Vous êtes sur la page 1sur 46

Modul VI

VI - 1

BAB VI
KAYU
A.Pendahuluan
Prasyarat :
Telah mampu menjelaskan sumber,pembuatan,sifat-sifat,pembagian serta
keuntungan dan kerugian pemakaian bahan logam
Standar Kompetensi :
Mampu menjelaskan sifat,masalah yang biasa ada,penggolongan,pengawetan,jenis
kayu dalam perdangan serta kayu hasil olahan industri.
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan jenis dan sifat-sifat kayu sebagai bahan bangunan
2. Mampu menjelaskan penggolongan kayu.
3. Mampu menjelaskan pengawetan kayu.
4. Mampu menjelaskan kayu dalam perdagangan dan kayuhasil olahan industri.
B.Penyajian.
6.1 Pendahuluan
Kayu adalah bahan organis yang didapatkan dari berbagai jenis pohon kayu.
Kayu adalah bahan yang sangat penting untuk bangunan, maupun untuk perabot rumah
tangga, sebab kayu mudah didapat dan harganya murah, lagi pula mudah dikerjakan.
Kecuali BJ nya ringan,kayu mempunyal sifat- sifat lain misalnya berkekuatan tinggi,
elastis dan cukup awet.
Tetapi kayu juga mempunyal sifat-sifat yang kurang menguntunkan misalnya :

kayu tidak homogen,

bersifat hidroskofis,

mudah terbakar,

ketidak seragaman sebagai hasil tumbuhan alam, dan

cacat-cacat pada kayu itu sendiri.

Kayu terdiri dan serabut-serabut, maka kekuatan dan kepadatan serabutlah yang
menentukan dari pada kayu. Pohon kayu di Indonesia untuk bahan bangunan
digolongkan dalam 4 macam :

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 2

1. Pohon-pohon berdaun lebar


2. Pohon-pohon berdaun jarum
3. Pohon-pohon sebangsa palma
4. Pohon-pohon bambu, termasuk bangsa rumput.
Pohon terdiri dari akar,batang ,tangkai,ranting dan daun. Pada awalnya bagian yang
terpenting untuk bahan bangunan dari suatu pohon adalah batang tetapi kemajuan
teknologi sekarang,mengakibatkan hampir semua bagian dari kayu dapat digunakan
misalnya untuk pembuatan partikel board dapat dipakai ranting/cabang kaju,sedangkan
akar dipakai juga untuk hal-hal berupa peralatan seni dll.
6.2 Sifat-sifat kayu
6.2.1.Struktur kayu
Bilamana kayu itu kita tebang, dan pada waktu keadaan masih basah dipotong
arah rnelintang, maka pada potongan tarsebut kelihatan beberapa lapisan.

Gambar 6.1 Potongan Lintang Pohon kayu


Keterangan gambar :
Kulit Luar: Lapisan luar yang sudah mati, dan merupakan gabus, sebagai
pelindung dari kayu.
Kulit dalam:
Mengandung zat-zat kimia misalnya, tannin,resin zat-zat warna, getah dan lainlain.
Kambium :Kambium kearah luar menghasilkan sel-sel jangat dan kedalam
manambah sel-sel kayu. Set-sel yang melingkari lapisan kambium tetap
mempunyai daya kembang biak dengan membelah diri.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 3

Kayu gubal:Kayu yang diproses dari cellulosa dan lignin maupun dari zat-zat
lainnya, dan warna kayu ini keputih-putihan , kayu gubal ini lambatlaun tumbuh
menjadi kayu keras . Selain proses diatas kayu gubal berfungsi untuk mengangkut
zat-zat mineral dari dalam tanah.
Kayu Teras:Kayu teras warnanya lebih tua dari pada kayu gubal, dan berasal dari
kayu gubal yang sudah tidak aktif bekerja lagi. Kayu teras mempunyai kekuatan
mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi berdirinya pohon.
Lingkaran Tahun :Lingkaran tahun ini menunjukkan perkembangan kayu dari
musim kering ke muslin hujan dan sebaliknya. Pada muslin kering sel-sel yang
terbentuk kecil-kecil, sedang pada muslin hujan sel-sel membesar. Perbedaan
ukuran penbentukan sel-sel dalam perubahan ini membentuk lingkaran.
Hati: Hati boleh dikatakan dari permulaan kayu itu tumbuh.
Garis Teras :Garis teras dapat diartikan retakan-retakan yang timbul pada waktu
pengeringan kurang teratur.
6.2.2 Sifat-sifat fisis
a.Berat jenis
Berat jenis kayu adalah angka perbandingan antara berat kayu pada keadaan kering
dapur (kayu yang telah dikeringkan pada suhu 105 C) dengan berat air yang
mempunyai volume yang sama dengan kayu tersebut diatas. Biasanya dipakai
volume kayu yang dalam keadaan sebelum di keringkan.
b.Kadar air kayu
Kayu mempunyai sifat sebagai bahan peyerap udara basah. Demikian pula
sebaliknya, kalau udara menjadi kering, uap air akan dilepaskan oleh kayu dan kayu
akan menjadi kering.
Jumlah uap air dari kayu tergantung kelembaban udara disekalilingnya di mana
kayu itu berada. Untuk suatu kelembaban tertentu jumlah air yang dikandung oleh
kayu (kadar air) disebut kadar air kesetimbangan pada kelembaban udara 0% kadar
air kesetimbanagn kayu adalah 0 persen dan untuk kelembaban udara 100 persen
kadar air keseimbangan adalah 30 persen . Kadar air ini dikenal sebagai titik jenuh
serat.
Kadar air dalam kayu terlalu tinggi antara 30-200% pada kayu-kayu basah. Bila
kadar air kecil maka kayu menjadi awet .Kadar ais kayu kering rata-rata 15 %,
Kering mutlak 0% hal ini sulit sekali didapat.
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 4

Air yang berada dalam kayu sangat mempengaruhi sifat-sifat dari kayu.
c.Pengerutan dan Pengembangan
Jika kadar air kayu turun, hingga melampaui titik jenuh serat akan terjadi
pengerutan.
Selama kadar air kayu berada di atas titik jenuh serat pengerutan tidak akan terjadi,
meskipun terjadi pengerutan ringan.
d.Bobot isi
Berat sesungguhnya kayu yang kita jumpai di alam sebenarnya sangat tergantung
dari zat-zat penyusunnya misalnya tebal dinding sel besar ukuran rongga-rogga sel
dan rongga-rongga antar sel, besar serta banyaknya saluran-saluran, kadar airnya
dan sebagainya. Berat ini kita sebut 'bobot isi" untuk membedakannya dari berat
jenis. Bobot isi dinyatakan dalam gr/cm3 atau ton/m3. Bertambah atau
berkurangnya kadar air dalam kayu menyebabkan bertambahan besar atau kecilnya
harga bobot isi.
6.2.3 Sifat Mekanis.
Sifat mekanis kayu adalah daya tahan kayu terhadap gaya yang diberikan
kepadanya yang diukur dengan besarnya tegangan yang dapat dipikul kayu
tersebut. akibat gaya-gaya luar .Gaya luar yang dimaksud adalah :
a.Kuat tarik
b.Kuat tekan
c.Kuat lentur
d.Kuat geser
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanis kayu adalah :
Berat jenis
Kadar legas
Kecepatan pertumbuhan
Posisi cincin tahun
Mata
Retak
miring arah serat
Pola hidup dam mati
Pengeringan alam dan oven

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 5

Pengawetan (treatment berhubung keawetan dan kebakaran).


Keawetan
Lamanya pembebanan
6.3 Kayu dan Masalahnya
6.3.1 Cacat-cacat kayu.
Berbagai cacat pada kayu, seperti retak-retak, pecah-pecah, dsb, timbul sewaktu
pohon ditebang atau karena pengeringan yang jelek.
a.Mata kayu.
Kayu dikatakan kasar apabilah banyak mengandung mata kayu, dan kayu
dikatakan licin bilah tidak banvak mengandung mata kayu. Mata kayu
merupakan faktor yang penting bagi pekerjaan bangunan rumah dan perkakas
rumah tangga. Mata kayu yang terdapat pada batang, menunjukkan tempat
cabang tumbuh.
Mata kayu itu tidak sama sifatnya dengan kayu-kayu sekelilingnya ,kadangkadang keras sekali ,kadang juga agak lunak tetapi yang pasti selalu
mengadakan perubahan arah serat. Kalau mata kayu yang ada ukurannya
besar,maka akan menimbulkan kelemahan pada tempat itu,karna akan
mengakibatkan arah serat yang tegak lurus pada arah panjang kayu oleh sebab
itu kayu yang demikian jangan dipakai untuk batang yang memikul gaya
tekan. Pada pengeringan biasanva nenimbulkan beberapa pecah-pecah susut.
b.Retak-retak kayu.

Retakan cekung.
Retakan cekung bisa timbul memanjang dalam kayu. Semua itu bisa
disebabkan oleh angin kencang yang menerpa selagi pohon tumbuh atau
oleh benturan yang terjadi sewaktu pohon ditebang. Serat dan ge1anggelang tahun yang berdampingan di mana terdapat sel yang bervariasi
menjadi robek. Sewaktu dilakukan pengubahan, banyak bagian kayu yang
terbuang dikarenakan retakan- takan cekung.
Sebatang pohon sebaiknya ditebang di musim dingin sewaktu dahandahan
sudah melepaskan daundaun. Dalam keadaan demikian ia lebih ringan
dari pada di musim panas dan kerusakan kayu ketika ia membenur tanah
akan menjadi berkurang.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 6

Gambar 6.2 Retakan cekung

Retakan hati kayu


Retakan hati kayu melintasi jari-jari teras, dan disebabkan karena kayu
dibiarkan terlalu lama dalam bentuk gelondongan sebelum dilakukan
pengubahan atau karena pengeringan yang jelek. Dinding-dinding sel jarijari sangat tipis dan tidak sekuat sel-sel serat.

Gambar 6.3 Retakan hati kayu


Sel-sel dalam jari-jari teras mengandung cairan, dan penyusutan yang
tidak merata bisa terjadi jika cairan ini mulai menguap.

Retakan berbentuk bintang


Retakan berbentuk bintang timbul bila beberapa retakan hati kayu mulai
pada bagian yang sama dari hati kayu. Penyebab retakan ini sama seperti
yang menyebabkan retakan hati kayu. Adanya retakan berbentuk bintang
pada sebatang kayu gelondongan merupakan petunjuk nyata bahwa kayu
tersebut dibiarkan terlalu lama sebelum dilakukan pengubahan.

Gambar 6.4 Retakan bentuk bintang


S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 7

Retakan tapak petir


Semula retakan tapak petir dikira akibat terpaan badai listrik, tapi
nyatanya semua itu disebabkan karena pohon yang ditebang telah
mengena sesuatu, seperti pohon lain yang telah ditebang sebelumnya atau
rintangan lainnya, sewaktu pohon termaksud membentur tanah. Hal
demikian dapat menyebabkan jaringan serat mendapat benturan pada titik
kontak dengan sesuatu rintangan sehingga memperlemah susunan
jaringan tersebut.

