Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
VI - 1
BAB VI
KAYU
A.Pendahuluan
Prasyarat :
Telah mampu menjelaskan sumber,pembuatan,sifat-sifat,pembagian serta
keuntungan dan kerugian pemakaian bahan logam
Standar Kompetensi :
Mampu menjelaskan sifat,masalah yang biasa ada,penggolongan,pengawetan,jenis
kayu dalam perdangan serta kayu hasil olahan industri.
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menjelaskan jenis dan sifat-sifat kayu sebagai bahan bangunan
2. Mampu menjelaskan penggolongan kayu.
3. Mampu menjelaskan pengawetan kayu.
4. Mampu menjelaskan kayu dalam perdagangan dan kayuhasil olahan industri.
B.Penyajian.
6.1 Pendahuluan
Kayu adalah bahan organis yang didapatkan dari berbagai jenis pohon kayu.
Kayu adalah bahan yang sangat penting untuk bangunan, maupun untuk perabot rumah
tangga, sebab kayu mudah didapat dan harganya murah, lagi pula mudah dikerjakan.
Kecuali BJ nya ringan,kayu mempunyal sifat- sifat lain misalnya berkekuatan tinggi,
elastis dan cukup awet.
Tetapi kayu juga mempunyal sifat-sifat yang kurang menguntunkan misalnya :
bersifat hidroskofis,
mudah terbakar,
Kayu terdiri dan serabut-serabut, maka kekuatan dan kepadatan serabutlah yang
menentukan dari pada kayu. Pohon kayu di Indonesia untuk bahan bangunan
digolongkan dalam 4 macam :
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 2
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 3
Kayu gubal:Kayu yang diproses dari cellulosa dan lignin maupun dari zat-zat
lainnya, dan warna kayu ini keputih-putihan , kayu gubal ini lambatlaun tumbuh
menjadi kayu keras . Selain proses diatas kayu gubal berfungsi untuk mengangkut
zat-zat mineral dari dalam tanah.
Kayu Teras:Kayu teras warnanya lebih tua dari pada kayu gubal, dan berasal dari
kayu gubal yang sudah tidak aktif bekerja lagi. Kayu teras mempunyai kekuatan
mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi berdirinya pohon.
Lingkaran Tahun :Lingkaran tahun ini menunjukkan perkembangan kayu dari
musim kering ke muslin hujan dan sebaliknya. Pada muslin kering sel-sel yang
terbentuk kecil-kecil, sedang pada muslin hujan sel-sel membesar. Perbedaan
ukuran penbentukan sel-sel dalam perubahan ini membentuk lingkaran.
Hati: Hati boleh dikatakan dari permulaan kayu itu tumbuh.
Garis Teras :Garis teras dapat diartikan retakan-retakan yang timbul pada waktu
pengeringan kurang teratur.
6.2.2 Sifat-sifat fisis
a.Berat jenis
Berat jenis kayu adalah angka perbandingan antara berat kayu pada keadaan kering
dapur (kayu yang telah dikeringkan pada suhu 105 C) dengan berat air yang
mempunyai volume yang sama dengan kayu tersebut diatas. Biasanya dipakai
volume kayu yang dalam keadaan sebelum di keringkan.
b.Kadar air kayu
Kayu mempunyai sifat sebagai bahan peyerap udara basah. Demikian pula
sebaliknya, kalau udara menjadi kering, uap air akan dilepaskan oleh kayu dan kayu
akan menjadi kering.
Jumlah uap air dari kayu tergantung kelembaban udara disekalilingnya di mana
kayu itu berada. Untuk suatu kelembaban tertentu jumlah air yang dikandung oleh
kayu (kadar air) disebut kadar air kesetimbangan pada kelembaban udara 0% kadar
air kesetimbanagn kayu adalah 0 persen dan untuk kelembaban udara 100 persen
kadar air keseimbangan adalah 30 persen . Kadar air ini dikenal sebagai titik jenuh
serat.
Kadar air dalam kayu terlalu tinggi antara 30-200% pada kayu-kayu basah. Bila
kadar air kecil maka kayu menjadi awet .Kadar ais kayu kering rata-rata 15 %,
Kering mutlak 0% hal ini sulit sekali didapat.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 4
Air yang berada dalam kayu sangat mempengaruhi sifat-sifat dari kayu.
c.Pengerutan dan Pengembangan
Jika kadar air kayu turun, hingga melampaui titik jenuh serat akan terjadi
pengerutan.
Selama kadar air kayu berada di atas titik jenuh serat pengerutan tidak akan terjadi,
meskipun terjadi pengerutan ringan.
d.Bobot isi
Berat sesungguhnya kayu yang kita jumpai di alam sebenarnya sangat tergantung
dari zat-zat penyusunnya misalnya tebal dinding sel besar ukuran rongga-rogga sel
dan rongga-rongga antar sel, besar serta banyaknya saluran-saluran, kadar airnya
dan sebagainya. Berat ini kita sebut 'bobot isi" untuk membedakannya dari berat
jenis. Bobot isi dinyatakan dalam gr/cm3 atau ton/m3. Bertambah atau
berkurangnya kadar air dalam kayu menyebabkan bertambahan besar atau kecilnya
harga bobot isi.
6.2.3 Sifat Mekanis.
Sifat mekanis kayu adalah daya tahan kayu terhadap gaya yang diberikan
kepadanya yang diukur dengan besarnya tegangan yang dapat dipikul kayu
tersebut. akibat gaya-gaya luar .Gaya luar yang dimaksud adalah :
a.Kuat tarik
b.Kuat tekan
c.Kuat lentur
d.Kuat geser
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanis kayu adalah :
Berat jenis
Kadar legas
Kecepatan pertumbuhan
Posisi cincin tahun
Mata
Retak
miring arah serat
Pola hidup dam mati
Pengeringan alam dan oven
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 5
Retakan cekung.
Retakan cekung bisa timbul memanjang dalam kayu. Semua itu bisa
disebabkan oleh angin kencang yang menerpa selagi pohon tumbuh atau
oleh benturan yang terjadi sewaktu pohon ditebang. Serat dan ge1anggelang tahun yang berdampingan di mana terdapat sel yang bervariasi
menjadi robek. Sewaktu dilakukan pengubahan, banyak bagian kayu yang
terbuang dikarenakan retakan- takan cekung.
