Vous êtes sur la page 1sur 12

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Politeknik Negeri Malang

BAB III
PERENCANAAN SEL
3.1

Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah dengan pokok bahasan perencanaan sel,

mahasiswa dapat:
1. Memilih site untuk penempatan peralatan radio seluler,
2. Memilih peralatan radio seluler,
3. Melakukan konfigurasi peralatan seluler,
4. Melakukan perencanaan untuk mendirikan BTS baru,
5. Melakukan optimasi BTS pada jaringan seluler.
Praktikum dengan pokok bahasan perencanaan sel adalah melakukan
perencanaan untuk mendirikan BTS baru, memilih lokasi penempatan peralatan
radio

seluler,

memilih

peralatan

radio

seluler

dan

dapat

melakukan

konfigurasinya. Sedangkan pada BTS yang sudah ada dapat melakukan optimasi
terhadap kelayakan kualitas pelayanan dan performansi suatu jaringan seluler
terutama pada perangkat BTS, yaitu kapasitas kanal dan radius sel.
3.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum perencanaan sel, adalah

sebagai berikut:
1. Tahapan perencanaan sel,
2. Personal Computer,
3. Tabel Erlang B,
4. Test mobile system (TEMS).
3.3

Dasar Teori
sel
Sebuah sel dapat didefinisikan sebagai daerah cakupan radio dari satu

sistem antena BTS. Sel adalah blok area terkecil dalam jaringan mobile dan
merupakan alasan mengapa jaringan selular sering dirujuk sebagai jaringan
selular. Dan biasanya, sel diwakili secara grafis dalam bentuk segi enam
(hexagonal). Ada dua jenis utama dari sel, yaitu:
a. Omni directional sel

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Sebuah sel omni-directional (atau omnicell) dilayani oleh BTS dengan


antena yang mentransmisikan secara merata ke segala arah (360 ).
b. Sektor sel
Sebuah

sektor

sel

adalah cakupan wilayah

dari

antena,

yang

mentransmisikan dalam arah tertentu saja. Misalnya, arah dengan 120 atau 180
setara dengan sebuah sel omni-directional. Satu BTS sektoral dapat melayani
lebih dari satu, seperti site dua sektoral dan site tiga sektoral. Gambar 3.1 adalah
omnidirectional sel dan directional sel.

BTS

BTS

Omnidirectional sel

sektor sel

Gambar 3.1 Omnidirectional sel dan sector sel


Sumber: Ericcson
Biasanya, omi-directional sel digunakan untuk mendapatkan cakupan area
yang luas, sedangkan sel sektor yang digunakan untuk mendapatkan kapasitas
kanal lebih besar. Perbatasan antara wilayah cakupan dari dua sel adalah
himpunan titik-titik di mana kekuatan sinyal dari kedua antena adalah sama. Pada
kenyataannya, lingkungan akan menentukan garis ini, tetapi untuk kesederhanaan,
itu direpresentasikan sebagai garis lurus. Jika enam BTS yang ditempatkan di
sekitar sebuah BTS asli, cakupan wilayah sel menggunakan bentuk heksagonal,
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 3.2 Perbatasan antara sel omnidirectional


Sumber: Ericsson
Langkah 1: Traffic dan Analisis Cakupan
Perencanaan sel dimulai dengan traffic dan analisis cakupan. Analisis
harus menghasilkan informasi tentang daerah geografis dan kapasitas yang
diharapkan (beban traffic). Jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah:
a. Biaya,
b. Kapasitas,
c. Cakupan,
d. Garde of service (GOS),
e. Frekuensi yang tersedia,
f. Kualitas suara,
g. Kemampuan pertumbuhan sistem.
Dasar untuk perencanaan sel adalah permintaan traffic, yaitu berapa
banyak pelanggan menggunakan jaringan dan berapa banyak traffic yang
dihasilkan. Erlang (E) adalah satuan pengukuran intensitas traffic. Hal ini dapat
menghitung dengan rumus sebagai berikut:
A

n .T
Erlang
3600

(3.1)