Gambar 6.5 Retakan tapak petir

Precah-pecah pada muka kayu


Pecah-pecah pada muka kayu disebabkan karena permukaan kayu
gergajian mengering lebih cepat danipada bagian dalamnya. Permukaan
kayu tersebut menyusut sedangkan bagian dalam tetap berada pada
keadaan normal. Serat- serat kayu dipaksa merenggang oleh regangan
yang tidak merata di permukaan.

Gambar 6.6 Pecah muka kayu

Celah-celah
Celah-celah di bagian dalam disebabkari oleh cara pengeringan yang
jelek. Ada kalanya kayu gergajian akan mengering tanpa menunjukkan,
atau hampir tanpa menunjukkan perubahan lebar , kemudian bila bagian

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 8

dalam pun mengening, ia akan menyusut, dan retakan-retakan bisa timbul


di bagian dalam.

Gambar 6.7 Celah-celah kayu

Pecah-pecah di bagian ujung


Pecah-pecah di bagian ujung disebabkan oleh hal yang sama seperti pada
pecah-pecah di permukaan. Penguapan air di ujung kayu gergajian
berlangsung lebih banyak dibanding di bagian mana pun, kanenanya
pecah-pecah dibagian ujung merupakan hal biasa pada kayu yang
dikeringkan secara alami. Sebaiknya ujung-ujung kayu dilindungi melalui
car-cara tertentu.

Gambar 6.8 Pecah bagian ujung


c.NODA-NODA DAN LUNTUR WARNA
Setelab sebatang pohon ditebang, terdapat kemungkinan ia akan langsung
diserang oleh jamur atau serangga. Jamur-jamur yang mengakibatkan
terbentuknya noda-noda dan melunturnya warna kayu, tidak merusak
susunan kayu itu sendini, mereka hidup dari apa-apa yang terdapat dalam
sel-sel kayu gubal dan bukan merusak dinding selsel tersebut. Untuk
mencegah melunturnya warna, sebaiknya kayu gelondongan secepatnya
dikenakan pengubahan setelah ia ditebang. Jamur hanya akan menyerang
kayu yang mengandung 20% air atau lebih. Karenanya, persentasi air
harus secepat mungkin diturunkan hingga di bawah 20%. Penanggulangan

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 9

seperti ini akan terasa sukar melalui cara pengeringan alami. Dengan
demikian, merupakan suatu hal biasa apabila pada kayu-kayu lunak yang
dikeringkan seperti itu, kita melihat noda-noda biru yang disebabkan oleh
jamur-jamur ini.
d.Hati kayu yang Busuk
Cacat ini sukar dilihat sebelum kayu itu ditebang, dan pada umumnya
cacat hati ini terdapat pada pohon-pohon yang sudah tua dan besar
batangnya. Penyebab hati kayu yang busuk ada dua kemungkinan. Pertama
dari cabang yang sudah mati atau kena penyakit yang lama kelamaan
kemasukan air dan mengalami pembusukan sampai ke hati. Kemungkinan
kedua adanya kepatahan dari akar tunjangnya,karna lamanya kepatahan itu
akar dapat busuk dan dimakan oleh air maupun binatang perusak kayu
seperti rayap dll.
e.Lapuk kayu
Kayu yang masih muda bila ditumpuk terlalu lama dan belum
ikuliti,cepat mengalami cacat lapuk. Kelapukan ini dipengaruhi pula oleh
susunan penumpukan dan kelembaban udara sekeliling serta tumbuhnya
jamur pada kayu.Cara mengatasi kayu yang diserang jamur adalah dengan
meletakkan kayu pada tempat yang kering dan berangin.
6.3.2 Penyimpanan / Penimbunan Kayu
Tujuan dari pada penimbunan adalah supaya pengeringan kayu secara alamiah
bersifat baik, kayu dapat memudar akibat serangan - serangan penyakit misalnya
cendawan. seranga, bubuk, lapuk dan sebagainya.
Pohon yang sudah ditebang cabang-cabangnya segerah dibersikan dan dipotongpotong sesuai tujuan penggunaanya serta keadaan kayu itu sendiri. Potonganpotongan kayu ini disebut dolk ( gelondongan ). Dolk-dolk ini tidak boleh terlalu
lama dibiarkan didalam hutan karna udara dalam hutan biasanya terlalu
lembab,kayu dolk harus segera dibawah ke T.P.K ( tempat penimbunan kayu)
dimana tempat ini merupakan tempat penimbunan sementara. Pada T.P.K ini, kayu
dolk diberi:
pengupasan kulit luar.
kode
nomor
meterai setempat dll
Dari T.P.K kayu-kayu dolk segera diangkut ketempat perdagangan,sebab itu T.P.K
diusahakan pada tempat -tempat yang muda untuk pengangkutan.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 10

Tata cara penimbunan kayu :


1. Dolk harus ditimbun ditempat yang rindang supaya tidak secara langsung
mendapat sinar matahari,dengan demikian kayu tidak mengalami proses
pengeringan yang cepat.
2. Penimbunan Dolk tidak boleh langsung diatas tanah,harus dipakai alas atau
landasan,untuk menjaga agar terhindar dari serangan serangga serta memberi
kebebasan udara masuk dan menjaga lapuknya kayu.
3. Daerah penimbunan harus kering atau bebas air ,maka dari itu harus diberi
saluran-saluran pengaliran air.
4. Penimbunan yang dilakukan didalam gedung (los) biasanya kayu-kayu yang
sudah digergaji ,dan dalam los itu harus keadaan ruangan terbuka untuk
memberi kebebasan pergantian udara.
6.3.3 SERANGAN JAMUR
Berbagai jenis jamur yang menyerang kayu,jamur-jamur yang hidup dari
jalinan sel sangat mengurangi kekuatan kayu dan dalam banyak hal membuat kayu
tersebut menjadi tidak berguna bagi berbagai tujuan konstruksi. Semua jenis jamur
hidup dari zat gula dan zat tepung dalam kayu. Di banding dengan kayu inti, kayu
gubal mengandung lebih banyak zat-zat makanan ini, sehingga karenanya kayu gubal
lebih mudah terserang jamur. Namun jika kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi
kehidupan jamur memang tersedia, kayu inti pun dapat pula diserang. Kayu hanya
akan diserang oleb jamur jika ia mengandung persediaan makanan (gula dan zat
tepung) dan juga mempunyai persentasi cairan tertentu (di atas 20%). Harus pula
terdapat sejumlah oksigen. Kayu yang dipergunakan dalam konstruksi penyangga
dermaga di bawah permukaan air, tidak diserang oleh jamur karena tidak adanya
udara. Dikarenakan alasan yang sama. bagian tiang pagar yang berada dalam
tanahpun tidak diserang oleh jamur.
Kayu yang dikeringkan dengan baikpun, jika digunakan dalam kondisi yang
lembab, bisa menyerap air dan atmosfir dalam jumlah sedemikian rupa sehingga
memungkinkan jamur untuk hidup. Seharusnya kayu diberi pelindung yang memadai
untuk menangkis serangan jamur.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 11

Terdapat berbagai macam jamur :

jenis yang menyerang kayu yang sedang tumbuh;

jenis yang menyerang kayu yang baru ditebang sebelum pengubahan

jenis yang menyerang kayu yang sudah disiapkan untuk keperluan komersial.

Dari ketiga jenis jamur, jenis terakhirlah yang paling mencemaskan pihak
konsumen, dan dapat diklasifikasikan sebagai busukan kering, jamur gudang bawah
tanah atau jamur tambang (mine fungus). Busukan kering merupakan jenis jamur
yang paling banyak menimbulkan kerusakan. Jamur ini mempunyai kemampuan
untuk menembus tembok batu bata dan plester dalam usahanya untuk mencapai
kayu segar. Begitu ia sudah menempel, ia mampu menyerang kayu kering dengan
terlebih dulu membasahinya dengan air yang dibawa pada bagian sisi-sinya. Jamur
tersebut berwarna putih, dengan sisi-sisinya yang berwama kelabu menjulur dari
tanaman induk . Kayu yang membusuk berwarna coklat, dengan retakan-retakan
yang sejajar dengan jaringan serat dan ada pula yang melintasinya.
Tipe pencemaran kayu seperti ini dinamai busukan kubus sesuai dengan pola
yang ditinggalkannnya pada kayu. Kayu yang tercemar berada dalam keadaan
kering dan membusuk.
Jamur gudang bawah tanah (busukan basah) hanya menyerang kayu basah;
Sesuai dengan namanya, ia kebanyakan ditemukan dalam gudang-gudang bawah
tanah yang basah dan sedikit kemasukan cahaya. Ia tidak sebandel busukan kering.
Jenis jamur ini berwarna kekuning-kuningan, tanpa sisi-sisi yang menjulur. Kayu
yang busuk, berwarna coklat tua, dengan retakan-retakan yang searah dengan
jaringan serat.
Jamur tambang disebut pula busukan kubus, tapi ia membutuhkan banyak
air. Kondisi-kondisi yang terdapat dalam tambang-tambang batu bara sangat
memadai bagi kehidupan jenis jamur ini, dan tiang-tiang penopang sering kali
diserangnya. Ia serupa dengan busu kaju kering, tetapi sisi-sisinya tidak
mengandung air. Jenis jamur ini disebarkan oleh benih-benih.Penampilan kayu yang
membusuk, sama seperti kayu yang diserang oleb busukan kering.Begitu jamur
mulai menyerang kayu sukarlah untuk membasminya. Semua kayu yang tercemar
harus dilenyapkan dan dibakar. Dinding-dmnding yang mengelilinginya, langitlangit, dan sebagainya, harus disemprot dengan obat pembasmi jamur. Kayu-kayu
yang tidak terkena penularan harus ditangani dengan obat pelindung sebelum
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 12

dipasang. Jika mungkin, berbagai kondisi yang memberi dorongan bagi


pertumbuhan jamur harus ditiadakan.
6.3.4 SERANGAN

SERANGGA

Serangga dapat menimbulkan kerusakan sangat besar pada kayu. Seranggaserangga pencemar kayu adalah kumbang-kumbang yang merusak kayu dengan
jalan bertelur dalam retakan-retakan dan celah-celah. Telur-telur menetas dan larvalarvanya menyusup ke dalam kayu, meninggalkan sejumlah terowongan di belakang
mereka. Larva- larva tersebut sedikitnya hidup selama setahun dalam kayu, dan ada
kalanya hingga bertahun-tahun, tergantung dari banyaknya zat tepung yang tersedia
untuk dimakan. Bila larva-larva sudah menjadi dewasa, mereka membor jalan
hampir menembus permukaan kayu dan menutup diri dalam kepompong selama
beberapa minggu hingga berbentuk kumbang. Kumbang tersebut membor jalan ke
luar dari batang kayu, meninggalkan lubang-lubang dalam kayu. Pada tahapan
inilah diketahui adanya ulat kayu.
a.Kumbang perabot rumah tangga (Anobium punctatum).
Kumbang penggerek kayu yang paling umum dikenal adalah kumbang perabotan
rumah tangga (Anobium punctatum) yang biasanya menyerang perabotan tua, panelpanel dinding dsb.
Kumbang ini berwarna cokiat tua hampir mendekati hitam dan panjangnya sekitar 2
hingga 5 mm,Larva-larvanya berwama keputih-putihan dan kecil serta berbentuk
bengkok. Bubuk kayu yang dibornya terasa kasar bila diremas diantara jari tangan.
Kumbang ini muncul dari pohon di antara bulan Juni dan Agustus dan terbang
menuju kayu lain yang memadai untuk bertelur. Kayu yang tidak dilindungi oleh cat
atau obat pelindung seperti bagian bawah laci dan daun meja, sangat mudah untuk
diserang.
b.Kumbang penunggu bangkai (Xestobium rufovillosum)
Kumbang ini berukurang panjang sekitar 6 hingga 8 mm, warnanya
cokiat berbintik-bintik. Kepalanya lebar dan rata. Larva-larvanya serupa dengan
larva-larva kumbang perabotan rumah . Lubang-lubang ke luar yang dibuat oleh jenis
kumbang ini lebih besar daripada yang dibuat oleh kumbang-kumbang lain. Bubuk

