Vous êtes sur la page 1sur 10

Pendahuluan

> PRESUPOSISI DALAM MENAFSIR ALKITAB


* Alkitab : Firman Allah yang Diinspirasikan oleh Allah sendiri.
* Alkitab : Firman Allah yang Berotoritas tertinggi bukan Gereja.
* Alkitab : Firman Allah yang Sempurna
> Gereja harus tunduk pada otoritas kebenaran Alkitab.
> Alkitab harus diinterpretasikan / ditafsirkan oleh Alkitab (Sacra Sripture
sui interpres) atau (Sripturam ex Sriptura explicandam esse = Alkitab harus
menjelaskan Alkitab).
> Roh Kudus adalah vital dalam pekerjaan penafsiran.
> Semua pemahaman dan eksposisi Alkitab harus tidak bertentangan dengan
seluruh kebenaran Alkitab (walaupun ada bagian dalam Alkitab yang sukar
dimengerti / bertentangan (II Petrus 1:21).
> Teologia yang benar harus dihasilkan dari eksegesis yang benar dan sehat.
Hermeneutika sebagai control teologia. Hermeneutika sebagai wahana
apologetika.
Contoh:
* Pandangan Liberal: Alkitab bukan (mengandung) Firman Allah.
* Pandangan Neo Ortodoks: Alkitab berisi (menjadi) Firman Allah.
* Pandangan Orthodoks / Injili: Alkitab adalah Firman Allah.
>
>
>
II

Sola Sriptura (Alkitab sudah mencukupi)


Firman Allah sebagai senjata rohani (Matius 4:1-11;Efesus 6:12,17).
Semua huruf dan kata-kata yang ditulis di Alkiab dinafaskan Allah
Timotius 3:16 - (Yunani pasa grape theopneutos).

> Paham INERANCY = tidak bisa salah dalam ajarannya, bebas dari kekeliruan.
> Paham INFALLIBILITY = ketidak kekeliruan dalam mencapai tujuannya,
dalam memberi norma-norma iman, kelakuan dan ketidakakurasian dalam
berbagai hal, tidak bisa khilaf/ menyesatkan, dapat diandalkan.Firman Allah
yang tertulis tanpa salah pada naskah aslinya (original manuscript without
error)
> Paham INDEFECTIBLITY = ketidakbercacatan, artinya terus menerus tinggal
atau tetap dalam kebenaran.
KONTRIBUSI HERMENEUTIKA
a. Semua orang Kristen tanpa kecuali diperintahkan untuk mempelajari Alkitab
dengan seksama (Mazmur 119:103; II Timotius 3:16-17; Kis. 17:11; Yohanes 5:39).
> Agar tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (Efesus 4:11-16)
> Tema: Kristosentris (berpusat/ sentralnya pada Kristus).
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu kesatuan.
Seluruh Alkitab berbicara tentang Kristus saja.Yesus Kristus telah
mempersatukan PL dan PB. Karya penebusan Allah sebagai isi, motivasi dan
kuasa dibalik semua eksposisi Alkitabiah.
Prinsip prinsip Kristus menembus semua bidang kehidupan.
> Mendewasakan iman orang percaya Pertumbuhan rohani.
> Firman Allah sebagai dasar segala pengajaran dan khotbah dalam Gereja
Kis.17:11).
> Menyelidiki kebenaran yang diwahyukan Allah dalam Alkiab dan menemukan
arti sebenarnya dari kebenaran tersebut. Hermeneutika adalah dasar iman

orang Kristen untuk membedakan antara kehendak Allah dengan kehendak


manusia.
> Menyelaraskan perbedaan yang mungkin timbul antara penulis Alkitab dengan
pembaca (pada zaman sekarang), agar yang dimaksud penulis Alkitab dapat
dimengerti oleh pembaca masa kini.
> Untuk merekonstrusksi sejarah dan keadaan purbakala.
> Untuk berteologi.
> Untuk pemberitaan Firman.
> Untuk pemanfaatan khusus perseorangan.
b.
1.
2.
3.
4.

