Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jawa
Apabila Minasan tinggal di tanah Jawa mungkin mendapati salah satu tradisi pasca
Idul Fitri ini. Kupatan atau lebaran ketupat menjadi salah satu cara untuk
mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang melimpahkan rahmat
kepada umat Muslim sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan Hari
Raya Idul Fitri. Biasanya masyarakat Jawa akan membawa ketupat ini ke mushola
atau masjid dan dilakukan doa bersama. Selain tradisi, acara ini bisa menjadi wujud
dari persatuan umat Muslim di tanah Jawa.
Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal,
dan daerah-daerah yang lain terutama Pantura. Karena di hari kupatan (hari ke-8
bulan Syawal) masyarakat Kudus, Jepara dan sekitarnya merayakan kupatan dengan
mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus, pantai Kartini dan
Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih menjadi tempat favorit
untuk menghabiskan hari raya kupatan.
Berawal dari Tradisi WaliSongo Ketupat atau tradisi Jawa-nya kupatan bukan hanya
sebuah tradisi Lebaran dengan menghidangkan ketupat, sejenis makanan atau beras
yang dimasak dan dibungkus daun janur berbentuk prisma maupun segi empat. Sebab,
kupatan memiliki makna dan filososi mendalam. Dari sisi sejarah, tradisi kupatan
berangkat dari upaya-upaya walisongo memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu
orang Jawa selalu menggunakan simbol-simbol tertentu, akhirnya para walisongo
memanfaatkan cara tersebut.
Filosofi Ketupat
Filosofi dari ketupat atau tradisi kupatan sendiri maknanya sangat dalam. Akan tetapi,
pada intinya adalah ucapan syukur pada Tuhan, permintaan maaf, permohonan serta
kebersamaan.
Kupatan berasal dari kata "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan.
Mengandung makna filosofis bahwa manusia diperintahkan untuk mengakui
kesalahannya, saling bermaafan dengan ditandai tradisi silaturrahim ke rumah sanak
keluarga dan tetangga saat Hari Raya Idul Fitri. Kupat berasal dari bahasa Arab
"kuffat" yang berarti sudah cukup harapan. Setelah berpuasa selama 1 bulan dan 6
hari setelah lebaran, maka orang-orang yang kuffat merasa cukup ibadahnya,
sebagaimana hadits Nabi "hal demikian bagaikan puasa 1 tahun penuh". Janur sebagai
bungkus ketupat berasal dari kata "ja a nur" yangberarti telah datang cahaya. Makna
yang terkandung adalah bahwa umat muslim mengharapkan datangnya cahaya dari
Allah SWT yang senantiasa membimbing mereka pada jalan kebenaran yang diridhai
oleh Allah SWT. Isi ketupat berasal dari beras terbaik yang dimasak sampai
menggumpal "kempel", memiliki makna kebersamaan dan kemakmuran. Bentuk
ketupat yakni segiempat, menjdai simbol/perwujudan cara pandang "kiblat papat lima
pancer" yang menegaskan adanya hamonisasi dan keseimbangan alam.
Pesiar ke Laut
Di Jepara ada tradisi unik yang berhubungan dengan kupatan, yaitu pesta Lomban
sebagai even tahunan acara sedekah laut.
Selain selamatan kupat dan lepet ada satu tradisi lagi yang berkaitan dengan bada
kupat adalah pesiar ke laut atau orang lazim menyebutnya Lomban. Oleh karena itu
pada hari bada kupat ini obyek wisata pantai akan ramai dikunjungi pelancong dari
berbagai tempat. Untuk Daerah Jepara pantai yang digunakan sebagai ajang pesta
lomban adalah Pantai Kartini Jepara. Dinas Pariwisata Jepara mengemas pesta
Lomban ini sebagai even tahunan dengan acara sedekah laut dan perang ketupat dan
lepet ditengah laut. Selain Pantai Kartini Jepara tempat lain yang banyak mendapat
kunjungan wisatawan adalah Pantai Tirto Samudra Bandengan, dan juga Pantai Teluk
Awur Jepara.