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 13

kayu yang dibornya mudah dikenal karena mengandung butiran-butiran yang jelas
sekali terlihat.
Tergolong dalam keluarga yang sama seperti kumbang perabotan. Ia menyerang
kayu-kayu tua, khusus balok-balok kayu dolk dalam mesjid sering kali dijadikan
sasarannya. Jenis kumbang ini muncul dari sebuah pohon di antara bulan April dan
Juni. Mereka bertelur dalam retakan-retakan, pecahan-pecahan dan dalam lubanglubang yang telah ada dalam kayu. Selama musim kawin kumbang-kumbang tersebut
mengetuk-ngetukkan kepala mereka kepada kayu, menimbulkan suara berketukketuk. Suara itu menjadi penyebab mengapa mereka disebut kumbang penunggu
bangkai.
c.Kumbang zat tepung (Lyctus brunneus)
Kumbang ini berwarna coklat kemerah-merahan hingga hitam dan panjangnya
kira-kira 2 mm. Badan kumbang ini berupa dua bagian terpisah dilengkapi dua buah
antena, sebuah pada kedua sisi kepalanya. Antena-antena tersebut melebar pada
bagian ujungnya. Larvanya kecil dan berwanna keputih-putihan, dua buah titik coklat
terdapat di bagian belakang badan. Bubuk kayu yang dibornya terasa seperti tepung
di antara jari tangan.
sangat berbahaya di tempat-tempat penimbunan kayu. Mereka bertelur dalam
bagian pembuluh-pembuluh kayu gubal dan kayu-kayu keras dari

mulai April

hingga Agustus. Semua jenis kayu lunak,dan pohon-pohon birch, adalah umun
terhadap serangan kumbang ini karena telur-telurnya terlampau besar untuk dapat
masuk ke dalan pori-pori jenis kayu tersebut. Hanya kayu gubal saja yang diserang
karena larva-larva membutuhkar zat tepung dan biasanya zat tepung tidak terdapat
dalam kayu inti.
d.Kumbang bertanduk panjang (Hylotrupes bajulus)
Kumbang ini berukuran panjang antara 6 hingga 20 mm, Bentuknya mudah
dikenal dengan dua bintik mengilap di atas kepala dan rambut-rambut putih di
sayapnya. Bubuk kayu yang dibomya mengandung fragmen-fragmen kasar dan
serpihan-serpihan kayu sangat kecil.
Kumbang

ini

memusatkan diri hanya kepada pohon-pohon yang merana dan

kepada kayu yang berserakan di atas tanah dalam hutan. Larva-larvanya hidup

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 14

dalam kulit-luar kayu dan dalam kayu gubal. Mereka membuat lubang-lubang
berbentuk oval dalam kayu.
e.Kumbang penggerek semat (Ambrosia beetle)
Kumbang-kumbang ini tergolong dalam keluarga Scolytidae dan Platypodidae.
Ukuran panjangnya sekitar 4 hingga 8 mm. Larva-larvanya hanya hidup dalam kayu
yang belum dikeringkan. Kumbang tersebut membawa serta jenis jamur yang
meninggalkan noda hitam sewaktu ia membor kayu.
Serangan oleh kumbang-kumbang ini berhenti apabila kayu telah dikeringkan.
hanya menyerang kayu yang baru ditebang dan mereka akan mati bila kayu tersebut
dikeringkan. Kehadiran kumbang-kumbang ini dapat diketahui dengan adanya
terowongan-terowongan yang dibuat oleh larva-larva. Terowongan-terowongan
tersebut berwarna gelap dan biasanya melintasi jaringan serat kayu.
f.Kumbang penggerek di air laut
Jenis kumbang ini menyerang kayu yang digunakan dalam air laut. Mereka
tidak tergolong dalam jenis serangga melainkan molusca dan crustacea. Tiang-tiang
dok dan dermaga dari kayu yang digunakan dalam konstruksi kapal dijadikan sasaran
oleh kumbang-kumbang ini. yang paling dikenal di antara kumbang-kumbang ini
adalah Teredo navalis (ulat kapal) yang termasuk molusca, dan Limnoria lignorum
yang termasuk crustacea.Teredo merupakan yang paling herbahaya karena ia mampu
menghancurkan kayu dalam waktu sangat pendek. Beberapa jenis kayu, khususnya
ekki dan greenheart dapat terbebas dari serangan kumbang penggerek di air laut.
Kayu-kayu ini, disemprot dengan obat pelindung yang memadai, pada umumnya
digunakan untuk konstruksi-konstruksi dalam air rawa atau laut.
6.3.5 Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan
secara efisien. Pengeringan yang tidak baik dapat merusak setiap kayu.
Tujuan pengeringan adalah:
(1) untuk memperkecil kadar lengas dalam kayu;
(2) untuk mencegah serangan kayu oleh jamur dan serangga-serangga penggerek
kayu;
(3) untuk meningkatkan kekuatan kayu dan agar lebih mudah dikerjakan.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 15

Apabila sebatang pohon ditebang, lubang-lubang dan dinding-dinding suda berisi


banyak air. Dalam kondisi seperti ini pohon yang ditebang disebut kayu hijau.
Untuk mengurangi kadar lengas hingga tahapan yang dikehendaki, kayu harus
dikeringkan, yaitu air yang terdapat di dalamnya diuapkan sebagian. Adalah sangat
penting bahwa kadar lengas dalam kayu harus dikurangi sampai persentasi yang tepat
dan hal ini tergantung dari lingkungan dan penggunaan yang diperuntukkan bagi
kayu-kayu termaksud. Apabila atmosfir di sekitarnya lembab, air dapat diserap oleh
kayu dan lentikan dan pengembangan dapat terjadi. Apabila atmosfirnya kering, kayu
akan menguapkan sebagian airnya menimbulkan penyusutan dan retakan-retakan.
Persentasi yang tepat bagi kadar lengas dalam kayu, bagi sebagian besar penggunaan,
berkisar mulai 11% hingga 20%. Apabila kadar air lebih besar daripada 20%, kayu
dapat dicemarkan oleh busukan kering. Tidaklah dapat dibenarkan untuk membuat
papan lantai, panel pintu, rangka pintu dan perabot rumah dari kayu yang
mengandung air lebih dan 12% atau 13% dalam ruangan yang dihangatkan secara
normal, karena penyusutan akan terjadi. Persentasi 10% atau 11% adalah lebih tepat.
Persentasi air dalam kayu dapat diketahui dengan cepat melalui sebuah alat pengukur
yang dijalankan oleh listnik. Hal tersebut dapat pula ditemukan melalui metoda
berikut ini. Ambillah sepotong contoh dari kayu termaksud dan timbanglah, lalu
masukkan ke dalam oven dan keringkanlah sepenuhnya. Apabila sepotong kayu
contoh tersebut sudah sama sekali kering, yaitu beratnya tidak dapat dikurangi lebih
lanjut, kadar air dapat dihitung melalui sebuah formula sederhana:
berat basah berat kering
berat kering

100 % kadar air

CARA-CARA MENGERINGKAN KAYU.


Dua cara pengeringan kayu yang paling lazim adalah secara alami, atau oleh udara, dan
pengeringan dalam tungku-tungku pengering. Sering kali kedua cara tadi digabung
dengan terlebih dulu kayu melalui periode pengeringan oleh udara dan tidak berapa
lama dilanjutkan oleh pengeringan dalam tungku-tungku pengering.
A.Pengeringan secara alami
Pengeringan alami atau oleh udara, berlangsung relatif lamban karena hal tersebut
tergantung dari udara yang dipanaskan oleh matahari dan disirkulasikan di sekeliling

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 16

dan di sel-sel susunan kayu oleh hembusan angin. Cara ini merupakan metoda
pengeringan yang murh.
Sebaiknya kayu-kayu disusun di tempat yang mempunyai pembuangan air secara
sempurna, lebih baik lagi yang dihampari campuran debu dan kerikil atau dibeton.
Adanya tumbuhan semak-semak atau rumput akan menghalangi sirkulasi udara di
sekeliling tumpukan kayu. Apabila tumpukan terlampau lebar, bagian dalamnya akan
mengering dengan lambat dan noda-noda pada permukaan kayu serta kerusakan dapat
timbul. Seharusnya tumpukan kayu jangan lebih lebar dari pada dua meter.
Pondasi yang kokoh dan pasangan bata, yang memungkinkan sirkulasi udana secana
bebas, seyogianya dibuat dengan ketinggian sekitar sepertiga meter, dan masing-masing
pasangan bata berjarak satu meter. Balok-balok kayu yang kuat serta diter diletakkan di
atas pasangan-pasangan bata tadi dan kayu-kayu yang akan dikeringkan disusun di atas
balok-balok tersebut.
Ruang sekitar berukunan 12 mm harus disisakan tegak lurus di antana kayu-kayu yang
akan dikeringkan. Kayu-kayu tersebut dipisahkan oleh lat-lat kayu yang bersih dan
kering yang mempunyai ukuran sekitan 25 mm lebar dan 12 mm tebal. Jarak antara latlat di kepanjangan kayu-kayu yang dikeringkan tergantung dari ukuran tebal kayu-kayu
yang ditumpuk dan sifat dari kayu-kayu tersebut. Jarak antara lat-lat pengganjal bagi
kayu-kayu keras dan kayu-kayu lunak yang tidak mudah melentik dan mempunyai
ketebalan 50 mm atau lebih dapat ditetapkan satu meter. Apabila kayu-kayu termaksud
berukuran tebal kurang dari 50 mm, jarak antana lat-lat dapat dikurangi hingga setengah
meter. Jenis kayu-kayu keras seperti beech, birch dan elm, yang memang mempunyai
kecenderungan untuk melentik dan tebalnya lebih dari 50 mm seharusnya diganjal oleh
lat-lat yang dipasangkan pada setiap jarak satu meter. Untuk kayu-kayu yang tebalnya
kurang dan 50 mm, lat- lat pengganjalnya dipasang pada setiap jarak sepertiga meter.
Jika mungkin hanya kayu dari jenis dan ketebalan yang sama yang disusun pada
tumpukan yang sama.
Tumpukan tersebut harus dilindungi terhadap hujan dan cahaya langsung matahani.
Sebuah atap miring, yang berukuran cukup besar untuk dapat melindungi tumpukan
kayu pada setiap sisi, harus dipasang di atas tumpukan tersebut. Untuk menjaga agar
ujung-ujung kayu tidak akan mengering terlalu cepat dan menjadi retak-retak, ujung
jaringan serat dapat dicat. Dapat pula digunakan klos-klos kayu, tetapi pemakuan hanya
boleh dilakukan di bagian tengah kios, karena klos-klos yang dipakai di seluruh
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 17

kepanjangannya dapat menyebabkan retakan pada ujung-ujung kayu yang dikeringkan


sewaktu berlangsung penyusutan. Pada hari-hari yang sangat panas, ujung-ujung kayu
dapat dilindungi dengan memasang karung-karung.