Sebatang pohon sebaiknya ditebang di musim dingin sewaktu dahandahan
sudah melepaskan daundaun. Dalam keadaan demikian ia lebih ringan
dari pada di musim panas dan kerusakan kayu ketika ia membenur tanah
akan menjadi berkurang.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 6
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 7
Celah-celah
Celah-celah di bagian dalam disebabkari oleh cara pengeringan yang
jelek. Ada kalanya kayu gergajian akan mengering tanpa menunjukkan,
atau hampir tanpa menunjukkan perubahan lebar , kemudian bila bagian
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 8
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 9
seperti ini akan terasa sukar melalui cara pengeringan alami. Dengan
demikian, merupakan suatu hal biasa apabila pada kayu-kayu lunak yang
dikeringkan seperti itu, kita melihat noda-noda biru yang disebabkan oleh
jamur-jamur ini.
d.Hati kayu yang Busuk
Cacat ini sukar dilihat sebelum kayu itu ditebang, dan pada umumnya
cacat hati ini terdapat pada pohon-pohon yang sudah tua dan besar
batangnya. Penyebab hati kayu yang busuk ada dua kemungkinan. Pertama
dari cabang yang sudah mati atau kena penyakit yang lama kelamaan
kemasukan air dan mengalami pembusukan sampai ke hati. Kemungkinan
kedua adanya kepatahan dari akar tunjangnya,karna lamanya kepatahan itu
akar dapat busuk dan dimakan oleh air maupun binatang perusak kayu
seperti rayap dll.
e.Lapuk kayu
Kayu yang masih muda bila ditumpuk terlalu lama dan belum
ikuliti,cepat mengalami cacat lapuk. Kelapukan ini dipengaruhi pula oleh
susunan penumpukan dan kelembaban udara sekeliling serta tumbuhnya
jamur pada kayu.Cara mengatasi kayu yang diserang jamur adalah dengan
meletakkan kayu pada tempat yang kering dan berangin.
6.3.2 Penyimpanan / Penimbunan Kayu
Tujuan dari pada penimbunan adalah supaya pengeringan kayu secara alamiah
bersifat baik, kayu dapat memudar akibat serangan - serangan penyakit misalnya
cendawan. seranga, bubuk, lapuk dan sebagainya.
Pohon yang sudah ditebang cabang-cabangnya segerah dibersikan dan dipotongpotong sesuai tujuan penggunaanya serta keadaan kayu itu sendiri. Potonganpotongan kayu ini disebut dolk ( gelondongan ). Dolk-dolk ini tidak boleh terlalu
lama dibiarkan didalam hutan karna udara dalam hutan biasanya terlalu
lembab,kayu dolk harus segera dibawah ke T.P.K ( tempat penimbunan kayu)
dimana tempat ini merupakan tempat penimbunan sementara. Pada T.P.K ini, kayu
dolk diberi:
pengupasan kulit luar.
kode
nomor
meterai setempat dll
Dari T.P.K kayu-kayu dolk segera diangkut ketempat perdagangan,sebab itu T.P.K
diusahakan pada tempat -tempat yang muda untuk pengangkutan.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 10
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 11
jenis yang menyerang kayu yang sudah disiapkan untuk keperluan komersial.
Dari ketiga jenis jamur, jenis terakhirlah yang paling mencemaskan pihak
konsumen, dan dapat diklasifikasikan sebagai busukan kering, jamur gudang bawah
tanah atau jamur tambang (mine fungus). Busukan kering merupakan jenis jamur
yang paling banyak menimbulkan kerusakan. Jamur ini mempunyai kemampuan
untuk menembus tembok batu bata dan plester dalam usahanya untuk mencapai
kayu segar. Begitu ia sudah menempel, ia mampu menyerang kayu kering dengan
terlebih dulu membasahinya dengan air yang dibawa pada bagian sisi-sinya. Jamur
tersebut berwarna putih, dengan sisi-sisinya yang berwama kelabu menjulur dari
tanaman induk . Kayu yang membusuk berwarna coklat, dengan retakan-retakan
yang sejajar dengan jaringan serat dan ada pula yang melintasinya.
Tipe pencemaran kayu seperti ini dinamai busukan kubus sesuai dengan pola
yang ditinggalkannnya pada kayu. Kayu yang tercemar berada dalam keadaan
kering dan membusuk.
Jamur gudang bawah tanah (busukan basah) hanya menyerang kayu basah;
Sesuai dengan namanya, ia kebanyakan ditemukan dalam gudang-gudang bawah
tanah yang basah dan sedikit kemasukan cahaya. Ia tidak sebandel busukan kering.
Jenis jamur ini berwarna kekuning-kuningan, tanpa sisi-sisi yang menjulur. Kayu
yang busuk, berwarna coklat tua, dengan retakan-retakan yang searah dengan
jaringan serat.
Jamur tambang disebut pula busukan kubus, tapi ia membutuhkan banyak
air. Kondisi-kondisi yang terdapat dalam tambang-tambang batu bara sangat
memadai bagi kehidupan jenis jamur ini, dan tiang-tiang penopang sering kali
diserangnya. Ia serupa dengan busu kaju kering, tetapi sisi-sisinya tidak
mengandung air. Jenis jamur ini disebarkan oleh benih-benih.Penampilan kayu yang
membusuk, sama seperti kayu yang diserang oleb busukan kering.Begitu jamur
mulai menyerang kayu sukarlah untuk membasminya. Semua kayu yang tercemar
harus dilenyapkan dan dibakar. Dinding-dmnding yang mengelilinginya, langitlangit, dan sebagainya, harus disemprot dengan obat pembasmi jamur. Kayu-kayu
yang tidak terkena penularan harus ditangani dengan obat pelindung sebelum
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 12
SERANGGA
Serangga dapat menimbulkan kerusakan sangat besar pada kayu. Seranggaserangga pencemar kayu adalah kumbang-kumbang yang merusak kayu dengan
jalan bertelur dalam retakan-retakan dan celah-celah. Telur-telur menetas dan larvalarvanya menyusup ke dalam kayu, meninggalkan sejumlah terowongan di belakang
mereka. Larva- larva tersebut sedikitnya hidup selama setahun dalam kayu, dan ada
kalanya hingga bertahun-tahun, tergantung dari banyaknya zat tepung yang tersedia
untuk dimakan. Bila larva-larva sudah menjadi dewasa, mereka membor jalan
hampir menembus permukaan kayu dan menutup diri dalam kepompong selama
beberapa minggu hingga berbentuk kumbang. Kumbang tersebut membor jalan ke
luar dari batang kayu, meninggalkan lubang-lubang dalam kayu. Pada tahapan
inilah diketahui adanya ulat kayu.
a.Kumbang perabot rumah tangga (Anobium punctatum).
