Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBIMBING:
dr. Maya Sofa, Sp.B
Disusun Oleh:
Rini Astin Triana
2012730150
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai Snake Bite Grade II ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. Maya Sofa, Sp.B
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan laporan kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan bagi penulis pada khususnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
BAB II STATUS PASIEN..................................................................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
Gigitan ular merupakan salah satu kasus gawat darurat yang terkait lingkungan,
pekerjaan dan musim dan cukup banyak terjadi di berbagai belahan dunia khususnya di
daerah pedesaan. Pekerja di bidang pertanian dan anak-anak merupakan golongan yang
sering tergigit.
Kasus Snake Bite atau kasus gigitan ular temasuk kasus yang sering dijumpai di
Unit Gawat Darurat. Tidak ada data tentang berapa kasus gigitan ular di Indonesia karena
masih banyak yang dibawa ke pengobatan tradisional bukan ke pelayanan medis. Sebagai
perbandingan, antara tahun 1999 sampai tahun 2001terdapat 19.335 kedatangan ke rumah
sakit di Malaysia karena bisa gigitan binatang. Sebagian besar diantaranuya disebabkan oleh
gigitan ular.
Gigitan ular biasa terjadi karena berhubungan dengan tempat pekerjaan, atau dari
ular yang masuk ke rumah karena mencari mangsa berupa tikus, katak, atau kadal. Tulisan
ini ditujukan agar dapat mengenali berbagai jenis ular beracun yang biasa ditemukan dan
tata cara penanganan gigitan ular berbisa berdasarkan ketentuan WHO.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN:
Nama Pasien
: Tn. I
: 772xxx
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Margaluyu, Cianjur
Tanggal Pemeriksaan
: 28 Desember 2016
II. ANAMNESIS :
Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis pada pasien di Ruang
Rawat Inap Samolo I Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Cianjur.
Keluhan Utama:
Bengkak di kaki kiri karena tergigit ular sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kaki kiri akibat digigit oleh ular
saat sedang bekerja di kebun. Digigit kurang lebih pukul 10:00 pagi Pasien mengaku
digigit oleh ular berwarna coklat dengan motif seperti batik. Setelah pasien tergigit
ular pasien merasakan pusing (+) dan nyeri perut (+). Serta terasa nyeri pada kaki kiri
yang terus menerus (+). Luka bekas gigitan sekarang menjadi menghitam (+). Tidak
terdapat mual, muntah, sesak napas serta demam, BAB dan BAK seperti biasa.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Suhu
: 36,80C
Nadi
Pernapasan
: 20 x/menit, reguler
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: BU (+) normal
Ekstremitas
Atas
Bawah
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
13.5 17.5
g/dL
Hematologi Rutin
Hemoglobin
14.8
Hematokrit
46.3
42 52
Eritrosit
5.29
4.7 6.1
10^6/uL
Leukosit
27.2
4.8 10.8
10^3/uL
150 450
10^3/uL
Trombosit
20
MCV
91.0
80 94
fL
MCH
30.1
27 31
pg
MCHC
33.0
33 37
Nilai Rujukan
Satuan
91
70 110
Mg%
AST(SGOT)
106
15 - 37
U/L
ASLT (SGPT)
36
16 63
U/L
Ureum
28.0
10 50
Mg%
Kreatinin
1.1
0.5 1.1
Mg%
KIMIA KLINIK
Jenis Pemeriksaan
Glukosa Darah Puasa
Hasil
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Elektrolit
Natrium (Na)
134.0
135 148
mEq/L
Kalium (K)
3.36
3.50 5.30
mEq/L
Calcium ion
1.03
1.15 1.29
mmol/L
VI. RESUME
Seorang laki-laki, 54 tahun datang ke RS dengan keluhan luka pada kaki kiri.
Pasien mengalami bengkak pada kaki kiri akibat digigit oleh ular. Pasien mengaku digigit
oleh ular berwarna coklat dengan motif seperti batik. Setelah digigit pasien merasa pusing,
nyeri perut. Serta terasa nyeri pada kaki kiri yang terus menerus dan luka menghitam.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Suhu
: 36,80C
Nadi
Pernapasan
: 20 x/menit, reguler
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Snake bite grade II
VIII.
PENATALAKSANAAN
Wound care
Imobilisasi
IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
Antivenom (Serum anti bisa ular) 2-4 ampul
IX.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 50.000 100.000 kematian setiap tahunnya diseluruh dunia karena gigitan
ular. Hal ini adalah faktor resiko terbesar terutama pada pekerja pertanian dan warga
pendatang di daerah tropis. Kira kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun
di Amerika Serikat, dengan lebih dari 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun
1960 rata rata korban setiap tahun meninggal di AS karena gigitan ular, dengan 70%
kebanyakan di lima daerah serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan
California Selatan.