Ganbar 6.9 Pengeringan alami


Jenis kayu yang berbeda-beda, dan ukuran tebal yang berbeda-beda, membutuhkan
waktu pengeringan yang lebih lama atau lebih pendek untuk mengurangi kadar air
hingga sekitar 18 - 20 %. Pada persentasi kadar air seperti ini tidak banyak lagi yang
dapat diperbuat melalui pengeringan alami. Kayu-kayu pun dipindahkan ke dalam
kamar-kamar pengering untuk mengurangi jumlah kadar air sehingga memadai bagi
penggunaan dalam ruangan.
Untuk mengurangi banyaknya kadan air dalam kayu hingga 18 20% melalui
pengeringan alami maka dilakukan :
(a) papan-papan kayu lunak setebai 25 mm, bila disusun di musim semi
, akan memakan waktu tiga bulan ;
(b) papan-papan kayu lunak setebal 50 mm, disusun pada musim yang sama. akan
memakan waktu tiga hingga empat bulan ;
(c) papan-papan kayu keras setebal 25 mm akan memakan waktu dari sembilan hingga
dua belas bulan, dan
(d) papan-papan kayu keras setebal 50 mm bisa memakan waktu hingga dua tahun.
Yang menguntungkan pada pengeringan oleh udara adalah bahwa hal tersebut tergolong
murah, tidak mememerlukan perlengkapan yang mahal, dan begitu tumpukan sudah
disusun, dapat ditinggalkan tanpa seorang operator pun.
Tidak menguntungkannya pengeringan oleh udara adalah bahwa :

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 18

laju penguapan tergantung dari kondisi cuaca.


Prosesnya berjalan lamban, dan untuk penggunaan di dalam interior, kayu
termaksud harus dikeringkan lebih lanjut,

Pengeringan apakah di dalam ruangan yang berudara panas atau di dalam tungkutungku pengering, tergantung dari kadar air yang dikehendaki.
B.Pegeringan di dalam tungku pengering
Mengeringkan kayu di dalam tungku pengering berlangsung lebih cepat
dibanding pegeringan oleh udara karena temperatur yang lebih tinggi dapat dicapai
dan udara pun dapat bersirkulasi lebih efektif. Tungku pengering dibuat dari batu
bata dan dipanaskan oleh pipa-pipa yang berisi air panas atau uap. Pipa-pipa pemanas
dipasang di bagian bawah ruangan sehingga udara panas dapat naik melalui
tumpukan kayu. Kelembaban di dalam ruangan dapat dikontrol dengan melepas uap
kedalam ruang pengering.
Terdapat sebagian tungku pengering yang menggantungkan diri kepada
kecenderungan udara panas untuk naik dan udara dingin untuk turun dalam
mensirkulasikan udara (tungku pengering biasa), sedang jenis tungku pengering
lainnya dilengkapi beberapa buah kipas untuk melaksanakan pensirkulasian udara
(tungku pengering yang diperkuat).

Gambar 6.10 Tungku Pengering


Terdapat dua tipe utama tungku pengering.
(1) Tungku pengering jenis kompartemen
Kayu-kayu disusun di atas sebuah lori seperti halnya pada pengeringan alami.
Kemudian lori tersebut didorong ke dalam tungku pengening, di mana ia terus
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 19

berdiri selama berlangsungnya proses pengeringan. Proses pengeringan dikontrol


dengan bantuan pipa-pipa yang dipanaskan dan tiupan uap panas.
(2) Tungku pengering tipe progresif
Kayu-kayu disusun di atas sebuah lori seperti halnya pada pengeringan alami dan
lori tersebut kemudian didorong ke dalam tungku pengering. Di dalam ruangan ini
lori tidak benhenti melainkan digerakkan penlahanlahan. Udara di pintu masuk
ruangan adalah dingin dan basah. Dikala lori melaju di dalam ruang pengering,
temperatur udara dan kelembaban yang dikontrol oleh Pipa-pipa panas dari tiupan
uap panas berangsur-angsur berubah hangat dan kering. Keuntungannya dibanding
tungku pengering tipe kompartemen adalah bahwa sewaktu tumpukan-tumpukan
berturut-turut dimasukkan ke dalam ruangan secara kontinyu kayu kering bisa
didapat di pintu ke luar ruangan.
Pengeningan dalam tungku pengering berlangsung lebih cepat daripada pengeringan
secara alami. Kayu-kayu lunak setebal 50 mm, yang telah dikeningkan hingga kadar
lengas 20% melalui pengeringan alami, dapat dikeringkan lagi dalam tungku
pengering hingga kadar lengas 11% dalam waktu satu hingga empat minggu. Kayukayu keras dalam keadaan basah dapat dikeringkan dalam tungku pengering hingga
kadar lengas 11% dalam waktu tiga hingga dua belas minggu.
Beberapa keuntungan melalui pengeringan dalam tungku pengering adalah :

jumlah panas dan kelembaban dapat dikontrol

sirkulasi udara berlangsung merata;

kayu dikeringkan dengan cepat (dalam tungku pengering tipe progresif


pengoperasian dapat dikatakan automatis);

kayu dapat dikeringkan sampai kadar air yang dikehendaki.

Kurang menguntungkannya adalah :

bahwa pengeringan dengan cara seperti ini adalah mhal ,

tungku pengering tipe biasa membutuhkan seorang operator yang ahli.

PENYUSUTAN KAYU SEWAKTU DIKERINGKAN


Pada umumnya adalah lebih baik jika kadar air dalam kayu secepatnya dikurangi
sampai persentasi yang tepat. dan agar kayu tidak menjadi rusak selama melalui proses
tersebut.Apabila kurang berhati-hati, kerusakan pada kayu dapat terjadi dalam bentuk
belah-belah, retak-retak dan lentikan-lentikan. Dalam kondisi-kondisi tertentu, nodaS-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 20

noda dan luntur warna dapat pula terjadi. Sedikit atau tidak terjadi penyusutan pada
kayu selama tahap pertama pengeringan, tetapi dengan adanya kadar air sekitar 30%,
penyusutan akan segera nampak.
Penyusutan yang paling hebat akan terjadi pada arah gelang-gelang pertumbuhan,
yaitu dari hati kayu hingga kulit luar. Penyusutan terjadi pula pada sudut-sudut yang
lurus menuju gelang-gelang pertumbuhan (penyusutan radial), tetapi hanya sekitar
setengahnya saja yang terjadi ke arah gelang-gelang pertumbuhan (gelang-gelang
tahun). Sejumlah kecil penyusutan terjadi pada arah kepanjangan kayu.
Perbedaan-perbedaan dalam jumlah arah penyusutan inilah yang menyebabkan kayu
melentik selama proses pengeringan.
Tahap penguapan kadar air harus diteliti dengan seksama. Bila kayu dikeringkan
terlampau cepat, sejumlah penyusutan yang tidak merata akan terjadi, menyebabkan
kerusakan seperti retak-retak, pecah-pecah di permukaan dan celah-celah di bagian
dalam.Noda-noda disebabkan oleh tipe-tipe jamur tertentu yang menyerang kayu
sewaktu kadar air cukup banyak untuk menunjang kehidupan jamur. Benih-benihnya
dapat menembus kayu melalui retak-retak, pecah-pecah dan celah-celah. Bila kadar air
telah berkurang untuk dapat menunjang kehidupan ia akan mati, kayu pun akan aman
terhadap serangan jamur dan serangga.
6.4 Penggolongan Kayu
A.Kelas Kuat kayu
Tabel 6.1 Kelas kuat kayu

Kelas
kuat
I.
Sangat
kuat
II.
Kuat
III.
Sedang
IV.
Lemah
V.
Sangat
lemah

S-WK 12 - 2007

Berat
jenis

0,90

Kekuatan
Lentur
Kg/cm2
1500

Kekuata
n
Tekan
Kg/cm2
750

Modulus
Elastis
Kg/cm2
180.000

Kekerasan
Kg/cm2
900

0,90-0,60

1500-1150

750-600

180.000-155.000

900-700

0,60-0,40

1150-850

600-500

155.000-125.000

700-500

0,40-0,30

850-500

500-350

125.000-95.000

500-300

< 0,30

<500

<350

<95.000

<300

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 21

B. MUTU KAYU
Mutu kayu ditentukan dari kadar air dan cacat-cacat mata kayu maupun miring serat
Mutu kayu dibedakan dua macam yaitu :
1. Mutu A
a) Kayu harus kering udara
b) Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih
dari 3,5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung retak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok.
d) Miring arah serat tidak boleh lebih dari 1/10 tebal kayu
e) Retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/4 dari tebal kayu.
2.Mutu B
a) Kadar air kayu lebih kecil 30%
b) Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih
dari 5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung retak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok.
d) Miring arah serat tg a tidak boleh lebih dari 1/7
e) Retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/4 dari tebal kayu.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 22

C. JENIS-JENIS POHON

KAYU DAN GOLONGANNYA

Tabel 6.2 Penggolongan pohon kayu

Golongan

II

III

IV

S-WK 12 - 2007

Tingkat
Tingkat
Berat Jenis
keawetan pemakaia

Nama kayu

Tingkat
kekuatan

Jati

II

0,7

Ipil

0,9-1

Bangkirai

II

0,8-1.1

Sonokeling

II

0,8-0,95

Behan

0,9-1,2

Johar

0.7-1

Kayu Arung

1.2

Resak

Leban

0,75-1

Gofassa
Rajamala

I
ll

I
Il

I
II

0,6-1
0,6-0,8

Merawan

Il

II

II

0,6-0,8

Walikukun

II

II

II

I Lasi

II

II

II

0,8

Weru

II

II

II

0,6-0,9

Sonokembang

II

II

II

0,5-0,9

Kamfer

IlI

III

III

0,7-0,9

Puspa

III

III

III

0.6-0,8

Mahoni

III

III

III

0,6-0,8

Keruwing

III

III

III

0,6-0,9

Meranti

IV

III

IV

0,5-0,8

Suren

IV

III

IV

0,4-0,7

Durian

IV

III

IV

0.5-0,7

Jeungjing

IV

IV

IV

0,3-0.5

Semua kayu yang berat jenisnya < 0,3

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 23

D.Kelas Awet Kayu


Kayu merupakan bahan bangunan yang mudah diperoleh dan relatif murah.
Namun, tidak semua jenis kayu mempunyai keawetan yang baik. Bahkan,
sebagian besar jenis kayu yang ada di bumi ini tidak mempunyai keawetan seperti
yang dikehendaki manusia.
Pengertian Keawetan Kayu
Apakah keawetan kayu itu? Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis
kayu tertentu terhadap berbagai faktor perusak kayu. Biasanya yang dimaksud
adalah daya tahan -terhadap faktor perusak biologis seperti jamur, serangga
(terutama rayap dan bubuk kayu kering), dan binatang-binatang laut. Dengan
demikian, istilah "keawetan kayu" secara umum mengacu juga pada daya tahan
kayu terhadap organisme tersebut.
Secara sederhana, berdasarkan pada perkiraan lamanya pemakaian kayu
pada berbagai keadaan serta ketahanannya terhadap rayap dan bubuk kayu kering,
Indonesia mengenal lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai kelas
V yang paling tidak awet.