Kumbang penggerek kayu yang paling umum dikenal adalah kumbang perabotan
rumah tangga (Anobium punctatum) yang biasanya menyerang perabotan tua, panelpanel dinding dsb.
Kumbang ini berwarna cokiat tua hampir mendekati hitam dan panjangnya sekitar 2
hingga 5 mm,Larva-larvanya berwama keputih-putihan dan kecil serta berbentuk
bengkok. Bubuk kayu yang dibornya terasa kasar bila diremas diantara jari tangan.
Kumbang ini muncul dari pohon di antara bulan Juni dan Agustus dan terbang
menuju kayu lain yang memadai untuk bertelur. Kayu yang tidak dilindungi oleh cat
atau obat pelindung seperti bagian bawah laci dan daun meja, sangat mudah untuk
diserang.
b.Kumbang penunggu bangkai (Xestobium rufovillosum)
Kumbang ini berukurang panjang sekitar 6 hingga 8 mm, warnanya
cokiat berbintik-bintik. Kepalanya lebar dan rata. Larva-larvanya serupa dengan
larva-larva kumbang perabotan rumah . Lubang-lubang ke luar yang dibuat oleh jenis
kumbang ini lebih besar daripada yang dibuat oleh kumbang-kumbang lain. Bubuk
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 13
kayu yang dibornya mudah dikenal karena mengandung butiran-butiran yang jelas
sekali terlihat.
Tergolong dalam keluarga yang sama seperti kumbang perabotan. Ia menyerang
kayu-kayu tua, khusus balok-balok kayu dolk dalam mesjid sering kali dijadikan
sasarannya. Jenis kumbang ini muncul dari sebuah pohon di antara bulan April dan
Juni. Mereka bertelur dalam retakan-retakan, pecahan-pecahan dan dalam lubanglubang yang telah ada dalam kayu. Selama musim kawin kumbang-kumbang tersebut
mengetuk-ngetukkan kepala mereka kepada kayu, menimbulkan suara berketukketuk. Suara itu menjadi penyebab mengapa mereka disebut kumbang penunggu
bangkai.
c.Kumbang zat tepung (Lyctus brunneus)
Kumbang ini berwarna coklat kemerah-merahan hingga hitam dan panjangnya
kira-kira 2 mm. Badan kumbang ini berupa dua bagian terpisah dilengkapi dua buah
antena, sebuah pada kedua sisi kepalanya. Antena-antena tersebut melebar pada
bagian ujungnya. Larvanya kecil dan berwanna keputih-putihan, dua buah titik coklat
terdapat di bagian belakang badan. Bubuk kayu yang dibornya terasa seperti tepung
di antara jari tangan.
sangat berbahaya di tempat-tempat penimbunan kayu. Mereka bertelur dalam
bagian pembuluh-pembuluh kayu gubal dan kayu-kayu keras dari
mulai April
hingga Agustus. Semua jenis kayu lunak,dan pohon-pohon birch, adalah umun
terhadap serangan kumbang ini karena telur-telurnya terlampau besar untuk dapat
masuk ke dalan pori-pori jenis kayu tersebut. Hanya kayu gubal saja yang diserang
karena larva-larva membutuhkar zat tepung dan biasanya zat tepung tidak terdapat
dalam kayu inti.
d.Kumbang bertanduk panjang (Hylotrupes bajulus)
Kumbang ini berukuran panjang antara 6 hingga 20 mm, Bentuknya mudah
dikenal dengan dua bintik mengilap di atas kepala dan rambut-rambut putih di
sayapnya. Bubuk kayu yang dibomya mengandung fragmen-fragmen kasar dan
serpihan-serpihan kayu sangat kecil.
Kumbang
ini
kepada kayu yang berserakan di atas tanah dalam hutan. Larva-larvanya hidup
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 14
dalam kulit-luar kayu dan dalam kayu gubal. Mereka membuat lubang-lubang
berbentuk oval dalam kayu.
e.Kumbang penggerek semat (Ambrosia beetle)
Kumbang-kumbang ini tergolong dalam keluarga Scolytidae dan Platypodidae.
Ukuran panjangnya sekitar 4 hingga 8 mm. Larva-larvanya hanya hidup dalam kayu
yang belum dikeringkan. Kumbang tersebut membawa serta jenis jamur yang
meninggalkan noda hitam sewaktu ia membor kayu.
Serangan oleh kumbang-kumbang ini berhenti apabila kayu telah dikeringkan.
hanya menyerang kayu yang baru ditebang dan mereka akan mati bila kayu tersebut
dikeringkan. Kehadiran kumbang-kumbang ini dapat diketahui dengan adanya
terowongan-terowongan yang dibuat oleh larva-larva. Terowongan-terowongan
tersebut berwarna gelap dan biasanya melintasi jaringan serat kayu.
f.Kumbang penggerek di air laut
Jenis kumbang ini menyerang kayu yang digunakan dalam air laut. Mereka
tidak tergolong dalam jenis serangga melainkan molusca dan crustacea. Tiang-tiang
dok dan dermaga dari kayu yang digunakan dalam konstruksi kapal dijadikan sasaran
oleh kumbang-kumbang ini. yang paling dikenal di antara kumbang-kumbang ini
adalah Teredo navalis (ulat kapal) yang termasuk molusca, dan Limnoria lignorum
yang termasuk crustacea.Teredo merupakan yang paling herbahaya karena ia mampu
menghancurkan kayu dalam waktu sangat pendek. Beberapa jenis kayu, khususnya
ekki dan greenheart dapat terbebas dari serangan kumbang penggerek di air laut.
Kayu-kayu ini, disemprot dengan obat pelindung yang memadai, pada umumnya
digunakan untuk konstruksi-konstruksi dalam air rawa atau laut.
6.3.5 Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan
secara efisien. Pengeringan yang tidak baik dapat merusak setiap kayu.
