Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit yang berkaitan dengan otot adalah cedera otot. Cedera otot banyak
dialami mereka yang beraktivitas di dunia olahraga seperti atlet. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan orang biasa juga mengalami cedera otot saat berolahraga. Cedera ini
umumnya disebabkan karena kesalahan dalam berolahraga atau karena kecelakaan akibat
benturan dengan lawan seperti pemain sepakbola. Bisa juga disebabkan terjatuh dalam
posisi yang tidak baik, sehingga kaki atau tangan terkilir. Bila seseorang mengalami
cedera otot, otot akan mengalami peregangan.
Spain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan
atau stress yang berlebihan. Strain aadalah robekan mikroskopis tidak komplek dengan
perdarahan ke dalam jaringan. Pasien-pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak
dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric.
Oleh karena alasan tersebut diatas maka penulis tertarik membahas masalat
tersebut untuk dijadikan suatu makalah.

1.2 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, saya memperoleh bahan atau sumber-sumber
pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa
literatur yang ada. Kemudian saya saling menghubungkan satu sama lain dalam
pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat.

1.3 Sistematika Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang,, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Teoritis
Yang terdiri dari : Definisi, Anatomi fisiologi, Patofisiologi, Etiologi, Manisfestasi klinik,
Pemeriksaan Diagnostik, komplikasi, Penatalaksanaan, Patoflow Diagram serta Asuhan
keperawatan Teoritis pada strain dan spain.
BAB III: Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup
Yang terdiri dari : kesimpulan dan saran.

BAB II

Tinjauan Teoritis

2.1 Defenisi
1. Strain
Strain adalah otot atau tendon diregangkan atau robek. Tendon adalah jaringan
yang menghubungkan otot ke tulang. Memutar atau menarik jaringan ini dapat
menyebabkan ketegangan. Strain dapat terjadi tiba-tiba atau mengembangkan dari
waktu ke waktu. Strain otot punggung dan hamstring yang umum.
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, atau stress yang
berlebihan.
strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan di dalam
jaringan. (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
Strain adalah peregangan otot berlabihan atau tendon atau tidak stabil. Strain
kadang-kadang disebut sebagai otot menarik. seperti, mengangkat benda berat, dan
olahraga sering menimbulkan cedera ini.(donna, 6th edition)
Strain/ Regangan adalah berlebihan peregangan otot, lapisan fasia nya, atau
tendon. Kebanyakan strain terjadi pada kelompok otot besar termasuk punggung
bawah, betis dan paha belakang. Strain juga dapat diklasifikasikan sebagai tingkat
pertama (otot ringan atau sedikit menarik), tingkat kedua (sedang atau otot robek
pada tingkat menengah) dan derajat ketiga (robek parah atau pecah). (Lewis, Hal:
1585)
2. Sprain
sprain adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar. Fungsi ligament adalah mejaga stabilitas namun masih
memungkinkan mobilitas. (bruner & suddarth)
Sprain atau Terkilir adalah ligamen diregangkan atau robek. Ligamen adalah
jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi. Jatuh, memutar, atau mendapatkan
pukulan semua dapat menyebabkan keseleo. Ankle dan pergelangan tangan keseleo
yang umum. Gejala termasuk rasa sakit, bengkak, memar, dan tidak mampu
bergerak bersama Anda. Anda mungkin merasa robek saat cedera terjadi.
Strain adalah luka pada otot atau tendon dikarenakan penggunaan otot yang
berlebihan, tekanan yang terlalu besar, atau perenggangan yang berlebihan. Jaringan
otot yang mengalami hal tersebut sering terjadi perdarahan yang masuk ke dalam
tempat luka akibat robekan otot yang tidak komplit dan hanya kelihatan dengan
mikroskop.
Sprain/ Keseleo adalah cedera struktur ligamenteous sekitar sendi, biasanya
disebabkan oleh gerakan memutar. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan
kaki dan sendi lutut. Sprain diklasifikasikan menurut kerusakan ligamen. Tingkat
pertama (ringan) keseleo melibatkan hanya dalam beberapa serat sehingga nyeri
ringan dan pembengkakan minimal. Tingkat dua (menengah) adalah gangguan
parsial dari jaringan yang terlibat dengan lebih pembengkakan dan nyeri. Tingkat
tiga (berat) adalah robekkan ligamentum yang lengkap adalah asosiasi dengan
moderat untuk pembengkakan yang berat. Kesenjangan dalam otot dapat terlihat
atau teraba melalui kulit jika otot robek. Karena daerah diseluruh sendi kaya ujung
saraf, cedera dapat sangat menyakitkan. (lewis, hal: 1584)

