Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Blog Mas Dory - Istilah yang sering digunakan dalam dunia pertambangan. Saya akan coba berbagi
informasi tentang kata atau istilah apa saja yang sering digunakan di dunia pertambangan. Tujuan
utama saya membuat artikel ini di blog Mas Dory sebenarnya untuk dokumentasi buat saya saja agar
saya bisa dengan mudah mengakses jika sewaktu-waktu saya lupa istila tersebut. Jadi kemana-mana
tidak membawa buku catatan atau laptop gitu. Jika jaringan internet ada, maka saya langsung bisa
langsung mengakses nya di blog ini lewat hp.
Namun tidak ada salahnya juga jika anda turut membaca nya juga. Minimal kita bisa belajar bersama
beberapa istilah yang sering digunakan tersebut.
Baca juga Istilah yang digunakan di dunia pertambangan bagian kedua disini.
Sumber data: File data Microsoft Office PowerPoint Presentation nama file Mining Terminology
dengan sedikit penambahan dari apa yang saya pahami tentang istilah tersebut.
Menunjukkan berapa persen dari kesuluruhan waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan
untuk kerja produktif. Effective utilization sebenarnya sama dengan pengertian effisiensi
kerja, dengan persamaan sebagai berikut adalah :
3. Efisiensi kerja
Dalam merencanakan suatu proyek, produktivitas per jam alat yang diperlukan adalah
produktivitas standar dari alat tersebut pada kondisi ideal dikalikan dengan faktor efisiensi
kerja. Efesiensi kerja tergantung faktor : topografi, keahlian operator, pemilihan standar
pemeliharaan, dan sebagainya yang menyangkut operasi alat.
Dalam kenyataannya memang sulit menentukan besarnya efisiensi kerja alat, tetapi dengan
dasar pengalaman dapat ditentukan efisiensi yang mendekati ke nyataan.
Ada 3 (tiga) rumus hitungan yang dipakai untuk menghitung produktivitas alat muat. Yang pertama
adalah rumus produtivitas alat itu sendiri, dan 2 rumus pendukung lagi berasal dari faktor yang
mempengaruhi nya. Kita akan bahas 2 rumus pendukungnya terlebih dahulu agar anda tidak bingung
nanti darimana rumus yang ada dalam produktivitas alat. Produktivitas alat muat sangat dipengaruhi
oleh 2 faktor utama, yaitu Cycle time (waktu edar) alat muat, dan Fill factor (Faktor pengisian
bucket) alat tersebut.
1. 1. Cycle time alat muat.
Cycle time alat muat berbeda dengan cycle time alat angkut, karena cara kerja 2 alat tersebut juga
berbeda. Cycle time alat muat bisa diartikan waktu yang dibutuhkan alat tersebut untuk
menyelesaikan 1 putaran kerja atau 1 trip. Semakin sedikit cycle time alat tersebut, maka semakin
tinggi produktivitas yang dihasilkan.
Untuk menghitung berapa 1 cycle time ( Ct) yang dibutuhkan suatu alat muat ditambang dalam 1
menit, anda bisa menggunakan persamaan:
Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60
Keterangan:
1. 1. a. Bt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk mengisi bucket.
1. 1. b. S tf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk swing atau
berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh muatan).
1. 1. c. L t (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk mengisi muatan.
1. 1. d. S te (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk swing
sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong).
1. 1. e. Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat dari satuan detik
menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik.
Jika ada faktor tambahan lain yang mempengaruhi cycle time alat muat, bisa di tambahkan saja ke
persamaan diatas. Misalnya ada faktor tambahan yaitu waktu yang digunakan alat untuk menunggu
unit angkut bergerak dan memposisikan unit, maka tambahkan waktu ini dalam persamaan di atas.
1. 2. Faktor pengisian atau fill factor suatu alat muat.
Selain cyle time diatas, produktifitas alat muat juga dipengaruhi oleh berapa banyak material yang
bisa di ambil dalam 1 bucket alat muat berbanding dengan berapa kapasitas muat standard bucket
alat muat tersebut.
Untuk mengetahui berapa nilai Faktor pengisian ( Fp) alat, gunakan persamaan berikut ini:
Fp=VrVs100persen
Keterangan:
1. 2. a. Vr (satuan persen) = Volume real bucket yang bisa dihasil suatu alat.