Tujuan pengeringan adalah:
(1) untuk memperkecil kadar lengas dalam kayu;
(2) untuk mencegah serangan kayu oleh jamur dan serangga-serangga penggerek
kayu;
(3) untuk meningkatkan kekuatan kayu dan agar lebih mudah dikerjakan.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 15
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 16
dan di sel-sel susunan kayu oleh hembusan angin. Cara ini merupakan metoda
pengeringan yang murh.
Sebaiknya kayu-kayu disusun di tempat yang mempunyai pembuangan air secara
sempurna, lebih baik lagi yang dihampari campuran debu dan kerikil atau dibeton.
Adanya tumbuhan semak-semak atau rumput akan menghalangi sirkulasi udara di
sekeliling tumpukan kayu. Apabila tumpukan terlampau lebar, bagian dalamnya akan
mengering dengan lambat dan noda-noda pada permukaan kayu serta kerusakan dapat
timbul. Seharusnya tumpukan kayu jangan lebih lebar dari pada dua meter.
Pondasi yang kokoh dan pasangan bata, yang memungkinkan sirkulasi udana secana
bebas, seyogianya dibuat dengan ketinggian sekitar sepertiga meter, dan masing-masing
pasangan bata berjarak satu meter. Balok-balok kayu yang kuat serta diter diletakkan di
atas pasangan-pasangan bata tadi dan kayu-kayu yang akan dikeringkan disusun di atas
balok-balok tersebut.
Ruang sekitar berukunan 12 mm harus disisakan tegak lurus di antana kayu-kayu yang
akan dikeringkan. Kayu-kayu tersebut dipisahkan oleh lat-lat kayu yang bersih dan
kering yang mempunyai ukuran sekitan 25 mm lebar dan 12 mm tebal. Jarak antara latlat di kepanjangan kayu-kayu yang dikeringkan tergantung dari ukuran tebal kayu-kayu
yang ditumpuk dan sifat dari kayu-kayu tersebut. Jarak antara lat-lat pengganjal bagi
kayu-kayu keras dan kayu-kayu lunak yang tidak mudah melentik dan mempunyai
ketebalan 50 mm atau lebih dapat ditetapkan satu meter. Apabila kayu-kayu termaksud
berukuran tebal kurang dari 50 mm, jarak antana lat-lat dapat dikurangi hingga setengah
meter. Jenis kayu-kayu keras seperti beech, birch dan elm, yang memang mempunyai
kecenderungan untuk melentik dan tebalnya lebih dari 50 mm seharusnya diganjal oleh
lat-lat yang dipasangkan pada setiap jarak satu meter. Untuk kayu-kayu yang tebalnya
kurang dan 50 mm, lat- lat pengganjalnya dipasang pada setiap jarak sepertiga meter.
Jika mungkin hanya kayu dari jenis dan ketebalan yang sama yang disusun pada
tumpukan yang sama.
Tumpukan tersebut harus dilindungi terhadap hujan dan cahaya langsung matahani.
Sebuah atap miring, yang berukuran cukup besar untuk dapat melindungi tumpukan
kayu pada setiap sisi, harus dipasang di atas tumpukan tersebut. Untuk menjaga agar
ujung-ujung kayu tidak akan mengering terlalu cepat dan menjadi retak-retak, ujung
jaringan serat dapat dicat. Dapat pula digunakan klos-klos kayu, tetapi pemakuan hanya
boleh dilakukan di bagian tengah kios, karena klos-klos yang dipakai di seluruh
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 17
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 18
Pengeringan apakah di dalam ruangan yang berudara panas atau di dalam tungkutungku pengering, tergantung dari kadar air yang dikehendaki.
B.Pegeringan di dalam tungku pengering
Mengeringkan kayu di dalam tungku pengering berlangsung lebih cepat
dibanding pegeringan oleh udara karena temperatur yang lebih tinggi dapat dicapai
dan udara pun dapat bersirkulasi lebih efektif. Tungku pengering dibuat dari batu
bata dan dipanaskan oleh pipa-pipa yang berisi air panas atau uap. Pipa-pipa pemanas
dipasang di bagian bawah ruangan sehingga udara panas dapat naik melalui
tumpukan kayu. Kelembaban di dalam ruangan dapat dikontrol dengan melepas uap
kedalam ruang pengering.
Terdapat sebagian tungku pengering yang menggantungkan diri kepada
kecenderungan udara panas untuk naik dan udara dingin untuk turun dalam
mensirkulasikan udara (tungku pengering biasa), sedang jenis tungku pengering
lainnya dilengkapi beberapa buah kipas untuk melaksanakan pensirkulasian udara
(tungku pengering yang diperkuat).
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 19
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 20
noda dan luntur warna dapat pula terjadi. Sedikit atau tidak terjadi penyusutan pada
kayu selama tahap pertama pengeringan, tetapi dengan adanya kadar air sekitar 30%,
penyusutan akan segera nampak.
Penyusutan yang paling hebat akan terjadi pada arah gelang-gelang pertumbuhan,
yaitu dari hati kayu hingga kulit luar. Penyusutan terjadi pula pada sudut-sudut yang
lurus menuju gelang-gelang pertumbuhan (penyusutan radial), tetapi hanya sekitar
setengahnya saja yang terjadi ke arah gelang-gelang pertumbuhan (gelang-gelang
tahun). Sejumlah kecil penyusutan terjadi pada arah kepanjangan kayu.
Perbedaan-perbedaan dalam jumlah arah penyusutan inilah yang menyebabkan kayu
melentik selama proses pengeringan.
Tahap penguapan kadar air harus diteliti dengan seksama. Bila kayu dikeringkan
terlampau cepat, sejumlah penyusutan yang tidak merata akan terjadi, menyebabkan
kerusakan seperti retak-retak, pecah-pecah di permukaan dan celah-celah di bagian
dalam.Noda-noda disebabkan oleh tipe-tipe jamur tertentu yang menyerang kayu
sewaktu kadar air cukup banyak untuk menunjang kehidupan jamur. Benih-benihnya
dapat menembus kayu melalui retak-retak, pecah-pecah dan celah-celah. Bila kadar air
telah berkurang untuk dapat menunjang kehidupan ia akan mati, kayu pun akan aman
terhadap serangan jamur dan serangga.
6.4 Penggolongan Kayu
A.Kelas Kuat kayu
Tabel 6.1 Kelas kuat kayu
Kelas
kuat
I.
Sangat
kuat
II.
Kuat
III.
Sedang
IV.
Lemah
V.
