Vous êtes sur la page 1sur 53

1

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA PQ. C DENGAN
HIPERTENSI DI DUSUN KERANGKENG TIMUR, DESA BANYUMULEK,
KEC. KEDIRI, KAB.LOMBOK BARAT

OLEH :
SRI HANDAYANI
016.02.0637

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


ANGKATAN XII C SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES)MATARAM
2016

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA PQ. C DENGAN
HIPERTENSI DI DUSUN KERANGKENG TIMUR, DESA BANYUMULEK,
KEC.KEDIRI, KAB.LOMBOK BARAT
Telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari / tanggal :
Tempat

Mahasiswa

SRI HANDAYANI
016.02.0637

Pembimbing Akademik

PJMK Gerontik

(I Made Eka Santosa, S.Kp.,M.Kes) (Ns.Ni Made Sumartyawati, S,Kep.,M.Kep

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T karena berkat rahmat


dan

hidayah-Nya,

Keperawatan

Pada

sehingga
PQ.

laporan

Dengan

kasus

kelolaan

Hipertensi

Asuhan

di

Dusun

Kerangkeng Timur, Desa Banyumulek, Kec. Kediri, Kab. Lombok


Barat

dapat

terselesaikan.

Laporan

ini

disusun

untuk

memenuhi sebagian syarat untuk memenuhi kompetensi mata ajar


Keperawatan Gerontik.
Dalam

penyusunan

laporan

ini,

penulis

banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh


karena

itu

pembimbing

penulis
akademik

menyampaikan
yang

telah

terima

bersedia

kasih

kepada

membimbing

kami

dengan penuh kesabaran.


Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bantuan dari
semua pihak terkait baik moril maupun materil laporan ini
tidak mungkin dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala
hormat

dan

kerendahan

hati

perkenankanlah

penulis

untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-sebesar kepada:


1. Ns. Ni Made Sumartyawati, S.Kep.,M.Kep selaku penanggung
jawab mata kuliah keperawatan Gerontik.
2. I

Made

Eka

Santosa,

S.Kp.,M.Kep

selaku

pembimbing

Akademik yang telah mwmbimbing sehingga laporan ini dapat


terselesaikan.
Akhirnya,

semoga

apa

yang

telah

disumbangkan

dalam

penyelesaian laporan ini mendapat balasan yang setimpal dari


yang Maha Segalanya, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi

perkembangan

ilmu

keperawatan

khususnya

keperawatan

Gerontik.

Banyumulek,

9 Januari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................i


Lembar Pengesahan......................................ii
Kata Pengantar ........................................iii
Daftar Isi.............................................v
BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang...........................1

2.

Tujuan Penulisan.........................2

3.

Metode Penulisan ........................2

4.

Sistematika Penulisan....................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.

Konsep Dasar Menua.......................4

2.

Kensep Dasar Hipertensi..................7

3.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi11

BAB III TINJAUAN KASUS

1.

Pengkajian keperawatan...................21

2.

Analisa Data.............................31

3.

Diagnosa Keperawatan.....................33

4.

Rencana Keperawatan......................34

5.

Tindakan Keperawatan ....................39

6.

Evaluasi.................................42

BAB IV PEMBAHASAN

1.

Pengkajian...............................44

2.

Diagnosa Keperawatan.....................45

3.

Rencana Keperawatan......................45

4.

Tindakan Keperawatan.....................45

5.

Evaluasi.................................45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan...............................47

2.

Saran ...................................47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Laporan Pendahuluan
SAP Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai
hipertensi
dari

merupakan

semua

kalangan

penyakit

yang

masyarakat,

mendapat

mengingat

perhatian

dampak

yang

ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang


sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan
angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian)
yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul
akibat adanya interaksi dari berbagai factor risiko yang
dimiliki

seseorang.

menghubungkan

antara

Berbagai
berbagai

penelitian

factor

resiko

telah
terhadap

timbulnya hipertensi.
Berdasarkan

penelitian

yang

telah

dilakukan

ternyata prevalensi (angka kejadian) hipetensi meningkat


dengan

bertambahnya

usia.

Dari

berbagai

penelitian

epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8


-28,6%

penduduk yang

berusia di

atas 20

tahun adalah

penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecendrungan
bahwa

masyarakat

hipertensi
antara

perkotaan

dibandingkan

lain

lebih

masyarakat

dihubungkan

dengan

banyak

menderita

pedesaan.
adanya

Hal

gaya

ini
hidup

masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit


hipertensi

seperti

stress,

obesitas

(kegemukan),

kurangnya olahraga, merokok, alcohol, dan makan makanan


yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan

dengan

bertambahnya

usia,

hamper

setiap

orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik


terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekana diastolic
terus

meningkat

sampai

usia

55-60

tahun,

kemudian

berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat
proses
dengan

belajar

mengajar

hipertensi

dan

secara

nyata

kepada

secara

langsung

lansia

memberikan

asuhan keperawatan kepada kelayan.


2. Tujuan Khusus
a. Penulis

mampu

memahami

penyakit

hipertensi

pada

lansia secara langsung.


b. Penulis

mampu

memahami

penyebab

hipertensi

dan

tanda dan gejala secara langsung pada lansia.


c. Penulis mampu memahami cara merawat lansia dengan
hipertensi

dan

bagaimana

memberikan

asuhan

keperawatan secara lansung kepada lansia.


C.

METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini,
penulis menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi
pengamatan
cara

:
terhadap

observasi

lansia

Melakukan

seperti

kelayan

dengan

tanda-tanda

vital

tekanan

darah,

nadi,

respirasi, dan suhu dan mengobservasi


tanda

dan

gejala

yang

terjadi

pada

lansia.
2. Wawancara

Penulis

mewancarai kelayan dan melakukan sesi


Tanya

jawab

serta

menyesuaikan

kemampuan kelayan dalam menjawab semua


pertanyaan yang diajukan.
3. Studi Kasus

Penulis

melakukan atau mempelajari kasus yang


akan dilakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan:
mempelajari

kasus

Penulis
dengan

menggunakan

berbagai

teori

atau

literatur

yang

diambil dari buku dan kepustakaan.


5.Sumber Data
a. Primer

Yang diperoleh dari kelayan

itu sendiri.
b. Sekunder :

Yang

diperoleh

dari

orang

terdekat,
kesehatan

team
lain,

serta

hasil

pemeriksaan

fisik.
D.

SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari
Asuhan Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini
dapat dibagi dalam lima bab yaitu:

Bab

I :

Merupakan

meliputi

latar

penulisan,

pendahuluan
belakang,

metode

tujuan

penulisan

dan

sistematika penulisan.

Bab

II :

meliputi

Berisi
;

konsep

tinjauan
dasar

teori

proses

menua,

konsep dasar penyakit Hipertensi (masalah


utama)

dan

konsep

dasar

asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian,


diagnosa

keperawatan,

perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Bab

III :

Berisi tinjauan kasus yang

meliputi

pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

perencanaan,

pelaksanaan,

dan evaluasi.

Bab

IV :

Pembahasan

pengkajian,
perencanaan,

diagnosa
pelaksanaan

yang

meliputi

keperawatan,
dan

evaluasi

dimana semua yang ada dalam pembahasan


ini

merupakan

perbandingan

antara

tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

Bab

Berisi

penutup

yang

meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Menua (Aging Process)
1.

Pengertian Proses Menua (Aging Process)


Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan

kemampuan

diri/mengganti

dan

sehingga

dapat

tidak

jaringan

untuk

mempertahankan
bertahan

memperbaiki

fungsi

terhadap

normalnya

infeksi

dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, Wahyudi


2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara

alamiah.

Dimulai

sejak

lahir

dan

umumnya

dialami oleh semua makhluk hidup. Pada setiap individu


memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua.
Adakalanya

orang

yang

belum

tergolong

lanjut

usia

tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Nugroho,


Wahyudi, 2000).
2.

Teori-Teori Proses Menua


a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi teori
intrinsik

dan

ekstrinsik.

Intrinsik

berarti

perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat


penyebab

di

dalam

sel

sendiri,

sedangkan

teori

ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi


diakibatkan

pengaruh

lingkungan.

Teori

biologis

dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk 2006) :


1) Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram
secara

genetik

untuk

spesies-spesies

tertentu.

Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu

jam

genetik

replikasi

yang

telah

tertentu.

diputar

Jam

ini

menurut

akan

suatu

menghitung

mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi


menurut teori ini bila jam kita berhenti kita
akan

meninggal

dunia,

meskipun

tanpa

disertai

kecelakaan lingkungan atau penyakit.


2) Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut

teori

beruntun

ini,

dalam

menua

jangka

waktu

4
translasi.

transkripsi

dan

menyebabkan

terbentuknya

berakibat

disebabkan
yang

lama

Kesalahan

enzim

metabolisme

kesalahan

yang

yang

dalam

tersebut
salah

salah

dan

sehingga

mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batasbatas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA
dapat

diperbaiki,

namun

kemampuan

dalam

memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang


tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein
atau

enzim

berbahaya,

yang

dapat

begitu

juga

menimbulkan
jika

metabolit

kesalahan

terjadi

pada translasi maka kesalahan juga akan semakin


banyak.
3) Teori Auto Immune
Teori

ini

metabolisme

menjelaskan
tubuh,

suatu

bahwa
saat

dalam

proses

diproduksi

zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak


tahan

terhadap

zat

tersebut

sehingga

jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit.


4) Teori Radikal Bebas
Radikal
tidak

bebas

dapat

stabilnya

mengakibatkan

terbentuk

radikal
oksidasi

bebas

di

alam

(kelompok

oksigen

bebas,
atom)

bahan-bahan

organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal


ini menyebabkan sel-sel tidak beregenerasi. Di
dalam tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan
dalam

tubuh

oleh

enzim

atau

senyawa

nonenzim

contohnya vitamin C betakarotin, vitamin E.

5) Teori Pemakaian dan Rusak


Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
6) Teori Immunology Slow Virus
Sistem

imun

bertambahnya

menjadi
usia

kurang

dan

efektif

masuknya

virus

dengan

ke

dalam

tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.


7) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan

kestabilan

lingkungan

internal,

kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel


tubuh lelah terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Sel-sel

yang

menyebabkan

tua

atau

usang,

reaksi

kimianya

ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,


kekakuan dan hilangnya fungsi.
9) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Teori aktivitas, menurut Havighusrt


dan

Albrecht

1953

berpendapat

bahwa

sangat

penting bagi individu usia lanjut untuk tetap


beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.

penurunan

Ketentuan

akan

jumlah

kegiatan

meningkatnya
secara

pada

langsung.

Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang


sukses

adalah

mereka

yang

aktif

dan

ikut

banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran

optimum

(pola

hidup)

dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

Mempertahankan

hubungan

antara

sistem sosial dan individu agar tetap stabil


dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theori)
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah
pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan
dari

teori

diatas.

Pada

teori

ini

menyatakan

bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang


lanjut

usia

sangat

dipengaruhi

oleh

tipe

personality yang dimiliki.


3) Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia,

seseorang

secara

berangsur-angsur

mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan


ini

mengakibatkan

interaksi

sosial

lansia

menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas


sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple
Loss), yakni :

Kehilangan peran (Loos of role),

Hambatan

kontak

sosial

(restraction

of

Contacts and relation Ships),

Berkurangnya

komitmen

(to

Social

Mores

and

Values).
c. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi
dan

sosiologi

salah

satu

teori

yang

ada.

Teori

tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap


individu

harus

memperhatikan

tugas

perkembangan

yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan


memberikan
perkembangan

perasaan
yang

bahagia

spesifik

dan
ini

sukses.

Tugas

tergantung

pada

maturasi fisik, pengharapan kultural dan masyarakat


dan nilai serta aspirasi individu.
B. Konsep Dasar Hipertensi(Masalah Utama)

1. Pengertian
Hipertensi

dapat

didefinisikan

sebagai

tekanan

darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140


mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi

manula,

hipertensi

didefinisikan

sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90


mmHg. (Brunner & Sudarth, 2001).
Hipertensi

adalah

peningkatan

tekana

darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic


sedikitnya 90 mmHg (Sylvia Price, 2005).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami
yang

peningkatan

mengakibatkan

(Morbiditas)

tekanan

darah

peningkatan

dan

angka

di

atas

angka

kematian

normal

kesakitan

(Mortalitas).

(Kushariyadi : 2008).
2. Patofisiologi
Mekanisme
relaksasi

yang

pembuluh

mengontrol

darah

terletak

konstriksi
dipusat

dan

vasomotor

pada medulla di otak dari pusat vasomotor ini bermula


jaras saraf sympatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis
ganglia

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke


sympati

di

thoraks

dan

abdomen.

Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang


bergerak ke

bawah melalui

sistem

saraf

sympatis

ke

ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion

ke

dilepaskannya

pembuluh

darah,

norefinefrin

dimana

mengakibatkan

dengan

konstriksi

pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan


ketakutan

dapat

terhadap

rangsang

hipertensi
meskipun

mempengaruhi

sangat

tidak

respon

vasokontiktor.
sensitive

diketahui

tersebut bia terjadi.

pembuluh
Klien

terhadap

dengan

jelas

darah
dengan

norefinefrin,
mengapa

hal

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis


merangsang

pembuluh

darah

sebagai

respon

rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan


tambahan

aktivitas

vasokontriksi,

medulla

adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat


memperkuat

respon

Vasokontriksi

vasokonstriktor

pembuluh

darah.

mengakibatkan

penurunan

aliran

yang

darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.


Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian

diubah

menjadi

angiotensin

II,

suatu

vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang


sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan

retensi

natrium

dan

air

oleh

tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.


Semua

factor

tersebut

cenderung

mencetuskan

keadaan

hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2002).


3. Penatalaksanaan
1. Pentalaksanaan Non Farmakologi
a) Pengaturan diet, beberapa diet yang dianjurkan :
(1) Rendah
garam,
diet
rendah
garam
dapat
menurunkan

tekanan

darah

pada

klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam


dapat

mengurangi

angiotensin
sebagai

stimulasi

sehingga

anti

system

sangat

hipertensi.

rennin-

berpotensi

Jumlah

intake

sodium yang dianjrkan 50-100 mmol atau setara


(2)

dengan 3-6 gram perhari.


Diet
tinggi
potassium,

dapat

menurunkan

tekanan darah tapi mekanismenya belum jelas.


Pemberian

potassium

menyebabkan
dimediasi
(3)
(4)

secara

vasodilatasi,
oleh

nitric

intravena
yang

oxide

vascular.
Diet kaya buah dan sayur.
Diet
rendah
kolesterol

terjadinya jantung koroner.


b) Penurunan berat badan

pada

sebagai

dapat

dipercaya
dinding

pencegah

10

Penurunan berat bdan mengurangi tekanan darah,


kemungkinan

dengan

mengurangi

beban

kerja

jantung dan volume sekuncup juga berkurang.


c) Olahraga
Olahraga
teratur
seperti
berjalan,
lari,
berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memeprbaiki keadaan jantung.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali

dalam

menurunkan
kadar

HDL,

seminggu
tekana
yang

sangat

darah,
dapat

dianjurkan

untuk

olahraga

meningkatkan

mengurangi

terbentuknya

arterosklerosis akibat hipertensi.


d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dn tidak mengkonsumsialkohol,
penting

untuk

hipertensi

mengurangi

karena

efek

asap

jangka

rokok

panjang

diketahui

menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan


dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan medis
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan Hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat-obatan
1) Dierutik:
Chlorthalidon,
Hydromax,

Lasix,

Aldactone, Dyrenium Diuretic bekerja melalui


berbagai

mekanisme

untuk

mengurangi

curah

jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan


ekskresi garam dan airnya.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi
otot

polos

penyekat
spesifik

jantung

saluran
untuk

atau
kalsium

saluran

arteri.

Sebagian

bersifat

lambat

lebih

kalsium

otot

jantung : sebagian yang lain lebih spesifik


untuk

saluran

sebagian

yang

lambat
lebih

kalsium
spesifik

otot

jantung:

untuk

saluran

kalsium otot polos vascular. Dengan demikian,


berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.

11

3) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau


inhibitor

ACE

angiotensin
diperlukan

dengan

mengubah

angiotensin

2.

angiotensin
menurunkan
dengan

beerfungsi

untuk

menghambat

darah
TPR,

yang

menjadi

menurunkan

langsung

secara

sekresi

ini

secara

dan

menurunkan

enzim

angiotensin

Kondisi

menurunkan

tidak

dengan
langsung

aldosteron,

yang

akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada


urin

kemudian

menurunkan

volume

plasma

dan

curah jantung.
4) Antagonis (penyekat) resptor beta (-blocker),
terutama

penyekat

reseptor

beta

di

selektif,
jantung

bekerja

untuk

pada

menurunkan

kecepatan denyut dan curah jantung.


5) Antagonis
reseptor
alfa
((-blocker)
menghambat

reseptor

alfa

di

otot

polos

vascular yang secara normal berespon terhadap


rangsangan

saraf

simpatis

dengan

vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.


6) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan
untuk

menurunkan

Nitroprusida,

TPR.

Misalnya

Nikardipin,

Nitrogliserin, dll.
(Brunner & Suddarth, 2002).
C. Konsep dasar asuhan keperawatan
1.
Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas
klien
yang
biasa
penyakit

sistem

karena

ada

banyak

terjadi

kardiovaskuler

beberapa
pada

penyakit
klien

di

natrium,

Hidralazin,

dikaji

pada

adalah

usia,

kardiovaskuler
atas

usia

60

tahun.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien
dengan penyakit kardiovaskuler seperti : gagal
jantung kongestif, penyakit jantung koroner,
hipertensi, penyakit jantung vaskuler, maupun
penyakit Cor pulmonal adalah klien, mengeluh

12

nyeri dada sebelah kir, di sertai sesak nafas


dan ketidakmampuan untuk beraktivitas.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat iji berupa
mengenal

penyakit

yang

diderita

uraian

oleh

klien

dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan


sampai klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah
pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain
rumah
pernah

sakit

umum

diberikan

serta
dan

pengobatan

bagaimana

apa

yang

perubahannya

dan data yang didapatkan saat pengkajian.


4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat
penyakit

kardiovaskuler

sebelumnya,

riwayat

pekerjaan pad pekerja yang berhubungan dengan


peningkatan

aktivitas,

riwayat

penggunaan

obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan


merokok.
5) Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada
yang

menderita

penyakit

yang

sama

karena

faktor genetik/keturunan.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja
yang biasa dilakukan sehubungan dengan adanya
nyeri dada sebelah kiri dan sesak nafas.
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami
gangguan kardiovaskuler biasanya lemah.
b) Kesadaran
Kesadaran
klien
biasanya
composmentis,
Apatis sampai Somnolen.
c) Tanda-Tanda Vital
1) Terdiri
dari
pemeriksaan

suhu

normalnya (370 C).


2) Nadi meningkat (N:70-82x/menit).
3) Tekanan darah meningkat atau menurun.
4) Pernafasan
biasanya
mengalami
peningkatan
d) Pemeriksaan Review of system (ROS)
(1) Sistem pernafasan (B1:Breathing)

13

Dapat

ditemukan

waktu

sesak

nafas,

beraktivitas,

sesak

peningkatan

frekuensi ernafasan, adanya penggunaan


otot bantu pernafasan, adanya gangguan
(2)

pernafasan.
Sistem sirkulasi (B2:Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi
nadi apikal, sirkulasi perifer, warna,
dan kehangatan, periksa adanya distensi

(3)

vena jugularis.
Sistem persarafan (B3:Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi,
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi.

Pergerakan

melihat,

mata

dilatasi

(mungkin

/kejelasan

pupil.

Agitasi

berhubungan

dengan

nyeri/ansietas).
(4)

Sistem perkemihan (B4:Bladder)


Perubahan
pola
berkemih,

seperti

inkontinensial urine, disuria, distensi


kandung kemih, warna dan bau urin, dan
(5)

(6)

kebersihannya.
Sistem pencernaan (B5:Bowel)
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi
eliminasi,

auskultasi

anoreksia,

adanya

bising

distensi

usus,

abdomen,

nyeri tekan abdomen.


Sistem Muskuloskeletal (B6:Bone)
Nyeri
berat
tiba-tiba/mungkin
terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi, kontraktur
atrofi

otot,

laserasi

kulit

dan

perubahan warna.
8) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan
penanganan kesehatan.
b) Pola nutrisi
Menggambarkan
masukan

nutrisi,

balance

cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola

14

makan,

diet,

kesulitan

menelan,

mual/muntah, dan makanan kesukaan.


c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung
kemih,

defekasi,

ada

tidaknya

masalah

defekasi, masalah jutrisi, dan penggunaan


kateter.
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur,
persepsi,

terhadap

istirahat,

energi,

jumlah

dan
lama

tidur siang dan malam, masalah tidur, dan


insomnia.
e) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan
pola
latihan,

aktivitas,

fungsi pernafasan, dan sirkulasi, riwayat


penyakit

jantung,

kedalaman

frekuensi,

pernafasan.

irama,

Pengkajian

dan

Indeks

KATZ.
f) Pola hubungan dan peran
Menggambrakan dan mengetahui hubungan dan
peran klien terhadap anggota keluarga dan
masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak
punya

rumah,

dan

masalah

keuangan.

Pengkajian APGAR keluarga.


g) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian
penglihatan,

pendengaran,

perasaan,

dn

pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan


gejala

gangguan

penglihatan

perifer,

kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa


di ruang gelap. Sedangkan tandanya adalah
tampak

kecoklatan

pupil,

peningkatan

atau

putih

susu

air

mata.

Pengkajian

Status Mental menggunakan SPMSQ


h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri
dan

persepsi

terhadap

diri.

Konsep

diri

diri,

harga

diri,

kemampuan

menggambrakan
peran,

pada

sendiri
konsep
gambaran

identitas

iri.

15

Manusia sebagai sistem terbuka dan makhluk


bio-psiko-sosio-kultural-spiritual
kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap
sakit.

Pengkajian

tingkat

Depresi

menggunakan tabel Inventaris Depresi Back.


i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambrakan
kepuasan/masalah
terhadap
seksualitas.
j) Pola
mekanisme/penangulangan
koping
Menggambarkan

kemampuan

stres

untuk

dan

menangani

stres.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai
keyakinan
2.

termasuk

spiritual.

(Allen,

1998).
Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (Akut) sakit kepala berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler cerebral
b. Resiko
tinggi
terhadap
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
peningkatan
afterload,
vasokontraksi,
iskemiokard,
hipertropi/rigiditas ventrikel.
c. Intoleransi
aktivitas
berhubugan
dengan

kelemahan

umum,

ketidakseimbangan

antara

suplai dan kebutuhan oksigen.


3.

Perencanaan Keperawatan

Nyeri (Akut) sakit kepala berhubungan dengan

a.

peningkatan tekanan vaskuler cerebral


Tujuan:
a.
Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan/ terkontrol
b.
Mengungkapkan
metode
yang
memberikan
pengurangan
Kriteria Hasil :
Rasa nyeri pada kepala hilang
b. Pasien mengikuti metode untuk mengurangi rasa
nyeri

16

1.
2.

4.
5.
6.

7.
a.
b.
c.

INTERVENSI
Perhatikan bed
rest selama fase akut.
Berikan
tindakan
kenyamanan untuk mengurangi
sakit kepala seperti masase
punggung dan leher, elevasi
kepala, kompres hangat di
dahi atau leher, teknik
relakasi,
meditasi,
imaginasi
terbimbing,
distraksi,
dan
aktivitas
diversional.
3. Kurangi
aktivitas
yang merangsang aktivitas
simpatis
yang
makin
memperberat
sakit
kepala
seperti
batuk
lama,
ketegangan saat defekasi.
Bantu klien saat ambulasi
Berikan tampon hidung dan
5
kompres
dengan
es
bila
terjadi epistaksis.
Kaji ulang visus klien,
6
tanyakan keluhan terhadap
pandangan kabur.

RASIONAL
1-4 Bed rest adekuat dan
tindakan
kenyamanan
membantu
merelaksasikan
otot
dan
menurunkan
kecemasan.

Menghentikan perdarahan,
akibat pecahnya kapiler
nasal.
Pandangan
kabur
dan
penurunan
visus
adalah
indikator
kerusakan
retina mata
Kolaborasi
pemberian 7
a. Mengurangi nyeri
pengobatan
kepala
Analgesik
b. menurunkan kecemasan
Tranquilizer (diazepam)
dan membantu tidur
Pemeriksaan fundus mata c.menilai
komplikasi
(konsultasi dengan dokter hipertensi
pada
mata
ahli mata).
(retina)
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan
vasokontriksi,

dengan

peningkatan

afterload,
iskemiokard,

hipertropi/rigiditas ventrikel
Tujuan :
a.
Afterload tidak meningkat
b.
Tidak terjadi vasokonstriksi
c.
Tidak terjadi iskemia miokard.

17

Kriteria hasil:
a.
Klien
berpartisipasi
dalam
aktivitas
yang
menurunkan
tekanan
darah
/
bebankerja
jantung
b.
Mempertahankan
TD dalam rentang individu yang dapat
diterima
d.
Memperlihatkan
norma
dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.
INTERVENSI
1. Monitor
tekanan
darah
1-3
pada kedua ekstremitas baik
lengan maupun kaki pada
awal
evaluasi.
Gunakan
ukuran
manset
dan
cara
pengukuran yang tepat.

RASIONAL
Peningkatan tekanan darah
meningkatkan
preloaddan
beban
kerja
jantung. Terdengarnya
craleks, di basal paru
mengidikasikan
kongesti
pulmona,
akibat
tekanan
2. Cara
kualitas
denyutan peningkatan
jantung
sisi
kiri.
sentral dan bunyi jantung
Terdengarnya
bj3atau
bj4
3. Auskultasi
suara
nafas
gallops
akibat
dari
dan bunyi jantung
penurunan
pengembangan
ventrikel kiri.
4.

Observasi
warna
kulit,
4-6
kelembapan, suhu kulit, dan
waktu
pengisian
kembali
kapiler.

Lingkungan
nyaman
dan
pembatasan
aktivitas
menurunkan
konsumsi oksigen miokard

5.

Berikan lingkungan yang


tenang dan nyaman, batasi
jumlah pengunjung

6.

Pertahankn
pembatasan
aktivitas,
buat
jadwal
terapi yang tidak menganggu
masa istirahat klien.

7.

Bantu
klien
memenuhi
7-9 diet rendah garam dan
perawatan dirinya, sesuai pembatasan
cairan
kebutuhan.
mencegah
peningkatan

18

8.

Berikan diet rendah garam volume


cairan
dan pembatasan cairan
ekstraseluler yang dapat
tekanan
9. Nilai intake cairan dan meningkatkan
produksi urine per 24 jam darah.
(intake-output cairan)
10. kolaborasi
pemberian
10. A.
Menurunkan
volume
terapi sesuai indikasi :
cairan
ekstraseluler,
a. Diuretic
thiazid mengurangi volume darah
(chlorothiazide,
B.
Menghambat
resorpsi
hydrochlorothiazide)
natrium, klorida dan air
b. Diuretic
loop di renal dan membuang
( furosemid,ethacrynicacid, kelebihan cairan.
bumetadinc).
C. Penghambat kompetitif
c. Potasium-sparing diuretic aldoseron
dan
mencegah
(spironolanctone,
hipokalemia
tramterene, amiloride)
D.
Menghambat
sistem
d. Penghambat simpatis atau simpatis,
menurunkan

blocker. denyut
jantung
dan
(propanol,metopanol,
tekanan darah.
atenol,
nadolol, E. Vasodilatasi vaskular
methyldopa,
perifer,
menurunkan
reserpine,clonidine)
tahanan perifer.
e. Vasodilator
(monoxidil, F. Mengurangi afterload
hydralazine, prozosin)
miokard,
vasodilatasi
f.
Calcium chanel blocker arteri
koroner
dan
(nifedipine, verapamil).
perifer
serta
g. Ganglion
blocker meningkatkan
oksigenasi
(guanetidine,
miokard.
trimethaphan).
G.
Menurunkan
denyut
h. Ace inhibitor (captropil) jantung dan vasodilatasi.
H.
Menurunkan
tahanan
perifer.
11. Monitor
efek
samping
11. Efek samping obat yang
pengobatan anti hipertensi. membahayakan harus dikaji
dan dilaporkan.
Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.
Klien
berpartisipasi
dalam
aktivitas
inginkan / diperlukan

dapat
yang
di

19

b.

11

22

Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.

INTERVENSI
1. Kaji respon klien
11
terhadap
aktifitas
catat : denyut nadi,
keluhan
sesak napas, nyeri
dada, keletihan yang
sangat, diaphoresis.
2. Anjurkan
klien
2
menggunakan
teknik
penghematan
tenaga
saat beraktifitas.
3. Berikan
bantuan
3
sesuai aktifitas

4.

RASIONAL
1. Tanda
dan
gejala
tersebut
mengindikasikan
penurunan
curah
jantung da perfusi
jaringan
,
akibat
peningkatan preload
dan
afterload
ventrikel kiri.
2. Penghematan
energymengurangi
konsumsi
oksigen
miokard
3. Memberikan
bantuan
hanya
sebatas
kebutuhan
akan
mendorong kemandirian
dalam
malakukan
aktivitas.

Evaluasi
S

: Subyektif, keluhan yang dirasakan kelayan

: Obyektif,

kelihan

dilihat dan diobservasi


A

: Assesment

: Planning

kelayan

yang

dapat

20

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PQ.C DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN
KERANGKENG TIMUR DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN
LOMBOK BARAT
Tanggal Pengkajian : Rabu, 28 Desember 2016
1. Data Biografi
Nama

: PQ C

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir

: Kerangkeng

Timur,

31-12-

1946/70 tahun.
Golongan Darah

: -

Pendidikan terakhir

: tidak sekolah

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: menikah

TB / BB

: 152 cm / 45 kg

Penampilan

: Kelayan lusuh, baju kotor,


memakai

jilbab,

sarung,

tetapi kulit bersih.


Ciri-ciri tubuh

: rambut

beruban,

kifosis

(agak membungkuk).
Alamat

: RT

01

Dusun

Kerangkeng

Timur
Oang yang dekat dihubungi : Kepala dusun
Hubungan dengan usila

: Anak

Alamat

: RT

01

Timur

21

Dusun

Kerangkeng

21

2. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki/Perempuanhidup
: Laki-laki/ Perempuan meninggal
: Hubungan perkawinan
: Kelayan
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
Kelayan

adalah

anak

terakhir

dari

lima

bersaudara.

Kelayan menikah dengan seorang laki-laki dan mempunyai


5

orang

Sekarang

anak

dimana

kelayan

anak

pertama

tinggal

serumah

sudah

meninggal.

berdua

dengan

suaminya.
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini

: Kelayan saat ini tidak bekerja,


hanya tinggal di Rumah. Biasanya
kelayan
rumah

Alamat pekerjaan

: Tidak ada

Jarak dari rumah

: Tidak ada

Alat transportasi

: Tidak ada

membersihkan

halaman

22

Pekerjaan sebelumnya : Kelayan mengatakan dulu bekerja


sebagai pedagang makanan.
Jarak dari rumah

: Kelayan mengatakan + 1 kmh

Alat transportasi

: kelayan

mengatakan

menggunakan
hanya

alat

jalan

tidak

transportasi

kaki

berkeliling

berjualan makanan.
Sumber-sumber

pendapatan

dan

kecukupan

kehidupan

Kelayan

terhadap
mengatakan

untuk beras masih bisa dipenuhi


sendiri

karena

sebagai

suami

petani

bekerja

sedangkan

untuk

sayur, lauk-pauk diberikan oleh


anaknya.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Semi Permanen
Jumlah kamar

: 1 kamar tidur, 1 ruang keluarga


gabung

dengan

dapur

dan

ruang

tamu.
Jumlah tongkat

: Tidak ada

Kondisi tempat tinggal

Pencahayaan

terang,

ventilasi
tapi

baik

kotor

lembab,

berdebu,

tidak

tampak

kotor,

lantai

tempat

tidur

berantakan

dan

tidak bersih.
Jumlah orang yang tinggal dirumah

laki-laki

orang dan 1 orang perempuan


Derajat privasi

: Baik

karena

mereka

tinggal

berdua suami istri.


Sarana dirumah

: Terdapat

tempat

tidur,

lemari,

kursi, perabot dapur.


5. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat

: kelayan
mempunyai

mengatakan
hobi

karena sudah tua.

yang

tidak
spesifik

23

Keanggotaan organisasi : kelayan

mengatakan

ikut

dalam

tidak

organisasi

apapun.
Liburan perjalanan

: Kelayan

mengatakan

pernah

tidak

jalan-jalan

bahkan

saat ada acara Lebaran Idul


Fitri maupun Lebaran Tupat.
6. Sistem Pendukung
Kelayan mengatakan tempat tinggalnya dekat dengan
Puskesmas banyumulek. Jarak pelayanan kesehatan + 100
m

dari

tempat

tinggalnya.

Kelayan

mengatakan

bila

mengalami masalah dengan kesehatannya, kelayan berobat


ke Puskesmas. Perawatan yang dilakukan oleh keluarga
setiap

hari

tidak

ada

kelayan

merasa

masih

bisa

melakukan sendiri kecuali jika kelayan sedang sakit.


7. Deskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : Kelayan mengatakan biasanya Shalat
berjamaah 5 waktu di masjid.
8. Status Kesehatan
Status

kesehatan

untuk

selama

setahun

yang

lalu

Kelayan mengatakan sering merasakan sakit pada tengkuk


kepala, dan merasakan nyeri disertai kesemutan pada
seluruh badan.
Status

kesehatannya

kelayan

mengatakan

selama
tidak

tahun

pernah

terakhir

menderita

adalah

penyakit

yang berat-berat, hanya menderita sakit flu, batuk dan


panas. Namun setelah mandi air hangat dan minum obat
kelayan akan sembuh.
9. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan nyeri disertai dengan kesemutan di
seluruh tubuh.
Provokatif/Paliative:
nyeri

disertai

dengan

Kelayan

mengatakan

kesemutan

diseluruh

sakit
badan

muncul tiba-tiba apalagi pada saat beraktivitas.

24

Quality/Quantity:

Kelayan

mengatakan

sakitnya

seperti ditusuk-tusuk dan terasa kesemutan, dengan


frekuensi sering.
Region:

Kelayan

mengatakan

nyeri

terasa

pada

seluruh badan.
Severity Scale: Skala nyeri ringan (5)(0-10)
Timming

setelah

Kelayan

beraktivitas

mengatakan

seperti

nyeri

jalan,

jika

duduk

akan

terasa sakit.
Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :

Kelayan mengatakan tidak tahu banyak tentang apa yang


diderita

tetapi

jika

kelayan

pergi

memeriksakan

kesehatan ke puskesmas tekanan darahnya selalu tinggi


dan

diberitahu

dipuskesmas

oleh

jika

petugas

kelayan

kesehatan

menderita

yang

ada

rematik

dan

hipertensi.
Obat-obatan yang diminum : kelayan mengatakan saat

ini tidak mengkonsumsi obat karena obat yang diberikan


oleh puskesmas sudah habis.
No.
1.
2.
3.

Nama obat
Paracetamol
Amoxilin
Captopril
Status imunisasi :

Tetanus

klien

Dosis
3x1
3x1
1x1
mengatakan

Keterangan
Setelah makan
Setelah makan
Setelah makan
dulu

tidak

pernah

dulu

tidak

pernah

mendapatkan imunisasi
Difentri

klien

mengatakan

mendapatkan imunisasi
Influenza

klien

mengatakan

tidak

pernah

mendapatkan imunisasi
Pneomovaks : klien mengatakan tidak pernah mendapatkan
imunisasi
Alergi

: kelayan

mengatakan

tidak

alergi

dengan

makanan dan obat-obatan


Penyakit yang diderita : Hipertensi dan asam urat

10.

Aktivitas Hidup Sehari-hari

25

a. Indeks Katz
Skor

yaitu

kelayan

mandiri

dalam

hal

makan,

berpindah, kontinen, ke kamar kecil, berpakaian dan


mandi.
b. Oksigenasi
Kelayan mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
dalam bernapas, RR:29x/menit
c. Cairan dan elektrolit
Kelayan mengatakan minum air putih yang dimasak + 8
gelas / sehari
d. Nutrisi
Kelayan
porsi

mengatakan

sedang

dan

makan

2-3

komposisi

kali

sehari

nasi,

sayur

dengan
bening,

ikan, kadang-kadang buah.


e. Eliminasi
Kelayan mengatakan BAB 1 kali/hari pada pagi hari
dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning
pucat.BAK

4-6

kali/hari

warna

bening

dan

agak

kekuningan, bau khas,tidak ada keluhan.


f. Istirahat dan tidur
Kelayan mengatakan istirahat dari jam 22.00-04.30
wita

dan

kelayan

tidak

tidur

kembali

karena

menunggu datangnya waktu sholat subuh bila sudah


tiba waktu subuh kelayan langsung pergi ke masjid
untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
g. Aktivitas
Kelayan

dapat

melakukan

setiap

hari

seperti

berpakaian

dan

mandi.

aktivitas
makan,

ke

Tetapi

bila

secara

mandiri

kamar

kecil,

berakitivitas

berlebihan rasa sakit pada seluruh badan timbul dan


kelayan merasa kelelahan dan lemas.
h. Personal Hygiene
Kelayan

berpenampilan

agak

bersih,

mandi 2xsehari dan tetap gosok gigi.


i. Seksual

tidak

rapi,

26

Kelayan mengatakan tidak pernah berhubungan intim


lagi bersama suami.
j. Rekreasi
Kelayan mengatakan tidak pernah jalan-jalan, hanya
kumpul-kumpul

dengan

keluarga

sambil

bercanda

dengan cucu-cucunya.
k. Psikologis

kelayan

mengatakan

merasa

nyaman

tinggal bersama suaminya.

Persepsi

kelayan

menderita

hipertensi

Kelayan
hanya

tidak

mengetahui

mengetahui

keluhan

dari tanda dan gejala hipertensi saja.

Konsep diri : Kelayan menyadari bahwa penyakitnya


timbul karena umur yang sudah tua

Emosi : Kelayan mengatakan tidak pernah marahmarah atau merasa tidak puas dengan kondisinya
saat ini

Adaptasi : Kelayan mengatakan mampu beradaptasi


dengan kondisinya.

Mekanisme pertahanan diri : Kelayan mengatakan


selalu berdoa agar sembuh dari penyakitnya.

11.

Tinjauan Sistem

Keadaan umum

: Kurang
rapi,

baik

dengan

memakai

penampilan

sarung,

jilbab,

tidak
kulit

bersih, rambut beruban.


Tingkat kesadaran

: Composmentis

GCS

: E : 4, V : 5, M : 6

TTV

: TD : 200/90 mmHg, Nadi : 70 x/menit,


RR: 29 x/menit,

Head To Toe :
a. Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut merata, rambut putih dan
tipis, tidak ada lesi, tidak ada ketombe,
tidak ada kutu, rambut bersih dan tidak
berbau.
Palpasi : tidak

terdapat

benjolan,

tidak

nyeri tekan pada semua area kepala

terdapat

27

b. Mata
Inspeksi : sklera

tidak

anemis,

ikterus,

lensa

keruh,

konjungtiva
reflek

tidak

pupil

(+),

simetris, tidak ada kotoran.


Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, bersih
Palpasi : tidak

teraba

benjolan,

tidak

ada

nyeri

tekan
d. Hidung
Inspeksi : bentuk

simetris,

tidak

ada

napas

cuping

hidung, bersih
Palpasi : tidak ada polip
e. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid
dan getah bening, tidak ada tegangan vena
jugularis
f. Dada dan Punggung
Inspeksi : pernapasan
dinding

normal,

dada,

tidak

bentuk

ada

tarikan

simetris,

punggung

kifosis (bungkuk).
Palpasi : vokal-fremitusnya

normal

dengan

getaran

yang sama pada kedua dinding dada/punggung


Perkusi : sonor pada semua lapang paru, pekak pada
area jantung
Auskultasi

:suara napas vesikuler, tidak terdapat

suara

ronchi,

terdengar

S1

S2

tunggal,

tidak ada suara tambahan


g. Abdomen dan Pinggang
Inspeksi : tidak ada lesi, abdomen datar, tidak ada
ascites
Auskultasi

:bising usus 3-4 x/menit

Palpasi : tidak
massa

terdapat
atau

nyeri

tekan,

benjolan,

titik

tidak
Mc

ada

Burney

28

normal, tidak ada pembesaran hepar, turgor


kulit elastis
Perkusi : lobus

kiri

bunyi

atas,

timpani,

kanan

lobus

dan

kiri

bawah

kanan

atas

bunyi

dullness
h. Ekstremitas Atas dan Bawah
Inspeksi : tidak

terdapat

oedem,

kuku

bersih,

lutut,

reflek

babinsky

simetris.
Palpasi : nyeri

tekan

pada

(-), CRT < 1 detik


Perkusi : reflek patella (+)
Tonus otot:

i. Sistem Imune : Tidak terkaji


j. Genitalia :

Tidak terkaji

k. Sistem Reproduksi
Kelayan telah menopause sejak berusia 45 tahun.
l. Sistem Persyarafan
Nervus
bola

eduscana:
matanya

kebawah,
tersenyum

kekiri

Nervus
dan

kelayan

masih

dan

vacialis

menunjukkan

bisa

kekanan,
:

kelayan

giginya

dan

menggerakan
keatas
masih

dan
bisa

mengangkat

alisnya.
m. Sistem Pengecapan
Kelayan masih bisa membedakan rasa makanan seperti
rasa manis, asin, pahit dan asam.
n. Sistem Penciuman
Kelayan masih bisa membedakan bau-bauan.
o. Tactil Respon
Kelayan masih bisa merespon bisa membedakan rasa
kasar dan halus dan masih bisa merasakan sakit bila
dicubit.
12.

Status Kognitif, Afektif dan Sosial

a. SPSMQ

(Short

Portable

Mental

Questioner);

jumlah

kesalahan 4 yang berarti kelayan memiliki fungsi


kerusakan intelektual ringan.

29

Pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan:


-

Tanggal berapa hari ini


Hari apa sekarang ini?
Berapa nomor telepone anda? Atau dimana alamat

anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari

setiap angka baru semua secara menurun?


b. MMSE
(Mini
Mental
State
Exam);
nilai
didapatkan

26

yang

berarti

kelayan

yang

diindikasikan

tidak mengalami kerusakan kognitif.


c. IDB
(Inventaris
Depresi
Bock);

nilai

yang

didapatkan 4, yang berarti kelayan tidak mengalami


depresi.
d. APGAR keluarga: nilai yang didapatkan 8

No
1
2
3
4
5

13.

Fungsi
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Resolve
Total

Skor
2
2
2
1
1
8

Data Penunjang
Laboratorium

kelayan

melakukan

pemeriksaan

mengatakan

tidak

laboratorium

pernah
seperti

pengambilan darah

EKG

kelayan

mengatakan

tidak

mengatakan

tidak

pernah melakukan pemeriksaan EKG

CT Scan

kelayan

pernah melakukan pemeriksaan CT Scan

Radiologi

kelayan

mengatakan

tidak

pernah

mengatakan

tidak

melakukan pemeriksaan Radiologi

USG

kelayan

pernah melakukan pemeriksaan USG

Obat-obatan

: klien mengatakan mengkonsumsi obat

yang diberikan pada saat memeriksakan kesehatan di


puskesmas.

30

B. Analisa Data
No
1.

Symptom
DS : klien mengatakan
nyeri
pada
bagian
tengkuk
di
leher,
sakit
nyeri
dan
kesemutan
pada
seluruh
badan,
badannya terasa lemah
tidak bertenaga dan
klien juga mengatakan
tekanan
darahnya
selalu tinggi apabila
pergi
memeriksakan
tekanan darahnya ke
puskesmas.
DO :
Kelayan tampak lemas
dan tidak bertenaga.
Kelayan
menunjukkan
seluruh tubuhnya yang
sakit
termasuk
tengkuk dileher yang
sakit.
K/U : kurang baik
TTV
N : 70x/ menit
RR :20x/ menit
TD:200/90mmHg

2.

DS :
Kelayan
mengatakan
tidak
bisa
beraktivitas
banyak
karena merasa lemah,
lemas,
dan
tidak
bertenaga.
Klien
mengatakan nyeri dan
kesemutan
pada
seluruh tubuhnya jika
beraktivitas.
DO :
Kelayan tampak lemas
dan tidak bergairah
Kelayan
memegang
seluruh badan yang
terasa
sakit
dan
kesemutan
K/U : kurang Baik
TTV :
N : 70x/ menit

Etiologi
Norefinefrin
dilepaskan

Problem
Risiko
Penurunan
cardiac
output

Vasokontrsiki
(penyempitan
pembuluh darah)

Aliran darah
menjadi lebih
cepat

Jantung memompa
darah lebih cepat
dan bekerja lebih
keras

Penurunan cardiac
output
Vasokonstriksi
pembuluh darah
sehingga terjadi
penyempitan
pembuluh darah
dan aliran darah
semakin keras

Jantung memompa
darah lebih cepat
dan bekerja
lebiih cepat

Penurunan cardiac
output

Intolerans
i
aktivitas

31

RR :29x/ menit
TD : 200/90 mmHg

3.

DS : Kelayan mengatakan
tidak
tahu
banyak
tentang
apa
yang
diderita
tetapi
jika
kelayan
pergi
memeriksakan
kesehatan
ke
puskesmas
tekanan
darahnya selalu tinggi
dan
diberitahu
oleh
petugas kesehatan yang
ada
dipuskesmas
jika
kelayan
menderita
rematik dan hipertensi
DO :
Kelayan
terlihat
bingung
saat
ditanyakan
tentang
sakit yang dialami
Kelayan
hanya
bisa
menyebutkan
keluhan
yang dirasakan.
Kelayan
terlihat
tidak fokus pada saat
pengkajian
Kelayan
banyak
mengajukan pertanyaan
dan meminta obat.

kelemahan
Intoleransi
aktivitas
proses penuaan
pada lansia

Kurang
pengetahua
n

penurunan fungsi
kognitif

keterlambatan
dalam menerima
informasi

kurang
pengetahuan

Prioritas masalah :
2. Risiko Penurunan cardiac output
3. Intoleransi aktivitas
4. Kurangnya pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko

Penurunan

cardiac

output

berhubungan

dengan

peningkatan kerja jantung dalam memompa darah menjadi


lebih cepat.

32

2. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

akibat peningkatan kerja jantung.


3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterlambatan
penerimaan informasi akibat penurunan fungsi kognitif
karena proses penuaan.

33

D. RENCANA TINDAKAN
E.
No
K.
1.

F. Hari/tg
l jam
L. Jumat,
30/12/2
016
M. Pukul
16.00
WITA

G. Diagnosa Keperawatan

H. TUJUAN

N. Risiko Penurunan
cardiac output
berhubungan dengan
peningkatan kerja
jantung dalam memompa
darah menjadi lebih
cepat

O. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam,
kelayan
menunjukkan
curah
jantung
yang
adekuat
dengan kriteria
hasil:
T
D dalam rentang
normal
D
enyut
jantung
dalam
batas
normal
B
unyi
nafas
abnormal
tidak
ada.
T
idak ada mual
T
idak
ada
kelelahan
dan

I. INTERVENSI
1.

2.
3.
4.
5.

6.
7.

Evaluasi
aadanya
1.
nyeri
dada
(intensitas,
lokasi,
radiasi,
durasi
dan
faktor
yang
2.
pencetuskan nyeri).
Observasi
tandatanda vital.
3.
Monitor
status
respirasi
terhadap
gejala gagal jantung.
Monitor
keseimbangan cairan. 4.
Anjurkan
dan
jelaskan
untuk
diet
rendah
garam
dan
terapkan
terapi
mentimun.
Anjurkan
untuk
mengurangi stres
Anjurkan
kelayan
untuk
melaporkan
5.
adanya ketidaknyamanan
dada.

J. RASIONAL
Membantu
dalam
menentukan
kebutuhan
manajemen nyeri
Mengetahui
keadaan
umum
klien
Gangguan
respirasi
beresiko
terjadinya
hipoksia
Peningkatan
cairan
tubuh
dapat
mengakibatkan
volume
cairan
ekstraseluler
yang
dapat
meningkatkan
tekanan darah

Diet
rendah
garam
dan
terapi mentimun
dapat
menurunkan
jumlah
cairan

34

kelemahan

6.

7.

Q.
2.

R. Sabtu,
S. 31/12/2
016
T. Pukul
16.00
WITA

U. Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
akibat
peningkatan
kerja
jantung.
V.
W.

X. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam,
kelayan
dapat
menunjukkan
toleransi
terhadap
aktivitas dengan
kriteria hasil:
Kelayan
dapat
menentukan

1. Tentukan keterbatasan
kelayan
terhadap
aktivitas.
2. Tentukan
penyebab
lain kelelahan.
3. Motivasi
kelayan
untuk
mengungkapkan
perasaan
tentang
keterbatasannya.
4. Monitor
intake
nutrisi sebagai sumber
energi yang adekuat.
5. Batasi
stimulus
lingkungan (misalnya :

di dalam tubuh
sehingga dapat
menurunkan
tekanan darah.

Stres
dapat
meningkatkan
tekanan
darah
karena
terdapat
hubungan
stres
dengan
hipertensi.
Ketidaknyamanan
dada
dapat
menunjukkan
gangguan
pada
jantung.

P.
1. Menentukan
aktivitas
apa
dilakukan
kelayan.
2. Membatasi
dan
menghindari
penyebab
lain
dari kelelahan
3. Mengidentifikasi
aktivitas
yang
masih
bisa
dilakukan klien
4. Mengetahui
sumber
energi

35

AE. AF. Sabt


3.
u,
31/12/2
016
AG. Puku
l 14.00

AH. Kurang pengetahuan


berhubungan
dengan
keterlambatan
penerimaan informasi
akibat
penurunan
fungsi
kognitif
karena
proses

aktivitas
yang
pencahayaan
dan
sesuai
dengan
kegaduhan).
peningkatan
6. Dorong
untuk
nadi,
TD,
dan
melakukan
periode
frekuensi
istirahat
dan
nafas
:
aktivitas.
mempertahankan
irama
dalam
batas normal.
Mempertahankan
warna
dan
kehangatan kulit
dengan
aktivitas.
Melaporkan
peningkatan
aktivitas.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AJ. Setelah
1.
Kaji
tingkat
dilakukan
pengetahuan
tentang
tindakan
hipertensi.
keperawatan
2.
Jelaskan
selama 1 x 24
pengertian
jam, diharapkan
hipertensi.
kelayan
3.
Jelaskan
proses
mempunyai
penyakit
hipertensi

sesuai
dengan
aktivitas
yang
dilakukan
5. Pencahayaan
dan
kegaduhan
mengganggu
istirahat klien.
6. Aktivitas
yang
berlebihan dapat
meningkatkan
kerja
jantung
menjadi
lebih
berat.

1. Menggali
penegtahuan
kelayan
tentang
penyakit
yang
dirasakan.
2. Pengetahuan
tentang penyakit
yng
dialami

36

penuaan.
AI.

pengetahuan
tentang
proses
penyakit dengan
kriteria hasil :
Mengenal
penyakit
hipertensi
Menjelaskan
proses
penyakit
hipertensi
Menjelaskan
faktor
penyebab
dan
risiko
hipertensi
Menjelaskan efek
dari
penyakit
hipertensi
Menjelaskan
tanda-tanda
dan
gejala hipertensi
Menjelaskan
tindakan-tindakan
untuk
meminimalkan
progresi penyakit
hipertensi
Menjelaskan
tanda dan gejala
komplikasi
hipertensi
Menjelaskan

beserta
penyebab
mengurangi
hipertensi.
kekhawatiran
4.
Jelaskan efek dari
dalam
diri
penyakit hipertensi
kelayan.
5.
jelaskan tanda dan 3. Pengetahuan
gejala hipertensi.
tentang
proses
6.
Jelaskan tindakanpenyakit
dapat
tindakan
untuk
membuat
kelayan
meminimalkan progesi
mengantisipasi
penyakit hipertensi.
penyebab
7.
Jelaskan tanda dan
hipertensi.
gejala
komplikasi 4. Dapat
hipertensi
mengantisispasi
8.
Jelaskan
penyakit
agar
pencegahan
tidak
menjadi
komplikasi
lebih berat.
hipertensi
5. Adanya
AL.
pengetahuan
tentang tindakan
menimimalkan
progresi
penyakit
dapat
diterapkan
oleh
kelayan.
6. Mengambil
langkah tindakan
cepat jika tanda
dan
gejala
muncul.
7. Adanya
pengetahuan

37

pencegahan
komplikasi
hipertensi
AK.

tentang
pencegahan
komplikasi
hipertensi
membuat
kelayan
menerapakan cara
pencegahan.

38

AM.

PELAKSANAAN

AN.
AP.

Hari
/
Tgl/
Jam
AV. AW. Juma
1.
t
AX. 3012-16
AY. 09.0
0 wita

AR.
No
AS.
Dx
AZ.
I
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.

BU. BV. Juma


2.
t, 3012-2016
BW. 10.0

BX.
1. Menentukan
keterbatasan
kelayan
II
terhadap aktivitas.
2. Menentukan penyebab lain kelelahan.
3. Memotivasi
kelayan
untuk

AO.
No AQ.

AT.

Tindakan Keperawatan

1. Mengevaluasi
adanya
nyeri
dada
(intensitas,
lokasi,
radiasi,
durasi dan faktor yang pencetuskan
nyeri).
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Memonitor status respirasi terhadap
gejala gagal jantung.
4. Memonitor keseimbangan cairan.
5. Menganjurkan dan menjelaskan untuk
diet rendah garam dan terapkan
terapi mentimun.
6. Menganjurkan untuk mengurangi stres
7. Menganjurkan
kelayan
untuk
Melaporkan adanya ketidaknyamanan
dada.

AU.
1.
nyeri dada,
nyeri dada.
2.

Evaluasi Tindakan
Pada saat evaluasi
kelayan tidak merasakan

TD : 200 mmHg
S : 370 C
N : 75 x/Menit
RR :21 x/menit
3.
Status
respirasi
kelyanan masih normal yaitu 21 x/menit
4.
Turgor
kulit
elastis, tidak ada tanda-tanda ganguan
cairan.
5.
Kelayan
mengatakan
hanya mengetahui tentang terapi obat
saja.
6.
Kelayan
mengatakan
memikirkan kematian yang akan terjadi
pada dirinya.
7.
Kelayan
mengatakan
tidak merasakan ketidaknyamanan dada
selama ini.
1. kelayan
tidak
dapat
beraktivitas
seperti mencuci pakaian dan berjalan
jauh.
2. Kelelahan yang muncul pada kelayan
BR.
BS.
BT.

39

0 wita

mengungkapkan
perasaan
tentang
keterbatasannya.
4. Memonitor intake nutrisi sebagai
sumber energi yang adekuat.
5. Membatasi
stimulus
lingkungan
(misalnya
:
pencahayaan
dan
kegaduhan).
6. Mendorong untuk melakukan periode
istirahat dan aktivitas.

BZ. CA. Juma


3.
t, 3012-2016
CB. 11.0
0 wita

CC.
III

CD. CE.

CG.

Sabt

1. Mengkaji
tingkat
pengetahuan
tentang hipertensi.
2. Menjelaskan pengertian hipertensi.
3. Menjelaskan
proses
penyakit
hipertensi dan faktor penyabab
4. Menjelaskan
efek
dari
penyakit
hipertensi
5. Menjelaskan
tanda
dan
gejala
hipertensi.
6. Menjelaskan
tindakan-tindakan
untuk
meminimalkan
progesi
penyakit hipertensi.
7. Menjelaskan
tanda
dan
gejala
komplikasi hipertensi
8. Menjelaskan pencegahan komplikasi
hipertensi
1. Mengevaluasi
adanya
nyeri
dada

muncul secara tiba-tiba, pada saat


bangun tidur kelayan sudah merasakan
kelelahan.
3. Kelayan mengatakan apa yang dirasakan.
4. Makan 2-3 kali sehari dengan nasi
sedikit dan sayur saja, tidak ada
daging dan buah pepaya.
5. Di lingkungan tempat kelayan tinggal
dimana rumah kelayan saling berdekatan
dengan tetangga sehingga menimbulkan
kegaduhan.
6. Kelayan
hanya
melakukan
aktivitas
memasak, mandi saja.
BY.
1. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
2. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
3. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
4. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
5. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
6. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
7. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
8. Kelayan hanya mendengarkan dengan baik
pada saat dijelaskan.
1. Pada saat evaluasi nyeri dada, kelayan

40

4.

u, 3112-2016
CF. 09.0
0 WITA

IV
2.
3.
4.
5.
6.
7.

CK.

(intensitas,
lokasi,
radiasi,
durasi dan faktor yang pencetuskan
nyeri).
Mengobservasi tanda-tanda vital.
Memonitor
status
respirasi
terhadap gejala gagal jantung.
Memonitor keseimbangan cairan.
Menganjurkan dan menjelaskan untuk
diet rendah garam dan terapkan
terapi mentimun.
Menganjurkan
untuk
mengurangi
stres
Menganjurkan
kelayan
untuk
melaporkan adanya ketidaknyamanan
dada.

tidak merasakan nyeri dada.


2. TD : 200 mmHg
CH.
S : 370 C
CI.
N : 75 x/Menit
CJ.
RR :21 x/menit
3. Status respirasi kelyanan masih normal
yaitu 21 x/menit
4. Turgor kulit elastis, tidak ada tandatanda ganguan cairan.
5. Kelayan
mengatakan
hanya
mengetahui
tentang terapi obat saja.
6. Kelayan mengatakan memikirkan kematian
yang akan terjadi pada dirinya.
7. Kelayan
mengatakan
tidak
merasakan
ketidaknyamanan dada selama ini.