1. 2. b. Vs (satuan persen) = Volume standard bucket alat. Untuk mengetahui berapa volume
standard bucket suatu alat muat, bisa dengan melihat buku pedoman alat yang dikeluarkan oleh
produsen yang membuat alat muat tersebut. Misalnya Excavator Komatsu PC-400 mempunyai
kapasitas standard bucket 3,2 m3 dilihat dari buku pedoman yang dikeluarkan oleh pabrikannya
yaitu Komatsu.
Setelah anda memahami 2 faktor yang mempengaruhi productivity alat (cycle time dan fill factor)
diatas, sekarang saatnya untuk mengetahui dan menghitung produktivitas suatu alat muat saat
beroperasi di pertambangan.
Berikut rumus atau persamaan menghitung produktivitas alat muat di tambang.
P=60CtVrFpMaEux 1 jam
Keterangan:
P = Produktivitas alat muat dalam 1 jam (m3/jam).
Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60
Ct(menit)=6+7+4+560
Ct(menit)=0,37 menit.
Kedua, cari hasil Fill Factor PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus Faktor pengisian alat muat.
Fp=VrVs100persen
Fp=33,2100persen
Fp=93,75 %.
Ketiga, barulah cari produktivitas PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus productivity alat
muat.
P=60CtVrFpMaEux 1 jam
P=398,6 m3/jam.
Beberapa kesimpulan setelah mengetahui hasil produktivitas suatu alat muat ditambang:
A. Semakin rendah mechanical availability alat muat di tambang (alat sering rusak, perbaikan),
semakin sedikit juga produktivitas nya.
B. Semakin tinggi Effective utility alat di tambang (alat tidak sering rusak, tidak banyak standby,),
maka semakin tinggi juga produktivitas alat tersebut. Begitu juga sebaliknya.
C. Semakin lama cycle time yang dibutuhkan alat muat di tambang (operator masih baru, skill
rendah), semakin rendah juga tingkat produktivitasnya.
D. Semakin rendah fill factor suatu alat (operator kurang trampil, kondisi alat muat tidak fit),
semakin rendah juga produktivitas nya.
Selain beberapa kesimpulan di atas, tetaplah ingat bahwa untuk meningkatkan productivity suatu
alat muat di pertambangan, tidak lantas mengorbankan nilai-nilai keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di dalamnya. So keep work safety all.
Selain itu kita juga bisa mengetahui nilai faktor kesesuaian (Match factor) antara alat muat dan unit
angkut dalam satu front (fleet), dimana nilai match factor menunjukkan efisiensi kerja dan
keserasian antara alat muat dan unit angkut di tambang. Untuk rumus hitungan dari Match factor
sendiri akan saya bahas di kesempatan berikutnya.
Baca juga: Cara menghitung dan memahami produktivitas suatu alat muat tambang di sini.
Kembali lagi ke rumus untuk menghitung produktivitas alat / unit angkut di tambang. Berikut ini
rumus yang digunakan untuk menghitung productivity alat angkut di tambang.
Ptr=60CtrSvcFvcMaEu
Keterangan:
Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60
Keterangan:
Ctr = Waktu edar yang dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip - trip/menit.
Stf = Setting time unit angkut di front loading area. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
menempatkan posisi (sebelum unit dimuati muatan oleh alat angkut) - detik.
Lt = Loading time. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut selama proses pemuatan material oleh
alat angkut - detik.
Htf = Hauling time full. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut material dari front ke
disposal (unit angkut dalam kondisi penuh muatan) - detik.
Std = Setting time disposal. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk memposisikan unit saat
di disposal - detik.
Dt = Drop time. Yaitu waktu yang diperlukan alat angkut saat menumpahkan, bongkar, material di
disposal - detik.
Hte = Hauling time empty. Waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk kembali dari disposal ke front
area (unit angkut dalam kondisi kosong) - detik.
Angka 60 = satuan untuk mengubah cycle time 1 trip satuan detik ke menit. 1 menit = 60 detik.
Kita bisa menambahkan faktor lain ke dalam persamaan di atas jika faktor tersebut mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan unit menyelesaikan 1 trip kerjanya. Misalnya jika terjadi antrian unit di front
area. Maka lama waktu antrian akan di tambahkan.
Fvc=RvcSvc
Keterangan:
Rvc = Real vessel capacity, kapasitas muatan nyata vessel alat angkut - satuan m3.
Svc = Standard vessel capacity, Kapasitas muatan standar vessel alat angkut - satuan m3.
4. Mechanical availability alat angkut ( Ma).
Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari kondisi mekanikal alat tersebut.
