Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
mulut. Angka kejadian karies gigi berkisar antara 85% - 99% (Sintawati, 2007).
Prevalensi penyakit karies gigi di Indonesia cenderung meningkat. Angka kesakitan gigi
(rata-rata DMF-T) juga cenderung meningkat pada setiap dasawarsa Sekitar 70% dari
karies yang ditemukan merupakan karies awal. Sedangkan jangkauan pelayanan belum
memadai sehubungan dengan keadaan geografis Indonesia yang sangat bervariasi.
Prevalensi karies gigi tinggi yaitu 97,5% ; pengalaman karies (DMF-T) mendekati 2,84
pada kelompok usia 12 tahun (kebijaksanaan nasional DITKES- GI: goal pada tahun
2000, DMF-T <3 pada kelompok usia 12 tahun);expected insidence 0,3 pertahun per
anak Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi penyakit
tersebut meningkat pada zaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan dengan
perubahan pola jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena
gunung es. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi
pada anak. Pembentukan karies pada anak disebabkan oleh faktor etiologis kompleks.
Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak agar
mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan
benar. Dalam hal ini, peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam
pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak karena anak masih
bergantung pada orang tua. Sikap dan perilaku ibu yang merupakan orang terdekat
dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap sikap dan perilaku anak.
Menurut Tirthankar (cit. Sondang P dan T. Hamada, 2008), pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Karies Gigi
1. Pengertian
Karies gigi adalah penyakit karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu
masalah kesehatan yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda, walau ini juga merupakan masalah seumur hidup bagi banyak orang
(Litin, 2003). Karies gigi adalah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan gigi yang
diakibatkan oleh berbagai faktor (Zaviera, 2008). Jadi Karies gigi merupakan penyakit
jaringan keras gigi yang paling sering ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya
kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang pada gigi). Proses terjadinya karies gigi
meliputi berbagai hal, yaitu berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari
gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi. Asam yang
melarutkan 'email', pelapisan gigi berwarna putih, yang menghancurkan susunan gigi. Proses
ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Lebih jauh lagi asam
tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam dibawah gigi kepala
(Srigupta, 2004).
2. Tanda dan gejala
a. Rasa nyeri sedang sampai berat ketika makan atau minum sesuatu yang manis, dingin atau
panas.
b. Sakit gigi
Kebanyakan gigi berlubang ditemukan saat pemeriksaan gigi. Gigi berlubang yang
ditemukan dan dirawat secara dini bisa mengurangi rasa sakit, menghemat biaya dan yang
terpenting menyelamatkan gigi. Semakin dini lubang gigi ditemukan, semakin berkurang pula
rasa sakit yang mengintai anda karena email dan dentin tidak begitu peka terhadap rasa sakit
dibanding pulpa (Litin, 2003).
3. Faktor penyebab karies gigi.
Caries gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 3 faktor utama yang saling
mempengaruhi (Alpers, 2006) :
a. Host (air liur dan gigi)
Selain kebersihan gigi, air liur dan produksi air liur memainkan peranan yang penting
terhadap kemungkinan terjadinya karies. Setiap harinya tidak terhitung banyaknya mikroorganisme yang melewati mulut. Kuman tersebut akan menempel pada permukaan gigi dan
bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Hal ini terjadi karena air liur kesulitan
untuk membersihkan bakteri yang terdapat pada gigi maka bakteri tersebut akan diubah
menjadi asam. Asam ini akan membentuk lubang kecil pada permukaan gigi karena
menembus email gigi (Srigupta, 2004).
b. Agen atau mikroorganisme
Caries gigi ditimbulkan oleh bakteri (Streptococcus mutans) yang hidup dalam plak, lapisan
lengket pada saliva dan sisa makanan yang terbentuk pada permukaan gigi. Bila telah terjadi
lubang maka lactobasilli menjadi organisme yang menonjol. Bakteri akan memanfaatkan
makanan dan minuman terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan
menghasilkan asam. Asam ini akan disimpan di dekat gigi oleh plak menyebabkab kalsium
dan fosfat hilang dari enamel gigi (demineralisasi). Bila proses ini tidak mendapat perhatian
yang baik maka enamel lambat laun dentin bagian bawah akan hancur (Valman, 2006).
c. Substrat atau makanan
Manusia dalam kehidupan sehari-hari makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan
seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga makanan yang lengket seperti roti,
biskuit, coklat, permen, manisan buah.sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila
tidak segera di bersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi (Srigupa,
2004).
d. Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang dikombinasi dengan
pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan
memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.
