Vous êtes sur la page 1sur 2

Asal Usul Air Jatuh Hanga-Hanga

Konon dahulu kala di Kerajaan banggai, terdapat banyak sumber mata air dan
sungai-sungai besar serta Rakyatnya yang pandai dalam mengolah lahan, sehingga
menjadikan rakyat kerajaan Banggai hidup makmur dan sejahtera.
Kondisi alam yang ramah menjadi lengkap dengan hadirnya Raja Adi Cokro yang
sangat ramah dan bijaksana. Kerajaan banggai pun menjadi sorotan karena
rakyatnya hidup damai dan sejahtera.
Suatu ketika, kedamaian dan kesejateraan rakyat mulai terusik. Hasil panen mereka
gagal, bahkan untuk minum pun susah. Kekeringan dimana-mana. Padahal saat itu,
musim kemarau belum tiba. Kesulitan rakyat Banggai ini diakibatkan oleh seorang
wanita sakti yang dengan lancang mengusir air jatuh yang ada di tanah Banggai.
Raja Adi Cokro pun gelisah dengan keadaan rakyatnya. Ia pun segera mencari tahu
akar permasalahan dari kekeringan ini. Setelah mengetahuinya, Raja Adi Cokro
tidak langsung menghukum wanita sakti yang telah mengusir air jatuh di tanah
Banggai. Adi Cokro lantas mengundang wanita tersebut untuk datang ke Kerajaan
dan mendengar langsung alasan wanita itu. Mendengar undangan dari Raja, wanita
sakti yang bernama Putri Langi itu langsung kaget bercampur haru dan kagum.
Berangkatlah Putri Langi ke Istana Kerajaan Banggai menghadap Raja Adi Cokro.
Putri Langi diperlakukan dengan sangat baik serta dijamu dengan makanan yang
enak-enak ala kerajaan. Setelah itu, Adi Cokro mengundang Putri Langi untuk
berbincang-bincang. Dengan suara yang lembut, Adi Cokro mulai bertanya kepada
Putri Langi kenapa sumber air (air jatuh) bisa hilang dari Banggai?
Putri Langi menunduk malu seraya berkata Baginda raja, hamba mohon maaf.
Menghilangnya air jatuh Banggai karena air tersebut telah hamba usir dari banggai.
adapun alasan hamba sampai mengusir air jatuh karena air tersebut selalu
menganggu tidur anak hamba jawab Putri Langi
tapi karena tindakan Putri, kini rakyat di kerajaan Banggai menjadi kesulitan dan
menderita. Untuk minum, mandi dan mencuci saja mereka kesulitan mendapatkan
air sela Adi Cokro memberikan alasan pada Putri Langi.
Sekali lagi hamba minta maaf baginda. Lalu apa yang harus hamba lakukan?
Tanya Putri Langi
Tentu saja, air jatuh harus dikembalikan ke Banggai, agar Rakyat bisa hidup normal
kembali jawab Adi Cokro
Mengembalikan air jatuh ke Banggai bukan hal yang rumit bagi hamba. Namun,
anak hamba akan terusik tidurnya dan bsa jatuh sakit jika air jatuh dikembalikan ke
Banggai tukas Putri Langi
jika begitu, bagaimana dengan nasib Rakyat Banggai? tanya Raja
Jika baginda berkenan, saya ingin tawarkan jalan tengah. Bagaimana kalau air
jatuh yang ada di Banggai hamba tukar dengan tempayang berisi air yang
sumbernya hamba ambil dari air jatuh? usul Putri Langi

Nantinya air ditempayang itu akan mengalir terus-menerus seperti air jatuh. Dan
air tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan rakyat banggai jelas Putri Langi
lalu bagaimana dengan air jatuh yang dipunyai Banggai? tanya Adi Cokro
air jatuh itu nantinya akan hamba pindahkan ke salah satu wilayah kerajaan
Banggai. dan kalau Paduka Raja tidak keberatan, saya akan memindahkan air jatuh
itu ke Luwuk jelas Putri Langi
air jatuh itu boleh saja dipindah ke Luwuk, hanya saja saya berpesan agar air jatuh
tersebut diletakkan disebuah bukit yang agak tinggi agar dapat terlihat dari istana
kerajaan Banggai, pesan Adi Cokro
Dan dengan kesaktiannya, kemudian Putri Langi memindahkan air jatuh yang
dahulunya ada di kerajaan Banggai, ke bukit Hanga-Hanga, Luwuk, yang kala itu
dapat terlihat dari Istana Kerajaan Banggai.
Sejak air jatuh itu dipindahkan, Putri Langi pun menepati janjinya untuk
memberikan air kepada rakyat Banggai dalam tempayang. Sejak itulah, banyak
ditemukan sumber-sumber air yang letaknya seperti dalam tempayang di Banggai.
Anak Putri Langi pun dapat tidur dengan nyenyak karena tidak tergangu lagi, hingga
akhirnya ia tumbuh dewasa dan menjadi orang penting di Kerajaan Banggai

Kesimpulan :
Cerita ini tergolong legenda. Karena masyarakat mempercayai sebagai peristiwa
yang pernah terjadi. Dari legenda ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketika
menjadi pemimpin janganlah picik dan kaku. Menjadi pemimpin haruslah amanah,
jujur, arif dan bijaksana. Karena jika pemimpin kaku, picik tidak amanah dan tidak
bijaksana, maka orang-orang disekitarnya akan merasa terpenjara dan akhirnya
mereka akan berontak. Jika sebaliknya, pemimpin seperti itu pasti akan dicintai,
dirindukan oleh orang-orang yang dipimpinnya.

Vous aimerez peut-être aussi