5. Effective Utility alat angkut ( Eu).
Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari penggunaan efektif alat tersebut.
Baca juga: Cara menghitung ketersediaan alat di tambang berdasarkan kondisi mekanis ( Ma),
kondisi fisik ( Pa), ketersediaan penggunaan ( Ua), dan efektif penggunaan ( Eu) di sini.
Contoh Kasus.
Setelah kita mengetahui semua rumus yang mempengaruhi produktivitas unit angkut tambang di
atas, tidak lengkap rasanya jika tidak berlatih menggunakan rumus tersebut. Mari kita belajar
bersama menyelesaikan contoh kasus di bawah ini.
Harap diperhatikan:
Angka kapasitas standard bucket alat muat dan angka kapasitas standard vessel alat ang kut di
contoh kasus dibawah ini mungkin berbeda dengan spesifikasi data alat muat dan alat angkut di
buku pedoman yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat unit tersebut. Dan saya menggunakan
semua angka lainnya hanya sebagai perumpamaan saja, mungkin saja angka ini berbeda dengan
kenyataan nya di lapangan. Saya menggunakan angka tersebut cuma bertujuan untuk berlatih
menggunakan rumus produktivitas alat angkut.
Jangan jadikan angka tersebut sebagai patokan untuk menghitung produktivitas unit angkut di
tambang tempat anda bekerja. Jauh lebih bijaksana jika anda melihat buku pedoman tentang
berapa kapasitas standar bucket dan kapasitas standar vessel sebenarnya di perusahaan tempat
anda bekerja dan lakukan pengamatan sendiri di lapangan untuk bisa mengetahui produktivitas unit
tersebut.
Coba hitung berapa produktivitas satu unit alat angkut Caterpillar ADT 740 per jam nya di
tambang berdasarkan data yang dikumpulkan pengawas tambang saat unit tersebut beroperasi.
Data dari pengawas:
1. Alat muat menggunakan PC-400 Komatsu - Standard bucket 3,2 m3. Memerlukan waktu sekitar
22 detik untuk 1 cycle time alat muat.
2. Kapasitas muatan standard ( Svc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 24 m3. Memerlukan 7,5
sampai 8 bucket untuk mengisi vessel ADT-740 menggunakan PC-400.
Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60
Ctr=20+176+240+25+16+20060
Ctr = 15 menit (angka pembulatan) setiap 1 trip
Berikutnya kita hitung berapa Fill factor vessel capacity ( Fvc) ADT-740 Caterpillar.
FILL FACTOR VESSEL CAPACITY (FVC) ADT-740 CATERPILLAR.
Fvc=RvcSvc
Fvc=2224
Ptr=60CtrSvcFvcMaEu
Ptr=6015 x 24 x 92% x 95% x 85%
Ptr = 71,3 m3/jam
Dari contoh kasus di atas, kita bisa mengetahui produktivitas per unit per jam alat angkut Articulated
Dump Truck ADT-740 Caterpillar adalah 71,3 m3/jam dengan alat muat PC-400 Komatsu.
Tentunya ini hanya satu contoh yang saya sederhanakan. Pada kenyataan nya, kita harus
mengetahui semua faktor yang mempengaruhi produltivitas alat angkut tersebut satu-persatu.
Mungkin di butuhkan kerjasama team antar pengawas saat mengumpulkan data di lapangan, dan
semua harus dilaksanakan secara tepat, terschedule, dan usahakan tidak ada poin yang dilupakan,
agar kita bisa mengukur tingkat produktivitas unit angkut dengan tepat.
Selain melakukan pekerjaan yang berorientasi produksi, jangan pernah lupa orientasi utama dalam
bekerja adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berorientasi safety dalam bekerja bisa
menyelematkan karyawan dari bahaya kecelakaan selama bekerja, selain itu juga bisa meningkatkan
nilai produksi tanpa diimbangi dengan peningkatan accident. So, keep work safety all.
Sebenarnya ide menulis dan mengumpulkan istilah yang ada di dunia pertambangan dalam blog Mas
Dory ini muncul setelah terjadi obrolan ringan, santai, dan penuh canda dengan teman-teman saya
saat jam istirahat makan siang. Salah satu teman yang menyebut saya "Kamus pertambangan
berjalan" (saya yakin yang ini hanya bercanda saja, hehe) bertanya tentang istilah pertambangan
yang saya lupa penjabarannya gimana. Maklum, saya bukan komputer atau search engine seperti
google yang tahu apa yang kita cari.
