor tanda dan gejala

infeksi pada klien.


2. Untuk melihat tanda dan

Definisi : mengalami

Kriteria Hasil
Selama dilakukan tindakan

peningkatan resiko terserang


organisme patogenik
Faktor Resiko
Penyakit kronis
Pengetahuan yang

keperawatan selama ...x 24

infeksi sistemik dan lokal.


Mandiri
3. Mendorong masukkan

jam pasien akan mengatakan :


nutrisi yang cukup.
Klien bebas dari tanda
4. Mendorong masukan

dan gejala infeksi


Mendeskripsikan proses

kurang untuk

penularan penyakit,

menghindari pajanan

faktor yang

patogen
Pertahanan primer tidak

mempengaruhi

cairan.
Health education
5. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi.
6. Ajarkan pasien dan

penularan serta

37

gejala infeksi sistemik dan


lokal pada kulit pasien.
Mandiri
3. Agar nutrisi yang adekuat
masuk ke pasien.
4. Agar asien dapat
menerima kecukupan
energi.
Health education
5. Agar pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan

adekuat
Perubahan peristaltis
Kulit rusak
Perubahan pH sekresi
Penurunan pada kerja

silier
Pertahanan sekunder

tidak adekuat
Jaringan mengalami
trauma

penatalaksanaannya.
Menunjukkan
kemampuan untuk

keluarga cara menghindari


nfeksi.
7. Instruksikan pasien untuk

mencegah timbulnya

minum antibiotik sesuai

infeksi.
Jumlah leukosit dalam

resep.

batas normal.
Menunjukkan perilaku
sehat.

gejala infeksi.
6. Agar pasien dapat
mengetahui cara
menghindari infeksi.
7. Agar pasien dapat
mengetahui cara minum

Kolaborasi
8. Berikan terapi antibiotik
bila diperlukan

antibiotik sesuai resep.


Kolaborasi
8. Antibiotik berguna untuk
mengurangi invasi
patogen yang ada di
saluran kemih

38

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Benigna Prostat Hiperplasia merupakan penyakit yang terjadi karena
adanya penyumbatan jalan kemih oleh benda asing, sel kanker, kista, yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk berkemih secara normal.
Selain itu BPH juga terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat dan bersih.
Hal ini menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar prostat sehingga
menutupi saluran kemih yang menghambat proses pengeluaran urine.
Akan tetapi BPH bisa dihindari dengan menjaga pola hidup serta
kebersihan alat kelamin. Terlebih juga dapat dilakukan pembedahan guna
mengembalikan kegunaan dari alat kelamin.
4.2 Saran
Sebaiknya, untuk menghindari terjadinya penyakit BPH di usia senja akan
lebih baik jika pola hidup sehat dan bersih ditingkatkan. Kemudian melakukan
aktivitas seperti olahraga terbukti dapat mengurangi persentase mengidap
BPH.

39

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem
Reproduksi. Jakarta: EGC
Brunner, Suddarth. 2015. Keperawatan medical bedah, alih bahasa JoAan C
Hackley. Jakarta: EGC
Hardjowidjoto S. 2012. Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press:
Surabaya
Madjid, Abdul. 2011. Penurunan Keluhan Dribbling Pasien Pasca Transurethral
Resection of The Prostate Melalui Kegel Exercise. Depok: Jurnal Keperawatan
Indonesia
Mulyana, Fitri. 2013. Penerapan Preoperative Teaching pada Klien dengan
Masalah Bedah Benign Prostate Hyperplasia Transurethral Resection of The
Prostate di Ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) RSUP Persahabatan.
Jakarta: Universitas Indonesia
Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Soeparman. 2012. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta
Wilkinson, M. Judith. 2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi

  • Daun Miana
    Daun Miana
    Document6 pages
    Daun Miana
    Chiie SaranghaeOnewryeowookimbum Sukanyahyunbinseohyun
    Pas encore d'évaluation
  • 15 Manfaat Daun Kumis Kucing Untuk Kesehatan
    15 Manfaat Daun Kumis Kucing Untuk Kesehatan
    Document29 pages
    15 Manfaat Daun Kumis Kucing Untuk Kesehatan
    Chiie SaranghaeOnewryeowookimbum Sukanyahyunbinseohyun
    Pas encore d'évaluation
  • Konsep Kep. Kes Di Sekolah
    Konsep Kep. Kes Di Sekolah
    Document14 pages
    Konsep Kep. Kes Di Sekolah
    Chiie SaranghaeOnewryeowookimbum Sukanyahyunbinseohyun
    100% (1)
  • Gangguan Rasa Nyaman
    Gangguan Rasa Nyaman
    Document4 pages
    Gangguan Rasa Nyaman
    Chiie SaranghaeOnewryeowookimbum Sukanyahyunbinseohyun
    Pas encore d'évaluation
  • Blangko ABCDE
    Blangko ABCDE
    Document17 pages
    Blangko ABCDE
    Chiie SaranghaeOnewryeowookimbum Sukanyahyunbinseohyun
    Pas encore d'évaluation