Kegunaan Alkitab(II Timotius 3:16-17). Ada empat kata kerja:


Mengajar kita apa yang dikehendaki Allah.
Menegur menyatakan kesalahan kita.
Memperbaiki meluruskan kita, dan
Mendidik kita untuk hidup benar.

c. Lima aspek pengajaran Alkitab (I Tesalonika 5:14-15),


yakni ada lima kata kerja:
1. Menasehati (parakaleo) = memohon, member dorongan semangat,
menghibur, membesarkan hati, mendampingi (bnd. Roma 12:12; II Korintus
1:4).
2. Menegur (noutheteo) = menaruh dalam pikiran, memperingatkan,
memperhadapkan.Yang diharapkan ialah perubahan gaya hidup (bnd. Roma
15:4; I Kor. 4:14; Kol. 3:16).
3. Menghibur (paramutheomai) = mempercepat, menguatkan orang yang
lemah semangat atau yang sedang putus asa (I Tesalonika 2:11).
4. Membela (antechomai) = bergantung, berpegang erat, memiliki minat,
menopang secara rohani. Keadaan saling percaya dan saling ketergantungan
(Titus 1:9; I Tes.5:14).
5. Bersabar (makrothumeo) = memiliki kesabaran (Matius 18:26-29; Yakobus 5:7).
Arti Kata Hermeneutika
A. Dalam bahasa Ibrani.
Kata Hermeneutika dalam bahasa Ibrani adalah pathar, yang artinya adalah
menafsir (to interprete). Sedangkan kata bendanya adalah pithron, artinya
tafsiran (interpretation).
Kata ini paling umum digunakan dalam konotasi menafsirkan mimpi, karena
mimpi berwujud symbol yang artinya tidak jelas (Kejadian 41:8,12,15).
B. Dalam bahasa Yunani.
Kata Hermeneutika dalam bahasa Yunani adalah hermeneutikos, berasal dari
kata hermeneuo, artinya menafsir (to interprete) . Kata benda yang dipakai
adalah hermeneia, artinya tafsiran (interpretation). Kata ini diambil dari
kataHermes, yaitu dewa Yunani yang tugasnya membawa berita-berita dari dewadewa kepada manusia (Kisah. 14:11-12).
Definsi:
Banyak perdebatan modern mengenai Alkitab berkisar sekitar persoalan- persoalan
mengenai hermeneutika. Ilmu Hermeneutika adalah ilmu penafsiran Alkitab. Dalam
mitos Yunani, dewa Hermes adalah pembawa berita para dewa. Tugasnya adalah

menafsirkan kehendak dewa-dewa.


Karena itu hermeneutika berhubungan dengan penyampaian berita yang dapat
dimengerti.
Definisi hermeneutika masihlah terus berkembang. Hermeneutika adalah usaha untuk
menjelaskan, mengartikan atau menterjemahkan supaya suatu berita dapat dimengerti.
Tujuan hermeneutika secara teknis adalah menetapkan garis-garis pedoman dan aturanaturan menafsir.
Jadi hermeneutika lebih condong kepada penyelidikan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan
cara-cara menafsirkan Alkitab.
Menurut Richard E. Palmer, definisi hermeneutika setidaknya dapat dibagi menjadi
enam.
Sejak awal, hermeneutika telah sering didefinisikan sebagai ilmu tentang penafsiran
science of interpretation).
Akan tetapi, secara luas, hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai:
Pertama, teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis).
Kedua, hermeneutika sebagai metodologi filologikal umum (general philological
methodology).
Ketiga, hermeneutika sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa
(science of all linguistic understanding).
Keempat, hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan
(methodological foundation of Geisteswissenschaften).
Kelima, hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi
(phenomenology of existence dan of existential understanding).
Keenam, hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation).
Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif maupun
secara personal, untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-mitos ataupun
simbol-simbol.
PRINSIP HERMENEUTIKA
A. PRINSIP UMUM
Prinsip prinsip secara umum yang perlu diperhatikan untuk menafsirkan
Alkitab.
Seperti:
1. Alkitab menafsirkan Alkitab.
2. Bandingkan teks dengan teks Alkitab yang lain agar saling
menafsirkannya.
3. Teks dan ayat dipakai sebagai per bandingan juga harus dianggap sebagai
konteksnya sendiri sebelum dipakai sebagai dukungan untuk teks lain.
4. Kejadian, Peristiwa, dan Pengalaman Alkitabiah tidak diajar sebagai
sesuatu yang normal (diterapkan secara harafiah) untuk masa kini, kecuali
ditafsirkan melalui ajaran Alkitab.
5. Konteks sebuah teks merupakan kunci untuk menafsirkannya.
a. Konteks setiap teks adalah Alkitabiah seluruhnya.
b. Konteks yang ke 2 adalah teks Alkitabiah (PL atau PB).
c. Konteks yang ke 3 adalah kitab yang mengandung (membahasnya).
d. Konteks yang ke 4 adalah teks langsung sebelum dan sesudahnya.
6. Arti teks seharusnya dianggap harafiah, kecuali jelas dimaksudkan secara

