Vous êtes sur la page 1sur 17

ADAB BELAJAR DALAM AGAMA ISLAM

JULIATIKA

201210330311105

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,

sehingga tanpa belajar yang sesungguhnya maka tidak akan pernah ada pendidikan. Sebagai

suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan upaya kependidikan.

Perubahan dan kemampuan untuk mengubah merupakan batasan dan makna yang terkandung

dalam belajar, karena kemampuan berubahlah, manusia tebatas dari kemandegan fungsinya

sebagai khalifah di bumi. Selain itu dengan kemampuan mengubah melalui belajar itu, manusia

secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting

untuk kehidupannya. Apabila kita mendengar kata belajar, mungkin pikiran kita terbayang pada

siswa yang serius mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran,

atau seorang siswa yang membaca buku.Akan tetapi yang lebih luas bukanlah demikian. Karena

aktivitas belajar bukan hanya untuk siswa saja dan tidak hanya terbatas diruang kelas. Pengertian

yang umum tidak dibatasi kapan saja, dimana saja dan dari siapa saja. Sebelum penulis

menguraikan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu penulis akan memaparkan pengertian

belajar, antara lain:

a. Baharuddin dan Esa Nur W, menurutnya belajar memiliki pengertian memperoleh

pengetahuan atau menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

2
Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan

tentang sesuatu.
b. Abdul Rahman Saleh Dan Muhbib Abdul Wahab, menurutnya belajar (Learning), sering kali

didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya

yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.


c. Muhibbin syah, belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta

yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.


d. Khanifatul, menurutnya belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh

pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal baru serta diarahkan pada satu tujuan.
e. Nana Syaodih Sukmadinata, belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau

berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, secrara umum dapat disimpulkan, bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu

usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbullah kecakapan baru dalam dirinya.

Kecakapan baru sebagai pola tingkah laku manusia iu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi

pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti dan apresiasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. belajar siswa banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi

belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal (dari dalam)

1) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan

belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya dapat

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

3
2) Intelegensi dan bakat Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat. Bila seseorang mempunyai intelegensi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari,

maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki

bakat saja tetapi intelejensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang

intelejensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar

(intelegensi tinggi) biasanya orang yang sukses dalam karirnya.

3) Minat dan motivasi Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan

motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi

belajar.

4) Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar

tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan

memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

b. Faktor eksternal (dari luar)

1) Keluarga Keluarga masyarakat alamiah yang pergaulannya diantara anggotanya bersifat khas.

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi

rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, rukun atau tidaknya kedua orang

tua, akarab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak. Disamping itu, faktor keadaan

rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.

Kualitas guru, metode pengajaranya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan

fasilitas atau perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata

tertib sekolah dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila satu

4
sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang memahami

perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh disekolah maupun

dirumah.

3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat

tinggal keadan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-

anaknya ratarata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat

belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal dilingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak

berseklah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan

tidak menunnjang sehingga motivasi blajar kurang.

4) Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungn, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan

lalu lintas, iklim dan sebagainya.

B. Pengertian pendidikan agama islam

Dalam khazanah islam, setidaknya ada tiga istilah yang berhubungan dengan makna

pendidikan. Tiga istilah tersebut adalah talim, tadib dan tarbiyah.

a) Pertama, kata talim ini biasanya pengertian proses transfer seperangkat pengetahuan

terhadap anak didik. Konsekwensi pada proses tersebut dalam aspek kognitif selalu

menjadi titik tekan. Sehingga ranah kognitif lebih dominan dibanding dengan ranah

psikomotorik dan afektif.


b) Kedua, tadib yang biasanya merujuk pada proses pembentukan kepribadian anak didik.

Tadib merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang

lebih tertuju pada pembinanan dan peyempurnaan akhlak atau budi pekerti peseta didik.

Orientasi tadib lebih fokus pada pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.

5
Oleh karena itu, cakupan tadib lebih banyak kepada ranah afeksi dibanding kognitif dan

psikomotor.
a) Ketiga, yaitu tarbiyah yang berbeda dengan talim dan tadib. Kata tarbiyah menurut

Nizar memiliki arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan,

memelihara, membesarkan, menumbuhkan, memproduksi serta menjinakkan, baik

mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah. Maka tarbiyah mencakup semua aspek,

yaitu aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik secara harmonis dan

integral.