Tabel 6.3 Pembagian Kelas Awet Kayu


KELAS AWET

URAIAN
I
Selalu berhubungan
dengan tanah lembap
Cuma dipengaruhi
cuaca,
tetapi dijaga supaya
tidak
terendam air dan tidak
kekurangan udara
Di bawah atap, tidak
berhubungan dengan
tanah lembap dan
tidak
kekurangan udara
Idem, tetapi dipelihara

S-WK 12 - 2007

8 th

20 th

tak
terbatas

tak

II

III

sangat
pendek

sangat
pendek

10 th

bbrp
tahun

sangat
pendek

sangat
lama

bbrp
tahun

pendek

5 th

3 th

15 th

tak
terbatas

tak

IV

tak

20th

20th

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 24

dengan baik dan dicat


dengan teratur

terbatas

Serangan rayap tanah

tidak

Serangan bubuk kayu


kering

tidak

terbatas
jarang

tidak

terbatas
cepat

sangat
cepat

sangat
cepat

hampir
tidak

tidak
berarti

sangat
cepat

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,


Departemen Kehutanan RI, 1996
Dari tabel di atas dapat dilihat juga bahwa selain faktor biologis, terdapat
faktor lain yang mempengaruhi keawetan kayu. Yang jelas terlihat adalah tempat
kayu tersebut dipakai. Kayu yang awet jika dipakai di bawah atap belum tentu
akan awet bila dipakai di luar dan berhubungan dengan tanah lembab. Kayu yang
dipakai di daerah pegunungan tinggi keawetannya akan berkurang jika dipakai di
dataran rendah. Demikian juga, kayu yang awet di Amerika Utara belum tentu
akan tahan lama jika dipakai di daerah tropis.
Keawetan kayu menjadi faktor utama penentu penggunaan kayu dalam
konstruksi. Bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak akan
berarti bila keawetannya rendah. Suatu jenis kayu yang memiliki bentuk dan
kekuatan yang baik untuk konstruksi bangunan tidak akan bisa dipakai bila
konstruksi tersebut akan berumur beberapa bulan saja, kecuali jika kayu tersebut
diawetkan terlebih dahulu dengan baik.
Karena itulah dikenal apa yang disebut dengan kelas pakai, yaitu komposisi
antara kelas awet dan kelas kuat, dengan kelas awet dipakai sebagai penentu kelas
pakai.Jadi, meskipun suatu jenis kayu memiliki kelas kuat yang tinggi, kelas
pakainya akan tetap rendah jika kelas awetnya rendah.
Di daerah tropis, tempat organisme perusak kayu dapat hidup dan
berkembang biak dengan subur, keawetan kayu menjadi lebih penting lagi
artinya. Oleh karenanya, pengetahuan mengenai keawetan kayu dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya menjadi hal yang penting.
Seperti telah diutarakan di atas, selain faktor biologis, keawetan kayu
dipengaruhi pula faktor lain, seperti kandungan zat ekstraktif, umur pohon,
bagian

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 25

kayu dalam batang, kecepatan tumbuh, dan tempat kayu tersebut dipergunakan.
Selain itu, faktor suhu, kelembaban udara, dan faktor fisik lainnya akan ikut
mempengaruhi kegiatan organisme perusak kayu tersebut.
Untuk meningkatkan keawetan kayu, orang sering melakukan tindakan
pengawetan. Tindakan ini biasanya dilakukan secara kimiawi. Namun, sebaiknya,
sebelum dilakukan tindakan pengawetan apa pun terhadap suatu jenis kayu, harus
dipertimbangkan perlu tidaknya tindakan itu dilakukan dengan mengetahui
keawetan kayu terlebih dahulu. Kayu yang sudah awet tidak perlu diawetkan lagi
untuk menghindari pemborosan yang tidak perlu.
6.5 Pengawetan Kayu
6.5.1 Pendahuluan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghemat pemakaian kayu
dan bambu adalah dengan pengawetan. Tujuan pengawetan yaitu memperpanjang
umur pakai. Secara umum, pengawetan dilakukan dengan memberikan perlakuan
khusus kepada kayu dan bambu misalnya; dengan memberikan bahan pengawet
atau mengeringkan kayu dan bambu sampai kadar air tertentu. Yang perlu
diperhatikan, pengawetan harus disesuaikan dengan penggunaan kayu dan
bambu.
Penggunaan kayu dan bambu akan menentukan metode pengawetannya. Jika
tidak, pengawetan akan menjadi mubazir dan membuang biaya. Jangan sampai
pengawetan menyebabkan harga kayu dan bambu tidak ekonoinis lagi.
Banyak metode pengawetan kayu dan bambu telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Prosedur pengawetan kayu telah mulai dibuat dan dilaksanakan oleh
instansi terkait tetapi prosedur pengawetan bambu yang resmi belum tersedia.
Bahkan keefektifan metode pengawetan bambu yang banyak dilakukan, sebagian
besar belum berhasil dibuktikan secara ilmiah.
Industri pengawetan kayu di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sempat
dilanda kegoncangan.

Belum

adanya

peraturan dari pemerintah

yang

mengharuskan penggunaan kayu yang sudah diawetkan menyebabkan banyak


industri pengawetan kayu terancam bangkrut. Karenanya, peraturan tentang
penggunaan kayu awetan sudah saatnya menjadi keharusan. Bukan semata-mata
agar industri pengawetan kayu tidak bangkrut tetapi agar konsumen sadar bahwa
menggunakan kayu awetan berarti penghematan.
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 26

6.5.2 Faktor Penentu Keawetan Kayu


Selain faktor dari luar, keawetan kayu juga ditentukan oleh genetik kayu
tersebut. Beberapa sifat yang mempengaruhi keawetan kayu telah banyak diselidiki
oleh ilmuwan. Di antaranya yang dianggap paling berperanan adalah :
1. berat jenis,
2. zat ekstraktif, dan
3. umur pohon.
Berat Jenis
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa berat jenis kayu yang semakin
tinggi memberikan pengaruh keawetan yang semakin baik. Pendapat ini dianggap
berlaku untuk kayu yang berasal dari satu jenis saja. Dijumpai bahwa banyak jenis
kayu yang berat jenisnya tinggi mempunyai keawetan di bawah jenis kayu yang
memiliki berat jenis rendah. Dalam kasus seperti ini, beberapa ahli berpendapat, zat
ekstraktif mungkin lebih berperanan dibandingkan dengan berat jenis.

Hal ini

jelas berbeda jika dibandingkan dengan hubungan antara berat jenis dengan
kekuatan kayu yang selalu berlaku umum.
Pernah ditemukan juga bahwa tingkat ketahanan terhadap serangan rayap pada
kayu ulin, jati, resak, keruing, meranti, dan pulai adalah sama dengan urutan berat
jenisnya. Meskipun begitu, ini belum dapat dijadikan patokan. Berat jenis kayu
tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi keawetan kayu. Karenanya, sangat tidak
tepat jika mengklasifikasikan keawetan kayu berdasar pada berat jenisnya saja.
Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu bisa bersifat sebagai insektisida.
Sifat ini membantu sekali dalam membentuk keawetan alami kayu. Di antaranya
adalah zat fenol, terpene, saponin, flavonoid, tanin. Selain yang menguntungkan
tersebut, terdapat juga yang merugikan keawetan kayu. misalnya, adanya zat gula
atau zat tepung. Jenis serangga tertentu menyenangi zat tepung dalam kayu
sehingga kayu tersebut keawetannya rendah.
Berdasarkan jenis zat ekstraktif tersebut dapat diketahui suatu jenis kayu awet
berdasarkan ketahanannya terhadap serangan organisme tertentu. misalnya, saponin
yang terdapat pada kayu sengon menyebabkan kayu ini dijauhi jamur
Schizophyllum commune. Kadar zat ekstraktif juga berpengaruh positif. Keawetan

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 27

akan meningkat dengan kenaikan kadar zat ekstraktif yang dikandung di dalam kayu
yang sama.
Umur pohon
Umur pohon memiliki hubungan positif dengan keawetan kayu. Tentunya ini
berhubungan dengan kemampuan pohon tersebut untuk membangun jaringan dan
mengisi sel-sel termasuk di dalamnya juga pembentukan zat ekstraktif. Meskipun
pohon tersebut mengeluarkan zat yang merugikan, jika ditebang dalam umur yang
tua, mungkin akan lebih awet dibandingkan jika ditebang ketika masih muda.
Ada sebuah mekanisme di dalam pohon yang merangkai berat jenis, zat
ekstraktif, dan umur menjadi suatu sistem bagi pohon untuk melindungi dirinya dan
menjadikan masing-masing pohon memiliki tingkat keawetan alami. Melalui
berbagai metode pengawetan yang telah ditemukan, tingkat keawetan alami,
terutama yang rendah, dapat dimanipulasi sesuai dengan keinginan kita agar kayu
menjadi awet dan tahan lama.
6.5.3 Metode Pengawetan kayu
Ada berbagai metode pengawetan kayu yang dikenal di Indonesia, dari
yang sederhana sampai yang paling rumit,diantaranya:
1. metode pelaburan,
2. rendaman,
3.

vakum tekan.