simbolis.
7. Penafsir harus menafsirkan kebenaran sesuai dengan zamannya.
Perasaan kontinuitas historis dengan umat Allah.
8. Ajaran dari seluruh Alkitab ditafsirkan melalui ajaran dari PB seluruhnya
untuk menemukan pemakaian pada masa kini.
9. Teks-teks Alkitab bernilai sebagai renungan devosional, namun seharusnya
dipertimbangkan dalam konteksnya dulu, kemudian dipakai secara renungan
Jadi penerapan menantikan tafsiran yang lengkap.
10. Konteks jauh/luas (seluruh Alkitab) dan konteks dekat (kitab itu sendiri/
pasal tersebut).
11. Arti kata secara sintaksis (kamus) dan ensiklopedia.
12. Makna teologisnya (implementasi, demontrasi/perubahan radikal,
realisasi/menjadi nyata).
B. PRINSIP KHUSUS.
Prinsip tafsiran khusus yaitu Alkitab dianggap sebagai suatu bagian dari karya
sastra, maka prinsip khusus diperlukan yang berpusat pada metode
pembentukan secara sastra.
Seperti:
* Metafora (kiasan) : Matius 16:6; Yohanes 6:48; 10:11; Mazmur 23:1.
* Tamsil (Ibarat /Perbandingan) : Matius 10:16; 28:3.
* Personifikasi (personification).
* Hiperbola (Hyperbole) / dilebih-lebihkan. Matius 19:24.
* Perumpamaan (Parable): kisah duniawi yang mempunyai arti sorgawi
untuk mengajarkan sesuatu yang penting.
* Anthropomorfisme (penggambaran fisik Tuhan seperti manusia):
mata Tuhah ada di segala tempat, telinga Tuhan tidak kurang peka untuk
mendengar.
* Anthropopathisme (penggambaran perasaan Tuhan seperti yang
dimiliki manusia):Tuhan menyesal, Tuhan menangis, Tuhan tertawa, Tuhan
marah.
* Alegori atau Fabel.
* Tipologi
* Nubuat
* Angka atau Bilangan.
* Sastra Apokaliptis.
Catatan:
> Pahamilah dengan konteks kalimat.
> Pahamilah kata demi kata.
> Pahamilah tata bahasa.
> Pahamilah latar belakang secara harafiah.
> Pakailah ayat ayat referensi (cross reference).
> Pahamilah maksud asli dari penulis.
> Pahamilah isi kesaksian tentang Kristus.
6 Pertanyaan Utama dalam sebuah pengamatan nas Alkitab:
Bagian Pertama : Apa? What?
Bagian Kedua : Mengapa? Why?
Bagian Ketiga : Bagaimana? How?

Bagian Keempat : Kapan? When?


Bagian Kelima : Siapa? Who?
Bagian Keenam : Dimana? Where?

