Vous êtes sur la page 1sur 21

HEPATITIS

1. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2. ETIOLOGI
1. Virus
Type A

Type B

Type C

Type D

Type E

Metode
transmisi

Fekaloral
melalui
orang
lain

Parenteral
seksual,
perinatal

Parenteral jarang
seksual, orang ke
orang, perinatal

Parenteral perinatal,
memerlukan
koinfeksi dengan
type B

Fekal-oral

Keparahan

Tak
ikterik
dan
asimtomatik

Parah

Menyebar luas,
dapat berkembang sampai
kronis

Peningkatan insiden
kronis dan gagal
hepar akut

Sama dengan
D

Sumber
virus

Darah,
feces,
saliva

Darah, saliva,
semen, sekresi
vagina

Terutama melalui
darah

Melalui darah

Darah, feces,
saliva

2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.
3. TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatalgatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna
urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas
capai.
4. PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
3

Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

HEPATITIS
A. Latar Belakang

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang
menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub
klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B).
kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2
macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)
disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru
4

menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E


(Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul
sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika
tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua
penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit
kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia
ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali
lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering
dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia
atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1.

Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran
27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia,
dibawah oleh air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk
dengan penduduk yang sangat padat.

2.

Hepetitis B (HBV)
5

a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut,
kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan
terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki
biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obatobat IV juga beresiko.
3.

Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak
seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

4.

Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan
memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

5.

Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan
meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi.

C. INSIDEN
1. Hepetitis A
6

Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk.
Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi
padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis
disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area
seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan
infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India,
Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
A. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat
bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati

E.

MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing amsing
stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi
lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada
sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda.
Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu
pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda

F.

TES DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
8

6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan
karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan
dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena
bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
G.

PENATALAKSANAAN MEDIK

Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet
yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin
perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu
dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
H.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a.

Biodata.

Identitas.
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.

Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.

Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
hubungan dengan klien.

b.

Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu
makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam
dan kuning

c.

Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul .


10

a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
yang berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses
penyakit.
i. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
m. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.
3. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :

Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.

Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan


otot.
Intervensi
Rasional
1. Tingkatkan tirah baring, Meningkatkan ketenangan istirahat dan
ciptakan lingkunga yang menyediakan energi yang digunakan untuk
tenang.
2. Tingkat
toleransi

penyembuhan.
aktifitas

sesuai Tiarah baring lama dapat menurunkan


kemampuan.
11

Ini

dapat

terjadi

karena

keterbatasan aktifitas yang mengganggu


periode istirahat.
3. Awasi kadar enzim hepar.

Membantu menurunkan kadar aktifitas


tepat, sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :

Nafsu makan baik.

Tidak ada keluhan mual/muntah.

Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .

Intervensi
Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia, Berguna dalam mendefinisikan derajat
mual/muntah.

luasnya masalah dan pilihan intervensi


yang tepat.

2. Awasi

pemasukan Makan banyak sulit untuk mengatur bila

diet/jumlah

kalori. klien anoreksia. Anoreksia juga paling

Berikan makanan sedikit buruk pada siang hari, membuat masukan


dalam frekwensi sering.

makanan sulit pada sore hari.

3. Lakukan perawatan mulut Menghilangkan


sebelum makan.

rasa

tidak

enak

dan

meningkatkan nafsu makan.

4. Timbang berat badan.

Penurunan

BB

menunjukkan

tidak

adekuatnya nutrisi klien.


5. Berikan
kompleks,

obat
vit

vit.
c

B Memperbaiki kekurangan dan membantu


dan proses penyembuhan.

tambahan diet lain sesuai


indikasi.

12

DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital stabil :

TD : 90/50 120/70 mmhg


N : 85 100 x/mnt
S

: 36 37

P : 15 25 x/mnt

Turgor kulit normal ( cepat kembali )

Intake dan output seimbang.


Intervensi
Rasional
Monitor intake dan Memberikan informasi tentang penggantian

1.

output

/efek terapi.
Indikator volume sirkulasi / perfusi .

2.

Kaji tanda vital, nadi


perifer, pengisian kapiler ,
turgor kulit dan membran
mukosa .

3.

Berikan
(biasanya

Mmmmemberikan cairan dan penggatian


cairan

IV elektrolit.

glukosa),

elektrolit.

DX. IV. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.


Tujuan : Klien memperlihatkan prilaku yang menimbulkan interaksi
sosial.
Kriteria hasil :

1.

Klien berpartsipasi dalam aktifitas.

Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi.

Intervensi
Rasional
Tingkatkan
hubungan Partisipasi orang lain dapat meningkatkan
13

sosial.
2.

rasa kebersamaan.

Jelaskan tentang tujuan Pemahaman alasan untuk perlindungan dari


dari perawatan .

mereka sendiri dan oranmg lain dapat


mengurangi perasaan isolasi.

3.

Dorong klien / keluarga Membantu


untuk

mengidentiufikasi

dan

mengeksperisikan memperjelas alasan kesulitan berinteraksi

perasaan

dan

permasalahan

DX. V. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola
hidup untuk menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang
lain.
Kriteria hasil :

Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan


mengikuti petunjuk.

Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan


tidak ada bukti lain terjadinya infeksi.

Intervensi
1. Lakukan tehnik

Rasional
isolasi Mencegah transmisi virus ke orang lain.

untuk infeksi enterik dan Melalui


pernapasan

cuci

tangan

efektif

dalam

sesuai mencegah transmisi virus.

kebijakan

rumah

termasuk

cuci

sakit
tangan

efektif.
2. Awasi / batasi pengunjung Klien terpajan terhadap proses infeksi
sesuai indikasi

(khususnya respiratorius) dan potensial


resiko komplikasi sekunder.

3. jelaskan prosedur isolasi Pemahaman alasan untuk perlindungan diri


14

pada klien/orang terdekat.

sendiri dan orang lain.

4. Berikan antibiotik untuk Pengobatan hepatitis virus dan bacterial


agen pencegahan.

untuk

mencegah/membatasi

infeksi

sekunder

DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.
Kriteria hasil :

Keluarga mengerti tentang cara penularan.

Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.

Intervensi
Rasional
1. Ajarkan tehnik mencuci Cuci tangan mencegah transmisi virus.
tangan yang benar.
2. Ajarkan

tentang Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam

kebersihan perorangan.

lingkungan dengan hygiene dan sanitasi


yang buruk.

3. Imunisasi

bila

indikasi Karena terbatasnya pengobatan terhadap

ketularan

hepatitis maka penekanan lebih diarahkan


pada pencegahan melalui imunisasi.

DX. VII. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :

Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.

Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit.

Intervensi
1. Lakukan perawatan kulit Mencegah
dengan

sering,

Rasional
kulit
kering

hindari Memberikan penghilang gatal

sabun alkali.
15

berlebihan.

2. Pertahankan kuku klien Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit


terpotong

pendek. bila menggaruk.

Instruksikan

klien

menggunakan ujung jari


atau menggunakan ujung
jari untuk menekan pada
kulit

bila sangat perlu

menggaruk.
3. Pertahankan

liner

dan Pakaian basah dan berkeringat adalah

pakaian kering.

sumber ketidaknyamanan .

DX. VIII. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses


penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya.
Kriteria hasil :

1.

Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.

Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan


Intervensi
Rasional
Kaji
tingkat Mengidentifikasi area kekurangan/salah

pemahaman
penyakit,

proses informasi

dan

memberikan

informasi

harapan tambahan sesuai keperluan.

/prognosis, kemungkinan
pilihan pengobatan.
2.

Berikan
khusus

Kebutuhan

atau

tentang individu.
Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar
kembali normal.

jelaskan

akan

informasi bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi

penyakitnya.
3.

rekomendasi

pentingnya

istirahat dan latihan

16

DX. IX. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh panas

Badan tidak teraba hangat

Suhu tubuh 36 37 0C
Intervensi

Rasional

1. Kaji adanya keluahan

Peningkatan suhu tubuh akan

tanda

tanda

peningkatan

suhu

menujukkan
seperti

tubuh

gejala

merah,

badan

uka

teraba hangat.

2. Monitor tanda tanda


vital

berbagai

terutama

Demam disebabkan efek efek

suhu

dari

tubuh

endotoksin

pada

hipotalamus dan efinefrin yang


melepaskan pirogen

3. Berikan
hangat

kompres
pada

Akxila

aksila/

tipis

dahi

merupakan
dan

darah

jaringan

terdapat

pembulu

sehingga

akan

mempercepat pross konduksi


dan

dahi

berada

didekat

hipotalamus

sehingga

cepat

memberikan

respon

dalam

mengatur suhu tubuh.

DX. X. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.


Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa
Kriteria hasil :

17

Klien tidak mengluh sering buang air besar

Feses tidak encer


Intervensi

1. Observasi,

Rasional

catat

frekwensi

defekasi,

Membantu menentukan berat episode


(diare)

karakteritik dan jumlah


proses
harapan

penyakit,
/

prognosis,

kemungkinanpilihan
pengobatan.
2. berikan

diet

yang

tepat, hindari makanan


tinggi lemak,makanan
dengan

Stimulan

GI

yang

meningkatkan

mobilitas/ frekensi defekasi.

kandunganserat tinggi
3. Berikan anti diare yang
ditentukan

dan

evaluasi keevektipan

Untuk mengontrol diare. Diare tidak


terkontrol

dapat

menyebabkan

kekurangan cairan

DX. XI. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas


Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa
Kriteria hasil :

Konsistensi feses lembek

Buang air besar setiap hari

Intervensi

Rasional

18

1.

Monitor

ferkuwensi,

karakteristik

dan

jumlah feses
2.

dan

derajat

kemungkinan

gangguan

bantuan

yang

diperukan

Tingakatkan

diet

pasien

dengan

banyak

makan

Meningkakan konstintensi fekal untuk

berserat

dapat melewati usus dengan mudah

makanan
dan buah
3.

Mengidentifikasi

dan menurunkan konstipasi

Tingkatkan
pemenuhan

cairan

dengan

minum

banyak

minimal

Dapat

melembekkan

feses

dan

mefasilitasi eliminasi

1.000ml/hari
4.

Berikan
feses,

pelunak
supositoria

sesuai indikasi

Mungkin

perlu

untuk

peristaltik dengan pelahan / evaluasi


feses

DX. XII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar


Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Kriteria hasil ;

Tidak ada keluhan nyeri

Ekspresi wajah ceria

Tanda tanda vital dalam batas normal


TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg
N

: 85 100 / menit

: 15 25 / menit

merangsang

SB : 36 370 C
19

Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat nyeri

Mengetahui persepsi dan reaksi klien


terhadap nyeri serta sebagai dasar
keefektifan

untuk

intervensi

selanjutnya
2. Monitor tanda tanda
vital

Perubahan frekuwensi jantungatau TD


menujukkan bahwa pasien mengalami
nyeri,

khususnya

bila

alasan

lain

untuk perubahan tanda vital talah


3. Berikan

tindakan

terlihat

kenyamanan misalnya

Tindakan

perubahan

dengan

posisi

relaksasi

non

analgetik

sentuhan

diberikan

lembut

dapat

menghilangkan ketidaknyamanan

DX> XIII. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin

Tujuan: Klien akan menujukkan reaksi positif ssuai dengan tingkat


perkembangan.
Kriteria hasil :

Klien dapat bermain sesuai toleransi

Klien aktif dalam melakukan aktifitas


Intervensi

1. Kaji ulang reaksi

Rasional

Akibat hopitalisasi pada anak usia

yang terjadiakibat

sekolah

hospitalisasi

regresi, negativisme, depresi, cemas

2. Kaji aktif\vitas yang


disenangi oleh klien

akan

menimbulkan

reaksi

dan deniel
Membantu dalam menentukan pilihan
20

3. Ajak

klien

bermain

ssuai toleransi

4. Libatkan

keluarga

dalam merencanakan
jadwal harian sesuai
dengan

jadwal

intervensi
Bermain

merupakan

penting

bagi

aspek

kesehatan

yang
menal,

emosional dan social


Membantu

mengurangi

dampak

hospitalisasi akibat prubahan rutinitas

dirumah

21

Vous aimerez peut-être aussi