Sangat
lemah
S-WK 12 - 2007
Berat
jenis
0,90
Kekuatan
Lentur
Kg/cm2
1500
Kekuata
n
Tekan
Kg/cm2
750
Modulus
Elastis
Kg/cm2
180.000
Kekerasan
Kg/cm2
900
0,90-0,60
1500-1150
750-600
180.000-155.000
900-700
0,60-0,40
1150-850
600-500
155.000-125.000
700-500
0,40-0,30
850-500
500-350
125.000-95.000
500-300
< 0,30
<500
<350
<95.000
<300
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 21
B. MUTU KAYU
Mutu kayu ditentukan dari kadar air dan cacat-cacat mata kayu maupun miring serat
Mutu kayu dibedakan dua macam yaitu :
1. Mutu A
a) Kayu harus kering udara
b) Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih
dari 3,5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung retak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok.
d) Miring arah serat tidak boleh lebih dari 1/10 tebal kayu
e) Retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/4 dari tebal kayu.
2.Mutu B
a) Kadar air kayu lebih kecil 30%
b) Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih
dari 5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung retak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok.
d) Miring arah serat tg a tidak boleh lebih dari 1/7
e) Retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/4 dari tebal kayu.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 22
C. JENIS-JENIS POHON
Golongan
II
III
IV
S-WK 12 - 2007
Tingkat
Tingkat
Berat Jenis
keawetan pemakaia
Nama kayu
Tingkat
kekuatan
Jati
II
0,7
Ipil
0,9-1
Bangkirai
II
0,8-1.1
Sonokeling
II
0,8-0,95
Behan
0,9-1,2
Johar
0.7-1
Kayu Arung
1.2
Resak
Leban
0,75-1
Gofassa
Rajamala
I
ll
I
Il
I
II
0,6-1
0,6-0,8
Merawan
Il
II
II
0,6-0,8
Walikukun
II
II
II
I Lasi
II
II
II
0,8
Weru
II
II
II
0,6-0,9
Sonokembang
II
II
II
0,5-0,9
Kamfer
IlI
III
III
0,7-0,9
Puspa
III
III
III
0.6-0,8
Mahoni
III
III
III
0,6-0,8
Keruwing
III
III
III
0,6-0,9
Meranti
IV
III
IV
0,5-0,8
Suren
IV
III
IV
0,4-0,7
Durian
IV
III
IV
0.5-0,7
Jeungjing
IV
IV
IV
0,3-0.5
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 23
URAIAN
I
Selalu berhubungan
dengan tanah lembap
Cuma dipengaruhi
cuaca,
tetapi dijaga supaya
tidak
terendam air dan tidak
kekurangan udara
Di bawah atap, tidak
berhubungan dengan
tanah lembap dan
tidak
kekurangan udara
Idem, tetapi dipelihara
S-WK 12 - 2007
8 th
20 th
tak
terbatas
tak
II
III
sangat
pendek
sangat
pendek
10 th
bbrp
tahun
sangat
pendek
sangat
lama
bbrp
tahun
pendek
5 th
3 th
15 th
tak
terbatas
tak
IV
tak
20th
20th
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 24
terbatas
tidak
tidak
terbatas
jarang
tidak
terbatas
cepat
sangat
cepat
sangat
cepat
hampir
tidak
tidak
berarti
sangat
cepat
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 25
kayu dalam batang, kecepatan tumbuh, dan tempat kayu tersebut dipergunakan.
Selain itu, faktor suhu, kelembaban udara, dan faktor fisik lainnya akan ikut
mempengaruhi kegiatan organisme perusak kayu tersebut.
Untuk meningkatkan keawetan kayu, orang sering melakukan tindakan
pengawetan. Tindakan ini biasanya dilakukan secara kimiawi. Namun, sebaiknya,
sebelum dilakukan tindakan pengawetan apa pun terhadap suatu jenis kayu, harus
dipertimbangkan perlu tidaknya tindakan itu dilakukan dengan mengetahui
keawetan kayu terlebih dahulu. Kayu yang sudah awet tidak perlu diawetkan lagi
untuk menghindari pemborosan yang tidak perlu.
6.5 Pengawetan Kayu
6.5.1 Pendahuluan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghemat pemakaian kayu
dan bambu adalah dengan pengawetan. Tujuan pengawetan yaitu memperpanjang
umur pakai. Secara umum, pengawetan dilakukan dengan memberikan perlakuan
khusus kepada kayu dan bambu misalnya; dengan memberikan bahan pengawet
atau mengeringkan kayu dan bambu sampai kadar air tertentu. Yang perlu
diperhatikan, pengawetan harus disesuaikan dengan penggunaan kayu dan
bambu.
Penggunaan kayu dan bambu akan menentukan metode pengawetannya. Jika
tidak, pengawetan akan menjadi mubazir dan membuang biaya. Jangan sampai
pengawetan menyebabkan harga kayu dan bambu tidak ekonoinis lagi.
Banyak metode pengawetan kayu dan bambu telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Prosedur pengawetan kayu telah mulai dibuat dan dilaksanakan oleh
instansi terkait tetapi prosedur pengawetan bambu yang resmi belum tersedia.
Bahkan keefektifan metode pengawetan bambu yang banyak dilakukan, sebagian
besar belum berhasil dibuktikan secara ilmiah.
Industri pengawetan kayu di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sempat
dilanda kegoncangan.
Belum
adanya
yang
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 26
Hal ini
jelas berbeda jika dibandingkan dengan hubungan antara berat jenis dengan
kekuatan kayu yang selalu berlaku umum.
Pernah ditemukan juga bahwa tingkat ketahanan terhadap serangan rayap pada
kayu ulin, jati, resak, keruing, meranti, dan pulai adalah sama dengan urutan berat
jenisnya. Meskipun begitu, ini belum dapat dijadikan patokan. Berat jenis kayu
tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi keawetan kayu. Karenanya, sangat tidak
tepat jika mengklasifikasikan keawetan kayu berdasar pada berat jenisnya saja.
Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu bisa bersifat sebagai insektisida.
Sifat ini membantu sekali dalam membentuk keawetan alami kayu. Di antaranya
adalah zat fenol, terpene, saponin, flavonoid, tanin. Selain yang menguntungkan
tersebut, terdapat juga yang merugikan keawetan kayu. misalnya, adanya zat gula
atau zat tepung. Jenis serangga tertentu menyenangi zat tepung dalam kayu
sehingga kayu tersebut keawetannya rendah.