Proses Pengamatan Sebuah Fakta Dalam Sebuah Nas Alkitab


> Pribadi-pribadi / Oknum-oknum.
> Pernyataan pernyataan.
> Pertanyaan pertanyaan.
> Perintah perintah.
> Keadaan atau situasi.
> Tempat
> Waktu / masa.
> Cara cara.
> Alasan alasan.
PRINSIP HERMENEUTIKA
1. Penafsiran secara wajar (Historico grammatical method).
Metode: berdasarkan sejarah, tatabahasa (bnd. II Tawarikh 16:9).
* Alkitab harus ditafsirkan menurut bentuk sastranya.
* Alkitab harus ditafsirkan menurut konteksnya.
* Alkitab harus ditafsirkan menurut arti asalnya pada masa penulisnya.
* Alkitab harus ditafsirkan sesuai dengan tata bahasanya.
* Alkitab harus ditafsirkan menurut maksud dan rencana penulisnya.
* Alkitab harus ditafsirkan berdasarkan latar belakang kesejarahannya (geografi,
kebudayaan).
2. Penafsiran menurut Alkitab.
* Alkitab harus ditafsirkan menurut tujuannya.
* Alkitab harus ditafsirkan dengan penjelasan dari bagian yang lain yang
temanya sama.
* Alkitab harus ditafsirkan dengan penjelasan yang datang kemudian dan lebih
lengkap.
* Alkitab harus menurut keterangan dari Alkitab secara keseluruhan (konteks
jauh).
3. Penafsiran oleh Roh.
* Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus (Mat.11:25;
Yoh.16:3).
* Penerangan Roh Kudus (Iluminasi dan Rhema).
4. Penafsiran secara dinamis.
* Penafsiran Alkitab tidak terbatas hanya pada menjelaskan arti Alkitab yang
sesungguhnya menurut konteksnya.
* Pertama- tama kita bertanya, apa makna pada masanya serta dalam konteksnya
sendiri dan apa maksudnya dalam konteks seluruh Alkitab. Kemudian kita
bertanya, apa maknanya Firman itu sekarang, pada saat ini, dalam kehidupan
jemaat, bagi orang tersebut, atau bagi saya sendiri?.
MENGANALISA SEBUAH TEKS

1. Latar Belakang.
a. Nama.
b. Pengarang.
c. Tanggal buku tersebut ditulis
d. Masa kejadian peristiwa tersebut (hal-hal yang melatar belakangi).
e. Pusat/ tempat kejadian (secara geografis)
2. Tinjauan.
a. Pokok utama kitab yang akan dibahas.
b. Tempatnya didalam Alkitab.
c. Ayat kunci.
d. Kata kunci.
e. Struktur.
BENTUK BENTUK PENDEKATAN HISTORIS / ANALISA KONTEKS.
Kata KONTEKS (conteks), berasal dari dua kata latin, Con yang berarti bersama-sama
atau menjadi satu, dan textus yang berarti bagian Alkitab atau kitab atau tersusun.
Jadi, dapat dikatakan bahwa konteks adalah bagian yang berada disekitar teks.
Maksudknya, bagian sebelum dan sesudah teks yang kita pelajari.
Yang dimaksud dengan konteks yaitu menyatakan situasi dan kondisi di mana kata /
kalimat tersebut ada.
Konteks
Konteks
Konteks
Konteks
Konteks
Konteks

bagi
bagi
bagi
bagi
bagi
bagi

kata adalah kalimat.


kalimat adalah alienea.
alinea adalah perikop.
perikop adalah fasal.
fasal adalah bukunya.
buku adalah Perjanjian Lama / Perjanjian Baru.

Ada dua konteks yang utama:


1. Konteks dekat / sempit.
Bagian yang erat dengan yang sedang kita tafsirkan.
2. Konteks jauh / luas.
Menyelidiki jalan pikiran ,tujuan atau maksud dari bagian yang ingin ditafsir
dari seluruh Alkitab.
MACAM-MACAM KRITIK
A. KRITIK TEKS: mencari susunan kata yang asli.
B. KRITIK HISTORIS: tempat di dalam ruang dan waktu.
C. KRITIK SUMBER (SOURCE CRITICISM):
D. KRITIK BENTUK (FORM CRITICISM): Jenis dan kedudukan teks dalam kehidupan.
E. KRITIK SASTRA: komposisi dan gaya retorik teks.
F. KRITIK TATA BAHASA: Bahasa teks
G. KRITIK TRADISI (TRADITIO CRITICISM): tahap-tahapperkembangan di balik teks.
H. KRITIK REDAKSI (REDACTION CRTICISM): Sudut pandang akhir dan teologi .
I. KRITIK SOSIOLOGIS
J. KRITIK RETORIK
K. KRITIK STRUKTUR: Hal-hal umum dalam teks.
L. KRITIK KANONIK: Teks suci sinagoge dan gereja.