C. Adab Dalam Islam

1. Pengertian Adab Dalam Islam

Menurut dari kitab shahih al- bukhari dengan ijin dari Allah, berikut ini akan disampaikan

beberapa hadits yang berkaitan dengan pengertian adab yang merupakan makna pendidikan

agama islam yang kedua yaitu tadib yang merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan

akhlak atau budi pekerti.

Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian kata adab. Kata adab yang dikenal orang

adalah berupa syair, kisah-kisah, dan yang serupa dengan itu. Tetapi adab menurut para ahli fiqih

dan ahli hadits mempunyai makna dan pengertian yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa

pengertian adab adalah menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang bagus. Ada pula

di antara mereka yang mengatakan bahwa adab adalah meninggalkan sesuatu yang membawa ke-

jelekan (aib). Di samping itu ada yang mengatakan bahwa pengertian adab adalah menghiasi diri

dengan hiasan orang-orang yang memiliki keutamaan. Menurut pendapat lain, arti adab adalah

tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak merusak harga diri. Ada pula yang mengatakan bahwa

adab berarti takwa kepada Allah. Jadi, orang yang bertakwa kepada Allah adalah orang yang

beradab.

6
2. Pengertian Adab Menurut al-Attas

secara etimologi (bahasa); adab berasal dari bahasa Arab yaitu addaba-yuaddibu-tadib

yang telah diterjemahkan oleh al-Attas sebagai mendidik atau pendidikan.1 Dalam kamus Al-

Munjid dan Al Kautsar, adab dikaitkan dengan akhlak yang memilki arti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.2 Sedangkan, dalam bahasa

Yunani adab disamakan dengan kata ethicos atau ethos, yang artinya kebiasaan, perasaan batin,

kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.3

Menurut al-Attas, akar kata adab tersebut berdasarkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw yang

secara jelas mengunakan istilah adab untuk menerangkan tentang didikan Allah SWT yang

merupakan sebaik-baik didikan yang telah diterima oleh Rasulullah saw. Hadis tersebut adalah:

Addabani Rabbi pa Ahsana Tadibi : Aku telah dididik oleh Tuhanku maka pendidikanku itu

adalah yang terbaik. Adapun secara istilah (terminology), al-Attas mendefinisi adab sebagai

suatu:

Pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanam kedalam manusia

tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian

rupa, sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat

di dalam tatanan wujud dan keperiadaan. 4 Bila dibandingkan dengan pandangan para sarjana

dan cendikiawan muslim. Seperti:

1) Al-Jurjani, mendefinisikan adab adalah proses memperoleh ilmu pengetahuan (marifah) yang

dipelajari untuk mencegah pelajar dari bentuk kesalahan.

2) Ibrahim Anis mengatakan adab ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang

berkaitan dengan perbuatan manusia.

3) Ahmad Amin mengatakan bahwa adab ialah kebiasaan baik dan buruk.

7
4) Soegarda Poerbakawatja mengatakan adab ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, yaitu

kelakukan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan

terhadap sesama manusia.

5) Hamzah Yaqub mengemukakan pengertian adab sebagai berikut:

Adab ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang

perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

Selama ini pengertian adab hanya difahami secara sempit dan umum. Sehingga

membawa konsep adab dalam pengertian yang biasa-biasa saja, akhirnya menyamakan adab

dengan akhlak dan etika dan moral. Padahal, adab adalah seperti sebuah bangunan yang kokoh

dan menghimpuni berbagai perangkat-perangkat atau asesoris-asesoris yang mendukungnya,

seperti:

1. Penyempurnaan manusia secara berperingkat (al-Tarbiyyah).

2. Pengajaran dan pembelajaran (al-talm wal taallum).

3. Disiplin diri (riyadah al-nafs), yang merangkumi jasad, ruh dan akal.

4. Proses pensucian dan pemurnian akhlak (tahdhb al-akhlq).

Sehingga dapat dikatakan bahwa adab adalah inti dari ajaran Islam dan tujuan dari

diutusnya Nabi Muhammad saw. Telah diketahui bahwa Nabi Muhammad diutus muka bumi ini

adalah untuk mendidik manusia supaya menjadi manusia yang mulia Innam buithtu li-

utammima makrim al- akhlq.11 Sehingga, disampaikan dalam sebuah hadis Rasulullah saw

bahwa muslim yang sempurna keimanannya adalah unggul akhlaknya (menurut al-Attas akhlak

adalah bahagian dari adab) (akma lul- muminin imanan ahsanuhum khulqan).12 Maka tidak

heran, jika al-Attas menyampaikan dan menjelaskan konsep adab sebagai inti dari pendidikan

Islam

8
Al-Bukhari telah menyusun kitab tersendiri yang berjudul al- Adab al-Mufrad. Kitab ini

tidak mengikuti kriteria (persyaratan) kitab Shahih-nya. Di dalam kitab al-Adab al-Mufrad

terdapat hadits shahih, hasan, maupun dha'if. Sedangkan kitab Shahih al- Bukhari yang di

dalamnya juga terdapat kitab (bab) al-Adab, semua haditsnya shahih berdasarkan persyaratan al-

Bukhari. Untuk keshahihan suatu hadits, al-Bukhari membuat persyarat-persyaratan yang sulit

(ketat), sehingga hadits al-Bukhari merupakan perkataan yang paling shahih setelah Kitabullah.