Oleh karena itu, saya membuat informasi tentang istilah ini di Blog ini. Selain praktis, karena tidak
perlu membawa buku catatan kemana-mana, saya tinggal buka saja blog Mas Dory ini lewat HP,
tentunya jika sambungan internetnya ada, hehe.
10. Match factor: Nilai kesesuaian antara alat muat dan unit angkut saat beroperasi di front
(fleet) yang sama.
11. Mechanical availability: Ketersediaan alat (muat atau angkut) di tinjau dari waktu-waktu
yang hilang, yang disababkan oleh sebab-sebab mekanikal seperti kerusakan mesin,
perawatan mesin, dll.
12. Stake Out: proses menentukan titik lokasi (pematokan) yang dilakukan bagian survey sesuai
dengan titik rencana dalam peta tambang.
13. Spontaneous Combustion: Proses terbakarnya batubara secara spontan baik itu terjadi di
kondisi asal nya (belum digali, masih insitu), ataupun terjadi di ROM (Run of Mine) stock
tambang atau ROM stockpile pelabuhan.
14. Joint Survey: Kegiatan yang dilakukan pihak kontraktor dengan Customer saat mengambil
data dan mengukur wilayah pertambangan.
15. Expose: Lapisan batubara yang sudah terbuka diakibatkan oleh kegiatan penggalian dan
pengupasan overburden di atas atau disamping batubara tersebut.
16. Hauling: Kegiatan pemuatan material bisa memuat overburden maupun batubara.
17. Hauling Road: Jalan yang dilalui oleh unit angkut material overburden ataupun unit angkut
batubara.
18. Dilution Coal: Batubara yang tercampur dengan material asing seperti overburden, mud, dan
material asing lainnya yang bukan batubara.
19. Crusher: Mesin penghancur batubara menjadi butiran halus sesuai dengan permintaan
pembeli. Biasanya crusher terdapat di stockpile atau jeti, namun ada juga crusher yang
berada di ROM stock tambang.
20. Overcut: Proses terjadinya pemotongan, pengambilan material overburden melebihi apa
yang sudah di rencanakan oleh bagian engineering. Biasanya terjadi pada dinding tambang.
21. Mineplan: Dokumen perencanaan tambang yang dibuat dan dikendalikan oleh bagian
Engineering mulai dari perencanaan desain tambang, target produksi, dll.
22. Stripping limit / Boundary: Batas terluar penambangan yang dibuat oleh engineering.
Biasanya di beri patok berwarna tertentu yang menandakan batas tersebut.
23. Clinometer: Alat untuk mengukur sudut hasil pembentukan slope.
24. Bow Planning: Patok acuan pengawas kepada operator dalam membuat slope. Dibuat oleh
engineering dan dipasang oleh bagian survey.
25. P2H: Pemeliharaan dan Pemeriksaan harian alat atau unit yang dilakukan oleh operator,
driver, ataupun pengawas terhadap unit yang dikendarai nya.
26. Check Sheet: Form yang berisi daftar component alat atau unit yang harus di isi atau
dicentang oleh operator, driver, dan pengawas saat melakukan P2H.
27. Follow Up P2H: Kegiatan untuk menindaklanjuti temuan komponen-komponen yang tidak
berfungsi dengan baik saat melakukan P2H.
28. Blasting: Proses peledakan, penguraian material yang menggunakan bahan peledak yang
telah diletakkan dan dirangkai berdasarkan aturan tertentu.
29. Missfire: Peledakan yang gagal, mangkir, tidak jadi meledak (sebagian atau seluruhnya) dan
harus dilakukan peledakan ulang.
30. Clean Up Drilling Location: Meratakan, membersihkan area pengeboran yang biasanya
dilakukan oleh dozer jenis kecil agar alat bor bisa bekerja dengan baik. Lubang bor ini
nantinya yang akan di tanam bahan peledak untuk proses blasting.
31. Spacing: Jarak antara lubang bor satu dengan lubang bor lainnya dalam satu baris yang
sama.
32. Drag scripper system: Metode pengambilan Overburden kemudian dilanjutkan dengan
pengambilan batubara secara bersamaan dengan 2 alat muat berbeda dan alat angkut yang
berbeda pula.
33. Vessel: Bak unit alat angkut tempat material di muat, bak ponton.
34. Bucket: Wadah atau tempat material saat di gali atau dimuat, bucket excavator, bucket
wheel loader, dll.
35. Tooth bucket: Gigi bucket untuk menggaru, menggali material overburden atau bahan
galian.