2) Aliran saliva
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan
tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.
3) Usia
Usia yang paling rentan untuk terjadi caries gigi adalah usia 4 -8 tahun pada gigi primer dan
12-18 tahun pada gigi tetap. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies.
4) Pola makan
Anak biasanya makan makanan jajanan yang bergula yang dilakukan saat diluar jam makan
sehingga mereka kurang memperhatikan dampak yang akan terjadi bila setelah makan tidak
segera membersihkan gigi dengan berkumur atau menyikat gigi (Gilang, 2010).
4. Lokasi karies gigi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan
jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya,
yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
a. Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan
tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur
permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada
daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham. Karies celah dan fisura kadang-kadang
sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel
terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan
enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Proses perlubangan pada dentin
ini akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
Gambar 2.3 Celah atau fisura gigi yang dapat menjadi lokasi karies
Sumber : Summit, et. al (2001)
b. Karies permukaan halus
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies
interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada
permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan
lainnya.
Gambar 2.4 karies proksimal pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan
sebuah karies proksimal
Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Mahkota gigi adalah
bagian gigi paling atas dan berada di atas gusi dan terdiri dari jaringan yang paling keras di
dalam tubuh yang disebut email (lapisan gigi yang keras). Email ini sangat resisten terhadap
penghancuran, pemakaian dan pengoyakan. Di bawah email terdapat dentin (gigi bagian
dalam) yang dapat diperbaiki. Ketika email rusak ia tidak dapat diperbaiki. Di bawah
mahkota, di bawah garis gusi, adalah akar gigi; garis leher gigi. Akar tersebut memiliki
lapisan luar yang disebut dengan sementum. Sementum merapikan gigi secara kuat dengan
periodontium dan sendi tulang yang disebut dengan tulang alveolar. Pada bagian tengah gigi
ada bagian sangat sensitif yang disebut dengan pulpa. Pulpa adalah jantung gigi dan berisi
pembuluh darah dan syaraf (Srigupta,2004).
yaitu lapisan gigi yang berwarna putih seperti mutiara, memperlihatkan penampilan yang
indah dan fungsi pemegang yaitu gigi berguna untuk memegang benda seperti pipa, cerutu
dan lain-lain (Srigupta, 2004)
3. Permasalahan gigi
Gigi berlubang termasuk salah satu penyakit yang banyak dialami orang. Lubang gigi atau
istilah kedokterannya karies gigi. Disebabkan oleh erosi atau pengikisan jaringan keras gigi
yaitu email dan dentin oleh asam. Perasaan sakit pada karies gigi digambarkan seperti
stimulus tidak menyenagkan yang terasa oleh pikiran sadar. Persepsi rasa sakit tersebut
dimulai dari proses daya konduksi elektro kimiawi di daerah yang menyakitkan hingga otak
(Srigupta, 2004)
D. Pendidikan
1. Definisi Pendidikan
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan
pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun
potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha, dan didasari bukan karena kebetulan (Notoadmodjo,
2007).
2. Fungsi Pendidikan
Menurut Ichsan (2001), fungsi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Fungsi pendidikan secara mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik.
b. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat:
1) Pengembangan pribadi
2) Pengembangan warga negara
3) Pengembangan kebudayaan
4) Pengembangan bangsa
3. Tujuan Pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2007), tujuan pendidikan diantaranya :
1) Mengubah pengetahuan/ pengertian, pendapat, dan konsep-konsep
2) Mengubah sikap dan persepsi
3) Menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
6. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan formal menurut UU RI tentang Pendidikan No. 20 tahun 2003 diantara
lain :
1) Pendidikan dasar
Jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Contohnya: Sekolah
Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs)
2) Pendidikan menengah
Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah
kejuruan. Contohnya: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang
sederajat.
3) Pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister,
dokter, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas Pendidikan juga dapat
dikategorikan menjadi pendidikan rendah : tamat SLTP ke bawah dan pendidikan tinggi yaitu
: tamat SLTA ke atas (Riskesdas, 2007).