Berdasarkan jenis zat ekstraktif tersebut dapat diketahui suatu jenis kayu awet
berdasarkan ketahanannya terhadap serangan organisme tertentu. misalnya, saponin
yang terdapat pada kayu sengon menyebabkan kayu ini dijauhi jamur
Schizophyllum commune. Kadar zat ekstraktif juga berpengaruh positif. Keawetan
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 27
akan meningkat dengan kenaikan kadar zat ekstraktif yang dikandung di dalam kayu
yang sama.
Umur pohon
Umur pohon memiliki hubungan positif dengan keawetan kayu. Tentunya ini
berhubungan dengan kemampuan pohon tersebut untuk membangun jaringan dan
mengisi sel-sel termasuk di dalamnya juga pembentukan zat ekstraktif. Meskipun
pohon tersebut mengeluarkan zat yang merugikan, jika ditebang dalam umur yang
tua, mungkin akan lebih awet dibandingkan jika ditebang ketika masih muda.
Ada sebuah mekanisme di dalam pohon yang merangkai berat jenis, zat
ekstraktif, dan umur menjadi suatu sistem bagi pohon untuk melindungi dirinya dan
menjadikan masing-masing pohon memiliki tingkat keawetan alami. Melalui
berbagai metode pengawetan yang telah ditemukan, tingkat keawetan alami,
terutama yang rendah, dapat dimanipulasi sesuai dengan keinginan kita agar kayu
menjadi awet dan tahan lama.
6.5.3 Metode Pengawetan kayu
Ada berbagai metode pengawetan kayu yang dikenal di Indonesia, dari
yang sederhana sampai yang paling rumit,diantaranya:
1. metode pelaburan,
2. rendaman,
3.
vakum tekan.
Agar hasil pengawetan kayu sesuai dengan yang diharapkan, pertamatama haruslah diketahui dulu jenis kayunya dan kemungkinan penyebab
kerusakannya.
Metode pengawetan kayu ada yang lebih mengarah pada pencegahan
(perlindungan kayu dari serangan organisme tertentu (faktor biologis), juga
terhadap
yang
bersifat
nonbiologis
(air,
udara,
matahari),
tindakan
Kayu dengan sifat keawetan atau berat jenis berbeda , harus diawetkan
secara terpisah.
S-WK 12 - 2007
Modul VI
VI - 28
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 29
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 30
alat pelengkap: hidrometer, gelas ukur, kadar air, gergaji, dan bor riap.
.
Kayu yang akan diawetkan harus sudah mengalami proses penyerutan,
pemotongan, dan tinggal pengkonstruksian saja. Kayu tersebut diusahakan dalam
keadaan kering udara atau setengah kering dengan kadar air tidak lebih dari
45%. Metode ini lebih tepat diterapkan di lokasi pembangunan gedung atau
perumahan yang dilaksanakan secara massal. Lebih cocok lagi digunakan pada
bangunan dengan penggunaan komponen kayu yang bervolume besar.
Kayu yang akan diawetkan ditumpuk dalam bak pengawet dan diberi palang
penahan supaya kayu tidak terapung. Kernudian larutan bahan pengawet
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 31
dialirkan dari bak persediaan ke dalam bak pengawet sampai permukaan larutan
mencapai tinggi 10 cm di atas tumpukan kayu.
Penetapan retensi dan penembusan dipilih dari 10 contoh yang kira-kira
mewakili. Kesepuluh potong kayu tersebut ditimbang dan ditempatkan dalam
tumpukan kayu sedemikian rupa sehingga setiap saat dapat diangkat dengan
mudah untuk ditimbang kembali, meskipun terendam dalam bahan pengawet.
Lama rendaman tergantung pada jenis dan ukuran kayu yang diawetkan.
Perendaman dihentikan bila berat contoh uji sesudah diawetkan menunjukkan
nilai retensi yang dikehendaki. Untuk mengetahui apakah nilai retensi yang
diinginkan telah tercapai atau belum dapat diperkirakan dengan menimbang
contoh uji sebelum direndam dan sesudah direndam. Selanjutnya digunakan
persamaan seperti di bawah ini.
B1 = R-V-Bo
K
B1 = berat contoh uji sesudah direndam (Kg)
B = berat contoh uji sebelum direndam (Kg)
R = retensi bahan pengawet (Kg/m3)
V = volume kayu yang diawetkan
K = konsentrasi larutan bahan pengawet
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 32
bak persediaan, untuk menyimpan persediaan bahan pengawet yang sudah siap
pakai;
alat bantu lain: hidrometer, gelas ukur, thermometer, pengukur kadar air,
gergaji, dan bor riap serta timbangan.
Kayu yang akan diawetkan harus siap pakai dan dalam keadaan kering udara atau
setengah kering dengan kadar air tidak lebih dari 45%. Seperti halnya dalam
pengawetan dengan rendaman dingin, setelah kayu ditumpuk dalam bak pengawet,
palang penahan harus selalu dipasang agar kayu tidak terapung. Ketika larutan bahan
pengawet dialirkan ke dalam bak pengawet biarkan bahan itu merendam tumpukan
kayu sampai ketinggian 10 cm dari permukaan kayu.
Setelah semuanya siap, barulah pemanasan dilangsungkan. Bak pengawet
dipanaskan sampai larutan bahan pengawet mencapai suhu 70C. Suhu tersebut
dipertahankan selama beberapa jam.
Melalui pemanasan ini, udara di dalam kayu akan mengembang dan akan tampak
gelembung udara keluar dari permukaan kayu. Pemanasan dihentikan ketika sudah
tidak ada lagi gelembung udara yang keluar.
Api pemanas dimatikan dan larutan bahan pengawet dibiarkan mendingin paling tidak
setelah 12 sampai 16 jam. Setelah dingin, larutan bahan pengawet dapat dialirkan
kembali ke tangki persediaan.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya pengawetan ini dilakukan pengujian seperti
dalam metode rendaman dingin. Gunakan sepuluh potong contoh kayu yang kira-kira
mewakili, kemudian uji penetrasi dan retensinya.
Metode Vakum Tekan
Peralatan yang dibutuhkan dalam instalasi metode vakum tekan sebagai berikut:
1. tangki pengawet, yaitu bejana tahan vakum dan tahan tekanan tempat kayu
diawetkan;
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 33
kompresor.
manometer,
termometer, dan
hidrometer, gelas ukur, gergaji, bor riap, dan timbangan untuk mengukur
contoh uji.