Dengan: A = traffic yang ditawarkan dari satu pengguna atau lebih pada sistem,
n = Jumlah panggilan per jam,
T = waktu panggilan rata-rata dalam detik.
Distribusi geografis permintaan traffic dapat dihitung dengan data
demografis pengguna, seperti:
a. Distribusi populasi,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

10

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Distribusi pengguna mobil,


c. Disribusi tingkat penghasilan,
d. Data pengguna tanah,
e. Statistik pengguna telepon,
f. Faktor-faktor lain, seperti biaya langganan/biaya panggilan dan harga MS.
Perhitungan Jumlah BTS yang diperlukan
Untuk menentukan jumlah BTS dan tata letak adalah jumlah pelanggan
dan GOS harus diketahui. GOS adalah prosentase panggilan padat diperbolehkan
dan mendefinisikan kualitas layanan.
Langkah 2: Perencanaan Sel Nominal
Perencanaan sel nominal dapat dihasilkan dari data yang dikumpulkan
berupa traffic dan analisis cakupan. Perencanaan sel nominal adalah representasi
grafis dari jaringan dan tampak seperti pola sel pada peta. Perencanan sel nominal
adalah perencanaan sel pertama dan membentuk dasar untuk perencanaan lebih
lanjut. Perencanaan harus diperhitungkan sifat propagasi radio dari lingkungan
yang sebenarnya. Perencanaan tersebut membutuhkan teknik pengukuran dan
tambahan analisis menggunakan alat komputer untuk studi propagasi radio. Alat
perencanaan ericsson, test mobile system (TEMS) menyediakan suatu prediksi,
yaitu:
a. Prediksi cakupan,
b. Sintesa cakupan komposit,
c. Prediksi interferensi co-channel.
TEMS adalah suatu paket perangkat lunak yang dirancang untuk
menyederhanakan proses perencanaan dan mengoptimalkan jaringan selular. Hal
ini didasarkan pada ASSET oleh Airtouch.
Dengan TEMS cell planner, traffic dapat menyebar ke seluruh di peta
untuk menentukan perencanaan kapasitas. Traffic dapat ditampilkan dengan
menggunakan warna yang berbeda untuk jumlah yang berbeda untuk Erlang/km2
atau pengguna dapat menyorot sel yang tidak memenuhi GOS tertentu. Data hasil
tes diimpor dari MS dan ditampilkan pada peta. TEMS cell planner dapat juga
mengimpor file survei radio, yang dapat digunakan untuk menyempurnakan
model prediksi untuk daerah di mana jaringan yang akan direncanakan. Data juga
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

11

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

dapat diimpor dari dan diekspor ke OSS. Misalnya, jika ada keraguan tentang
risiko dispersi waktu di site tertentu, langkah-langkah berikut dapat diambil:
a. Lokasi site dapat diubah,
b. Site dapat diukur dengan tanggapan dispersi waktu,
c. Site dapat dianalisis dengan rasio carrier-to-reflection (C/R) menggunakan
alat predictional.
Propagasi Radio
Bentuk sel heksagonal untuk menyederhanakan model pola radio coverage
karena propagasi radio sangat tergantung pada faktor-faktor medan dan lainnya.
Masalah path loss, shadowing (bayangan) dan multipath fading dari semua efek
cakupan dari suatu daerah. Sebagai contoh, dispersi waktu adalah masalah yang
disebabkan oleh penerimaan sinyal radio, yang dipantulkan obyek benda dari
jauh. Carrier to reflection (C/R) didefinisikan sebagai rasio antara sinyal langsung
(C) dan sinyal dipantulkan (R). permasalahan alignment waktu jarak maksimum
antara MS dan BTS adalah 35 km. Ini adalah radius maksimum sel GSM. Di
daerah dimana cakupan besar dengan kapasitas kecil diperlukan, adalah
memungkinkan untuk mengalokasikan dua slot waktu TDMA berturut-turut untuk
panggilan satu pelanggan. Ini memungkinkan jarak maksimum dari BTS adalah
70 km.
Pengulangan Frekuensi (Frequency Reuse)
Jaringan selular modern direncanakan menggunakan teknik pengulangan
frekuensi. Dalam jaringan selular, jumlah panggilan yang dapat mendukung
jaringan dibatasi oleh jumlah frekuensi radio yang dialokasikan untuk jaringan
tersebut.

