Vous êtes sur la page 1sur 19

Istilah di Dunia Pertambangan

Blog Mas Dory - Istilah yang sering digunakan dalam dunia pertambangan. Saya akan coba berbagi
informasi tentang kata atau istilah apa saja yang sering digunakan di dunia pertambangan. Tujuan
utama saya membuat artikel ini di blog Mas Dory sebenarnya untuk dokumentasi buat saya saja agar
saya bisa dengan mudah mengakses jika sewaktu-waktu saya lupa istila tersebut. Jadi kemana-mana
tidak membawa buku catatan atau laptop gitu. Jika jaringan internet ada, maka saya langsung bisa
langsung mengakses nya di blog ini lewat hp.
Namun tidak ada salahnya juga jika anda turut membaca nya juga. Minimal kita bisa belajar bersama
beberapa istilah yang sering digunakan tersebut.

Ilustrasi Aktivitas di Pertambangan


Berikut ini kata atau istilah yang sering digunakan dalam dunia pertambangan.
1. Bund Wall: Tanggul pengaman (sering juga disebut safety berm). Berada di sisi kiri dan kanan jalan
tambang dengan ketinggian 2/3 diameter ban terbesar yang lewat di jalan tersebut.
2. Request Level (RL): Ketinggian yang diminta.
3. Disposal: Tempat pembuangan material tak dipakai (OB - Over Burden, Sub Soil dll) - Area
Dumpingan: bahasa yang sering digunakan oleh orang lapangan .
4. Waste Dump: Disposal.
5. Waste: Material tak terpakai (Over Burden, sub soil, dll).
6. Top Soil: tanah pucuk yang mengandung Hara (penyubur tanah).
7. Bank Soil: Area atau tempat khusus top soil. Bank soil harus ditempatkan terpisah dengan
disposal, karena top soil yang berada di bank soil akan digunakan kembali dan diletakkan di bagian
paling atas saat aktivitas tambang berhenti untuk dipergunakan sebagai area penghijauan
(reklamasi). Lapisan top soil adalah lapisan yang banyak mengandung unsur hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman.


8. Sub Soil: Tanah dibawah top Soil namun diatas OB.
9. Stripping Ratio: Perbandingan jumlah volume batuan dengan mineral (ex SR 1:5).
10. End Wall: Batas akhir area penambangan.
11. Settling Pond: Kolam Pengendapan.
12. Mud Pond: Kolam Penampungan Lumpur.
13. ROM (Stockpile): Run Off Mine / Raw Off Mine. Tempat penyimpanan sementara hasil mineral.
Bisa juga di mine area (ROM PIT), atau bisa juga di Stockpile (ROM Stockpile / Jeti / Pelabuhan).
14. Fleet: Kumpulan armada Produksi terdiri dari alat angkut dan alat muat. Di daerah Sulawesi
Tenggara (Pomalaa, Kolaka) Orang lapangan lebih mengenal Fleet dengan istilah Front. Sebagai
contoh 1 fleet terdiri dari 1 unit alat muat (Excavator PC 500, PC 700, PC 1250,dll), 2 unit Dozer, dan
5 unit angkut (DumpTruck, Articulated Dump Truck, ataupun Heavy DumpTrcuk). Dalam satu wilayah
tambang (PIT) mungkin bisa terdiri dari 5 sampai 8 Fleet. Tergantung dari luas wilayah tambang dan
jarak angkut.
15. Idle: Waktu yang hilang dan tidak dapat terkontrol. Sebagai contoh hujan, kabut, unit break
down, dll.
16. Delay: Waktu yang hilang dan dapat dikontrol seperti Rest Time (jam istirahat).
17. Slippery: Waktu yang hilang karena licin sehabis hujan sampai operasi.
18. Rain: Waktu selama hujan berlangsung.
19. BCM: Bank Cubic Meter (Volume Insitu). Biasa digunakan untuk menghitung volume OB (Over
Burden) dari alat muat (Excavator) yang kemudian diangkut oleh unit angkut.
20. LCM: Loose Cubic Meter (Volume Terurai).
21. AMD: Acid Mine Drainage (Pengaturan air asam tambang). Biasanya dibuat settling pond terlebih
dahulu sampai kadar air yang asam menjadi netral, baru kemudian bisa dialirkan ke aliran terbuka
seperti sungai. Sebelum melewati proses AMD ini, air benar-benar di isolasi di settling pond agar
tidak mencemari wilayah sekitar.
22. Cross Fall: Bentuk normal kemiringan jalan (%). Biasanya menggunakan alat bernama Greader.
23. Cut Back: Pemotongan PIT dilakukan bertahap sejajar antara garis potong dengan garis PIT
Design untuk mengimbangi SR (Push Back).