Al-bukhari mengatakan, "[ini] kitab adab." Yaitu, adab yang diambil dari Muhammad saw, bukan

adab yang diambil dari al-Hathiah, Umru'ul Qais, Jarir, atau Farazdaq, karena apabila seorang

yang beradab tidak mempunyai iman atau pesan maka ia tidak memiliki manfaat dalam agama

dan tidak pula di akhirat. Syair yang tak memiliki pesan, kisah-kisah yang tak memiliki pesan,

dan drama yang tak memiliki misi, di sisi Allah tidak mempunyai pengarah maupunmanfaat.

Jadi, adab ini adalah adab Rasulullah yang telah mengajarkannya kepada kita. Dalam

riwayat Ibn 'Asakir terdapat perkataan yang dinisbahkan kepada Nabi saw bahwa beliau

mengatakan:

Tuhanku telah mendidikku dengan didikan yang sebaik-baik-nya. [Lihat Jami al-Ahadits wa al-

Marasil (nomor 780 781) dan adh-Dhaifah (nomor 72)]

Diantara perkara yang diatur di dalam syariat Islam adalah tentang masalah adab. Sangat

banyak hadits-hadits yang menerangkan tentang masalah adab, yang menunjukkan bahwa Islam

sangat memperhatikan masalah tersebut. Karena demikian pentingnya masalah adab, Allah q

berfirman;

9
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api

Neraka. Ali ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan;

Ajarkanlah adab kepada mereka dan ajarkanlah (ilmu agama) kepada mereka.

3. Adab-Adab Pribadi Muslim

1. Adab Berbicara
Setiap ucapan yang keluar dari lisan manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt,

karena itu setiap muslim harus berusaha menjaga lidahnya dengan memperhatikan adab-adab

dalam berbicara diantaranya :

Isi pembicaraan adalah kebaikan : Firman Allah : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan

pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (manusia)

bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang

siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya

pahala yang besar. (QS Al Nisa : 114), Dan Rasulullah saw. bersabda

( Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau

lebih baik diam. (HR Bukhari Muslim) Termasuk berbicaya yang baik adalah menghindari

mengucapkan yang bathil, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw :

Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah yang ia tidak

mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah keridhoan-Nya bagi

orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang

dimurkai Allah yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah mencatatnya yang demikian itu

10
sampai hari Kiamat. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah) Termasuk berbicara yang baik adalah

menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan sabda Rasulullah saw :

( Bukanlah seorang mumin jika suka mencela, melanat dan berkata-kata keji. (HR

Tirmidzi)

Termasuk berbicara yang baik adalah menghindari menceritakan aib orang dan saling

memanggil dengan panggilan yang buruk, berdasarkan firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)

boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan

pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela

dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-

buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak

bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS. al-Hujurat : 11)

2. Adab Bertamu

Islam sebagai agama yang sempurna sangat perhatian dengan tertatanya seluruh sisi kehidupan

manusia, di dalamnya termasuk tata cara bertamu. Berikut ini adab-adab bertamu menurut Islam.

A. Mengucapkan Salam Allah swt. berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian

memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada

penghuninya." (QS.AnNur ayat 27).


B. Mengucapkan Salam Tiga Kali Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga kali.

Tentunya, dengan rentang waktu yang tidak terlalu rapat. Abu Musa berkata: "Saya mendengar

Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga kali, bila diizinkan (silahkan masuk) dan bila

tidak diizinkan pulanglah kembali." (HR Muslim).

11
C. Meminta Izin Masuk Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan

terpuji. Dengan minta izin berarti sang tamu memberi kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu

menyambutnya. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan

rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS. Al Nur: 27)

Apabila tidak diizinkan, maka tamu harus kembali pulang, Allah berfirman : Dan jika dikatakan

kepadamu.Kembali (saja) lah. Maka hendaklah k.amu kembali. (QS. Al Nur : 28).
D. Membelakangi Pintu Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang

terbuka atau mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan salam.