Namun,

jaringan

selular

dapat

mengatasi

kendala

ini

dan

memaksimalkan jumlah pelanggan yang dapat melayani dengan menggunakan


pengulangan frekuensi. Pengulangan frekuensi berarti bahwa dua saluran radio
dalam jaringan yang sama dapat menggunakan frekuensi yang sama persis,
asalkan ada jarak geografis yang cukup (jarak frekuensi reuse) di antara mereka
sehingga tidak akan tejadi interferensi satu sama lain. Perencanaan penggunaan
frekuensi sangat ketat, untuk memperbesar potensi kapasitas jaringan.
Berdasarkan perhitungan traffic, pola sel dan perencanaan pengulangan
frekuensi menggunakan untuk jaringan awal untuk permintaan masa depan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

12

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Interferensi kanal sama (co-channel interference-C/I)


Jaringan selular lebih sering dibatasi oleh masalah yang disebabkan oleh
gangguan daripada masalah kekuatan sinyal. Interferensi kanal yang sama
disebabkan oleh digunakan frekuensi dekat dengan frekuensi yang sama persis.
Interferensi (I) adalah frekuensi penginterferensi dan carrier (C) adalah frekuensi
carrier.
Spesifikasi GSM merekomendasikan bahwa carrier-to-interference (C/I)
dengan rasio lebih besar dari 9 decibles (dB). Rasio (C/I) dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut:
a. Lokasi MS,
b. Geografi lokal dan jenis scatering lokal,
c. Jenis antena BTS, elevasi dan posisi site.
Carrier f1

Interference f1

dB

distance

Gambar 3.3 Interferensi kanal sama (C/I)


Sumber: Ericsson
Channel to Adjacent (C/A) atau Interferensi Kanal yang Berdekatan
Interferensi kanal yang berdekatan (A), yaitu frekuensi bergeser 200kHz
dari frekuensi kanal pembawa (C), harus dihindari dalam sel yang sama dan sel
tetangga. Frekuensi yang berdekatan dengan frekuensi carrier dapat menyebabkan
masalah interferensi dan kualitas. Spesifikasi GSM menyatakan bahwa rasio
carrier-to-adjacent (C/A) harus lebih besar dari-9dB. Ericsson menganjurkan agar
lebih tinggi dari 3 dB digunakan sebagai kriteria perencanaan. Gambar 3.4 adalah
interferensi kanal yang berdekatan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

13

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Carrier f1

Interference f1

dB

f2 = f1 + 200kHz

3 dB

-9 dB

distance

Gambar 3.4 Interferensi kanal yang berdekatan (C/A)


Sumber: Ericsson
Dengan perencanaan pengulangan frekuensi (frequency reuse) sesuai
dengan pola sel, baik interferensi co-channel atau interferensi kanal yang
berdekatan akan menimbulkan masalah, asalkan sel mempunyai sifat propagasi
gelombang radio yang homogen. Namun, dalam kenyataannya sel bervariasi
dalam ukuran tergantung pada jumlah traffic yang dilayani. Walaupun,
perencanaan sel secara riil harus diverifikasi dengan cara prediksi atau
pengukuran radio untuk memastikan bahwa gangguan (interferensi) tidak menjadi
masalah. Namun demikian, perencanaan sel berdasarkan bentuk segi enam,
perencanaan sel nominal, memberikan gambaran yang baik dari perencanaan
sistem.
cluster
Kelompok frekuensi (sel) yang ditempatkan bersama-sama membentuk
pola sel tertentu yang dikontrol oleh satu BSC disebut cluster. Cluster adalah
kelompok sel di mana semua frekuensi yang tersedia telah digunakan sekali dan
hanya sekali. Karena frekuensi yang sama dapat digunakan dalam cluster
tetangga, interferensi dapat menjadi masalah. Oleh karena itu, jarak reuse
frekuensi harus dijaga seluas mungkin. Namun, untuk memaksimalkan kapasitas
kanal, jarak pengulangan frekuensi harus dijaga serendah mungkin. Pola sel
pengulangan frekuensi untuk GSM adalah 4/12 dan pola 3/9. Pola sel 4/12 berarti
bahwa terdapat empat BTS, setiap site BTS mengcover tiga sektor sehingga
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