36. Alat muat: Alat berat, alat untuk mengambil material, excavator, wheel loader, power
shovel, liebherr, dll.
37. Alau angkut: Unit angkut material yang memiliki vessel atau bak, ADT (Articulated Dump
Truck), Dump Truck, Heavy Duty Dumptruck (HD), dll.
38. Light Vehicle: Unit LV (Mobil penggerak 4 WD) yang dikemudikan oleh orang yang diberi
kewenangan untuk itu. Pengawas, mekanik, driver LV, dll yang mempunyai Kimper.
39. Super elevasi: sudut kemiringan jalan di tikungan yang dibuat mulai dari sisi terluar jalan
hingga sisi terdalam. Dibuat dengan tujuan mencegah unit keluar jalur jalan saat melintas di
tikungan, mencegah unit terguling, rebah yang diakibatkan oleh adanya gaya sentrifugal.
40. Blindspot: Titik buta pengelihatan mata karena terhalang oleh benda, obyek lain di depan,
umumnya blindspot berada di tikungan tajam, jalan tanjakan, dll.
41. Job pending: Penyerahan pekerjaan tambang antara foreman shift pagi, dengan foreman
shift malam. Tujuannya agar pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan shift pagi bisa
dilanjutkan oleh karyawan shift malam.
Baca juga Istilah yang digunakan di dunia pertambangan bagian pertama disini.
Sumber data: File Data Microsoft Office PowerPoint Presentation Nama File Mining Terminologi
dengan sedikit tambahan dari apa yang sudah saya pahami tentang istilah yang digunakan di
pertambangan di atas. Harapan saya semoga sedikit informasi ini bisa bermanfaat buat anda yang
sedang membutuhkannya.
Ilustrasi Grafik
Oleh karena itu, sebelum saya memberikan informasi tentang cara menghitung produktifitas alat
(muat dan angkut), saya akan membagikan informasi menghitung ketersediaan alat di tambang ini
terlebih dahulu. Karena masing-masing hasil dari rumus ketersediaan alat ini akan digunakan untuk
menghitung produktifitas alat nantinya. Saya harap anda bisa memahami ini.
Ketersediaan alat di tambang bisa di diketahui dari melihat 4 faktor yang ada dari alat tersebut.
1. Ketersediaan Mekanis atau Mechanical availability (Ma).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena kerusakan di
bagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bisa juga perawatan unit atau alat. Berikut ini rumus
untuk menghitung mechanical availability suatu alat (hasilnya dalam %).
Ma=JkJk+Jr100persen
2. Ketersediaan Fisik alat atau physical availability (Pa).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang disebabkan oleh banyak
hal selain kerusakan mekanikal di atas. Contohnya seperti hujan, jalan licin, dll. Berikut ini rumus
untuk menghitung Physical Avalability suatu alat (hasil dalam %).
Pa=Jk+StbJk+Jr+Stb100persen
3. Ketersediaan Pemakaian alat atau Used availability (Ua).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang padahal tidak terjadi
kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang jelas seperti tidak sedang hujan atau tidak
ada jalan licin, namun alat di standby kan. Hal ini berhubungan dengan manajemen perusahaan
dalam mengelola alat yang dimilikinya. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung Used
Availability suatu alat (hasil dalam %).
Ua=JkJk+Stb100persen
4. Penggunaan efektif alat atau Effective utility (Eu).
Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi dengan penjumlahan
jam kerja, jam rusak, dan jam standby alat. Berikut ini rumus untuk menghitung Effective utility
suatu alat (hasil dalam %).
Eu=JkJk+Jr+Stb100persen
Keterangan :
Jk = Jumlah total jam kerja alat pada saat alat dapat dioperasikan.
Jr = Jumlah total jam saat alat dalam kondisi rusak (breakdown), sedang atau belum diperbaiki
karena alasan menunggu suku cadang (waiting parts).
Stb = Jumlah total jam stanby alat, dimana alat tidak dapat dioperasikan namun alat sedang dalam
keadaan baik (tidak sedang rusak atau waiting parts). Contohnya standby hujan, slippery (jalan licin
akibat hujan), dll.
Nah sekarang kita telah mengetahui ketersediaan alat dari mechanical, physical, used, dan effective
availability suatu alat. Informasi berikutnya adalah tentang cara menghitung productivity suatu alat
dalam pertambangan. Jadi tetap semangat dan gali ilmu tentang pertambangan sebanyak yang anda
bisa.