24. Grade: Tingkat kemiringan jalan (dalam %).


25. Contour: Garis penghubung antar titik yang sama ketinggiannya.
26. Coal Expose: Coal yang sudah dibuang lapisan OB-nya (masih diposisi asalnya - insitu).
27. Coal Inventory: Coal yang siap diangkut keluar tambang.
28. Contamination: Tercampurnya Coal dengan material lain (OB, mud, subsoil). Bisa juga disebut
dirty coal.
29. Roof: Lapisan paling atas dari coal.
30. Floor: Lapisan paling bawah dari coal.
31. Cut and Fill: Galian potong dan timbun.
32. High Wall: Dinding tambang pada sisi terdalam coal terdiri dari Slope dan Bench.
33. Low Wall: Dinding tambang pada sisi terdangkal biasanya terbentuk dari Floor atau Slope.
34. Road Drainage: Pengaliran air dari sisi kiri kanan jalan.
35. Culvert: Gorong2 untuk pengaliran air biasanya terbuat dari plat baja/beton bertulang.
36. Road Pavement: Pengerasan jalan (dengan menggunakan alat bernama Compactor).
37. Water Spraying: Penyiraman jalan (pengendalian debu menggunakan water truck / HD).
38. General Work: Pekerjaan umum untuk mendukung kegiatan Produksi. Biasanya menggunakan
alat type kecil seperti Excavator PC200 untuk membuat bund wall atau memperbaiki nya.
39. Road Maintenance: Perawatan jalan dan jalurnya. Biasanya berada di wilayah tanggung
jawabnya divisi HRM (Hauling and Road Maintenance) yang salah satu tugasnya adalah merawat
kondisi jalan angkut mineral dan memastikan jalan aman untuk dilalui unit angkut dari tambang
sampai stockpile / pelabuhan.
40. Free Face: Batas antara material asli dan material OB yang sudah diambil.
41. Crest: Sisi atas dari Slope (Kepala).
42. Toe: Sisi bawah dari Slope (Kaki).
43. Out Crop: Ujung lapisan coal yang mencuat keatas tanah.

Baca juga Istilah yang digunakan di dunia pertambangan bagian kedua disini.
Sumber data: File data Microsoft Office PowerPoint Presentation nama file Mining Terminology
dengan sedikit penambahan dari apa yang saya pahami tentang istilah tersebut.

Efisiensi Peralatan Mekanis


1. Efisiensi operator (Operator Efficiency)
Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sukar untuk ditentukan
efisiensinya, secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke
jam, tergantung dari keadaan cuaca (alam), kondisi alat yang dikemudikannya, suasana kerja,
ketinggian area kerja, dan lain- lain. Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah
tambahan (incentive) dapat mempertinggi efisiensi operator.
Sebenarnya efisiensi operator tidak hanya dipengaruhi oleh kemalasan pekerjaan itu, tetapi
juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan- hambatan yang tak mungkin dihindari,
seperti melumasi kendraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian-bagian terpenting
sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ke tempat lain, tidak adanya keseimbangan antara
alat-alat angkut dan alat-alat muat, menunggu suatu peledakan pada daerah yang akan dilalui,
perbaikan jalan, dan lain- lain. Karena hal- hal tersebut diatas, sangat jarang selama satu jam
itu operator benar-benar bekerja penuh selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman, maka bila
operator dapat bekerja selalam 50 menit dalam satu jam, ini berarti efisiensinya adalah 83%,
maka hal itu dianggap baik sekali jika alatnya menggunakan ban karet.
Jadi dalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
harus diingat juga efisiensi pekerja-pekerjanya.
2. Efisiensi alat mekanis
Sehubungan dengan efisiensi operator tersebut diatas perlu juga diingat keadaan alat
mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat efisiensi operatornya.
Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan keefektifan
penggunaannya antara lain :
a. Availabilty index (AI) atau Mechanical availability (MA)
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang
sedang dipergunakan.
b. Physical availability (PA) atau Operational availability (OA)
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan. Physical
Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Mechanical Availability. Tingkat
effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka PA mendekati angka MA.
c. Use of availibility (UA)
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperas i pada
saat alat tersebut dapat dipergunakan (available). Angka UA biasanya dapat memperlihatkan
seberapa efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi
ukuran seberapa baik pengelolaan (manajemen) peralatan yang digunakan.
d. Effective utilization (EU)

Menunjukkan berapa persen dari kesuluruhan waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan
untuk kerja produktif. Effective utilization sebenarnya sama dengan pengertian effisiensi
kerja, dengan persamaan sebagai berikut adalah :
3. Efisiensi kerja
Dalam merencanakan suatu proyek, produktivitas per jam alat yang diperlukan adalah
produktivitas standar dari alat tersebut pada kondisi ideal dikalikan dengan faktor efisiensi
kerja. Efesiensi kerja tergantung faktor : topografi, keahlian operator, pemilihan standar
pemeliharaan, dan sebagainya yang menyangkut operasi alat.
Dalam kenyataannya memang sulit menentukan besarnya efisiensi kerja alat, tetapi dengan
dasar pengalaman dapat ditentukan efisiensi yang mendekati ke nyataan.

Memahami Produktivitas Alat Muat Tambang


Blog Mas Dory - Memahami rumus menghitung produktivitas alat muat di pertambangan. Setelah
kemarin saya berbagi informasi tentang cara menghitung ketersediaan alat di tambang, Sekarang
saat nya saya bagikan juga rumus untuk menghitung produktivitas alat muat. Rumus ini sangat
penting untuk diketahui minimal pengawas tambang (foreman) agar dia bisa tahu seberapa efektif
alat muat yang dia awasi tersebut.
Tugas pengawas tambang sama sekali bukan tugas yang ringan. selain dia mempunyai tanggung
jawab besar terhadap keselamatan anak buahnya (Operator alat, Driver DT, dll), dia juga
bertanggung jawab atas hasil produksi dari anak buahnya tersebut. Apakah hasil produksi tersebut
sudah sesuai dengan target perusahaan atau belum. Untuk bisa mengetahui ini semua, maka sudah
seharusnya foreman mengetahui ilmu dasar yang mendukung pekerjaannya tersebut.
Selain itu, tujuan saya membagikan informasi cara menghitung productivity alat muat di tambang ini
adalah untuk berbagi pemahaman kepada pengawas tambang agar rumus yang saya berikan ini bisa
bermanfaat buat pengawas tambang tersebut.

Gambar Mas Dory saat beraksi


Ok tidak perlu berpanjang lebar, karena informasi ini akan panjang dengan sendirinya hehe.
1. Productivitas alat muat (Power Shovel, Excavator, dll).

Ada 3 (tiga) rumus hitungan yang dipakai untuk menghitung produktivitas alat muat. Yang pertama
adalah rumus produtivitas alat itu sendiri, dan 2 rumus pendukung lagi berasal dari faktor yang
mempengaruhi nya. Kita akan bahas 2 rumus pendukungnya terlebih dahulu agar anda tidak bingung
nanti darimana rumus yang ada dalam produktivitas alat. Produktivitas alat muat sangat dipengaruhi
oleh 2 faktor utama, yaitu Cycle time (waktu edar) alat muat, dan Fill factor (Faktor pengisian
bucket) alat tersebut.
1. 1. Cycle time alat muat.
Cycle time alat muat berbeda dengan cycle time alat angkut, karena cara kerja 2 alat tersebut juga
berbeda. Cycle time alat muat bisa diartikan waktu yang dibutuhkan alat tersebut untuk
menyelesaikan 1 putaran kerja atau 1 trip. Semakin sedikit cycle time alat tersebut, maka semakin
tinggi produktivitas yang dihasilkan.
Untuk menghitung berapa 1 cycle time ( Ct) yang dibutuhkan suatu alat muat ditambang dalam 1
menit, anda bisa menggunakan persamaan:

Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60

Keterangan:
1. 1. a. Bt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk mengisi bucket.
1. 1. b. S tf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk swing atau
berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh muatan).
1. 1. c. L t (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk mengisi muatan.
1. 1. d. S te (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk swing
sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong).
1. 1. e. Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat dari satuan detik
menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik.
Jika ada faktor tambahan lain yang mempengaruhi cycle time alat muat, bisa di tambahkan saja ke
persamaan diatas. Misalnya ada faktor tambahan yaitu waktu yang digunakan alat untuk menunggu
unit angkut bergerak dan memposisikan unit, maka tambahkan waktu ini dalam persamaan di atas.
1. 2. Faktor pengisian atau fill factor suatu alat muat.
Selain cyle time diatas, produktifitas alat muat juga dipengaruhi oleh berapa banyak material yang
bisa di ambil dalam 1 bucket alat muat berbanding dengan berapa kapasitas muat standard bucket
alat muat tersebut.
Untuk mengetahui berapa nilai Faktor pengisian ( Fp) alat, gunakan persamaan berikut ini:

Fp=VrVs100persen

Keterangan:
1. 2. a. Vr (satuan persen) = Volume real bucket yang bisa dihasil suatu alat.
1. 2. b. Vs (satuan persen) = Volume standard bucket alat. Untuk mengetahui berapa volume
standard bucket suatu alat muat, bisa dengan melihat buku pedoman alat yang dikeluarkan oleh
produsen yang membuat alat muat tersebut. Misalnya Excavator Komatsu PC-400 mempunyai
kapasitas standard bucket 3,2 m3 dilihat dari buku pedoman yang dikeluarkan oleh pabrikannya
yaitu Komatsu.
Setelah anda memahami 2 faktor yang mempengaruhi productivity alat (cycle time dan fill factor)
diatas, sekarang saatnya untuk mengetahui dan menghitung produktivitas suatu alat muat saat
beroperasi di pertambangan.
Berikut rumus atau persamaan menghitung produktivitas alat muat di tambang.

P=60CtVrFpMaEux 1 jam

Keterangan:
P = Produktivitas alat muat dalam 1 jam (m3/jam).

Ct = Cycle time alat muat (menit).


Vr = Volume real bucket alat saat menggali (m3).
Fp = Faktor pengisian alat muat (%).
Ma = Mechanical availability alat muat (%).
Eu = Effective utility alat muat (%).
Untuk mengetahui Mechanical availability ( Ma) dan Effective utility ( Eu) alat muat, silahkan lihat
artikel saya sebelumnya di sini.
Contoh kasus.
Coba hitung berapa produktivitas alat muat Excavator PC-400 Komatsu berdasarkan hasil observasi
pengawas di bawah ini saat alat muat beroperasi di tambang.
Hasil observasi pengawas:

Mechanical availability ( Ma) PC-400 Komatsu = 95%.


Effective utility ( Eu) PC-400 Komatsu = 92%.
Cycle time ( Ct) PC-400 Komatsu:

Bucket time ( Bt) PC-400 Komatsu = 6 detik.


Swing time full ( Stf) PC-400 Komatsu = 7 detik.
Loading time ( Lt) PC-400 Komatsu = 4 detik.
Swing time empty ( Ste) PC-400 Komatsu = 5 detik.
Fill factor ( Ff) PC-400 Komatsu:

Volume real bucket ( Vr) PC-400 Komatsu = 3 m3.


Volume standard bucket ( Vs) PC-400 Komatsu = 3,2 m3.
Jawaban contoh kasus di atas.
Pertama, cari hasil cycle time PC-400 Komatsu dari data yang ada di atas menggunakan rumus
hitungan cycle time alat.

Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60
Ct(menit)=6+7+4+560
Ct(menit)=0,37 menit.
Kedua, cari hasil Fill Factor PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus Faktor pengisian alat muat.

Fp=VrVs100persen
Fp=33,2100persen
Fp=93,75 %.
Ketiga, barulah cari produktivitas PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus productivity alat
muat.

P=60CtVrFpMaEux 1 jam
P=398,6 m3/jam.
Beberapa kesimpulan setelah mengetahui hasil produktivitas suatu alat muat ditambang:
A. Semakin rendah mechanical availability alat muat di tambang (alat sering rusak, perbaikan),
semakin sedikit juga produktivitas nya.
B. Semakin tinggi Effective utility alat di tambang (alat tidak sering rusak, tidak banyak standby,),
maka semakin tinggi juga produktivitas alat tersebut. Begitu juga sebaliknya.
C. Semakin lama cycle time yang dibutuhkan alat muat di tambang (operator masih baru, skill
rendah), semakin rendah juga tingkat produktivitasnya.
D. Semakin rendah fill factor suatu alat (operator kurang trampil, kondisi alat muat tidak fit),
semakin rendah juga produktivitas nya.
Selain beberapa kesimpulan di atas, tetaplah ingat bahwa untuk meningkatkan productivity suatu
alat muat di pertambangan, tidak lantas mengorbankan nilai-nilai keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di dalamnya. So keep work safety all.

Menghitung Produktivitas Alat Angkut di Tambang


Blog Mas Dory - Menghitung produktivitas alat angkut di tambang menggunakan rumus. Setelah
kemarin saya berbagi informasi tentang cara menghitung produktivitas alat muat (excavator, power
shovel, dll), sekarang saat nya saya berbagi informasi tentang cara menghitung produktivitas alat
angkut seperti Dump truck, ADT, dll.
Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh, khusus nya buat anda yang bekerja sebagai pengawas di
suatu pertambangan. Yang pertama, kita bisa mengetahui nilai produktivitas unit angkut di tambang
dan berapa pencapaian target maksimal yang bisa diperoleh unit angkut tersebut. Jika produktivitas
unit angkut tersebut belum bisa memenuhi target produksi perusahaan, maka tindakan apa yang
bisa di ambil agar target perusahaan tetap bisa tercapai.

Selain itu kita juga bisa mengetahui nilai faktor kesesuaian (Match factor) antara alat muat dan unit
angkut dalam satu front (fleet), dimana nilai match factor menunjukkan efisiensi kerja dan
keserasian antara alat muat dan unit angkut di tambang. Untuk rumus hitungan dari Match factor
sendiri akan saya bahas di kesempatan berikutnya.
Baca juga: Cara menghitung dan memahami produktivitas suatu alat muat tambang di sini.
Kembali lagi ke rumus untuk menghitung produktivitas alat / unit angkut di tambang. Berikut ini
rumus yang digunakan untuk menghitung productivity alat angkut di tambang.

Ptr=60CtrSvcFvcMaEu

Keterangan:

Ptr = Produktivitas truck (alat angkut / unit angkut) - m3/jam.


Ctr = Cycle time truck atau alat angkut - menit.
Svc = Standard vessel capacity, Kapasitas standard muatan vessel (bak) truck atau alat angkut - m3.
Fvc = Fill Factor vessel capacity, Faktor pengisian kapasitas muatan material ke vessel alat angkut %.

Ma = Mechanical Availability unit angkut - %.


Eu = Effectivity Utility unit angkut - %.
Dari persamaan diatas bisa diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya
produktivitas alat angkut di tambang. Dari masing-masing faktor, mempunyai rumus hitungan
masing-masing. Berikut ini adalah faktor-faktor beserta rumus untuk mengitung nya.
1. Cycle time truck atau alat angkut.
Cycle time truck ( Ctr) adalah waktu edar yang diperlukan alat angkut untuk menyelesaikan 1 trip
pekerjaan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan alat angkut menyelesaikan 1 trip, semakin tinggi
produksi yang di hasilkan unit tersebut. Berikut ini rumus untuk mengetahui berapa waktu yang
dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip (rumus cycle time alat angkut).

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60

Keterangan:

Ctr = Waktu edar yang dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip - trip/menit.
Stf = Setting time unit angkut di front loading area. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
menempatkan posisi (sebelum unit dimuati muatan oleh alat angkut) - detik.

Lt = Loading time. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut selama proses pemuatan material oleh
alat angkut - detik.

Htf = Hauling time full. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut material dari front ke
disposal (unit angkut dalam kondisi penuh muatan) - detik.

Std = Setting time disposal. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk memposisikan unit saat
di disposal - detik.

Dt = Drop time. Yaitu waktu yang diperlukan alat angkut saat menumpahkan, bongkar, material di
disposal - detik.

Hte = Hauling time empty. Waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk kembali dari disposal ke front
area (unit angkut dalam kondisi kosong) - detik.
Angka 60 = satuan untuk mengubah cycle time 1 trip satuan detik ke menit. 1 menit = 60 detik.
Kita bisa menambahkan faktor lain ke dalam persamaan di atas jika faktor tersebut mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan unit menyelesaikan 1 trip kerjanya. Misalnya jika terjadi antrian unit di front
area. Maka lama waktu antrian akan di tambahkan.

2. Standard vessel capacity ( Svc).


Standard vessel capacity atau kapasitas standar muatan material vessel dari alat angkut. Kapasitas
standard vessel bisa diketahui dari buku pedoman unit yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat
alat angkut tersebut ( m3).
3. Fill Factor vessel capacity ( Fvc).
Fill factor vessel capacity atau faktor kapasitas pengisian vessel adalah perbandingan antara
kapasitas nyata vessel alat angkut dengan kapasitas standar vessel alat angkut. Semakin banyak
kapasitas nyata yang bisa di angkut, maka semakin tinggi produktivitas unit angkut tersebut. Berikut
ini rumus yang digunakan untuk menghitung fill factor vessel capacity.

Fvc=RvcSvc
Keterangan:

Fvc = Fill factor vessel capacity - satuan %.

Rvc = Real vessel capacity, kapasitas muatan nyata vessel alat angkut - satuan m3.
Svc = Standard vessel capacity, Kapasitas muatan standar vessel alat angkut - satuan m3.
4. Mechanical availability alat angkut ( Ma).
Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari kondisi mekanikal alat tersebut.
5. Effective Utility alat angkut ( Eu).
Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari penggunaan efektif alat tersebut.
Baca juga: Cara menghitung ketersediaan alat di tambang berdasarkan kondisi mekanis ( Ma),
kondisi fisik ( Pa), ketersediaan penggunaan ( Ua), dan efektif penggunaan ( Eu) di sini.
Contoh Kasus.
Setelah kita mengetahui semua rumus yang mempengaruhi produktivitas unit angkut tambang di
atas, tidak lengkap rasanya jika tidak berlatih menggunakan rumus tersebut. Mari kita belajar
bersama menyelesaikan contoh kasus di bawah ini.
Harap diperhatikan:
Angka kapasitas standard bucket alat muat dan angka kapasitas standard vessel alat ang kut di
contoh kasus dibawah ini mungkin berbeda dengan spesifikasi data alat muat dan alat angkut di
buku pedoman yang dikeluarkan oleh perusahaan pembuat unit tersebut. Dan saya menggunakan
semua angka lainnya hanya sebagai perumpamaan saja, mungkin saja angka ini berbeda dengan
kenyataan nya di lapangan. Saya menggunakan angka tersebut cuma bertujuan untuk berlatih
menggunakan rumus produktivitas alat angkut.
Jangan jadikan angka tersebut sebagai patokan untuk menghitung produktivitas unit angkut di
tambang tempat anda bekerja. Jauh lebih bijaksana jika anda melihat buku pedoman tentang
berapa kapasitas standar bucket dan kapasitas standar vessel sebenarnya di perusahaan tempat
anda bekerja dan lakukan pengamatan sendiri di lapangan untuk bisa mengetahui produktivitas unit
tersebut.
Coba hitung berapa produktivitas satu unit alat angkut Caterpillar ADT 740 per jam nya di
tambang berdasarkan data yang dikumpulkan pengawas tambang saat unit tersebut beroperasi.
Data dari pengawas:
1. Alat muat menggunakan PC-400 Komatsu - Standard bucket 3,2 m3. Memerlukan waktu sekitar
22 detik untuk 1 cycle time alat muat.
2. Kapasitas muatan standard ( Svc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 24 m3. Memerlukan 7,5
sampai 8 bucket untuk mengisi vessel ADT-740 menggunakan PC-400.

3. Kapasitas nyata muatan ( Rvc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 22 m3.


4. Mechanical availability (Ma) ADT-740 Caterpillar sebesar 94%.
5. Effective utility ( Eu) ADT-740 Caterpillar sebesar 85%.
6. Setting time front ( Stf) di front loading - 20 detik.
7. Loading time ( Lt) ADT-740 : 8 bucket x 22 detik = 176 detik.
8. Hauling time full ( Htf) ADT-740 - 240 detik.
9. Setting time disposal ( Std) ADT-740 - 25 detik.
10. Drop time ( Dt) ADT-740 - 16 detik.
11. Hauling time empty ( Hte) ADT-740 - 200 detik.
Jawaban contoh kasus di atas.
Sebelum bisa mengetahui berapa produltivitas ADT-740 Caterpillar di atas, kita harus menghitung
dulu faktor-faktor yang mempengaruhi nya berdasarkan rumus produktivitas unit angkut di atas.
Berdasarkan data yang telah di buat pengawas saat observasi lapangan untuk ADT-740, Kita tinggal
mencari berapa cycle time ADT-740.
CYCLE TIME TRUCK ( CTR) ADT-740 CATERPILLAR.

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60
Ctr=20+176+240+25+16+20060
Ctr = 15 menit (angka pembulatan) setiap 1 trip
Berikutnya kita hitung berapa Fill factor vessel capacity ( Fvc) ADT-740 Caterpillar.
FILL FACTOR VESSEL CAPACITY (FVC) ADT-740 CATERPILLAR.

Fvc=RvcSvc
Fvc=2224

Fvc = 92% (angka pembulatan)


Setelah kita mengetahui Cycle time dan Fill factor vessel capacity ADT-740 Caterpillar di atas,
sekarang kita bisa mengetahui berapa produktifitas alat angkut tersebut di tambang.
PRODUCTIVITY TRUCK ( PTR) ATAU ALAT ANGKUT ADT-740 CATERPILLAR.

Ptr=60CtrSvcFvcMaEu
Ptr=6015 x 24 x 92% x 95% x 85%
Ptr = 71,3 m3/jam
Dari contoh kasus di atas, kita bisa mengetahui produktivitas per unit per jam alat angkut Articulated
Dump Truck ADT-740 Caterpillar adalah 71,3 m3/jam dengan alat muat PC-400 Komatsu.
Tentunya ini hanya satu contoh yang saya sederhanakan. Pada kenyataan nya, kita harus
mengetahui semua faktor yang mempengaruhi produltivitas alat angkut tersebut satu-persatu.
Mungkin di butuhkan kerjasama team antar pengawas saat mengumpulkan data di lapangan, dan
semua harus dilaksanakan secara tepat, terschedule, dan usahakan tidak ada poin yang dilupakan,
agar kita bisa mengukur tingkat produktivitas unit angkut dengan tepat.
Selain melakukan pekerjaan yang berorientasi produksi, jangan pernah lupa orientasi utama dalam
bekerja adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berorientasi safety dalam bekerja bisa
menyelematkan karyawan dari bahaya kecelakaan selama bekerja, selain itu juga bisa meningkatkan
nilai produksi tanpa diimbangi dengan peningkatan accident. So, keep work safety all.

Istilah yang digunakan di Dunia Pertambangan bagian Kedua


Blog Mas Dory - Istilah-istilah dalam dunia pertambangan, bagian kedua. Setelah dua kali berturutturut membagikan informasi yang berhubungan dengan rumus. Yaitu rumus ketersediaan alat
ditambang, dengan rumus produktivitas alat muat di tambang. Kali ini saya selingi dengan informasi
istilah yang sering di gunakan dalam dunia pertambangan bagian kedua.
Sebenarnya saya sudah membuat informasi tentang istilah ini di artikel sebelumnya. Namun saya
yakin informasi yang ada di dalamnya belum mencakup semua istilah yang ada di dunia
pertambangan ini. Saya harap dengan artikel bagian kedua ini, bisa menambah wawasan tentang
dunia pertambangan, khususnya pada diri saya sendiri.

Sebenarnya ide menulis dan mengumpulkan istilah yang ada di dunia pertambangan dalam blog Mas
Dory ini muncul setelah terjadi obrolan ringan, santai, dan penuh canda dengan teman-teman saya
saat jam istirahat makan siang. Salah satu teman yang menyebut saya "Kamus pertambangan
berjalan" (saya yakin yang ini hanya bercanda saja, hehe) bertanya tentang istilah pertambangan
yang saya lupa penjabarannya gimana. Maklum, saya bukan komputer atau search engine seperti
google yang tahu apa yang kita cari.
Oleh karena itu, saya membuat informasi tentang istilah ini di Blog ini. Selain praktis, karena tidak
perlu membawa buku catatan kemana-mana, saya tinggal buka saja blog Mas Dory ini lewat HP,
tentunya jika sambungan internetnya ada, hehe.

Mas Dory dan teman-teman


Baca juga: Istilah yang digunakan di dunia pertambangan bagian pertama di sini.
Berikut ini istilah yang digunakan di dunia pertambangan, bagian kedua:
1. Accident: kejadian yang tidak di sengaja, tidak di rekayasa, tidak di inginkan, dan dapat
menimbulkan kerugian kepada manusia, alat, dan juga lingkungan sekitar.
2. Fatality: Accident, kecelakaan yang mengakibatkan hilang nya nyawa korban dalam kurun
waktu 1 x 24 jam sejak kejadian.
3. Swell factor: pengembangan volume suatu material setelah tergali dari tempat asalnya
(insitu).
4. Bank Cubic Meter (BCM): Volume material saat baru diambil dari kondisi atau tempat
aslinya.
5. Loose Cubic Meter (LCM): Volume material setelah terurai dari kondisi aslinya. Biasanya LCM
lebih banyak daripada BCM disebabkan oleh swell faktor, walaupun untuk jenis material dan
densitas material yang sama.
6. Ripping: Penggaruan, penguraian material dengan menggunakan alat berat seperti
Excavator, Dozer yang dilengkapi ripper, dll. Yang digaru biasanya Overburden atau OB.
7. Rippable: nilai yang menunjukkan material yang bisa di gali, di garu (ripper), dll.
8. Seismic Test Meter: Alat yang digunakan untuk nilai kekerasan, kepadatan suatu material,
satuan m/detik.
9. Benching system: Cara penggalian, pengambilan material overburden dengan system jenjang
(bench).

10. Match factor: Nilai kesesuaian antara alat muat dan unit angkut saat beroperasi di front
(fleet) yang sama.
11. Mechanical availability: Ketersediaan alat (muat atau angkut) di tinjau dari waktu-waktu
yang hilang, yang disababkan oleh sebab-sebab mekanikal seperti kerusakan mesin,
perawatan mesin, dll.
12. Stake Out: proses menentukan titik lokasi (pematokan) yang dilakukan bagian survey sesuai
dengan titik rencana dalam peta tambang.
13. Spontaneous Combustion: Proses terbakarnya batubara secara spontan baik itu terjadi di
kondisi asal nya (belum digali, masih insitu), ataupun terjadi di ROM (Run of Mine) stock
tambang atau ROM stockpile pelabuhan.
14. Joint Survey: Kegiatan yang dilakukan pihak kontraktor dengan Customer saat mengambil
data dan mengukur wilayah pertambangan.
15. Expose: Lapisan batubara yang sudah terbuka diakibatkan oleh kegiatan penggalian dan
pengupasan overburden di atas atau disamping batubara tersebut.
16. Hauling: Kegiatan pemuatan material bisa memuat overburden maupun batubara.
17. Hauling Road: Jalan yang dilalui oleh unit angkut material overburden ataupun unit angkut
batubara.
18. Dilution Coal: Batubara yang tercampur dengan material asing seperti overburden, mud, dan
material asing lainnya yang bukan batubara.
19. Crusher: Mesin penghancur batubara menjadi butiran halus sesuai dengan permintaan
pembeli. Biasanya crusher terdapat di stockpile atau jeti, namun ada juga crusher yang
berada di ROM stock tambang.
20. Overcut: Proses terjadinya pemotongan, pengambilan material overburden melebihi apa
yang sudah di rencanakan oleh bagian engineering. Biasanya terjadi pada dinding tambang.
21. Mineplan: Dokumen perencanaan tambang yang dibuat dan dikendalikan oleh bagian
Engineering mulai dari perencanaan desain tambang, target produksi, dll.
22. Stripping limit / Boundary: Batas terluar penambangan yang dibuat oleh engineering.
Biasanya di beri patok berwarna tertentu yang menandakan batas tersebut.
23. Clinometer: Alat untuk mengukur sudut hasil pembentukan slope.
24. Bow Planning: Patok acuan pengawas kepada operator dalam membuat slope. Dibuat oleh
engineering dan dipasang oleh bagian survey.
25. P2H: Pemeliharaan dan Pemeriksaan harian alat atau unit yang dilakukan oleh operator,
driver, ataupun pengawas terhadap unit yang dikendarai nya.
26. Check Sheet: Form yang berisi daftar component alat atau unit yang harus di isi atau
dicentang oleh operator, driver, dan pengawas saat melakukan P2H.
27. Follow Up P2H: Kegiatan untuk menindaklanjuti temuan komponen-komponen yang tidak
berfungsi dengan baik saat melakukan P2H.
28. Blasting: Proses peledakan, penguraian material yang menggunakan bahan peledak yang
telah diletakkan dan dirangkai berdasarkan aturan tertentu.
29. Missfire: Peledakan yang gagal, mangkir, tidak jadi meledak (sebagian atau seluruhnya) dan
harus dilakukan peledakan ulang.
30. Clean Up Drilling Location: Meratakan, membersihkan area pengeboran yang biasanya
dilakukan oleh dozer jenis kecil agar alat bor bisa bekerja dengan baik. Lubang bor ini
nantinya yang akan di tanam bahan peledak untuk proses blasting.
31. Spacing: Jarak antara lubang bor satu dengan lubang bor lainnya dalam satu baris yang
sama.
32. Drag scripper system: Metode pengambilan Overburden kemudian dilanjutkan dengan
pengambilan batubara secara bersamaan dengan 2 alat muat berbeda dan alat angkut yang
berbeda pula.
33. Vessel: Bak unit alat angkut tempat material di muat, bak ponton.