14

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

mendukung dua belas kelompok frekuensi. Pola 4/12 sel umum digunakan oleh
operator jaringan GSM/DCS. Gambar 3.5 adalah pola sel cluster 4/12.
D3

D1

D1

C3

A1

A3

C1

D2

A3

C3

A1

D3

C2

B3

B3

D1

B2

C2

B1

A2

D3

B1

A2

C1

D2

B2

C1

D2

C3

A1

A3

C2

B1

A2

B3

B2

Gambar 3.5 Pola sel 4/12


Sumber: Ericsson
Tabel 3.1 adalah contoh sebuah operator jaringan memperoleh 24 kanal
frekuensi (1-24) yang dibuat menjadi pola sel 3/9:
Tabel 3.1 Pemetaan nomor RFC ke pola sel 3/9
Frequency
Group

No.RFC

A1

B1

C1

A2

B2

C2

A3

B3

C3

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Dalam pola sel 3/9 terdapat 3 BTS yang meng-cover 9 sel, dimana setiap
BTS meng-cover 3 sel. Namun ketika dibandingkan dengan pola sel 4/12, sektor
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

15

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

sel A1 dan sektor sel C3 adalah tetangga dan menggunakan frekuensi yang
berdekatan (nomer RFC 10 dan 9). Oleh karena itu, interferensi C/A akan
meningkat. Dalam hal ini, operator menggunakan frekuensi hopping yang
memerlukan perencanaan dengan benar, sehingga dapat mengurangi interferensi
kanal yang berdekatan. Gambar 3.6 adalah pola sel cluster 3/9.

A1

A1

A3

C1

C3

B3

A1

A3

C3

B1

C2

A3

C3

C2

B3

C3

C3

C2

A1

B2

A3

C1

A2

C1

A2

B1

C2

A1

B2

C1

A2

A3

C1

A2

A2

C2

Gambar 3.6 Pola sel 3/9


Sumber: Ericsson
Dalam jaringan yang sebenarnya alokasi kanal, pemetaan sel seperti dalam
Tabel 3.2 adalah kondisi perencanaan dengan jumlah RFC setiap sektor adalah
seragam, namun dalam kenyataan setiap sektor terdapat jumlah RFC lebih sedikit
atau lebih banyak tergantung traffic dan persebaran jumlah pengguna telepon
mobile. Sehingga dalam hal ini, kanal RFC dapat diambil dari beban traffic sel
rendah dan pindah ke salah satu beban traffic yang tinggi. Perubahan pemetaan
nomor RFC dilakukan dengan tetap memastikan bahwa interferensi dibuat paling
minimal.
Langkah 3: Survei
Pada langkah 2 perencanaan sel nominal telah selesai dan cakupan dasar
dan prediksi interferensi diperoleh data, maka survei lokasi dan pengukuran radio
dapat dilakukan. Survei lokasi yang dilakukan untuk semua lokasi site yang
diusulkan. Parameter-parameter berikut ini harus diperiksa untuk setiap site.
a) Lokasi yang sebenarnya,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

16

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b) Ruang untuk peralatan dan termasuk antena,


c) Tempat kabel,
d) Fasilitas daya,
e) Kontrak dengan pemilik tanah untuk penempatan site.
Pengukuran Radio
Pengukuran radio dilakukan untuk menyesuaikan parameter yang
digunakan dalam perencanaan dan kondisi kenyataan. Artinya, penyesuaian dibuat
untuk memenuhi iklim site spesifik dan kebutuhan peralatan. Sebagai contoh,
parameter yang digunakan pada iklim dingin akan berbeda dengan parameter
digunakan pada iklim tropis. Sebuah pemancar pengujian dipasang pada
kendaraan, dan kekuatan sinyal diukur saat mengemudi di sekitar area site. Hasil
dari pengukuran tersebut dapat dibandingkan dengan hasil nilai-nilai perencanaan
dengan simulasi yang sama dari pemancar. Parameter perencanaan kemudian
dapat disesuaikan agar sesuai dengan pengukuran yang sebenarnya.
Langkah 4: Desain Sistem
Setelah parameter perencanaan telah disesuaikan dengan pengukuran yang
sebenarnya, dimensi BSC, HLR dan MSC/VLR dapat disesuaikan dan
perencanaan sel akhir dihasilkan. Berikutnya adalah instalasi sistem. Cakupan
baru dan prediksi interferensi dilakukan pada tahap ini, sehingga dokumen cell
data record (CDD) mengandung parameter untuk setiap sel.
Langkah 5 dan 6: Implementasi Sistem dan Tuning
Setelah sistem telah di-instal, kemudian dipantau terus menerus untuk
menentukan seberapa kualitas sistem memenuhi permintaan layanan. Penalaan
sistem, meliputi:
a) Memeriksa bahwa perencanaan sel akhir telah berhasil dilaksanakan,
b) Mengevaluasi keluhan pelanggan,
c) Memeriksa parameter dan mengambil pengukuran lainnya, jika
diperlukan.

Test Mobile System (TEMS)


TEMS adalah alat pengujian yang digunakan untuk membaca dan
mengontrol informasi yang dikirim melalui antarmuka udara antara BTS dan MS.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

17

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Hal ini dapat digunakan untuk pengukuran cakupan radio. Selain itu, TEMS dapat
digunakan untuk pengukuran lapangan dan pengolahan setelah pengukuran.
TEMS terdiri dari MS dengan software khusus, sebuah personal computer (PC)
portabel dan penerima global positioning system (GPS) sebagai peralatan
opsional. MS dapat digunakan dalam mode aktif dan siaga. PC digunakan untuk
presentasi, kontrol dan penyimpanan pengukuran. Penerima GPS memberikan
posisi yang tepat dari pengukuran dengan memanfaatkan satelit. Ketika sinyal
satelit terhalang maka switch sistem penerima GPS mati dan sinyal satelit hilang.
Pengukuran TEMS dapat diimpor ke TEMS cell planner, sehingga hasil
pengukuran dapat ditampilkan pada peta. Sebagai contoh, pengukuran
memungkinkan dapat di-download untuk pengolah spreadsheet dan word paket.
Langkah 7: Pertumbuhan/Perubahan Sistem
Sebuah proses perencanaan sel berlangsung terus menerus. Jika jaringan
perlu diperluas karena peningkatan traffic atau karena suatu perubahan lingkungan
(misalnya, gedung baru), maka operator harus melakukan proses perencanaan sel
lagi, dimulai dengan traffic baru dan analisis cakupan.
3.4

Problem
Buat perencanaan sel menggunakan spesifikasi data jaringan sebagai

berikut:
A

n .T
3600

T= 3 menit,
n= 2,

4 menit

GOS = 1%,
Prediksi jumlah pelanggan = 15.000 pelanggan,

11.000

Perolehan frekuensi = 10 MHz,


Pola sel cluster = 4/12
3.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam perencanaan sel melalui

tahapan-tahapan, dimulai analisis tahap 1, 2, 3,4, 5 dan 6, dan 7.


3.6

Hasil dan Pembahasan

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

18

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan


capaian pembelajaran pokok bahasan perencanaan sel.
3.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perencanaan sel berdasarkan

analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian


pembelajaran.
3.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perencanaan sel.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

19

Vous aimerez peut-être aussi