E. Pengetahuan (Knowledge)
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya
pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengar (telinga), dan indra penglihatan (mata).
2. Tingkat Pengetahuan
Peningkatan pengetahuan merupakan indikator keberhasilan dari pendidikan kesehatan yang
dilakukan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
menurut Bloom (1974) yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah
mangamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tenang
objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseoarang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
3. Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan
Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang menurut Nasution (1999) , yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka orangtua makin mudah menerima informasi tentang
kesehatan gigi sehingga mempunyai kepedulian yang tinggi tentang kesehatan dan kebersihan
gigi setiap anggota keluarganya.
b. Informasi
Orang tua yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan peningkatan
terhadap tingkat pengetahuannya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media masa
seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat diperoleh dari penyuluhan
atau pendidikan kesehatan.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan
informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang
berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa
semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan
jauh lebih luas.
e. Sosial Ekonomi
Upaya untuk mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misal sekolah), tingkat sosial
ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah
untuk mendapatkan informasi.
4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dengan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek
penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dari responden (Notoadmodjo, 2003).
F. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Setiap kejadian dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 4 tingkatan dari yang terendah hingga yang
tertinggi yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu
terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu
yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke
Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Contoh: Seorang ibu yakin bahwa KB sangat
bermanfaat bagi kesehatannya sehingga dia tetap menjadi akseptor KB, walaupun mendapat
tentangan dari orang lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus sosial.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pada umumya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformasi atau searah dengan
orang lain yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan.
Seseorang hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan, dengan demikian kebudayaan yang
diikutinya mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tersebut.
d. Media massa.
Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang, sehingga terbentuklah arah sikap yang tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga
kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap.
f. Pengaruh faktor emosional.
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar,
2002).
g. Pendidikan
Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh dalam bersikap.
h. Faktor sosial dan ekonomi
Keadaan sosial ekonomi akan menimbulkan gaya hidup yang berbeda-beda.
i. Kesiapan fisik (status kesehatan)
Pada umumnya fisik yang kuat terdapat jiwa sehat.
j. Kesiapan psikologis / jiwa
Proses interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu
dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang mempengaruhi pola perilaku masingmasing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi
hubungan antara psikologis disekelilingnya (Azwar, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
Dependent variable
karies gigi
Karies gigi
- Pendidikan
- Pengetahuan Orang tua Anak
- Sikap
- Praktik
Faktor pencetus
- Host
- Agen
- Substrat
- Waktu
Faktor pendukung
- Pendapatan keluarga
- ketersediaan sarana, waktu
Faktor pendorong
Dukungan sosial:
keluarga/suami, teman, tokoh
masyarakat, tenaga kesehatan
3.6.2 sampling
3.7 pengumpulan data
3.7.1 teknik pengumpulan data
3.7.2 instrumen penelitian
3.7.3 uji validitas dan reliabilitas
3.8 pengolahan analisis data
3.8.1 pengolahan data
3.8.2 analisis hasil data penelitian
3.9 etika dalam penelitian
3. Ada hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak balitanya terhadap
prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan:
1. Pendidikan orang tua sebagian besar dalam kategori pendidikan dasar
2. Orangtua
Orangtua hendaknya lebih memperhatikan kesehatan gigi anaknya agar
tidak mengalami karies. Perhatian ini bisa dalam bentuk perhatian untuk
menggosok gigi yang ditunjukkan dengan pendampingan secara langsung
pada praktik menggosok gigi, memperhatikan makanan yang dikonsumsi
anak dan sebagainya.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya karies gigi, serta dalam penelitian selanjutnya
hendaknya juga dapat melibatkan orangtua siswa sehingga dapat diketahui
bentuk dukungan orangtua lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Ann, (2006). Buku Ajar Pediatrika Jakarta, EGC
Anggara, (2006). Flour terhadap kesehatan gigi.
http://www.scribd.com/doc/65635726/Flour-Terhadap-Kesehatan-Gigi
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. Jakarta :
Asdi Mahasatya.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Eriska, R. (2005). Penatalaksanaan trauma gigi pada anak. Fakultas kedokteran
gigi Padjadjaran.
Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi