Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
Agama
:
Pekerjaan
:

An. JF
14 tahun
Laki-laki
Cianjur
Islam
Pelajar

1.2 ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada tanggal 22 Desember 2016
Pukul 10.22 WIB
1. Keluhan Utama
Gatal-gatal pada tangan, punggung dan perut.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ditemani orang tuanya, dengan keluhan gatal-gatal pada
sela-sela jari, pergelangan tangan, punggung dan perut sejak 6 bulan
yang lalu. Menurut pasien awalnya muncul bintik-bintik kecil yang
sangat gatal di sela jari, kemudian meluas ke pergelangan tangan dan
lengan atas, kemudian sekarang dirasakan pada punggung dan perut
pasien. Pasien mengaku sering menggaruk dengan keras terutama pada
bagian sela jari dan pergelangan tangan. Pasien mengatakan pada
malam hari sering sulit tidur karena dirasakan gatal semakin memberat
dan ingin mengaruk terus menerus. Saat ini pasien tinggal di asrama,
yang berisikan 3 orang, dan 2 orang lainnya mengalami hal yang sama
namun keluhan yang dirasakan oleh temannya sudah terlebih dahulu
dibandingkan pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak memilik riwayat atopi seperti asma, dermatitis atopik,
rhinitis, dll.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami seperti ini
sebelumnya.

Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis


atopik, rinitis dll
5. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Terkadang mengoleskan
minyak kayu putih, namun tidak ada perbaikan.
6. Riwayat Alergi
Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.
7. Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di Pondok Pesanten sudah 1 tahun ini. Satu kamar diisi
dengan 3 orang, kasur terpisah dengan jarak kurang dari setengah
meter. Pasien kadang sering saling meminjam baju koko dan sarung
dengan temannya. Alat mandi digunakan sendiri-sendiri. Sprei, bantal,
guling, dan selimut diganti 3 bulan sekali, kasur tidak pernah dijemur,
pasien sering main ke kasur teemannya untuk mengerjakan tugas.
Pasien mencuci baju sekedarnya, asal basah dan terkena sabun
kemudian dibilas dan dijemur. Pasien sering tidak sempat menyetrika
bajunya, dan jika menyetrika baju seringkali di atas kasur.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

Baik

Kesadaran

Compos Mentis

Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

:
:
:
:

tidak dilakukan
89 x / menit
36.7 C
18 x / menit

Berat Badan
Tinggi Badan

: 30 kg
: tidak dilakukan

Tanda Vital
Status Gizi
-

1.4 STATUS GENERALIS


1. Kepala
- Rambut

Berwarna hitam, distribusi merata,

ketombe (-)

Mata

Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera

Ikterik (-/-)
Hidung
Telinga

:
:

Deviasi Septum Nasi (-), Sekret (-)


Tidak ada kelainan bentuk, Serumen

(-)
Mulut

Bibir kering (-), Mukosa Faring

:
:

Tonsil T1/T1, Karies Dentis (-)


Tidak terdapat lesi
Tidak terdapat lesi

:
:

Tidak ada pembesaran KGB


Tidak ada pembesaran Kelenjar

(lihat status dermatologikus)

:
:

Bentuk & Gerakan Dada Simetris


Vokal Fremitus (+/+), Nyeri Tekan

(-/-)
Perkusi
Auskultasi

:
:

Sonor di semua lapang paru


Vesikuler
(+/+),
Ronki

Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

:
:
:
:

Ictus Cordis Tidak Nampak


Ictus Cordis Teraba
Tidak dilakukan
BJ I&II, Regular, Murmur (-), Gallop

(lihat status dermatologikus)

Datar. Skar (-), Lesi Kulit (+). Status

:
:
:

Bising usus (+). Dalam batas normal


Timpani seluruh kuadran abdomen
Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali

(lihat status dermatologikus)

Hiperemis (-)
- Kulit Kepala
- Kulit Wajah
2. Leher
- Pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid
Tiroid
- Kulit Leher
3. Thoraks
- Paru
Inspeksi
Palpasi

(-)
- Kulit
4. Abdomen
- Inspeksi
-

dermatologi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

(-)
- Kulit
5. Ekstremitas

(-/-),

Atas

Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)

Deformitas (-/-)
Bawah

Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)

Deformitas (-/-)
Kulit

(lihat status dermatologikus)

1.5 STATUS DERMATOLOGIKUS


Distribusi
Regio

Regional
Interdigitalis 1,2,3,4 Manus Dextra et Sinistra, Volar Manus
Dextra et Sinistra, Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Abdomen,

Lesi

Punggung
Lesi multiple, Sebagian Difus, Sebagian Sirkumskripta, ukuran
lesi diameter terkecil 3 mm dan diameter terbesar 1.5 cm,
bentuk sebagian bulat dan sebagian tidak beraturan, lesi bilateral,

Efloresensi

lesi sebagian kering sebagian basah.


Primer :
Papul,

Pustul,

Vesikel,

Makula

eritematosa,

hiperpigmentasi
Sekunder :
Erosi, Eskoriasi, Krusta
1.6 DOKUMENTASI
(Terlampir)
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
1.8 RESUME
Laki-laki, 14 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur
ditemani oleh orang tuanya. Gatal-gatal pada sela-sela jari, pergelangan
tangan, punggung dan perut sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya muncul bintikbintik kecil yang sangat gatal di sela jari, kemudian meluas ke pergelangan
tangan dan lengan atas, kemudian sekarang dirasakan pada punggung dan
perut pasien. Pruritus nocturna (+) pasien sering menggaruk tempat gatal.
Saat ini pasien tinggal di asrama, yang berisikan 3 orang, dan 2 orang lainnya
4

Makula

mengalami hal yang sama. Riwayat Psikososial, higienitas pasien buruk :


saling meminjam baju koko dan sarung dengan temannya. Sprei, bantal,
guling, dan selimut diganti 3 bulan sekali, kasur tidak pernah dijemur, pasien
sering main ke kasur temannya untuk mengerjakan tugas. Pasien mencuci
baju sekedarnya, asal basah dan terkena sabun kemudian dibilas dan dijemur.
Pasien sering tidak sempat menyetrika bajunya, dan jika menyetrika baju
seringkali di atas kasur. Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum dan status
generalisata dalam batas normal. Status
Dermatologikus :
- Distribusi: Regional
- Regio: Interdigitalis 1,2,3,4 Manus Dextra et Sinistra, Volar Manus Dextra
-

et Sinistra, Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Abdomen, Punggung


Lesi: Lesi multiple, Sebagian Difus, Sebagian Sirkumskripta, ukuran lesi
diameter terkecil 3 mm dan diameter terbesar 1.5 cm, bentuk sebagian
bulat dan sebagian tidak beraturan, lesi bilateral, lesi sebagian kering

sebagian basah.
Efloresensi: Primer: Papul, Pustul, Vesikel, Makula Eritema, Makula
Hiperpigmentas Sekunder: Erosi, Eskoriasi, Krusta

1.9 DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding
- Skabies dengan infeksi sekunder
- Pendikulosis Korporis
2. Diagnosis Kerja
Skabies dengan infeksi sekunder
1.10 USULAN PEMERIKSAAN
Mencari terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya
1.11 PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien, bagaimana penularan dari penyakit, dan cara
penggunaan obat yang diberikan.

Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya

dilakukan pada malam hari sebelum tidur.


Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan

teratur dan direndam dengan air panas.


Alat-alat yang tidak bisa direndam dengan air panas seperti karpet,

kasur, sofa dapat dijemur.


Setiap anggota keluarga

serumah

sebaiknya

mendapatkan

pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.


2. Medikamentosa
Diobati terlebih dahulu infeksi sekundernya dengan:
- Topikal
: Fuladic krim 2% dioleskan 3 kali/hari
- Sistemik
: Amoksisilin kapsul 3x250 mg/hari
Kemudian setelah membaik diberikan:
- Topikal
: Permethrin 5%,
- Sistemik
: CTM tablet 2 x 2 mg (1/2 tab)/hari
1.12 PROGNOSIS
- Quo ad Vitam
- Quo ad Sanationam
- Quo ad Functionam

:
:
:

Bonam
Dubia ad Bonam
Bonam

2.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Skabies merupakan penyakit kulit menular yang diakibatkan ektoparasit
Sarcoptes scabiei var hominis. Sinonimnya The itchm sky-bees, gudik,
budukan, gatal agogo.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies, banyak
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial
ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual bersifat
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik dan
ekologik. Penyakit ini dpat dimasukkann dalam I.M.S (Infeksi Menular
Seksual).1 Diperkirakan terjadi 3 juta kasus per tahun diseluruh dunia.2
Pada anak sering kali usia kurang dari 5 tahun, pada dewasa muda sering kali
didapatkan dari kontak badan, pada lansia dapat disebabkan oleh perawatan
diri yang buruk,
Cara Penularan (Transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk dibuahai atau kadang-kadang oleh bentuk larva.
Dikenal juga Sarcoptess scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat
menulari mnusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang
peliharaan, misalnya anjing.1
2.3 ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes, penemunya adalh seorang ahli biologi
Diacinto Cestoni (1637-1718). Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Selain itu, terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan
babi.1

Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggung


cembung, bagian perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisaran
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasang kaki ketiga berakhir dengan alat perekat.1
2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi
: Sarcoptes scabiei var. hominis
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class
: Arachnida
Subclass : Acari
Family : Sarcoptidae
Genus
: Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei, variation hominis
2.5 PATOGENESIS
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut : setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambal meletakkan telurnya 2 hingga
50. Bbentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3-10 hari dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai bentuk,
jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus misalnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.1
Aktivitas S. scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan
respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di
serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6. Scabies sangat
menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak
langsung melalui berbagai bena yang terkontaminasi (sprei, sarung bantal,
handuk, dsb). Tungau scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-

36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun


menggunakan kondom, karena kontaknya melalui kulit di luar kondom.1
Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1
2.6 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS
Diagnosis Skabies ditegakkan atas dasar 2 dari 4 kriteria di bawah ini:
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang
berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa
hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu tubuh yang lebih lembab dan
panas sehingga aktivitas kutu meningkat. Sensasi gatal yang hebat
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.1
2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula
dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat
menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan
ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh
parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi
pembawa/carier bagi individu lain.1
3. Ditemukannya terowongan
Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus
atau kelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada
ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula. Kelangsungan hidup
Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya meletakkan
telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit
sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relatif
lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa eritema, krusta,

ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari,
aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku,
aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lainlain).1
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi
hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang
lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan
tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan
di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan
tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk
pasien yang hebat.1
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan

terowongan

yang

masih

utuh

kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa


maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Tempat
predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang
terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif,
sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit.1
Fitzpatricks Color Atlas & Synoptic of Clinical Dermatology2
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penderita scabies dengan gejala klinis spesifik akan memudahkan diagnosis
scabies. Namun terkadang terdapat penderita yang datang dengan lesi yang
bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis
klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Adapun
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya
yaitu:

10

1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang
bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop.3

11

Sarcoptes scabiei var hominis pada Pemeriksaan KOH


2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung
lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung
jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah
dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.3
3. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan
telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial
secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar
tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi
dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.3
4. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin). 1
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa
maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan
tetapi, kriteria ini sulit dipenuhi karena hampir sebagian besar penderita
pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.
Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga
diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat
tergantung pada operator pemeriksaan, sehingga kegagalan menemukan
tungau sering terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis skabies .

12

Namun karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis scabies harus


dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal
yang menetap.
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Pruritus yang Lokal Adverse Cutaneous Drug Reaction,
atau Generalisata

Dermatitis Atopik,

Dermatitis Kontak, Dermatitis Fiberglass, Eczyme Dyshidrotic,


Dermographism, Urtikaria Fisik, Pitiriasis Rosea, Dermatitis
Herpetiformis,

Animal

Scabies,

Pediculosis

Korporis,

Pediculosis Pubis, Liken Planus, Delusi Parasitosis, Pruritus


Pioderma
Skabies Nodular

metabolik.
Impetigo, ecthyma, furunkulosis.
Urtikaria pigmentosa (pada anak-anak), urtikaria papular (gigitan
serangga), Darrier Disease, Prurigo Nodularis, Sifilis Sekunder,

Skabies Berkrusta

Pseudolymphoma, Papulosis Lymphomatoid, Vaskulitis.


Psoriasis, Dermatitis Eczematous, Dermatitis Seboroik,

Eritroderma
Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition.2
Differential Diagnosis of Scabies
Most Likely
Atopic dermatitis
Insect bites reaction
Contact Dermatitis
Dermatitis Herpetiformis
Dyshidrotic eczema
Consider
Psoriasis ; particulary in the crust variety
Bullous pemphigoid, when vesicles and bullas are present
Drug eruption
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.4
2.9 PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal1 :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak bersisik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Jenis obat topikal :

13

1. Belerang endapan (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam


bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaan dilakukan selama 3 hari berturutturut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian serta
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.1
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal dan panas setelah
dipakai.1
3. Gama benzene heksa klorida (gemeksan = gammaexane) kada 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif dan jarang
memberi iritasi, obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun
dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala, diulangi seminggu
kemudian.1
4. Krotamition 10% dalam krim atau losia juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus
dijauhkan dari mata dan uretra.1
5. Premetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektifitasnya sama, aplikasi
hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah pemakain 8-10
jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada
bayi dibawah umur 2 tahun.1
Diluar negeri dianjurkan pemakaian ivermectin (200g/kg) per
oral, terutama pasien yang persisten atau resisten terhadap permethrin.1
Cara memutus transmisi penyebab penyakit scabies antara lain
dengan:
1. Seprai dan pakaian dicuci dengan air panas, lalu dikeringkan dengan
sinar matahari yang panas lalu disetrika dengan setrika yang panas
2. Tidak menggunakan barang pribadi seperti baju, handuk secara

2.10

bersamaan
3. Menjaga kebersihan diri.
PENCEGAHAN

14

Dalam upaya prevetif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang


penyakit scabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau
scabies, menjaga higien pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal
terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan
dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan
erat.1
Individu dalam kontak dekat dengan orang yang terinfeksi harus ditangani
dengan scabies topikal. Pengobatan harus ditujukan untuk mencegah
penyebaran skabies, karena individu dapat menyimpan tungau skabies selama
masa inkubasi tanpa gejala. Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dengan
fomites, sprei dan sarung bantal, handuk, dan pakaian yang dikenakan selama
5 hari terakhir harus dicuci dan dikeringkan dalam siklus panas, atau cuci
kering, karena tungau dapat hidup sampai 3 hari dari kulit dan karpet.4
2.11 PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene),
maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1
3

15

BAB III
ANALISIS KASUS
Temuan Kasus

Tinjauan Teori
Berdasarkan Anamnesis
Penyakit ini dapat mengenai semua usia, pada dewasa

Laki-laki, 14 tahun

muda biasanya akibat dari kontak langsung.


Keluhan gatal-gatal pada sela- Sarcoptes scabiei sangat menyukai bagian kulit yang
sela jari, pergelangan tangan, memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
punggung dan perut

tipis. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,


pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus,

bokong, genetalia eksterna (pria).


Malam hari sering sulit tidur Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini
karena dirasakan gatal semakin disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat
memberat

suhu tubuh yang lebih lembab dan panas sehingga aktivitas


kutu meningkat. Sensasi gatal yang hebat seringkali

Saat

ini

pasien

tinggal

mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.


di Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok,

asrama, yang berisikan 3 orang, sehingga dalam sebuah keluarga biasanya mengenai
dan 2 orang lainnya mengalami seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
hal yang sama

pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat


menular hampir ke seluruh penduduk. (Dalam kasus ini

Higienitas buruk
(Berdasarkan
psikososial)

yang tinggal satu atap dengan pasien)


Penularan terjadi :
riwayat 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Masa inkubasi berlangsung lama 4-6. Scabies sangat
menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke
kulit, dan tidak langsung melalui berbagai benda yang
terkontaminasi (sprei, sarung bantal, handuk, dsb). Tungau

16

scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36

Interdigitalis

jam.
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik dan Status Dermatologikus
1,2,3,4 Manus Sarcoptes scabiei sangat menyukai bagian kulit yang

Dextra et Sinistra, Volar Manus memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
Dextra

et

Manus

Dextra

Abdomen
dan

Sinistra,
Regio

Lateral

Dorsum tipis. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,

et

Sinistra, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat

Umbilikalis ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus,


Abdomen, bokong, genetalia eksterna (pria).

Punggung
Lesi multiple, Sebagian Difus, Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul
Sebagian Sirkumskripta, ukuran dan nodul yang sering ditemukan di tempat predileksi.
lesi diameter terkecil 3 mm Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
dan diameter terbesar 1.5 cm, kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1
bentuk

sebagian

bulat

dan hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung

sebagian tidak beraturan, lesi terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan
bilateral, lesi sebagian kering hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
sebagian basah.
Primer : Papul, Pustul, Vesikel, Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
Makula

eritematosa,

hiperpigmentasi

Makula kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1


hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan

hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum korneum.


Sekunder : Erosi, Eskoriasi, Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
Krusta

(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

17

BAB IV
KESIMPULAN
Penegakkan diagnosis dari scabies yaitu bila ditemukan 2 dari 4 kriteria
yaitu : 1) Pruritus Nokturna, 2) Mengenai Sekelompok Orang, 3) Ditemukan
terowongan, dan 4) Menemukan Sarcoptes scabiei. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan analisis kasus, bahwa ditemukan beberapa hal yang
mengarahkan diagnosis menuju scabies.
Selain dengan terapi medikamentosa, perlu dilakukan pula kiat-kiat yang
memutuskan transmisi dari Skabies itu sendiri, seperti menjaga higienitas diri dan
lingkungan serta upaya preventif untuk mencegah kekambuhan dari scabies ini
sendiri. Edukasi dan melakukan pengobatan kepada orang yang yang
berhubungan erat dengan pasien dapat dilakukan, untuk mencegah penyebaran
scabies.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah B,
Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ;
2015.p. 137-140.
2. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In: Fitzpatricks
Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition.McGrawHills.p.907-915
3. Boediardja, SA. Uji Diagnosis di Bidang Dermato-Venereologi. In: Menaldi
SLSW, Kusmarinah B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015.p. 57-63.
4. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, Other Mites, and Pediculosis.
In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill: 2008.p2029-2032

19

LAMPIRAN

20

21

22

23

Vous aimerez peut-être aussi