Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui bahwa keadaan sakit ialah suatu cobaan yang ditimpakan
kepada kita atas dosa-dosa yang telah kita lakukan dalam kehidupan seharian. Dari hal yang
saya ketahui bahwa sakit adalah keadaan badan kita baik dalam fisik maupun jiwa, baik raga
maupun badan tidak dalam keadaan yang fit. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kita tidak
dapat melakukan kegiatan yang semestinya.

Dengan kita mengetahui adanya orang yang sakit kita manusia, bisa dikatakan
makhluk sosial harus saling membantu, sedangkan dalam islam di anjurkan untuk menjenguk.
Dengan memiliki rasa kepedulian antar sesama juaga dapat memperat tali persaudaraan antar
sesama. Dalam menjenguk tetangga, saudara, teman maupun siapa saja yang sakit tentu pun
ada adab dalam menjenguknya, hal tersebut dilakukan untuk memberi kesan yang sopan
dalam menjenguk orang yang sakit. Dalam hal tingkah laku dalam bersilaturahmi, islam tidak
hanya memilki ketentuan untuk adab dalam menjenguk orang sakit, tetapi islam juga
mengajarkan adab dalam berziarah, adab taziah, dan adab yan lain

Dilain hal apabila sebagian orang menganggap bahwa sakit ialah sebuah ujian,
cobaan, maupun azab. Lain halnya dengan pemahaman orang islam, orang-orang islam dalam
memahami bahwa sakit bukanlah sebuah cobaan, ujian, maupun azab tetapi sebuah
penghapusan dosa-dosa kecil yang telah kita lakukan.

Semua hal-hal yang telah saya jelaskan diatas akan saya jelaskan lebih rinci dan lebih
jelas dibawah ini. Dengan mengetahui hal ini, kami sekelompok dapat mengetahui bahwa
sangat dianjurkan untuk saling membantu sesama apabila saling membutuhkan. Semoga
wawasan ini dapat di pelajari dengan baik dan diamalkan dengan baik pula.

B. Rumusan masalah

1. Apa sajakah adab dalam menjenguk orang sakit?

1
2. Apa manfaat dari sakit bagi orang islam?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan adab dalam menjenguk orang sakit

2. Menyebutkan manfaat sakit bagi orang islam

D. Manfaat

Saya sangatlah berharap semoga makalah dapat menambah wawasan para pembaca,
selain hal tersebut, juga bermanfaat bagi semua kalangan yang membantu terbentuknya
makalah ini. Dan semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca dan pengarang akan
dapat mengambil hikmah dalam hal-hal dibawah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adab-adab bagi orang sakit
Syaikh Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani
Adab-Adab Bagi Orang Sakit
1. Selayaknya bagi yang terkena musibah baik yang terkena itu dirinya, anaknya atau
selainnya untuk mengganti ucapan mengaduh pada saat sakit dengan berdzikir, istighfar dan
taabbud (beribadah) kepada Allah, karena sesungguhnya generasi Salaf -semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka- tidak suka mengeluh kepada manusia, karena meskipun
mengeluh itu membuat sedikit nyaman, namun mencerminkan kelemahan dan
ketidakberdayaan sedangkan bila mampu bersabar dalam menghadapi kondisi sakit tersebut,
maka hal itu menunjukkan pada kekuatan pengharapan pada Allah dan kemuliaan.
2. Bagi orang yang sakit boleh untuk mengadu kepada dokter atau orang yang dapat
dipercaya tentang sakit dan derita yang dialaminya, selama itu bukan karena kesal maupun
keluh kesah.
3. Hendaknya meletakkan tangannya pada bagian yang sakit kemudian mengucapkan doa
dari hadits (yang shahih) seperti:

Dengan menyebut Nama Allah (tiga kali).


Kemudian mengucapkan sebanyak tujuh kali:
.

Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari keburukan apa yang aku
temui dan aku hindari. [HR. Muslim no. 2022 (67)]
4. Berusaha untuk meminta kehalalan atas barang-barang yang masih menjadi
tanggungannya, barang yang menjadi hutangnya atau yang pernah dirampas dari pemiliknya,
menuliskan wasiat dengan menjelaskan apa-apa yang merupakan miliknya, hak-hak manusia
yang harus dipenuhinya, juga wajib baginya untuk mewasiatkan harta-harta yang bukan
merupakan bagian dari warisannya, tanpa merugikan hak-hak warisnya.[1]
5. Tidak boleh menggantungkan jampi-jampi, jimat-jimat, dan semua yang mengandung
kesyirikan.[2]
Namun disyariatkan baginya untuk mengobati sakitnya dengan ruqyah dan doa-doa yang
disyariatkan (doa dari al-Qur-an dan as-Sunnah).[3]
6. Hendaknya bersegera untuk bertaubat secara sungguh-sungguh dengan memenuhi syarat-
syaratnya[4] dan senantiasa memperbanyak amalan shalih.
7. Bagi orang yang sakit hendaknya berhusnuzhzhan (berprasangka baik) kepada Allah dan
berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan menggabungkan antara takut dan
pengharapan, serta disertai amalan yang ikhlas. Hal ini berda-sarkan sabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam:

.

3
Janganlah seorang di antara (menginginkan) kematian kecuali dalam keadaan berprasangka
baik kepada Allah. [HR. Muslim no. 2877, Abu Dawud no. 3113]
Adab-Adab Bagi Orang Yang Menjenguk Orang Sakit:
1. Hendaknya dalam mengunjungi orang yang sakit diiringi dengan niat yang ikhlas dan
tujuan yang baik. Seperti misalnya yang dikunjunginya adalah seorang ulama atau teman
yang shalih, atau engkau mengunjunginya dalam rangka untuk beramar maruf atau
mencegah kemunkaran yang dilakukan dengan lemah lembut atau dengan tujuan memenuhi
hajatnya atau untuk melunasi hutangnya, atau untuk meluruskan agamanya atau untuk
mengetahui tentang keadaannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam:
.

Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah atau
di jalan Allah, akan ada yang menyeru kepadanya, Engkau telah berlaku mulia dan mulia
pula langkahmu (dalam mengunjunginya), serta akan kau tempati rumah di Surga. [HR. At-
Tirmidzi no. 2008, Ibnu Majah no. 1433, hasan. Lihat Misykaatul Mashaabih no. 5015 oleh
Imam al-Albani]
2. Hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi yang sesuai ketika hendak menjenguk.
Janganlah memberatkan orang yang dijenguk dan pilihlah waktu yang tepat. Jika orang yang
sakit dirawat di rumah hendaknya meminta izin terlebih dahulu sebelum menjenguknya,
mengetuk pintu rumahnya dengan pelan, menundukkan pandangannya, menyebutkan perihal
dirinya, dan tidak berlama-lama karena bisa jadi itu dapat membuatnya lelah.
3. Hendaknya orang yang menjenguk mendoakan orang yang sakit dengan kesembuhan dan
kesehatan. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

: .

Apabila beliau mengunjungi orang yang sakit, beliau berkata, laa ba-sa thahuurun insyaa
Allaah (tidak mengapa semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah). [HR. Al-
Bukhari no. 5656]
4. Mengusap bagian yang sakit dengan tangan kanan dan mengucapkan:

.

Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkau-
lah Yang Mahamenyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-
Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit. [HR. Al-Bukhari no. 5743
dan Muslim no. 2191 (46). Dan lafazh seperti ini berdasarkan riwayat Muslim]
5. Hendaknya menundukkan pandangan (tidak menatap dengan tajam), sedikit bertanya,
menunjukkan belas kasih kepada yang sakit, menasehatinya untuk senantiasa bersabar
terhadap penderitaan sakitnya karena hal itu mengandung pahala yang besar dan
mengingatkan agar tidak berkeluh kesah karena hal tersebut hanya akan menimbulkan dosa
dan menghilangkan pahala.
6. Apabila melihat orang yang tertimpa cobaan musibah dan penyakit hendaklah berdoa
dengan suara yang pelan untuk keselamatan dirinya, doa tersebut adalah:

.