34. Bucket: Wadah atau tempat material saat di gali atau dimuat, bucket excavator, bucket
wheel loader, dll.
35. Tooth bucket: Gigi bucket untuk menggaru, menggali material overburden atau bahan
galian.
36. Alat muat: Alat berat, alat untuk mengambil material, excavator, wheel loader, power
shovel, liebherr, dll.
37. Alau angkut: Unit angkut material yang memiliki vessel atau bak, ADT (Articulated Dump
Truck), Dump Truck, Heavy Duty Dumptruck (HD), dll.
38. Light Vehicle: Unit LV (Mobil penggerak 4 WD) yang dikemudikan oleh orang yang diberi
kewenangan untuk itu. Pengawas, mekanik, driver LV, dll yang mempunyai Kimper.
39. Super elevasi: sudut kemiringan jalan di tikungan yang dibuat mulai dari sisi terluar jalan
hingga sisi terdalam. Dibuat dengan tujuan mencegah unit keluar jalur jalan saat melintas di
tikungan, mencegah unit terguling, rebah yang diakibatkan oleh adanya gaya sentrifugal.
40. Blindspot: Titik buta pengelihatan mata karena terhalang oleh benda, obyek lain di depan,
umumnya blindspot berada di tikungan tajam, jalan tanjakan, dll.
41. Job pending: Penyerahan pekerjaan tambang antara foreman shift pagi, dengan foreman
shift malam. Tujuannya agar pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan shift pagi bisa
dilanjutkan oleh karyawan shift malam.
Baca juga Istilah yang digunakan di dunia pertambangan bagian pertama disini.
Sumber data: File Data Microsoft Office PowerPoint Presentation Nama File Mining Terminologi
dengan sedikit tambahan dari apa yang sudah saya pahami tentang istilah yang digunakan di
pertambangan di atas. Harapan saya semoga sedikit informasi ini bisa bermanfaat buat anda yang
sedang membutuhkannya.

Menghitung Ketersediaan Alat di Tambang


Blog Mas Dory - Cara menghitung presentase ketersediaan alat di tambang. Saya coba berbagi
pengalaman tentang cara menghitung ketersediaan alat di tambang baik itu ketersediaan alat muat
(Excavator, Power Shovel, dll) ataupun ketersediaan alat angkut (Dump Truck, Articulated Dump
Truck, HD, dll). Sebenarnya informasi ini sangat cocok buat level foreman atau pengawas tambang.
Karena rumus ketersediaan alat ini adalah dasar untuk menghitung produktifitas suatu alat di
tambang tempat foreman tersebut berada.
Sedangkan tujuan untuk menghitung produktifitas suatu alat adalah untuk mengetahui seberapa
efektif alat tersebut bekerja di tambang. Dengan begini kita bisa menentukan berapa target produksi
yang ingin dicapai suatu perusahaan pertambangan dari alat-alat yang tersedia di dalamnya. Jika
target produksi sudah ditentukan dan ternyata tidak memenuhi target tersebut, faktor apa saja yang
menyebabkan target produksi tidak tercapai. Apakah faktor produktifitas alat atau faktor lain.

Ilustrasi Grafik
Oleh karena itu, sebelum saya memberikan informasi tentang cara menghitung produktifitas alat
(muat dan angkut), saya akan membagikan informasi menghitung ketersediaan alat di tambang ini
terlebih dahulu. Karena masing-masing hasil dari rumus ketersediaan alat ini akan digunakan untuk
menghitung produktifitas alat nantinya. Saya harap anda bisa memahami ini.
Ketersediaan alat di tambang bisa di diketahui dari melihat 4 faktor yang ada dari alat tersebut.
1. Ketersediaan Mekanis atau Mechanical availability (Ma).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena kerusakan di
bagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bisa juga perawatan unit atau alat. Berikut ini rumus
untuk menghitung mechanical availability suatu alat (hasilnya dalam %).

Ma=JkJk+Jr100persen
2. Ketersediaan Fisik alat atau physical availability (Pa).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang disebabkan oleh banyak
hal selain kerusakan mekanikal di atas. Contohnya seperti hujan, jalan licin, dll. Berikut ini rumus
untuk menghitung Physical Avalability suatu alat (hasil dalam %).

Pa=Jk+StbJk+Jr+Stb100persen
3. Ketersediaan Pemakaian alat atau Used availability (Ua).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang padahal tidak terjadi
kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang jelas seperti tidak sedang hujan atau tidak
ada jalan licin, namun alat di standby kan. Hal ini berhubungan dengan manajemen perusahaan
dalam mengelola alat yang dimilikinya. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung Used
Availability suatu alat (hasil dalam %).

Ua=JkJk+Stb100persen
4. Penggunaan efektif alat atau Effective utility (Eu).
Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi dengan penjumlahan
jam kerja, jam rusak, dan jam standby alat. Berikut ini rumus untuk menghitung Effective utility
suatu alat (hasil dalam %).

Eu=JkJk+Jr+Stb100persen

Keterangan :

Jk = Jumlah total jam kerja alat pada saat alat dapat dioperasikan.
Jr = Jumlah total jam saat alat dalam kondisi rusak (breakdown), sedang atau belum diperbaiki
karena alasan menunggu suku cadang (waiting parts).

Stb = Jumlah total jam stanby alat, dimana alat tidak dapat dioperasikan namun alat sedang dalam
keadaan baik (tidak sedang rusak atau waiting parts). Contohnya standby hujan, slippery (jalan licin
akibat hujan), dll.
Nah sekarang kita telah mengetahui ketersediaan alat dari mechanical, physical, used, dan effective
availability suatu alat. Informasi berikutnya adalah tentang cara menghitung productivity suatu alat
dalam pertambangan. Jadi tetap semangat dan gali ilmu tentang pertambangan sebanyak yang anda
bisa.

Vous aimerez peut-être aussi