Kayu dengan berat jenis 0,60 atau lebih harus dikeringkan terlebih dahulu
sampai kadar air 30% sebelum diawetkan. Untuk kayu dengan berat jenis kurang
dari 0,60, kadar airnya maksimal 35%.
Pompa vakum dijalankan sampai mencapai tingkat vakum tertentu (60 cm Hg) dan
terus dipertahankan sampai jangka waktu tertentu (90 menit). Tinggi dan lama
vakum awal tergantung dari jenis dan volume kayu yang diawetkan.
Larutan bahan pengawet dari tangki persediaan dialirkan ke tanki pengawet,
sementara itu vakum awal tetap dipertahankan tidak boleh turun lebih dari 10 cm
Hg.Tekanan hidrolik dimulai sampai mencapai tingkat tertentu (8 -15 atm) dan
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 34
terus dipertahankan selama dua jam. Gunanya untuk memasukkan bahan pengawet
ke dalam kayu. Tinggi dan lamanya tergantung kepada jenis dan ukuran kayu.
Tekanan dihentikan dan larutan bahan pengawet dialirkan kembali ke tangki
persediaan.Vakum akhir dijalankan untuk membersihkan permukaan kayu dari
sisa bahan pengawet yang berlebihan. Tinggi vakum akhir sama dengan vakum
awal dan lamanya sekitar 15 menit.
Untuk mengetahui keberhasilan pengawetan yang dilakukan dapat dilihat dari
pengukuran penembusan dan retensi bahan pengawet. Penetapan penembusan dapat
dilihat pada bagian pengawasan mutu. Berdasarkan target retensi dan jumlah
volume kayu yang akan diawetkan dapat dihitung banyaknya penyerapan bahan
pengawet yang harus dicapai.
Ada banyak jenis kayu yang digunakan untuk barang kerajinan dan mebel, di
antaranya adalah sengon, kemiri, karet, pulai, jelutung, kapuk, dan ramin. Pada
umumnya, kayu tersebut adalah jenis kayu ringan atau kayu yang berwarna muda.
Jenis kayu tersebut seringkali mengalami cacat atau kerusakan biologis berupa
pewarnaan kotor karena serangan jamur biru, berlubang-lubang karena serangan
kumbang Ambrosia atau karena bubuk kayu kering.
Kerusakan tersebut dapat terjadi sejak kayu masih di hutan sampai menjadi barang
kerajinan dan mebel, bahkan sampai ke tangan konsumen. Kerugian yang
difimbulkan oleh kerusakan cukup besar. Karenanya diperlukan teknik
pengawetan yang sesuai. Tentunya yang dapat memperpanjang umur pakai, mudah
dilakukan, dan ekonomis.
6.6 Kayu Dalam Perdagangan
Golongan kayu dalam perdangan ada 4 macam:
a. Merupakan dolk
diameter 10 - 19 cm.
diameter 20 - 29 cm.
diameter 30 - 39 cm.
diameter 40 - 49 cm.
diameter
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 35
b. Balok.
Balok ialah kayu dolk yang dibentuk persegi, misalnya berbentuk bujur sangkar
maupun empat persegi panjang.
Kayu yang dibentuk semacam ini biasanya yang diangkut melalui laut untuk
mempermuda pengangkutan.Kayu balok ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran
penampang lintang maupun ukuran panjang sesuai dengan keadaan kayu dan tujuan
penggunaan.
c. Zwalp/bantalan kayu
Di sini dimaksudkan kayu gergajian yang tidak banyak cacat. Untuk mendapatkan
ini dari dolk yang berukuran besar dan baik. Kayu ini digergaji dari kayu teras
berbentuk persegi panjang maupun tipis misalnya seperti papan.Kayu ini dibuat
dalam berbagai ukuran.
d.Kayu bakar.
Kayu bakar dimaksudkan dari dolk-dolk berukuran pendek dan berasal dari dahan
yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dapat lagi dipergunakan untuk konstruksi
ataupun meubel.Kadang kayu ini berdiameter besar tetapi memiliki banyak cacat
atau hal lain yang membuat tidak memenuhi syarat untuk dipakai pada konstruksi
atau bahan meubel
Tabel 6.4 Kayu dalam perdagangan
Digunakan
untuk
Lis-lis
Krepyak
Tebal
dalam
cm
1,2
Lebar dala cm
3
10
1,2
1,5
12
14
15
Reng
Usuk
2
2,5
Balok tarik
S-WK 12 - 2007
2,5
3,3
5
6
20
25
25
3,3
Bingkai
pintu /
jendela
18
1,5
papan
16
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 36
Pengantung
plafon
Peran
tembok
Gawang
Pintu /
jendela
Kuda-kuda
10
10
10
12
8
Tiang
10
X
X
12
X
X
Papan
jembatan
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 37
Insulation board; dengan BJ kurang dari 0,4 ,tebal lebih besar dari 12mm
Wall board: dengan BJ kurang dari 0,48. Tebal 8-10,5.
Aqoustic tile
Bahan-bahan baku
1. Kayu berasal dari kayu berdaun jarum lebih baik dari kayu berdaun lebar.
2. bambu
3. Ampas tebu
4. merang
5.Serabut kelapa dan lain sebagainya.
Bahan-bahan penolong
a). Emulsi aspal mtuk mempertinggi daya tahan terhadap tekanan berat.
b). Rosin, paraim atau kumarome-resin untuk mempertinggi daya tahan terhadap
air.
c). Aluminium-sulfat sebagai bahan pengedap bahan-bahan diatas
pada Ph = 4 (Ph= batas pegasaman).
d). P.C.P (penta chero phenol), atau senyawa arsen.
e). Bahan-bahan lain untuk anti hama, terutama rayap dan jamur.