Segala puji bagi Allah Yang menyelamatkan aku dari musibah yang Allah timpakan
kepadamu. Dan Allah telah memberikan kemuliaan kepadaku melebihi orang banyak. [HR.

4
At-Tirmidzi no. 3431 dan Ibnu Majah no. 3892. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no.
602]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki
Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H Maret
2006M]
_______
Footnote
[1]. Hal ini berdasarkan hadits:







Barangsiapa mengambil secara zhalim milik saudaranya berupa kehormatan barang atau
sesuatu, maka mintalah kehalalan darinya sekarang sebelum tiba hari dimana tidak
bermanfaat lagi Dinar dan Dirham (hari Kiamat). Jika dia mempunyai amal shalih, maka
amal shalihnya akan diambil sesuai kezhalimannya dan jika tidak ada amal shalihnya,
diambil dari dosa-dosa orang yang dizhalimi itu lalu dibebankan padanya. [HR. Al-Bukhari
no. 2449, 6534]
Dan hadits

.

Tiada hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang di dalamnya (harus)
diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua malam melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis
olehnya. [HR. Bukhari no. 2738, Muslim no. 1627, Abu Dawud no. 2862, Ibnu Majah no,
2702. Lihat Irwaa-ul Ghaliil no. 1652]-penj.
[2]. Sebagaimana hadits:
.

Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan kesyirikan. [HR.


Ahmad IV/156, al-Hakim IV/417. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 492]-penj.
[3]. Kata ruqyah, artinya adalah doa perlindungan yang biasa dipakai sebagai jampi bagi
orang sakit. Ruqyah dibolehkan dalam syariat Islam berdasarkan hadits Auf bin Malik di
dalam Shahih Muslim, beliau Radhiyallahu anhu berkata: Di masa Jahiliyyah kami biasa
melakukan ruqyah, lalu kami berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah? Maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam
menjawab: Lakukanlah ruqyah yang biasa kalian lakukan selama tidak mengandung
syirik.[HR. Muslim no. 2200]
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah yang dibolehkan:
Pertama, hendaklah ruqyah dilakukan dengan Kalamullah (al-Qur-an) atau Nama-Nya atau
Sifat-Nya. atau doa-doa shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam pada penyakit tersebut.
Kedua, hendaklah ia dilakukan dengan bahasa Arab.
Ketiga, hendaklah ia diucapkan dengan makna yang jelas dan dapat difahami.
Keempat, tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan ruqyah itu. Misalnya,
memohon pertolongan kepada selain Allah, berdoa kepada selain Allah, menggunakan nama
jin atau Raja-Raja jin dan semacamnya.

5
Kelima, tidak bergantung kepada ruqyah dan tidak menganggapnya sebagai penyembuh.
Keenam, kita harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan kekuatan sendiri, tetapi
hanya dengan izin Allah. [Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Doa dan
Wirid: Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut al-Qur-an dan as-Sunnah, keduanya karya
al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]-penj
[4]. Syarat-syarat taubat adalah sebagaimana yang dinukil dari perkataan Imam an-Nawawi
dalam kitabnya, Riyaadhush Shalihin bab at-Taubat hal. 33 (cet. Muassasah ar-Risalah th.
1418):
1. ( Harus benar-benar melepaskan diri dari kemaksiatan).
2. ( Menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya).
3. ( Berkeinginan keras untuk tidak mengulangi perbuatan itu untuk
selamanya).

B. Manfaat Sakit bagi orang Islam

Allah swt dengan sifat hikmah dan keadilan-Nya menimpakan berbagai ujian dan cobaan
kepada hamba-hamba-Nya yang beriman pada khususnya, dan seluruh makhluk pada
umumnya.
Di antara bentuk ujian dan cobaan itu adalah adanya berbagai jenis penyakit di zaman ini,
karena kemaksiatan dan kedurhakaan umat terhadap Allah swt dan Rasul-Nya saw. Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum: 41)
Islam adalah agama yang sempurna, yang menuntut seorang muslim agar tetap menjaga
keimanannya dan status dirinya sebagai hamba Allah swt.
Seorang muslim akan memandang berbagai penyakit itu sebagai:

1. Ujian dan cobaan dari Allah swt.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 2) dan Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al-Anbiya`: 35).