Tapi, berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari halhal yang

tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah sambil menghadap

ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata: Seharusnya kamu

begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin hanyalah untuk menjaga

pandangan. (HR Abu Dawud) Bila telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak

boleh dilihat. Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki

sekitar.

3. Adab Menuntut Ilmu


Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, bahkan Islam memandang kedudukan

ulama/ilmuwan dengan pandangan mulia dan utama, mereka adalah orang yang paling takut

kepada Allah, dan itu adalah kedudukan puncak seorang hamba di mata tuhannya. Orang yang

menuntut ilmu, merurut Rasulullah saw., dikategorikan orang yang sedang berada di jalan Allah

(fii sabilillah) hingga ia kembali. Bahkan menuntut itu merupakan merupakan sarana bagi

pelakunya untuk masuk surga. Karena itulah ada beberapa adab yang harus diperhatikan oleh

setiap penuntut ilmu agar seluruh kemuliaan tadi dapat diraihnya.


A. Ikhlash hanya karena Allah semata. Menuntut ilmu termasuk aktifitas yang mulia, karena itu

niat dan motivasi penuntutnya harusnya benar-benar karena Allah, artinya yang ia cari adalah

12
ilmu dan itu dalam rangka mengamalkan perinta Allah dan Rasulullah, dan bukan untuk

kepentingan yang lain. Rasulullah saw. bersabda:

Setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai

dengan apa yang diniatkan (Muttafaq Alaih)

B.Memilih Teman yang Baik Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kita bahwa apabila kita

mau melihat seseorang, maka diantara ukurannya adalah dengan melihat temannya, apabila

temantemannya itu adalah orang baik, maka ada indikator bahwa dia adalah orang yang baik,

namun sebaliknya jika teman pergaulannya adalah orang yang tidak baik, maka hal itu adalah

indikator bahwa dia juga demikian. Hal ini karena hubungan pertemanan itu akan saling

mempengaruhi, sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

Perumpamaan teman duduk yang baik dan yang buruk itu ibarat penjual minyak wangi dan

pandai besi, dimana penjual minyak wangi itu bisa jadi akan menghadiahkannya kepadamu atau

engkau membelinya darinya atau minimal engkau dapat mencium bau harum darinya, sementara

jika engkau dekat dengan pandai besi bisa jadi bajumu akan terbakar atau minimal engkau akan

mendapatkan bau yang tidak sedap. (Muttafaq Alaih)


C. Menghormati Guru Seorang penuntut ilmu wajib menghormati guru/dosen yang telah

mengajarnya, wajib beradab dengan adab yang mulia, juga harus berterima kasih kepada guru

yang telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.


Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi

lebih baik sebagaimana yang diridhoi Allah swt.. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua

orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak

13
bertentangan dengan syariat agama. Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak

menghina atau mencacimaki guru, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak

menyayangi orang yang lebih muda. ( HR. Ahmad dan al Tirmidzi )


Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh

semangat, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Allah mudahkan baginya

dengannya jalan menuju syurga. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al Tirmidzi dan Ibnu

Majah)

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang

rapi, sebagaimana sabda Rasulullah saw : Sesungguhnya Allah itu indah dan suka kepada

keindahan.( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )

Adapun akhlaq kepada guru yaitu berupa etika dalam islam. Etika dapat didefinisikan

sebagai prinsip moral yang membedakan yang baik dan buruk. Etika adalah bidang ilmu yang

bersifat normative karena ia berperan menentukan apa yang dilakukan oleh seorang individu.

Etika adalah ilmu berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar dan salah, yang

baik dan buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat Dari beberapa definisi di atas penulis

dapat menyimpulkan bahwa etika adalah prilaku seseorang dalam menentukan sikap baik

maupun buruk dalam aktifitas kehidupan sehari-harinya.

. Al-Quran. Firman Allah :

14
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia

banyak menyebut Allah (Qs. Al-ahzab ayat 21).

Al-Hadist Rasulullah SAW Bersabda:


: :
( )
Artinya : Dari abu hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku diutus,

(tiada lain, kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia(H.R Malik)


Hadist ini menjelaskan bahwa rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia

disegala bidang. Rasulullah SAW juga merupakan seorang pedagang. Dalam berdagang

Rasulullah menjadi contoh langsung bagi pebisnis. Rasulullah dalam berdagang tidak hanya

terfokus terhadap keutungan semata tetapi mecontohkan prinsip-prinsip Islami agar tidak ada

pihak yang dirugikan.