19
TOXIKOLOGI
Bisa ular kompleks, terdiri dari banyak peptide dan enzim. Peptida dapat
menghancurkan endothelial pembuluh darah, meningkatkan permeabilitas dan memicu
timbulnya edema dan syok hipovolemik. Enzim mengandung protease dan L amino asam
oksidase, yang menyebabkan jaringan mengalami nekrosis, sehingga memudahkan bisa
ular menyebar ke dalam jaringan; dan fosfolipid A2 yang dapat merusak eritrosit dan sel
otot. Enzim enzim lainnya terdiri dari endonuklease, alkalin fosfatase, asam fosfat, dan
kolinesterase. Disamping menyebabkan cedera lokal, komponen tersebut juga memiliki
efek mematikan pada sistem kardiovaskular, paru paru, ginjal, dan neurologis.
Komponen lainnya dari bisa besar pengaruhnya terhadap koagulasi, fibrinolisis, fungsi
trombosit, dan integritas vascular, terkadang menimbulkan hemoragik atau sekuel
trombotik.
20
MANIFESTASI KLINIS
Lokal
Sebanyak 20% gigitan disebabkan oleh ular tidak berbisa, biasanya yang ditemukan
yaitu luka atau laserasi, dan nyeri minimal. Sedangkan pada ular berbisa menimbulkan
nyeri yang terasa panas dalam beberapa menit, yang diikuti dengan edema dan eritema.
Dalam waktu beberapa jam akan terjadi proses pembengkakan dan muncul ekimosis dan
bulla hemorrhagic. Bila penanganannya terlambat dan tidak ade kuat akan menimbulkan
nekrosis jaringan yang berat.
Sistemik
Pasien biasanya mengeluhkan lemah, mual, muntah, parastesia perioral, mulut
berasa logam, otot berkedut. Kebicilan kapiler difuse menyebabkan edema pulmonary,
hipotensi dan akhirnya shock. Pada korban dengan gigitan yang berat dalam beberapa jam
dapat timbul konsumptif koagulopati. Pada beberapa pasien dapat terjadi perdarahan
spontan dari hamper tiap bagian anatomi, walau secara klinis terjadinya perdarahan
tersebut secara signifikan tidak umum, tetapi berdasarkan hasil tes koagulasi abnormal.
Gagal ginjal akut multifactorial disebabkan oleh efek langsung nephrotoxins, sirkulasi
yang kolaps, myoglobinuria, dan koagulopati konsumtif. Hasil laboratorium yang
abnormal dapat berupa hypofibrinogenemia, thrombocytopenia, prolonged protombin time
dan partial thromboplastine times, meningkatnya kreatinin dan keratin phopokinase,
proteinuria, hematuria, dan anemia atau hemokonsentrasi.
Pada ular tanah yang berbisa menyebabkan gaguan pada system multiorgan, tetapi
pada ular coral berbisa efeknya lebih ke neurotoxic seperti disfungsi saraf kranial, dan
hilangnya reflex tendon, dapat juga berlanjut kepada depresi respiratori, dan paralysis
dalam beberapa jam.
memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis
jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
Gejala Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena
darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi
(ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
Gejala dan tanda awal
Setelah rasa sakit langsung penetrasi ke kulit oleh taring ular, mungkin ada
peningkatan nyeri lokal (terbakar, meledak, berdenyut) dilokasi gigitan, pembengkakan
lokal secara bertahap meluas sampai ekstremitas, sakit di daerah kelenjar getah bening
regional (di selangkangan-femoralis, atau inguinalis.
Gejaladan tanda-tandabervariasi sesuai denganjenis ularyang bertanggung jawab
yang menggigitdan jumlahracun yang disuntikkan.Terkadangidentitasular yang menggigit
tidak
biasdikonfirmasikandengan
kuatdarideskripsi
pasien
dariracunspesies
yang
untukmemilihsebuahantivenom
memeriksaularmati,
ataukeadaangigitanatau
menggigit.Informasi
yang
melainkan
dapat
daripengetahuanefek
iniakan
diduga
klinis
memungkinkandokter
tepat,mengantisipasikemungkinankomplikasidan
22
Nyeri lokal
Perdarahan Lokal
Memar
Limfangitis
Pembesaran Kelenjar getah bening
Inflamasi (Pembengkakan, Kemerahan, terasa panas)
Blistering
Perdarahan sistemik spontan dari gusi, epistaksis, perdarahan ke dalam air mata,
hemoptisis, hematemesis, melena atau perdarahan rektum, hematuria, perdarahan
vagina, perdarahan ke dalam kulit (petechiae, purpura, ekimosis) dan mukosa
(misalnya konjungtiva, perdarahan intrakranial (meningisme dari perdarahan
subarachnoid, tanda-tanda lateralizing dan/atau koma dari pendarahan otak.