BENTUK PENAFSIRAN ALKITABIAH:


1. Penafsiran Literal.
2. Penafsiran Kontekstual.
3. Penafsiran Gramatikal.
4. Penafsiran Historis.
5. Panafsiran Teologis.
METODE METODE PENYELIDIKAN.
A. Perbedaan antara EXEGESE dengan EISEGESE.
> Eksegesa / Exesegese/Esegeisis (Yunani: Exegomai = menjelaskan
Kis.10:16) atau menceritakan (Kis.5:12,14,21:19). Juga berarti:
menafsirkan,membuka, menyingkapkan, membongkar, menampakan, menjelaskan
arti yang sesuai dengan maksud penulisnya.
Membawa ke luar atau mengeluarkan; Membaca atau menggali.
Eksegesis adalah penerapan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab tersebut
terhadap teks dalam Alkitab. Tugas eksegese adalah menjembatani antara
konteks waktu itu dengan konteks sekarang, di zaman kita hidup.
Maka diperlukan penafsiran yang dapat menjelaskan arti / makna yang
terdekat dengan arti dan maksud dari Penulis Alkitab.
Jadi arti yang dimaksudkan oleh penulis pertama kepada pembaca /pendengar
mula-mula, sesuai dengan keadaan waktu itu, sesuai dengan tujuan aslinya.
Kata eksegese berarti memimpin keluar dari. Bila dihubungkan dengan
Alkitab berarti membaca keluar dari teks Alkitab.
> Eisegese / Eisegesa berarti memasukkan gagasan / ide ke dalam
Alkitab.
Seperti memberi arti (rohani) yang berlebihan kepada ayat - ayat itu.
Metode ini berusaha memaksakan ide ke dalam Alkitab. Memperalat
memaksa), mencomot ayat dan dilepaskan dari konteksnya, menafsirkan
secara harafiah tanpa melihat pada tempatnya (konteksnya) bagian firman
Tuhan untuk membenarkan ide/ gagasan pengkhotbah (bahkan bertentang
dengan maksud ayat / perikop Alkitab).
B. Perbedaan Hermeneutika dengan Homiletika (Ilmu Berkotbah).
Hermeneutika = penafsir bekerja di sekitar nas-nas Alkitab.
Homiletika = Pengkotbah mengarahkan tugasnya kepada si pendengar.
Menguasai Materi Khotbah:
* Memahami materi khotbah.
* Susunlah materi khotbah dengan baik (pergunakan garis besar/out-line/
kerangka).
* Pahamilah hubungan logis semua ide yang terdapat dalam pesan kotbah.
* Mengucapkan suara dengan jelas, keras, teratur.
* Pengulangan kalimat yang ingin ditegaskan (diberi arti lebih dalam).
* Khotbah yang menjadi bagian dalam gaya hidup pengkotbah (pengkotbah
yang menghidupi Firman Tuhan).
* Menentukan tujuan khotbahnya.
* Menyesuaikan pendekatan dalam penyajian khotbahnya.
* Menggunakan bahasa aslinya (gunakan alat bantuan)

* Menyiapkan kata pengantar (pembukaan), dan penutup (kesimpulan).