2.2 Anatomi dan fisiologi


1. Sistem tulang
a) Fungsi tulang secara umum:
1) Formasi kerangka (penentu bentuk dan ukuran tubuh)
2) Formasi sendi (penggerak)
3) Perlengketan otot
4) Pengungkit
5) Menyokong berat badan
6) Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, seperti
otak, jantung dan paru)
7) Haemopoesis (pembentukan sel darah (red marrow)
8) Fungsi Imunologi: RES sumsum tulang membentuk limfosit B dan makrofag
9) Penyimpanan Mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow)
b) Fungsi tulang secara khusus:
1) Sinus-sinus paranasalis: menimbulkan nada pada suara
2) Email gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan
3) Tulang kecil telinga: mengkonduksi gelombang suara
4) Panggul wanita: memudahkan proses partus
c) Komposisi tulang:
1) Mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan)
2) Kalsium dan fosfat
d) Faktor Pertumbuhan Tulang
1) Herediter
2) Nutrisi
3) Faktor Endokrin
4) Faktor persarafan
5) Faktor mekanis
6) Penyakit-penyakit
e) Tulang berdasarkan bentuknya
1) Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar,
contohnya os humerus
2) Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ketiga ukurannya kira-kira sama
besar, contohnya ossa carpi
3) Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yang ukuran lebarnya terbesar,
contohnya os parietale
4) Ossa irregular (tulang tak beraturan), contohnya os sphenoidale
5) Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contohnya os maxilla
f) Sel penyusun tulang
1) Osteoblast (pembentukan tulang): Menghasilkan jaringan osteosid dan
mengeksresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam
matrix tulang
2) Osteosit : Sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat
3) Osteoclast (penghancuran tulang): sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral
dan matrix tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzym proteolitik yang memecah
matrix menjadi mineral tulang, tulang kalsium fosfat terlepas kedalam darah.
2. Sistem muskulus
a) Sistem otot terdiri dari : Otot, Fascia, Tendon
1) Tendon ; jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang
2) Fascia ; jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau pembungkus otot,
saraf dan pembuluh darah.
3) Otot membentuk 43% berat badan; > 1/3-nya merupakan protein tubuh dan
setengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
4) Proses vital di dalam tubuh (seperti. Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh
darah, bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot
5) Fungsi otot adalah Sebagai alat gerak aktif, Menyimpan cadangan makanan,
Memberi bentuk luar tubuh
b) Tipe jaringan otot
1) Otot polos
memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh
(viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap
kelelahan
2) Otot rangka/ otot serat lintang
memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter),
melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS), sumber
energi dari metabolisme aerobik dan anaerobik, awal kontraksi cepat,
mengalami tetani dan cepat lelah
3) Otot jantung
memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES
& RS, sumber energi dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak
mengalami tetani, dan tahan terhadap kelelahan
c) fungsi sistem otot rangka
1) Menghasilkan gerakan rangka.
2) Mempertahankan sikap dan posisi tubuh.
3) Menyokong jaringan lunak.
4) Menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem tubuh.
5) Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot: energi menjadi panas.
d) Mekanisme gerakan otot
1) Otot yang dapat menggerakkan rangka adalah otot yang melekat pada
rangka.
2) Garis-garis gelap dan terang pada otot rangka adalah miofibril yang
merupakan sumber kekuatan otot dalam melakukan gerakan kontraksi,
karena massa utamanya adalah serabut.
3) Setiap miofibril tersusun atas satuan-satuan kontraktil yang disebut
sarkomer. Garis gelap disebut zona Z sedangkan garis terang disebut zona
H.
1) Zona Z merupakan bagian tumpang tindih dua molekul protein filamen
otot, yaitu aktin dan miosin. Protein otot yang tersusun atas aktin dan
miosin disebut aktomiosin. Protein kompleks inilah yang merupakan
komponen terbesar dari bahan penyusun otot.
4) Pada saat serabut otot berkontraksi terjadilah perubahan panjang zona Z dan
zona H. jika otot berkontraksi maksimum, ukuran otot dapat 20 % lebih
pendek dari ukuran saat berelaksasi

2.3 Patofisiologi
1. Strain
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact)
atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah
yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan
daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
2. Sprain
Kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong /
mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi
pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga
(sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga
dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi peredaan.

2.4 Etiologi
1. Strain
Ada dua jenis strain: akut dan kronis. Strain akut terjadi ketika otot menjadi
tegang atau menarik - atau bahkan mungkin merobek - ketika membentang biasa
jauh atau tiba-tiba.
Strain akut sering terjadi dengan cara berikut:
Tergelincir di atas es
Berlari, melompat atau melempar.
Mengangkat benda berat atau mengangkat dalam posisi canggung
Sebuah hasil regangan kronis berkepanjangan, gerakan berulang dari otot. Hal ini
bisa terjadi pada pekerjaan atau selama olahragaSprain
Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak sengaja serta meliputi pukulan,
tendangan, trauma, gerakan menjepit, dan gerakan memutar
Sprain terjadi ketika bekerja terlalu berat atau robek ligamen sementara sangat
menekankan sendi. Terkilir sering terjadi dalam situasi berikut:
Ankle. Berjalan atau berolahraga pada permukaan yang tidak rata.
Knee. Berputar selama kegiatan atletik
Wrist. Mendarat di sebuah uluran tangan saat jatuh
Thumb. Ski atau bermain raket olahraga, seperti tenis

2.5 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis strain dan sprain sama termasuk rasa sakit, edema, penurunan
fungsi dan memar. Nyeri diperparah pada saat melakukan aktivitas. Edema berkembang
di daerah luka karena perdarahan kecil dalam jaringan dan respon inflamasi lokal
berikutnya. Biasanya pasien akan menceritakan riwayat luka trauma, mungkin dari
inversi atau memutar, atau kegiatan olahraga baru-baru ini. (lewis, hal: 1585)
Sprain ringan dan strain biasanya membatasi diri/istirahat, dengan aktivitas
kembali dalam waktu 3 sampai 6 minggu. Sinar-X dilakukan pada bagian yang terkena
untuk menentukan pelebaran fraktur struktur sendi. Sprain/keseleo dapat menghasilkan
facture avulsi bersamaan, di mana ligamentum menarik longgar fragmen tulang. Atau,
struktur sendi dapat menjadi tidak stabil dan mengakibatkan subluksasi atau dislokasi.
Pada saat injury time, hemarthrosis (perdarahan ke dalam ruang sendi atau rongga) atau
gangguan pada selaput cairan sendi dapat terjadi. strain mungkin memerlukan operasi
perbaikan dari otot, tendon atau fasia sekitarnya. (Lewis, hal:1585)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. X-ray dapat membantu menyingkirkan fraktur atau cedera tulang lainnya sebagai
sumber masalah.
b. Magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat digunakan untuk membantu
mendiagnosa luasnya cedera.

2.7 Komplikasi
1. Strain
a. Strain dapat berulang
b. Tendonitis
c. Perioritis
2. Sprain
a. Disklokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan
sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan
tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen
ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan
parut secara berlebihan).