Agar hasil pengawetan kayu sesuai dengan yang diharapkan, pertamatama haruslah diketahui dulu jenis kayunya dan kemungkinan penyebab
kerusakannya.
Metode pengawetan kayu ada yang lebih mengarah pada pencegahan
(perlindungan kayu dari serangan organisme tertentu (faktor biologis), juga
terhadap

yang

bersifat

nonbiologis

(air,

udara,

matahari),

tindakan

pencegahan yang dilakukan adalah dengan memperhatikan konstruksi


bangunan.
Tahap Prapengawetan

Kayu dengan sifat keawetan atau berat jenis berbeda , harus diawetkan
secara terpisah.

S-WK 12 - 2007

Kayu dengan ukuran tebal berbeda harus diawetkan secara terpisah.


ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 28

Jenis Bahan Pengawet


Bahan pengawet adalah suatu senyawa kimi yang bila dimasukkan ke
dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan faktor perusak
biologis. Ini berarti bahan pengawet yang dipergunakan dalam pengawetan
haruslah mampu mencegah serangan rayap tanah, rayap kayu kering, bubuk
kayu kering, dan jamur perusak kayu.
Untuk mencapai hasil pengawetan yang optimal, perlu diperhatikan halhal berikut.
1. Kadar air yang terkandung dalam kayu yang akan diawetkan harus sesuai
dengan metode pengawetan yang akan dipakai. Kering udara dalam
kayu maksimal 35% untuk metode pengawetan dengan vakum-tekan,
dan maksimal 45% untuk metode proses rendaman dingin dan rendaman
panas dingin.
2. Permukaan kayu harus tidak berkulit, bersih, bebas dari segala macam
kotoran.
3. Kayu harus sudah dalam bentuk siap-pakai, tidak diperlukan lagi proses
pemotongan, penyerutan, dan perlakuan forming lainnya. Dalam keadaan
terpaksa dilakukan forming, bagian yang terbuka dan tak tertembus pengawet
harus disapu dengan bahan pengawet konsentrasi tinggi secara merata
Jenis bahan pengawet di Indonesia dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
a) Golongan CCA, misalnya tanalith, keinira, celcure, dan osmose;
b) Golongan CCB, misalnya wolmanit, diffusol, dan impralit;
c) Golongan CCF, misalnya basilitp; dan
d) Golongan BFCA, misalnya koppeis.
Semua bahan pengawet tersebut memiliki persyaratan penembusan dan retensi
sendiri-sendiri. Nilai penembusan (penetrasi) bahan pengawet dinyatakan dalam
satuan mm, menunjukkan kemampuan tembus bahan pengawet ke dalam sel kayu
yang diawetkan. Retensi berarti kemampuan kayu menyerap bahan pengawet yang
dinyatakan dalam Kg/ m3.
Formulasi yang beredar di pasaran bermacam-macam, ada yang
berbentuk tepung, pasta, dan cairan.
Tentunya bahan pengawet yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki daya penetrasi (penembusan) yang tinggi,

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 29

b) memiliki daya racun yang ampuh,


c) bersifat permanen,
d) aman dipakai,
e) tidak mengurangi sifat baik kayu.
Metode Pencelupan
Peralatan pokok yang diperlukan dalam metode ini adalah:
1. bak pencampur, gunanya sebagai tempat membuat dan mengaduk bahan pengawet;
2. tangki atau bak persediaan, gunanya sebagai tempat menyimpan persediaan larutan
bahan pengawet yang sudah siap pakai;
3. bak pencelup, sebagai tempat mencelupkan kayu yang akan diawetkan;
4. terpal kedap air, sebagai penutup kayu yang telah dicelup;
5. pompa pemindah larutan, alat untuk mengalirkan serta memindahkan larutan bahan
pengawet;
6. timbangan, gergaji, bor riap, gelas ukur, aerometer, dan pengukur kadar air.
Tahap Pengawetan
pencelupan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan bantuan katrol. Jika
menggunakan katrol, tumpukan kayu yang akan dicelup jangan lebih dari 75%
volume bac pencelup.
Kayu dicelupkan dalam larutan beberapa saat saja, tidak lebih dari tiga menit.
Segera setelah diangkat kayu diletakkan sesaat di tempat yang kedap air dan
bila dirasa tumpukan kayu tersebut sudah cukup barulah ditutup dengan terpal.
Maksudnya supaya penguapan dapat dicegah dan kayu dapat tetap basah sehingga
bahan pengawet dapat meresap ke dalam kayu.
Agar pengawetan berjalan mudah, usahakan tempat untuk pengawetan agak
luas. Kayu yang akan diberi bahan pengawet ditumpuk rapi di satu sisi dan di sisi
lain disiapkan untuk kayu yang sudah selesai dicelup.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 30

Gambar 6.11 Instalasi pencelupan


Lama penutupan dengan terpal ini sangat bervariasi tergantung pada jenis dan
ukuran kayu. Paling tidak sekitar tiga minggu atau ketika penetrasi telah mencapai
minimal 10 mm, terpal dapat dibuka. Jika angka ini belum tercapai sebaiknya terpal
jangan dibuka dulu.
Rendaman Dingin
Peralatan pokok dalam rendaman dingin terdiri dari:

bak pencampur, untuk membuat dan mengaduk larutan bahan pengawet;

bak atau tangki persediaan, untuk menyimpan persediaan larutan bahan


pengawet yang sudah siap pakai;

bak pengawet kayu yang diawetkan;

pompa pemindah larutan, larutan bahan pengawet;

alat pelengkap: hidrometer, gelas ukur, kadar air, gergaji, dan bor riap.

.
Kayu yang akan diawetkan harus sudah mengalami proses penyerutan,
pemotongan, dan tinggal pengkonstruksian saja. Kayu tersebut diusahakan dalam
keadaan kering udara atau setengah kering dengan kadar air tidak lebih dari
45%. Metode ini lebih tepat diterapkan di lokasi pembangunan gedung atau
perumahan yang dilaksanakan secara massal. Lebih cocok lagi digunakan pada
bangunan dengan penggunaan komponen kayu yang bervolume besar.
Kayu yang akan diawetkan ditumpuk dalam bak pengawet dan diberi palang
penahan supaya kayu tidak terapung. Kernudian larutan bahan pengawet

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 31

dialirkan dari bak persediaan ke dalam bak pengawet sampai permukaan larutan
mencapai tinggi 10 cm di atas tumpukan kayu.
Penetapan retensi dan penembusan dipilih dari 10 contoh yang kira-kira
mewakili. Kesepuluh potong kayu tersebut ditimbang dan ditempatkan dalam
tumpukan kayu sedemikian rupa sehingga setiap saat dapat diangkat dengan
mudah untuk ditimbang kembali, meskipun terendam dalam bahan pengawet.
Lama rendaman tergantung pada jenis dan ukuran kayu yang diawetkan.
Perendaman dihentikan bila berat contoh uji sesudah diawetkan menunjukkan
nilai retensi yang dikehendaki. Untuk mengetahui apakah nilai retensi yang
diinginkan telah tercapai atau belum dapat diperkirakan dengan menimbang
contoh uji sebelum direndam dan sesudah direndam. Selanjutnya digunakan
persamaan seperti di bawah ini.
B1 = R-V-Bo
K
B1 = berat contoh uji sesudah direndam (Kg)
B = berat contoh uji sebelum direndam (Kg)
R = retensi bahan pengawet (Kg/m3)
V = volume kayu yang diawetkan
K = konsentrasi larutan bahan pengawet

Gambar 6 : 12 Bak perendaman.


Artinya, jika nilai Bo sudah diketahui dan target retensi (R) yang diinginkan
diketahui, melalui persamaan di atas diperkirakan perendaman dapat dihentikan
ketika nilai B1 telah tercapai. Untuk uji penembusan, cara dan metodenya dapat
dilihat pada bagian pengawasan mutu.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 32

Metode Rendaman Panas Dingin


Peralatan pokok yang digunakan untuk metode ini sebagai berikut:

bak pencampur, untuk membuat dan mengaduk larutan bahan pengawet;

bak persediaan, untuk menyimpan persediaan bahan pengawet yang sudah siap
pakai;

bak pengawet yang dilengkapi dengan fasilitas pemanas;

pompa pemindah larutan;

alat bantu lain: hidrometer, gelas ukur, thermometer, pengukur kadar air,
gergaji, dan bor riap serta timbangan.
Kayu yang akan diawetkan harus siap pakai dan dalam keadaan kering udara atau

setengah kering dengan kadar air tidak lebih dari 45%. Seperti halnya dalam
pengawetan dengan rendaman dingin, setelah kayu ditumpuk dalam bak pengawet,
palang penahan harus selalu dipasang agar kayu tidak terapung. Ketika larutan bahan
pengawet dialirkan ke dalam bak pengawet biarkan bahan itu merendam tumpukan
kayu sampai ketinggian 10 cm dari permukaan kayu.
Setelah semuanya siap, barulah pemanasan dilangsungkan. Bak pengawet
dipanaskan sampai larutan bahan pengawet mencapai suhu 70C. Suhu tersebut
dipertahankan selama beberapa jam.
Melalui pemanasan ini, udara di dalam kayu akan mengembang dan akan tampak
gelembung udara keluar dari permukaan kayu. Pemanasan dihentikan ketika sudah
tidak ada lagi gelembung udara yang keluar.
Api pemanas dimatikan dan larutan bahan pengawet dibiarkan mendingin paling tidak
setelah 12 sampai 16 jam. Setelah dingin, larutan bahan pengawet dapat dialirkan
kembali ke tangki persediaan.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya pengawetan ini dilakukan pengujian seperti
dalam metode rendaman dingin. Gunakan sepuluh potong contoh kayu yang kira-kira
mewakili, kemudian uji penetrasi dan retensinya.
Metode Vakum Tekan
Peralatan yang dibutuhkan dalam instalasi metode vakum tekan sebagai berikut:
1. tangki pengawet, yaitu bejana tahan vakum dan tahan tekanan tempat kayu
diawetkan;

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 33

2. tangki pengukur, untuk mengukur jumlah larutan yang terpakai;


3. tangki persediaan, untuk menyimpan persediaan larutan bahan pengawet yang
sudah siap pakai;
4. tangki pencampur untuk mengaduk atau mencampur larutan;
5. pompa vakum, untuk mengisap udara dalam kayu yang berada dalam tangki
pengawet;
6. pompa tekan hidrolik, untuk menekan larutan supaya dapat meresap ke dalam
kayu;
7. bejana vakum, yaitu penghubung antara vakum dan tangki pengawet;
8. pompa pemindah larutan; dan
9.

kompresor.

Selain peralatan di atas, instalasi tersebut masih harus dilengkapi


dengan :

manometer,

termometer, dan

skala pengukur volume. Gunanya untuk memantau proses pengawetan


dengan melihat tekanan dan vakum suhu dalam tangki serta banyaknya
larutan yang diserap oleh kayu.

hidrometer, gelas ukur, gergaji, bor riap, dan timbangan untuk mengukur
contoh uji.

Kayu dengan berat jenis 0,60 atau lebih harus dikeringkan terlebih dahulu
sampai kadar air 30% sebelum diawetkan. Untuk kayu dengan berat jenis kurang
dari 0,60, kadar airnya maksimal 35%.