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata dalam tafsirnya tentang ayat ini: Kami menguji kalian,
terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Maka Kami
akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur (terhadap nikmat Allah swt), siapa
yang sabar dan siapa yang putus asa (dari rahmat-Nya). Sebagaimana perkataan Ali bin Abi
Thalhah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma: Kami akan menguji kalian dengan
kejelekan dan kebaikan, maksudnya yaitu dengan kesempitan dan kelapangan hidup, dengan
kesehatan dan sakit, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan halal dan haram, dengan
ketaatan dan kemaksiatan, dengan petunjuk dan kesesatan; kemudian Kami akan membalas
amalan-amalan kalian. Ujian dan cobaan akan datang silih berganti hingga datangnya
kematian.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? (Al-Baqarah: 214)

6
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: (Ujian yang akan datang adalah) berbagai penyakit,
sakit, musibah, dan cobaan-cobaan lainnya.
Bila demikian, maka sikap seorang muslim tatkala menghadapi berbagai ujian dan cobaan
adalah senantiasa berusaha sabar, ikhlas, mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa
Taala, terus-menerus memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Taala sehingga tidak
marah dan murka terhadap taqdir yang menimpa dirinya, tidak pula putus asa dari rahmat-
Nya.

2. Penghapus dosa.
Seandainya setiap dosa dan kesalahan yang kita lakukan mesti dibalas tanpa ada maghfirah
(ampunan)-Nya ataupun penghapus dosa yang lain, maka siapakah di antara kita yang
selamat dari kemurkaan Allah swt? Sehingga, termasuk hikmah dan keadilan Allah swt
bahwa Dia menjadikan berbagai ujian dan cobaan itu sebagai penghapus dosa-dosa kita.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. (Hud: 114)
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma, dari Nabi
saw beliau bersabda: Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran,
kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan
menghapus dengannya dosa-dosanya. (Muttafaqun alaih)
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94):
Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan
atau rasa sakit yang menimpamu, sampai pun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa
arti. Bahkan Allah swt akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan
menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-
daunnya. Ini merupakan nikmat Allah swt. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang
tertimpa musibah itu:
a. mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu
menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).
b. lupa (akan janji Allah swt), maka akan sesaklah dadanya sekaligus menjadikannya lupa
terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah swt.
Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi seseorang yang tertimpa musibah: beruntung dengan
mendapatkan penghapus dosa dan tambahan kebaikan, atau merugi, tidak mendapatkan
kebaikan bahkan mendapatkan murka Allah swt karena dia marah dan tidak sabar atas taqdir
tersebut.

3. Kesehatan adalah nikmat Allah swt yang banyak dilupakan.


Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, Rasulullah saw bersabda: Dua kenikmatan yang
kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Al-Bukhari)
Betapa banyak orang yang menyadari keberadaan nikmat kesehatan ini, setelah dia jatuh
sakit. Sehingga musibah sakit ini menjadi peringatan yang berharga baginya. Setelah itu dia
banyak bersyukur atas nikmat Allah swt tersebut. Itulah golongan yang beruntung. Jadi
sebaiknya kita selalu menjaga kesehatan dan bersyukur kepada Allah swt sehingga tidak lupa
akan nikmat ini. Nabi saw bersabda: jaga lima sebelum datang yang lima, salah satunya
yaitu sakit. Dan juga waktu luang yang diberikan Allah swt sebaiknya digunakan kepada
jalan yang benar dan bermanfaat, jangan dihabiskan kepada yang buruk dan membawa
mudharat baik bagi kita sendiri maupun orang lain. Wallahu aklam

7
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami katakan dari peryataan diatas ialah


bahwa seseorang mendapatkan sakit tidak hanya sebuah musibah,
meskipun dengan kita sakit badan merasa tidak enak, dan sangat sukar
melakukan kegiatan. Jadi kita sebagai manusia menerima apa adanya
saja. Apabila sakit kita jalani saja ambil hikmahnya, bila kita sehat ambil
hikamhnya pula.

B. Saran

Vous aimerez peut-être aussi