Sifat-sifat papan serat
a) Tidak ada perbedaan keteguhan dalam arah panjang dan lebar.
b) Dapat menghasilkan ukuran lembaran lebar.
c) Permukaan licin dan keras.
d) Tahan arus dan tidak mudah pecah
e) Tidak ada cacat-cacat kayu
f) Sifat keawetan, aqoustik dan penyekat panas lebih baik
g) Tahan api
h) Lebih mudah dilengkungkan
2.Plywood
Plywood terdiri dari lapisan-lapisan tipis dari kayu yang dinamai
vinir dan dilem menjadi satu. Lapisan-lapisan tadi dilem dengan arah
jaringan serat 90 o terhadap masing masing lapisan. Dikarenakan jalinan
selang-seling seperti ini, penyusutan plywood sangat kecil. Geseran
melintas jaringan serat masing-masing lapisan dibatasi oleh perekat dan
oleh lapisan melintang. Plywood dibuat dari beberapa lapis vinir yang
berjumlah ganjil, yang paling umum digunakan adalah lapis tiga.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 38
Plywood yang terdiri lebih dari tiga vinir dikenal dengan nama mult iplywood.
Kayu gelondongan yang dipilih untuk memproduksi vinir harus ber
diameter besar, dan sedapat mungkin harus silindris dan lurus.
Gelondongan tersebut terlebih dulu dibersihkan dari kulit luarnya dan
dipanasi dengan uap, atau digodog dalam air mendidih, untuk
melunakkan serat-serat kayunya. Proses pelunakan ini perlu untuk
menghindarkan terjadinya robekan sewaktu gelondongan tersebut diiris.
Persyaratan kayu yang dipakai Plywood :
- Kayunya harus bulat
- Cukup lunak untuk dikupas
- Harus mendapatkan fineer yang stabil
-Tidak banyak mengandung mata kayu
- Serat-serat kayu tidak terpilint ir
Bahan-bahan perekat yang dipakai :
1. Lem dasar casein
2. Lem dasar urea-formal dehyde
3. Lem dasar Phenol-Formal dehyde
ad.1Pengirisan berputar
Dalam proses pengirisan berputar gelondongan kayu dipasangkan pada sebuah
mesin bubut besar dengan menggunakan pasak-pasak pemutar. Sebilah pisau,
yang sama panjangnya dengan gelondongan tadi, distel ke arah gelondongan
kayu yang berputar. Pisau tersebut diarahkan dengan suatu sistem sehingga
jumlah vinir yang diiris mempunyai ketebalan sama. Sistem peralatan ini dapat
pula distel untuk memproduksi sejumlah vinir yang mempunyai ketebalan
berbeda-beda.
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 39
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 40
Penggunaan plywood
Plywood merupakan material yang ideal untuk digunakan sebagai pelapis
dinding interior. Ia bisa didapat dalam bentuk lembaran lebar, dengan
demikian daerah-daerah luas dapat dilapis dengan cepat. Dengan mudah
ia dapat dipasangkan kepada lat-lat dinding tanpa bahaya akan pecah. Ia
tidak menyusut atau melent ik, dan ia mempunyai kemampuan untuk
meredam suara dan untuk mengisolasi udara panas. Plywood dapat
digunakan sebagai pelapis lantai. Papan-papan lantai yang sudah lusuh
atau tidak rata dapat dilapis dengan cepat. Kemampuannya untuk
mengisolasi panas sangat berguna apabila ia digunakan sebagai alas bagi
linoleum, karpet, dan sebagainya. Kemampuannya untuk tidak melentik
menjadi jaminan bagi suatu permukaan yang rata.
Jenis plywood-khusus dapat digunakan untuk pekerjaan di bagian luar
rumah. Untuk dipasangkan pada struktur-struktur batu-bata atau batu,
atau langsung pada kerangka gerasi atau pondok, jenis plywood khusus,
dikenal dengan nama WBF (weather and bo il proof
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 41
3. tidak melilit atau melent ik dengan cara yang sama seperti kayu padat
yang mempunyai ketebalan sama, dikarenakan saling
berjalinlintangnya vinir-vinir.
4. Plywood dapat dipaku dan disekrup tanpa adanya kemungkinan akan
terbelah.
5. Plywood yang lebih tipis dapat digunakan untuk membentuk
permukaan-permukaan yang melengkung.
Blockboard
Blockboard dibuat dengan merekat kayu-kayu lat, sisi lawan sisi, dan
melapis kedua permukaan dengan selembar vinir. Kemungkinan melilit
dan melent iknya panel tersebut dicegah dengan merekat kayu-kayu lat
sedemikian rupa sehingga bagian hati yang satu menghadap ke bawah dan
bagian hati kayu lat yang berdampingan menghadap ke atas. Kedua
lembar vinir direkatkan
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 42
Lamin board
Lamin board dikonstruksi dengan cara yang sama seperti blockboard.
Sebaiknya lat-lat yang direkat lebarnya tidak melebihi 7 mm. Konstruksi
papan ini membuat ia lebih berat daripada blockboard, dan pembuatannya
pun menjadi lebih mahal.
Penggunaan lamin board adalah sama seperti penggunaan blockboard.
Papani ini dibuat dari serpihan-serpihan limbah mesin. Jenis board ini
sangat kuat dan memiliki banyak kelebihan dibanding kayu padat karena
daya tahannya terhadap penyusutan dan lentikan. Ia dapat dibuat dalam
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 43
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 44
Jenis hardboard ini sering dinamai peg-board. Yang paling umum adalah
yang dibo longi dengan lobang-lo bang 5 mm dipisah-pisah o leh jarak 8
mm. Tipe board ini digunakan untuk ventilasi pada panel-panel, rak-rak
etalasi, dan rak-rak perabotan bengkel serta perabotan gerasi.
HAL HAL YANG KURANG MENGUNTUNGKAN
PADA BOARDS (JENIS PAPAN-PAPAN) BUATAN MANUSIA
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 45
Lamin board
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal 12 mm hingga 25 mm.
Batten board
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal 20 mm.
Blockboard
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm.
Ukuran tebal dari 15 mm hingga 25 mm.
Chipboard
Ukuran panjang 1220 mm hingga 2440 mm.
Ukuran lebar 1220 mm hingga 1525 mm.
Ukuran tebal 10 mm hingga 25 mm.
Untuk tujuan khusus ukuran tebal bisa hingga 35 mm.
Hardboard dan perforated hard- board
Ukuran panjang dari 1220 mm hingga 2745 mm.
Ukuran lebar dari 760 mm hingga 1700 mm.
Ukuran tebal dan 3 mm hingga 25 mm.
B.Penutup
ps Konstr.Gdg / T.Sipil
Modul VI
VI - 46
S-WK 12 - 2007
ps Konstr.Gdg / T.Sipil