Pelaksanaan metode ini sebagai berikut.

Pompa vakum dijalankan sampai mencapai tingkat vakum tertentu (60 cm Hg) dan
terus dipertahankan sampai jangka waktu tertentu (90 menit). Tinggi dan lama
vakum awal tergantung dari jenis dan volume kayu yang diawetkan.
Larutan bahan pengawet dari tangki persediaan dialirkan ke tanki pengawet,
sementara itu vakum awal tetap dipertahankan tidak boleh turun lebih dari 10 cm
Hg.Tekanan hidrolik dimulai sampai mencapai tingkat tertentu (8 -15 atm) dan

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 34

terus dipertahankan selama dua jam. Gunanya untuk memasukkan bahan pengawet
ke dalam kayu. Tinggi dan lamanya tergantung kepada jenis dan ukuran kayu.
Tekanan dihentikan dan larutan bahan pengawet dialirkan kembali ke tangki
persediaan.Vakum akhir dijalankan untuk membersihkan permukaan kayu dari
sisa bahan pengawet yang berlebihan. Tinggi vakum akhir sama dengan vakum
awal dan lamanya sekitar 15 menit.
Untuk mengetahui keberhasilan pengawetan yang dilakukan dapat dilihat dari
pengukuran penembusan dan retensi bahan pengawet. Penetapan penembusan dapat
dilihat pada bagian pengawasan mutu. Berdasarkan target retensi dan jumlah
volume kayu yang akan diawetkan dapat dihitung banyaknya penyerapan bahan
pengawet yang harus dicapai.
Ada banyak jenis kayu yang digunakan untuk barang kerajinan dan mebel, di
antaranya adalah sengon, kemiri, karet, pulai, jelutung, kapuk, dan ramin. Pada
umumnya, kayu tersebut adalah jenis kayu ringan atau kayu yang berwarna muda.
Jenis kayu tersebut seringkali mengalami cacat atau kerusakan biologis berupa
pewarnaan kotor karena serangan jamur biru, berlubang-lubang karena serangan
kumbang Ambrosia atau karena bubuk kayu kering.
Kerusakan tersebut dapat terjadi sejak kayu masih di hutan sampai menjadi barang
kerajinan dan mebel, bahkan sampai ke tangan konsumen. Kerugian yang
difimbulkan oleh kerusakan cukup besar. Karenanya diperlukan teknik
pengawetan yang sesuai. Tentunya yang dapat memperpanjang umur pakai, mudah
dilakukan, dan ekonomis.
6.6 Kayu Dalam Perdagangan
Golongan kayu dalam perdangan ada 4 macam:
a. Merupakan dolk
diameter 10 - 19 cm.
diameter 20 - 29 cm.
diameter 30 - 39 cm.
diameter 40 - 49 cm.
diameter

50-59 cm,dan seterusnya.

Ukuran panjang 1- 6 m ,dan seterusnya.


.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 35

b. Balok.
Balok ialah kayu dolk yang dibentuk persegi, misalnya berbentuk bujur sangkar
maupun empat persegi panjang.
Kayu yang dibentuk semacam ini biasanya yang diangkut melalui laut untuk
mempermuda pengangkutan.Kayu balok ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran
penampang lintang maupun ukuran panjang sesuai dengan keadaan kayu dan tujuan
penggunaan.
c. Zwalp/bantalan kayu
Di sini dimaksudkan kayu gergajian yang tidak banyak cacat. Untuk mendapatkan
ini dari dolk yang berukuran besar dan baik. Kayu ini digergaji dari kayu teras
berbentuk persegi panjang maupun tipis misalnya seperti papan.Kayu ini dibuat
dalam berbagai ukuran.
d.Kayu bakar.
Kayu bakar dimaksudkan dari dolk-dolk berukuran pendek dan berasal dari dahan
yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dapat lagi dipergunakan untuk konstruksi
ataupun meubel.Kadang kayu ini berdiameter besar tetapi memiliki banyak cacat
atau hal lain yang membuat tidak memenuhi syarat untuk dipakai pada konstruksi
atau bahan meubel
Tabel 6.4 Kayu dalam perdagangan
Digunakan
untuk
Lis-lis
Krepyak

Tebal
dalam
cm
1,2

Lebar dala cm
3

10

1,2

1,5

12

14

15

Reng
Usuk

2
2,5

Balok tarik

S-WK 12 - 2007

2,5

3,3

5
6

20

25

25

3,3
Bingkai
pintu /
jendela

18

1,5
papan

16

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 36

Pengantung
plafon
Peran
tembok
Gawang
Pintu /
jendela

Kuda-kuda

10

10

10

12

8
Tiang

10

X
X

12

X
X

Papan
jembatan

Penjelasan : untuk Lis-lis yang dimaksud adalah ukuran : 1,2 cm x 3 cm ;


1,2 cm x 4 cm dan 1,2 cm x 6 cm
6.7 Kayu Hasil Industri
1.Papan serat
Papan serat adalah bahan lembaran yang dihasilkan dari kayu atau bahanbahan ligrocelulosic lainnya dengan memakai perekat ,utamanya diambil
dari pemanfaatan sifat serat-serat yang dapat mengikat sesamanya.
Bahan perekat dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan selama proses
pembuatan atau mempertinggi sifat lain seperti kekuatan, daya tahan
terhadap kelembaban, api, serangan serta mempertingi mutu dan lainnya.
Papan serat digolongkan menjadi 2 (dua macam) :
l. Hard board
2. Soft board
Hard board bibagi memnjadi 3 macam
Medium hard board: dengan berat jenis 0,4-0,8 dan tebal 4,812,7 mm
Standard hard board : dngan berat jenis 0,44 tebal : 2, 3, 3.2, 4.8, dan
6.4
Superiol - tempered hard board: dengan berat jenis diatas 0,4.
Soft board di bagi menjadi 2 macam :

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 37

Insulation board; dengan BJ kurang dari 0,4 ,tebal lebih besar dari 12mm
Wall board: dengan BJ kurang dari 0,48. Tebal 8-10,5.
Aqoustic tile
Bahan-bahan baku
1. Kayu berasal dari kayu berdaun jarum lebih baik dari kayu berdaun lebar.
2. bambu
3. Ampas tebu
4. merang
5.Serabut kelapa dan lain sebagainya.
Bahan-bahan penolong
a). Emulsi aspal mtuk mempertinggi daya tahan terhadap tekanan berat.
b). Rosin, paraim atau kumarome-resin untuk mempertinggi daya tahan terhadap
air.
c). Aluminium-sulfat sebagai bahan pengedap bahan-bahan diatas
pada Ph = 4 (Ph= batas pegasaman).
d). P.C.P (penta chero phenol), atau senyawa arsen.
e). Bahan-bahan lain untuk anti hama, terutama rayap dan jamur.
Sifat-sifat papan serat
a) Tidak ada perbedaan keteguhan dalam arah panjang dan lebar.
b) Dapat menghasilkan ukuran lembaran lebar.
c) Permukaan licin dan keras.
d) Tahan arus dan tidak mudah pecah
e) Tidak ada cacat-cacat kayu
f) Sifat keawetan, aqoustik dan penyekat panas lebih baik
g) Tahan api
h) Lebih mudah dilengkungkan
2.Plywood
Plywood terdiri dari lapisan-lapisan tipis dari kayu yang dinamai
vinir dan dilem menjadi satu. Lapisan-lapisan tadi dilem dengan arah
jaringan serat 90 o terhadap masing masing lapisan. Dikarenakan jalinan
selang-seling seperti ini, penyusutan plywood sangat kecil. Geseran
melintas jaringan serat masing-masing lapisan dibatasi oleh perekat dan
oleh lapisan melintang. Plywood dibuat dari beberapa lapis vinir yang
berjumlah ganjil, yang paling umum digunakan adalah lapis tiga.
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 38

Plywood yang terdiri lebih dari tiga vinir dikenal dengan nama mult iplywood.
Kayu gelondongan yang dipilih untuk memproduksi vinir harus ber
diameter besar, dan sedapat mungkin harus silindris dan lurus.
Gelondongan tersebut terlebih dulu dibersihkan dari kulit luarnya dan
dipanasi dengan uap, atau digodog dalam air mendidih, untuk
melunakkan serat-serat kayunya. Proses pelunakan ini perlu untuk
menghindarkan terjadinya robekan sewaktu gelondongan tersebut diiris.
Persyaratan kayu yang dipakai Plywood :
- Kayunya harus bulat
- Cukup lunak untuk dikupas
- Harus mendapatkan fineer yang stabil
-Tidak banyak mengandung mata kayu
- Serat-serat kayu tidak terpilint ir
Bahan-bahan perekat yang dipakai :
1. Lem dasar casein
2. Lem dasar urea-formal dehyde
3. Lem dasar Phenol-Formal dehyde

Ada dua metoda pengirisan yang paling umum yaitu :


1. pengirisan herputar dan
2. pengirisan dengan menggunakan pisau.

ad.1Pengirisan berputar
Dalam proses pengirisan berputar gelondongan kayu dipasangkan pada sebuah
mesin bubut besar dengan menggunakan pasak-pasak pemutar. Sebilah pisau,
yang sama panjangnya dengan gelondongan tadi, distel ke arah gelondongan
kayu yang berputar. Pisau tersebut diarahkan dengan suatu sistem sehingga
jumlah vinir yang diiris mempunyai ketebalan sama. Sistem peralatan ini dapat
pula distel untuk memproduksi sejumlah vinir yang mempunyai ketebalan
berbeda-beda.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 39

Gambar 6.13 Pengirisan berputar


Pada proses ini diiris suatu lapisan vinir secara kontinyu. Vinir tersebut dapat
dipotong berdasarkan ukuran panjang yang dikehendaki sewaktu ia keluar dari kayu
gelondongan, atau digulung seperti linoleum pada sebuah penggulung. Lebar vinir
akan sama dengan panjang gelondongan kayu.
ad.2.Pengirisan dengan pisau
Pengirisan dengan pisau dilakukan untuk mendapatkan jenis vinir yang
berharga. Pisau dipasang vertikal dengan sisi pengirisnya di atas.
Gelondongan kayu, atau segmen dari gelondongan kayu, ditarik secara
diagonal melintasi tepi pisau. Setelah tiap irisan, batangan kayu tadi
digeser ke depan untuk mendapatkan ketebalan vinir yang dikehendaki.
Pengirisan dengan pisau dapat pula dilakukan secana hor izontal.
Gelondongan kayu dijepitkan kepada sebuah kerangka yang kokoh, dan
pisau bergerak ke muka dan melintas dengan bantuan sebuah penggerak,
setelah setiap vinir diiris. Vinir tidak diiris dalam bentuk rol secara
kontinyu seperti yang dilakukan pada pengirisan berputar. Ukuran leban
vinir bervaniasi mulai 150 mm hingga 500 mm, dan panjangnya sama
seperti ukuran panjang gelondongan kayu. Plywood yang
digunakan_untuk ke perluan umum dibuat dari lapisan-lapisan vinir yang
diiris melalui pengirisan berputar. Untuk keperluan dekoratif, plywood
dapat mempunyai satu permukaan luar yang dilapis dengan vinir yang
diiris dengan pisau.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 40