41

CL.

EVALUASI

CM. CN. Hari/T


No
anggal
CQ. CR. Senin,
1. CS. 02-0117
CT. Pukul
09.00
Wita

CO.
Dx
CU.
I -

DE. DF. Senin,


2. DG. 02-012017
DH. Pukul
10:30

DI.
II
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.

CP.

Evaluasi

CV. S :
Kelayan mengatakan masih merasa lemas, tidak bertenaga.
Kelayan mengatakan masih merasa kelelahan
Kelayan mengatakan masih merasa berat di tengkuk
Kelayan mengatakan masih merasa sakit diseluruh badan
CW. O :
Kelayan tampak lemas dan tidak bertenaga
Kelayan tampak pucat.
Konjungtiva anemis
CX. TTV meliputi :
CY. TD : 160 mmHg
CZ. S : 36,70C
DA. N : 80 x/menit
DB. RR : 22 x/menit
DC. A : Masalah teratasi sebagian
DD. P : Inervensi dilanjutkan
1. Anjurkan kelayan untuk menerapkan terapi mentimun dan diit rendah garam
2. Pantau TTV
DU. S :
Kelayan mengatakan masih merasa lemas dan tidak bertenaga.
Kelayan mengatakan masih merasa sakit diseluruh badan
Klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas sehari-sehari seperti mandi,
makan, ke toilet
DV. O :
Kelayan bisa memasak makanan sendiri bersama suami
Kelayan terlihat pergi ke kamar mandi sendiri
Kelayan terlihat bisa berjalan sampai ke berugak

42

DZ. EA.
3. EB.

Senin,
02-012017
EC. Pukul
11.00

EN.

EO.

DQ. - Makan 2-3 kali sehari dengan porsi sedang dengan sayur pelecing
DR. DW. A : Masalah teratasi sebagian
DS. DX. P : Intervensi di lanjutkan
DT.
- Memonitor penyebab lain dari kelelahan kelayan
- Memonitor intake nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat.
DY.
ED. EE. S :
III - Kelayan mengatakan tahu sedikit tentang hipertensi
- Keluarga Kelayan mengatakan paham tentang cara merawat kelayan
dengan terapi mentimun dan terapi diit rendah garam
EF. O :
- Kelayan terlihat minum jus mentimun yang dibuatkan keluarga
- Keluarga kelayan rutin membuatkan jus mentimun untuk kelayan
EG. TTV :
EH. TD : 160 mmHg
EI. S : 36,70C
EJ. N : 80 x/menit
EK. RR : 22 x/menit
EL. A : Masalah teratasi
EM. P : Intervensi dihentikan.

hipertensi

43

EP.
EQ.

BAB IV
PEMBAHASAN

ER.
ES.

Pada Bab ini akan diuraikan kesenjangan antara

konsep dasar teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan


praktek

berkaitan

dengan

asuhan

keperawatan

pada

lansia

dengan diagnosa medis Hipertensi.


A. PENGKAJIAN
ET.

Dalam

konsep

dasar

teori

asuhan

keperawatan

lansia dengan Hipertensi data yang perlu dikaji adalah


pengumpulan
riwayat

data

tentang

penyakit

riwayat

penyakit

aktivitas,

sekarang,

riwayat

keluarga,

pola

keluhan
penyakit

kebiasaan

utama,
dahulu,

sehari-hari,

pemeriksaan fisik, pola fungsi kesehatan sedangkan pada


pengkajian

kasus

pekerjaan,

riwayat

sistem

pendukung,

kelayan

masuk

ditampilkan
lingkungan
deskripsi

panti,

data

demografi,

hidup,

riwayat

kekhususan,

keluhan

utama

riwayat
rekreasi,

alasan
yang

mengapa

dirasakan

kelayan, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem, status


kognitif, afektif dan sosial kelayan.
EU.

Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-

data yang menunjukkan masalah-masalah kesehatan kelayan,


antara lain :
1. Risiko Penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Kurang pengetahuan
EV.
EW.

Diagnosa yang ada di konsep teori, ditampilkan

dalam diagnosa tinjauan kasus, ini di karenakan terdapat


2

kesamaan masalah, sehingga pengkaji mengangkat masalah

tersebut.
EX.

Dalam proses pengkajian penulis tidak menemukan

hambatan

sehingga

proses

pengkajian

dengan maksimal.
EY.
EZ.

44

dapat

dilakukan

44

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
FA. Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya,

terdapat

diagnosa

yaitu

nyeri

akut,

risiko penurunan curah jantung, dan intoleransi aktivitas


,

sedangkan

diagnosa

pada

yaitu

tinjauan
penurunan

kasus

penulis

curah

jantung,

mengangkat

intoleransi

aktivitas, dan kurang pengetahuan. Hal ini terjadi karena


dalam pengkajian ditemukan data yang mendukung masalah
keperawatan kelayan.
FB.
C. PERENCANAAN
FC. Dalam

perencanaan

teoritis,

terdapat

rencana

kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk


pemberian terapi. Hal ini direncanakan pada perencanaan
kasus

karena

kesehatan

diharapkan

kelayan.

dapat

Tetapi

pada

meningkatkan
tinjauan

status

kasus

tidak

dicantumkan tindakan kolaborasi dengan tim medis hanya


tindakan mandiri serta pendidikan kesehatan saja.
FD.
D. PELAKSANAAN
FE. Pemberian

tindakan

keperawatan

kepada

kelayan

disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Faktor


pelaksanaan

tindakan

keperawatan

adalah

health

education tentang bagaimana penanganan dan cara merawat


lansia

dengan kasus

hipertensi, pemberian

terapi jus

mentimun pada lansia, pendidikan kesehatan pada keluarga


tentang

pembatasan

pemberian

penyuluhan

akivitas
pada

kelayan

kelayan

di

rumah

beserta

dan

keluarga

tentang penyakit hipertensi.


FF.
E. EVALUASI
FG. Dalam

mengevaluasi

keberhasilan

pencapaian

pelaksanaan asuhan keperawatan kepada kelayan dilakukan


setelah 1-2 x 24 jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan
setiap
saat

selesai

evaluasi

melaksanakan
akhir,

tindakan

menunjukkan

keperawatan.Pada

pencapaian

kriteria

45

evaluasi,
pertama

misalnya
dimana

pada

tekanan

tindakan
darah

keperawatan
kelayan

dignosa

menunjukkan

penurunan yaitu 160 mmHg. Hal ini sesuai dengan kriteria


hasil pada perencanaan.

46

FH.
FI.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
FJ. Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada
kelayan PQ C penulis dapat menyimpulkan :
1. Dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

pada

lansia,

banyak diemukan hambatan-hambatan sehingga kita harus


benar-benar mengenal lansia itu agar kita bisa mencari
jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.
2. Dalam

proses

memberikan

asuhan

keperawatan

asuhan

keperawatan pada lansia, kita harus sabar menghadapi


perubahan emosi yang setiap saat berubah-ubah.
3. Memberikan
gangguan

asuhan
khusus

pendengaran

keperawatan
seperti

memiliki

pada

kelayan

trik-trik

lansia
dengan

dengan
gangguan

tersendiri

agar

komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia yang tidak


mengalami

gangguan

pendengaran,

pelaksanaan

asuhan

keperawatan lebih mudah.


FK.
B. SARAN
1. Bagi Kelayan
FL.

Hendaknya

kelayan

tetap

menjaga

kesehatan

terutama gaya hidup lansia yang menderita hipertensi.


Selain

itu,

peran

serta

dan

dukungan

keluarga

sangatlah penting dalam proses asuhan keperawatan yang


diberikan.
2. Bagi Perawat
FM.

Hendaknya

lebih
lansia

peka

lebih

terhadap

serta

meningkatkan

pengetahuan

masalah-masalah

meningkatkan

kesehatan lainnya.
FN.

47

kerjasama

yang

agar

dialami

dengan

tim

47

FO.

1. Aspiani,R.Y.

2014.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

ajar

asuhan

keperawatan

gerontik jilid 1. Trans info media : Jakarta


2. Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi pengenalan,
pencegahan, dan pengobatan.Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
3. Udjianti,

Wajan

Juni.

2010. Keperawatan

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


4. Kasron, S.kep, Ns. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza
2013. Keperawatan
Nuha Medika
FP.
FQ.

Medikal

Bedah

Putri.

1. Yogyakarta:

Vous aimerez peut-être aussi