Fase akut
: Shock, hipoglikemi.
Fase kronik
testis, hipotiroidisme
25
Grade
Satu atau lebih fang marks, nyeri minimal, luas < 1 inci (2,54
cm), edema dan eritema disekitarya dalam 12 jam pertama,
gangguan sistemik
I: bisa minimal
Fang marks, nyeri berat, luas > 12 inci (> 30,48cm), terdapat
edema dan eritema disekitarnya dan biasanya muncul petekia
dan ekimosis generalisata.
Gigitan ular Rattle ditandai oleh adanya injeksi bisa, kurang dari 50% pada saat
itu. Gejala sistemik sering timbul dini dan berhubungan dengan gangguan koagu Iasi
darah, kerusakan pembuluh darah sampai pada lapisan intima, kerusakan otot jantung,
dan gangguan pernapasan. Edema paru dan komplikasi perdarahan sering timbul pada
gigitan dengan jumlah bisa yang banyak, dan baik perdarahan maupun masa pembekuan
darah biasanya memanjang.
26
Gambar Sebuah kasus dengan kasus racun bisa ular tipe berat yang berasal dari
diamondblack rattlesnake (Crotalus atrox) pada hari ke-4 paska gigitan ular. Tampak soft
tissue swelling dan hemoragik dan vesikel vesikel berisi serum. (dokumentasi dari David
Hardy, MD) (Norris, Robert L.; Auerbach, Paul S.; Nelson, Elaine E.;, 2004)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium.Sampel darah harus segera diambil untuk penggolongan dan uji silang serta dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah
lengkap, hitung trombosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, urinalisis,
gula darah, BUN, dan elektrolit. Analisis gas darah untuk pasien dengan gejala
sistemik.Pemeriksaan Radiologis. Foto thoraks untuk pasien dengan edema
pulmonum. Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal.
Tekanan kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersialtersedia alat yang steril,
sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya (seperti Styker pressure
monitor). Indikasi pengukuran tekanan kompartemen adalah bila terdapat pembengkakan
yang signifikan, nyeri yang sangat hebat yang menghalangi pemeriksaan, dan jika parestesi
muncul pada ekstremitas yang tergigit
PENATALAKSANAAN
27
Jika pasien secara keseluruhan tidak muncul gejala dalam 6 jam paska gigitan pit viper
atau 24 jam paska gigitan coral snake, dan seluruh hasil laboratorium normal, tidak
terjadi keracunan, boleh dipulangkan. Seluruh pasien keracunan bisa ular sebaiknya
diobervasi minimal 24 jam di RS.
Pemberian Antivenom
hemostatik
perdarahan
spontan
(klinis),
koagulopati,
atau
trombositopenia.
Gejala neurotoksik : ptosis, oftalmoplegia eksternal, paralisis, dan lainnya.
Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, syok, arritmia (klinis), kelainan EKG.
Cidera ginjal akut (gagal ginjal) : oligouria/anuria (klinis), peningkatan
kreatinin/urea urin (hasil laboratorium). Hemoglobinuria/mioglobinuria : urin
coklat gelap (klinis), dipstik urin atau bukti lain akan adanya hemolisis
intravaskuler atatu rabdomiolisis generalisata (nyeri otot, hiperkalemia) (klinis,
hasil laboratorium). Serta adanya bukti laboratorium lainnya terhadap tanda
venerasi.
Anti bisa ular harus diberikan segera setelah memenuhi indikasi. Anti bisa
ular dapat melawan envenomasi (keracunan) sistemik walaupun gejala telah
menetap selama beberapa hari, atau pada kasus kelainan haemostasis, yang dapat
belangsung dua minggu atau lebih. Untuk itu, pemberian anti bisa tepat diberikan
selama terdapat bukti terjadi koagulopati persisten. Apakah antibisa ular dapat
29
mencegah nekrosis lokal masih menjadi kontroversi, namun beberapa bukti klinins
menunjukkan bahwa agar antibisa efektif pada keadaan ini, anti bisa ular harus
diberikan pada satu jam pertama setelah gigitan.
Antivenom biasanya tidak diperlukan untuk keracunan bisa derajat 0 - I.
Derajat II memerlukan 3 - 4 ampul, derajat III memerlukan 5 - 15 ampul. Jika
gejalanya bertambah hebat, beberapa ampul lagi dapat diberikan dalam 2 jam
pertama. Karena anak - anak tubuhnya lebih kecil, mereka terkena racun bisa,
dalam dosis yang relatif lebih besar yang menempatkan mereka dalam kelompok
risiko tinggi. Karenanya makin kecil pasien, makin besar dosis antivenom yang
diberikan.
Antivenom biasanya diberikan secara intravena dalam dosis 3-5 ampul
dalam500 mL cairan garam fisiologis atau glukosa 5% per drip. Jika sudah
terdapat gejala yang lebih parah, dapat ditambah 6-8 ampul. Dosis intravena
yang telah diberikan dengan mudah dapat dititrasi dengan respon terhadap terapi
dan jumlah yang diberikan didasari pada perkembangan gejala dan keluhan, tidak
berdasar berat badan penderita. Antivenom diberikan sampai gejala lokal dan
sistemik membaik.
Penggunaan steroid masih kontroversial. Gangguan pernafasan diatasi
dengan intubasi endotrakeal, sementara gagal ginjal akut mungkin memerlukan
dialisis. Pada kasus tertentu, fasia dalam ekstremitas bisa menjadi keras dan
memerlukan fasiotomi. Banyak kejadian koagulopati telah dilaporkan, dan perlu
diberikan darah, fibrinogen dan vitamin K. Antibiotik juga segera diberikan untuk
mencegah infeksi sekunder, dan toksoid tetanus juga diberikan. Kebanyakan
spesies yang terdapat pada bisa ular adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus
spp.Clostridium spp, dan Bacteriodes fragilis.
Penanganan luka
Fasiotomi
Kebanyakan gigitan ular meninggalkan deposit bisa pada jaringan subkutan.
Bisa ular yang terdeposit oleh karena ular yang lebih besar di dalam kompartemen
otot,
bagaimanapun
juga
bisa
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
sebenarnya adalah dari jenis bengkak, nyeri ekstremitas yang terlihat pada jaringan
subkutan yang terkena bisa ular adalah sulit dan memerlukan pengukuran tekanan
kompartemen.
Fasiotomi sebaiknya dilakukan jika tekanan yang ada melebihi 30 40
mmHg walaupun telah diterapi antivenom dan elevasi. Secara hemodinamik untuk
stabilisasi pasien, pemakaian manitol intravena sebagai tambahan antivenom dan
elevasi mungkin dapat menghindari pembedahan jika tekanan intrakompartemen
dapat diturunkan dalam 1 jam. Pada daerah yang pengukurannya terlalu kecil
(misalnya jari jemari), peningkatan tekanan dapat dicurigai ketika kulit yang
tertusuk pada jari yang terkena menghitam. Tidak ada ketentuan ataupun profilaksis
fasiotomi pada gigitan ular beracun.
PROGNOSIS
Meskipun kebanyakan korban gigitan ular berbisa dapat tertolong dengan baik,
memprediksi prognosis pada tiap kasus individu dapat menjadi sulit. Disamping fakta bahwa
mungkin terdapat sebanyak 8000 kasus gigitan ular berbisa, terdapat kurang dari 10
kematian, dan kebanyakan dari kasus fatal ini tidak mencari pertolongan karena suatu alasan
dan lain hal. Jarang terjadi untuk seseorang meninggal sebelum mencapai perawatan medis
di AS. Kebanyakan ular tidak berbisa jika menggigit. Jika tergigit oleh ular tidak berbisa,
korban akan pulih. Komplikasi yang mungkin dari gigitan ular tak berbisa meliputi gigi yang
tertahan pada luka gigitan atau infeksi luka (termasuk tetanus). Ular tidak membawa atau
mentransmisikan rabies.
Tidak semua gigitan oleh ular berbisa menghasilkan racun berbisa. Pada lebih dari
20% gigitan oleh rattlesnake dan moccasin, sebagai contoh, tidak ada bisa yang disuntikan.
Hal ini disebut gigitan kering yang bahkan lebih umum pada gigitan yang diakibatkan oleh
elapid. Gigitan kering (tanpa injeksi bisa ular) memiliki komplikasi yang sama dengan
gigitan ular tidak berbisa.Seorang korban yang masih sangat muda, tua, atau memiliki
penyakit sistemik lain sebagian besar tidak mampu mentoleransi jumlah injeksi bisa yang
sama dengan orang dewasa yang sehat. Ketersediaan perawatan medis darurat dan, yang
paling penting, antibisa ular, dapat mempengaruhi bagaimana keadaan korban.
Efek bisa yang serius dapat tertunda untuk beberapa jam. Seorang korban yang
awalnya terlihat baik kondisinya dapat menjadi sangat kesakitan. Seluruh korban yang tergigit
oleh ular berbisa harus segera mendapat perawatan medis tanpa harus ditunda-tunda.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Towsend, M. Jr, dkk. Hernia at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United State
of America. 2008
2. Brunicardi, F. Charles, dkk. Hernia at Schwartzs Principles of Surgery Eight
Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005
3. Anatomi klinik
4. Stead, Latha. G, dkk. Hernia at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw Hill.
21