Gambar 6.14 Pengirisan dengan pisau

Penggunaan plywood
Plywood merupakan material yang ideal untuk digunakan sebagai pelapis
dinding interior. Ia bisa didapat dalam bentuk lembaran lebar, dengan
demikian daerah-daerah luas dapat dilapis dengan cepat. Dengan mudah
ia dapat dipasangkan kepada lat-lat dinding tanpa bahaya akan pecah. Ia
tidak menyusut atau melent ik, dan ia mempunyai kemampuan untuk
meredam suara dan untuk mengisolasi udara panas. Plywood dapat
digunakan sebagai pelapis lantai. Papan-papan lantai yang sudah lusuh
atau tidak rata dapat dilapis dengan cepat. Kemampuannya untuk
mengisolasi panas sangat berguna apabila ia digunakan sebagai alas bagi
linoleum, karpet, dan sebagainya. Kemampuannya untuk tidak melentik
menjadi jaminan bagi suatu permukaan yang rata.
Jenis plywood-khusus dapat digunakan untuk pekerjaan di bagian luar
rumah. Untuk dipasangkan pada struktur-struktur batu-bata atau batu,
atau langsung pada kerangka gerasi atau pondok, jenis plywood khusus,
dikenal dengan nama WBF (weather and bo il proof

tahan cuaca dan

didihan). Terdapat pula jenis plywood khusus lainnya yang dapat


digunakan untuk membuat perahu-perahu kecil dan kano.

Keuntungan penggunaan plywood.


1. Plywood tidak mengembang,
2. tidak menyusut,

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 41

3. tidak melilit atau melent ik dengan cara yang sama seperti kayu padat
yang mempunyai ketebalan sama, dikarenakan saling
berjalinlintangnya vinir-vinir.
4. Plywood dapat dipaku dan disekrup tanpa adanya kemungkinan akan
terbelah.
5. Plywood yang lebih tipis dapat digunakan untuk membentuk
permukaan-permukaan yang melengkung.
Blockboard
Blockboard dibuat dengan merekat kayu-kayu lat, sisi lawan sisi, dan
melapis kedua permukaan dengan selembar vinir. Kemungkinan melilit
dan melent iknya panel tersebut dicegah dengan merekat kayu-kayu lat
sedemikian rupa sehingga bagian hati yang satu menghadap ke bawah dan
bagian hati kayu lat yang berdampingan menghadap ke atas. Kedua
lembar vinir direkatkan

Gambar 6.15 Blockboard


kepada kayu-kayu lat ini sehingga jaringan serat vinir bertumpu
berdasarkan sudut-sudut yang tepat dengan jaringan serat lat-lat tersebut.
Terjalin-lintangnya lembaran-lembaran vinir dengan kayu-kayu lat
mencegah menyusutnya secara berlebihan blockboard tadi .Sebaiknya
lebar maksimum dari kayu-kayu lat yang direkat tidak lebih dari 25 mm.

Blockboard dapat digunakan dalam konstruksi pintu, panel-panel dinding,


pembagian kamar-kamar dan pelapisan lantai.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 42

Lamin board
Lamin board dikonstruksi dengan cara yang sama seperti blockboard.
Sebaiknya lat-lat yang direkat lebarnya tidak melebihi 7 mm. Konstruksi
papan ini membuat ia lebih berat daripada blockboard, dan pembuatannya
pun menjadi lebih mahal.
Penggunaan lamin board adalah sama seperti penggunaan blockboard.

Gambar 6.16 Lamin board


Batten board
ini merupakan sebuah variasi dari blockboard. Lat-lat yang direkat dapat
mencapai ukuran lebar 75 mm. Penggunannya sama seperti bagi
blockboard.

Gambar 6.17 Batten board


Chipboard

Papani ini dibuat dari serpihan-serpihan limbah mesin. Jenis board ini
sangat kuat dan memiliki banyak kelebihan dibanding kayu padat karena
daya tahannya terhadap penyusutan dan lentikan. Ia dapat dibuat dalam

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 43

lembaran-lembaran berukuran lebar. Bagian dalamnya terdiri dan


serpihan-serpihan kayu yang direkat dan kemudian dipres. Pada setiap
permukaan bagian dalam direkatkan serpihan-serpihan yang lebih kecil
dan kemudian dipres
pula sehingga seluruhnya menjadi suatu kesatuan yang padat.
Board ini digunakan untuk pelapis lantai, panel-panel dinding dan bagian
atas mubiler dapur.

Gambar 6.18 Chipboard


Hardboard

Hardboard dibuat dari campuran bubur-kayu dengan air. Kemudian air


dipisahkan dan bubur yang lembek itu dipres dengan temperatur 200C.
Untuk menambah eratnya jalinan serat-serat, pada bubur ditambahkan
sekitar 5% aspal. Permukaan hardboard dapat diperindah dengan diberi
laminating, atau dicetakkan pola jaringan serat kayu.
Hardboard tidak mahal dan digunakan sebagai panel-panel pintu, dinding
pembagi ruang kamar dan sisi belakang lemari kabinet. Dapat pula ia
digunakan untuk permukaan-permukaan yang berbentuk lengkung.

Insulating board (board yang mampu mengisolasi)

Insulating board serupa dengan hardboard. Bubur kayu yang lembek


dikeringkan sebagian dan dipres menurut ketebalan yang dikehendaki,
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 44

kemudian dikeringkan secara menyeluruh dengan jalan mensirkulasikan


udara panas.

Perforated hardobard (hardboard yang diberi berlobang-lobang).

Jenis hardboard ini sering dinamai peg-board. Yang paling umum adalah
yang dibo longi dengan lobang-lo bang 5 mm dipisah-pisah o leh jarak 8
mm. Tipe board ini digunakan untuk ventilasi pada panel-panel, rak-rak
etalasi, dan rak-rak perabotan bengkel serta perabotan gerasi.
HAL HAL YANG KURANG MENGUNTUNGKAN
PADA BOARDS (JENIS PAPAN-PAPAN) BUATAN MANUSIA

Kebanyakan boards buatan manusia menunjukkan berbagai kekurangan


bila dibandingkan dengan kayu alami. Block board, lamin board dan
batten board, jika digunakan untuk bagian atas daun meja, bagian atas
mubiler dapur, dan sebagainya, maka tepi-tepi board tersebut, lebih-lebih
tepi-tepi yang menampakkan jaringan ujung serat, harus disembunyikan
di balik lapisan kayu alami atau jenis pelapis lain yang difabrikasi.
Dikarenakan
kepadatannya. Hardboard akan menempel erat jika disekrupkan pada
posisi tertentu, namun dapat dengan mudah meretak pada bagian kepala
sekrup atau paku apabila diketok dengan sebuah ketokan keras atau
apabila ia mendapat pengepresan terus-menerus.
Chipboard mempunyai kemampuan kurang memadai untuk menahan
sekrup. juga tidak dapat menjadi licin melalui pengerjaan dengan ketam
atau pahat. Tidaklah pula praktis untuk mencoba menyambungkan
hardboard atau chipboard, dikarenakan sifat serat-serat mereka.
UKURAN-UKURAN UMUM BAGI LEMBARAN
Plywood
Ukuran panjang 1220 mm hingga 1830 mm.
Ukuran lebar 915 mm hingga 1370 mm.
Ukuran tebal 3 mm hingga 25 mm.

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 45

Lamin board
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal 12 mm hingga 25 mm.
Batten board
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal 20 mm.
Blockboard
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal dari 15 mm hingga 25 mm.
Chipboard
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm hingga 1525 mm.
Ukuran tebal 10 mm hingga 25 mm.
Untuk tujuan khusus ukuran tebal bisa hingga 35 mm.
Hardboard dan perforated hard- board
Ukuran panjang dari 1220 mm hingga 2745 mm.
Ukuran lebar dari 760 mm hingga 1700 mm.
Ukuran tebal dan 3 mm hingga 25 mm.
B.Penutup

Soal-soal latihan uji kompetensi :


1. Tuliskan 4 pembagian pohon kayu .
2. Tuliskanlah 8 bagian-bagian kayu yang nampak pada potongan melintang batang
pohon kayu.
3. Tuliskan sifat-sifat fisis kayu dan jelaskan masing-masing.
4. Tuliskan sifat-sifat mekanis kayu dan jelaskan masing-masing.
5. Tuliskan 10 faktor yang dapat mempengaruhi sifat mekanis kayu.
6. Tuliskan cacat-cacat kayu yang biasa ditemui.
7. Tuliskan Tata cara penimbunan kayu.
8. Tuliskan 3 jenis jamur yang menyerang kayu.
9. Tuliskan 6 jenis serangga yang menyerang kayu.
10. Tuliskan 3 tujuan pengeringan kayu.
11. Tuliskan penjelasan 2 cara pengeringan kayu dan kerugian serta keuntungan dan
kerugian masing-masing.
12. Tuliskan penggolongan kayu menurut kekuatannya.
13. Tuliskan penggolongan kayu menurut mutunya.
14. Tuliskan penggolongan beberapa kayu yang dipakai dalam konstruksi sipil.
15. Tuliskan penggolongan kayu menurut kelas awetnya.
16. Tuliskan apa yang disebut keawetan kayu.
S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Modul VI

VI - 46

17. Tuliskan 3 faktor penentu keawetan kayu.


18. Tuliskan 3 metode pengawetan kayu .
19. Tuliskan 3 hal yang perlu diperhatikan untuk kayu sebelum dilakukan pengawetan
kayu.
20. Tuliskan 4 golongan jenis pengawet kayu .
21. Tuliskan 5 syarat bahan pengawet yang baik.
22. Tuliskan alat-alat yang diperlukan untuk pengawetan kayu metode Vakum tekan.
23. Tuliskan 4 macam bentuk kayu dalam perdagangan kayu.
24. Tuliskan apa yang disebut papan serat.
25. Tulis dan jelaskan 2 macam papan serat.
26. Tuliskan bahan baku dari pada papan serat.
27. Tuliskan sifat-sifat papan serat.
28. Tuliskan apa yang disebut Plywood.
29. Tuliskan 5 syarat kayu yang dapat diolah jadi papan serat.
30. Tuliskan 5 keuntungan penggunaan plywood.
31. Tuliskan apa yang disebut Blockboard.
32. Apa perbedaan blockboard dan Lamin board.
Refrensi / sumber rujukan :

1. Wagiman & Nasroen Rivai ,Kayu sebagai Bahan bangunan ,Lembaga


Penyelidikan Masalah Bangunan ,Bandung 1979. hal 1-29.
2. Mutu Kayu Bangunan SII : 0458 - 1981

S-WK 12 - 2007

ps Konstr.Gdg / T.Sipil

Vous aimerez peut-être aussi