* Gunakan metode jangan dengan serampangan, tergesa-gesa, tak teliti.
* Menggunakan buku-buku tafsiran yang berfungsi untuk mengecek dan
mengimbangi kecenderungan kita berprasangka.
* Gunakan Alkitab beberapa versi /terjemahan (kalau ada yang memiliki
cross reference /referensi silang), Konkordansi, Kamus Alkitab dan Atlas
Alkitab.
C. EKSPOSISI (EKSPOSITORI) berbeda dengan
* ALEGORI (memberi makna / arti Rohani dari sebuah ayat tanpa ada
kaitannya dengan bahasa dan konteks ayat). Semacam Analogi Iman.
* MISTIS (pewahyuan baru, sekte).
Menekankan Roh Kudus saja tanpa Alkitab (tanpa menggunakan
hermeneutika yang benar), pasti jatuh dalam mistikisme, menekankan
Alkitab sebagai buku tanpa menekankan Roh Kudus, pasti jatuh ke dalam
rasionalisme (menolak mujizat) .
* PERENUNGAN (Devosional): pengaplikasian, pengalaman hidup sehari-hari,
* RASIONAL (Alkitab bukan otoritas tertinggi, rasio manusialah yang
menentukan)
* LITERAL (HARAFIAH): yang dimengerti pada zamannya, adat istiadat, budaya
setempat.
* SIMBOLIK/ FIGURATIF: lambang-lambang, angka-angka, warna-warna.
> Eksposisi adalah pernyataan dari penafsiran.
> Penguraian hasil dari eksegesis yang telah dilakukan, pada umumnya berupa
khotbah.
> Mencari arti rohani dalam setiap ayat. Ini adalah kebalikan dari
menafsirkansecara harafiah. Kesulitan mengerti ayat-ayat dalam Alkitab
atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan seringkali dengan cara
merohanikan arti harafiah yang sudah jelas dalam ayat ayat tersebut,
sehingga akhirnya menyeleweng dari tujuan asli penulis Alkitab
KUALIFIKASI SEORANG PENAFSIR (INTERPRETER).
> Seseorang yang memiliki terori pengetahuan / Hermeneutika tidak
membuatnya otomatis menjadi seorang penafsir yang baik (handal).
> Menggunakan metode yang tergesa-gesa, serampangan, atau tidak teliti
tak pernah menghasilkan seorang ekspositor (penafsir) yang sejati .
> Jangan sekali-kali Anda meminjam kerangka kotbah dari buku-buku
referensi atau tafsiran-tafsiran, tetapi Anda harus merumuskan kerangka
khotbahnya sendiri.
Ada Tiga Kategori Penafsir:
A. Penafsir Resmi (Kis.13:27): pemimpin agama.
Bersifat harafiah dan legalisme.
B. Penafsir Palsu (II Kor.4:2) terjadi penyesatan, diselewengkan dari maksud
dan tujuan .

C. Penafsir Baik dan Benar (Lukas 24:27) seksama, jelas dan cermat.

YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PENAFSIR


A. Knowledge (Pengetahuan) - the possession of fact of truth.
B. Understanding (Pengertian) the interpretation of fact.
C. Wisdom (Hikmat) the application of fact.
D. Responsibility (Meresponi/tanggap)
E. Faithfullness (Kesetiaan)
F. Acountabillity (Dapat mempertanggungjawabkan)
G. Teachable (Mau diajar)
H. Humble (Rendah Hati)
I. Servant Heart (Memiliki Hati Gembala).
J. Trustworthy (Dapat dipercayai)
K. Commitment (Komitmen)
L. Able / Qualifed (Mampu/ Berkualitas)
M. Gifted Teacher (Karunia Guru / Karunia Mengajar).
N. Intergrity (Integritas)
Masih ada hal yang lainya yang penting, seperti:
Hati yang baru / telah disunat (ditanggalkan /dikerat) (I Kor.2:14)
Hati yang haus dan lapar akan kebenaran (Matius 5:6; I Petrus 2:2).
Hati yang taat (Mazmur 119:98-100; Yesaya 66:2).
Hati yang disiplin (Matius 7:7; Yesaya 50:4).
Hati yang merendah (Matius 7:7).
Hati yang beriman (Ibrani 11:6).
Hati yang penuh dengan ucapan syukur.

GAP ANTARA PEMBACA (PENERIMA MASA KINI) DAN ALKITAB.