Etika (Akhlaqiyyah). Keistimewaan yang lain dari syariah marketer selain karena teistis

(rabbaniyyah), juga karena mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek

kegiatanya. Sifat etis ini merupakan turunan dari sifat teistis diatas. Dengan demikian marketing

syariah adalah konsep yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa

pun agamanya. Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilaiyang bersifat universal, yang

diajarkan oleh semua agamanya. Untuk mencapai tujuan suci, Allah memberikan petunjuk

melalui para Rasulnya, Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia,

baik akidah, akhlak, (moral, etika), maupun syariah.


Dua komponen pertama, akidah dan akhlak (moral, etika) bersifat konstan, keduanya tidak

mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan syariah

senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf perbedaan manusia, yang berbeda-beda

sesuai dengan rasulnya masing-masing. Kesungguhan untuk senantiasa hidup bersih lahir batin

merupakan salah satu cara untuk meraih derajat kemuliaan disisi Allah SWT. Dalam Al- Quran

dituturkan:

15
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang

mensucikan diri.(QS al-Baqarah: 222)

5. Pentingnya Adab Bagi Manusia


Kata al-Attas, adab adalah suatu konsep kunci yang pada hakikatnya merupakan inti dalam

proses pendidikan Islam. Adab adalah sebuah metode dalam struktur konsepnya membimbing

beberapa unsur-unsur dalam diri manusia, seperti pengetahuan (ilm), amal (amal), pengajaran

(talim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).13 Menurut al-Attas, terserapnya adab dalam diri

akan melahirkan manusia beradab. Seterusnya akan melahirkan kepemimpinan yang adil dalam

menempatkan segala sesuatu pada tempat yang benar, selanjutnya ia akan senantiasa berusaha

memperbaik setiap aspek dirinya, masyarakatnya, negaranya ke tahap yang lebih baik sesuai

dengan tuntunan dari Allah SWT.


Selanjutnya, yang menariknya, dikatakan oleh al-Attas bahwa terserapnya adab dalam diri,

bukan sekedar menghasilkan manusia sebagai warga negara yang baik. Namun juga melahirkan

manusia yang baik secara individu. manusia yang baik yang dimaksud di sini adalah: Manusia

yang sadar insaf akan tangungjawabnya kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang senantiasa

disembah; yang memahami dan melaksanakan tangungjawabnya kepada diri sendiri. Dan kepada

masyarakat dengan adil dan yang senantiasa berusaha memperbaik setiap aspek dirinya ke tahap

yang lebih sempurna. Menurut penulis, keberadaan pembahasan adab sejalan dengan agama

Islam, ia menjadi salah satu inti dari ajaran Islam. Hal ini dikarenakan dalam adab terdapat

beberapa unsur penting yaitu: aqidah, ibadah, adab, dan muamalah, Ini semua tidak bisa dipisah-

pisahkan.
Selain itu, pentingnya adab bagi manusia karena adab menuntun manusia kepada tingkah

laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku buruk. Serta dapat mengatur, mengarahkan

manusia kepada fitrahnya yaitu menyembah dan taat kepada pancaran sinar petunjuk Allah SWT,

16
dengan adab yang benar niscaya manusia dapat menyelamat dirinya dari pikiran-pikiran dan

perbuatan-perbuatan yang keliru lagi menyesatkan. Dari itu pula, pemahaman yang benar

terhadap adab ini pula, dapat mennghaluskan budipekerti seseorang. Sehingga dapat dikatakan

semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tinggi pulalah budi pekertinya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad ibn Hambal. Lihat Wan Daud, Masyarakat Islam Hadari (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka, 2007), h. 152. 13 Al-Attas, Konsep Pendidikan h. 52-53, 74-75 dan 83.Syed

Muhammad Naquib
Al-Attas. Terj. dari Bahasa Inggris oleh Hamid Fahmi, M. Arifin Ismail dan Iskandar Arnel.

Bandung: Mizan, 2003 h. 60.


Al-Attas, Konsep Pendidikan, h. 61-62. 5 Wan Wan Mohd Nor Wan. Filsafat Dan Praktik

Pendidikan Islam.
Departemen Agama, Op.cit., h.156.
Kitab shahih al bukhari buku ajaran islam, 2013
Wahbah Az-Zuhaili, Enskilopedia Akhlak Muslim (Jakarta: Noura Books, 2014), h. v. 12
Uril Bahrudin, 2014 Adab Harian Muslim Universitas Islam Negri Malang

17

Vous aimerez peut-être aussi