A. GAP LINGUISTIK (Linguistic Gap / Perbedaan bahasa): berbeda dari bahasa
si penafsir.
B. GAP BUDAYA (Cultural Gap): kesenjangan budaya
C. GAP GEOGRAFI (Geographical Gap / Perbedaan geografi).
D. GAP SEJARAH (Historical Gap): kesenjangan sejarah.
E. GAP SUDUT PANDANG: Seorang penafsir harus berusaha untuk membaca
dokumen seolah-olah ia adalah baik si pengirim maupun si penerima.
Metode Metode Penyelidikan.
Ada bermacam - macam cara untuk menyelidiki Alkitab:
1. Penghafalan ayat-ayat Alkitab.
2. Penyelidikan berdasarkan pokok / topical / tematik.
3. Penyelidikan berdasar doa-doa/pemikiran seseorang.
4. Penyelidikan berdasarkan biografi tokoh Alkitab (karakter, integritas,
kekuatan/kelemahan)
5. Penyelidikan berdasarkan lambang-lambang/symbol-simbol; angka-angka;
warna-warna.
6. Penyelidikan yang bersifat pemaparan (latar belakang penulisan).
7. Penyelidikan yang bersifat menyeluruh / sintetik.
8. Penyelidikan menggunakan metode meringkas.

9. Penyelidikan study kata-kata tertentu (analisis /sintesis bagian tertentu).


10. Penyelidikan berdasarkan doktrin tertentu.
11. Penyelidikan berdasarkan etika tertentu.
12. Penyelidikan Alkitab berdasarkan Induksi.
Metode Induksi: penggalian dengan membaca Alkitab apa adanya, tanpa
bermaksud memasukkan pikiran diri sendiri ke dalamnya.
Penafsiran terlebih dahulu mencari data dan fakta Alkitab. Kemudian menarik
kesimpulan berdasarkan data dan fakta Alkitab yang ia temukan.
Pendekatan yang memakai metode induksi merupakan cara mempelajari
Alkitab yang paling dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena
metode ini merupakan kesimpulan dari apa yang dinyatakan Allah sendiri di
dalam Alkitab.
13. Penyelidikan Alkitab berdasarkan Deduksi (Lihat: penafsiran eisegese).
Metode Deduksi: membaca Alkitab dengan konsep-konsep tertentu dan
mencari ayat yang mendukung serta membenarkan konsep pikiran tersebut.
Penafsiran Alkitab sudah mempunyai kesimpulan tertentu sebelum dia
mempelajari Alkitab. Karena ia menyelidiki Alkitab dengan tujuan untuk
mencari ayat-ayat yang mendukung kesimpulan tersebut.
METODE PENYELIDIKAN ALKITAB
A. OBSERVASI: Apa yang dikatakan Alkitab? Pengamatan atau suatu usaha
mencari data atau fakta Alkitab untuk dipakai sebagai bahan bukti penafsiran.
B. INTERPRETASI: Apa yang diartikan, menjelaskan / mengupas arti yang
sebenarnya.
C. PENJELASAN: Informasi apa yang dapat dipahami pendengar /pembaca?
D. KORELASI: Dimana lagi dijelaskan? (dapat dikembangkan materinya).
E. ARGUMENTASI: Bagaimana semua kebenaran ini relevan dengan pendengar
saya?
F. APLIKASI: Apa yang akan saya lakukan? Bagaimana semua kebenaran ini
relevan dengan pendengar saya? Usaha mentaati kebenaran.
G. ILUSTRASI: Pernyataan mana yang bisa dikokohkan dengan keterangan tambahan.
H. LANGKAH KONGRIT: Spesifik dan Terukur, Dapat Dilakukan.

PERTANYAAN EVALUATIF.
Untuk mengevaluasi seberapa jauh dan dalamnya Anda sebagai seorang penafsir:
a. Apakah pendengar mengenal kebenaran yang Anda sampaikan?
b. Apakah pendengar memahami kebenaran yang Anda jelaskan?
c. Apakah pendengar dapat mempraktekkan kebenaran yang sudah Anda sampaikan?
d. Apakah pendengar dapat merasakan kebenaran tersebut dalam hidupnya?
e. Apakah pendengar dapat membedakan kebenaran dalam hidupnya?
f. Apakah pendengar dapat menceritakan kembali inti pengajaran yang Anda
sampaikan?.

Vous aimerez peut-être aussi