2.8 Penatalaksanaan
Perawatan manajemen-sprain and strain:
1. Promosi kesehatan
Pemanasan otot sebelum berolahraga dan sebelum aktivitas kuat diikuti
dengan peregangan secara signifikan dapat mengurangi risiko Sprain dan strain.
Kekuatan, keseimbangan, dan daya tahan latihan juga penting. Penguatan latihan
melibatkan bekerja terhadap resiko perlawanan. Latihan-latihan ini membangun
kekuatan otot dan kepadatan tulang. Keseimbangan latihan, yang mungkin tumpang
tindih dengan beberapa penguatan latihan, membantu untuk mencegah jatuh. Latihan
ketahanan harus dimulai pada tingkat rendah dan maju secara bertahap ke tingkat
aktivitas berat.
Penggunaan perban elastis atau kain perekat sebelum memulai aktivitas kuat
dapat mengurangi terjadinya Sprain. (leuwis, hal:1585)
2. intervensi akut
Jika terjadi cedera, perawatan segera berfokus pada (1) menghentikan
kegiatan dan membatasi gerakan (2) menerapkan es kompres ke daerah luka, (3)
mengompresi pada ekstremitas (4) mengangkat ekstremitas dan (5) memberikan
analgesia yang diperlukan .
RICE (rest, ice, compression, elevation) telah ditemukan untuk mengurangi
peradangan lokal dan nyeri untuk sebagian besar cedera muskuloskeletal. Gerakan
harus dibatasi dan ekstremitas beristirahat segera setelah nyeri dirasakan. Dingin
(cryotherapy) dalam beberapa bentuk dapat digunakan untuk menghasilkan
hipotermia ke bagian yang terkena. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan
lunak sebagai akibat dari penggunaan dingin termasuk vasokonstriksi dan
pengurangan transmisi dan presepsi impuls nyeri saraf. Perubahan ini
mengakibatkan analgesia dan anasthesia, pengurangan kejang otot tanpa perubahan
kekuatan otot atau ketahanan, pengurangan edema lokal dan peradangan, dan
penurunan kebutuhan metabolik lokal. Dingin yang paling berguna ketika diterapkan
segera setelah cedera telah terjadi. Tindakan Ice tidak boleh melebihi 20 sampai 30
menit per Tindakan dan es tidak boleh diletakkan secara langsung pada kulit.
Kompresi juga membantu membatasi pembengkakan, jika cidara dibiarkan
tidak terkendali, bisa memperpanjang waktu penyembuhan. Sebuah kompresi perban
elastis dapat melilit bagian cidera, perban harus dibungkus mulai distal (pada titik
terjauh dari garis tengah tubuh) dan kemajuan proksimal (ke arah garis tengah
tubuh tersebut) .
Bagian yang cedera harus ditinggikan di atas tingkat jantung untuk
membantu memobilisasi kelebihan cairan dari daerah dan mencegah edema lebih
lanjut. Bagian yang cedera harus ditinggikan bahkan saat tidur. Analgesik ringan
dan nonsteroid antiinflamation drugs (NSAID) dapat menjadi mengelola
ketidaknyamanan pasien.
Setelah fase akut (biasanya 24 sampai 48 jam), hangat, lembab panas
dapat dilakukan pada bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan
memberikan kenyamanan. Aplikasi panas tidak boleh melebihi 20 sampai 30 menit
memungkinkan "cool-down" waktu antara pelaksanan. NSAID dapat
direkomendasikan untuk mengurangi rasa sakit edema. mendorong pasien untuk
menggunakan anggota badan, asalkan sendi dilindungi dengan cara casting, bracing,
taping, atau splinting. Gerakan sendi mempertahankan nutrisi untuk tulang rawan,
dan kontraksi otot dan meningkatkan resolusi sirkulasi dari memar dan
pembengkakan. (leuwis, hal:1585)
3. Ambulasi dan perawatan di rumah
Dengan pengecualian perawatan di departemen gawat darurat rumah sakit
setelah cedera, Sprain dan strain diperlakukan dalam pengaturan rawat jalan.
Anjurkan pasien menggunakan es dan mengangkat lokasi cidera selama 24 sampai 48
jam setelah cedera untuk mengurangi edema. Penggunaan bungkus elastis dapat
memberikan dukungan tambahan selama kegiatan.
(lewis, hal:1585, 1586

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Pengkajian
a) Biodata :
a. Identitas klien mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, nomor medik, status,diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien dan alamat.
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
2. Riwayat penyakit sekarang : Bagian ini menguraikan keluhan pertama yang
muncul secara kronologis meliputi faktor yang
mencetuskan memper inginkangejala, kualitas, lokasi penyebaran, upaya yang
dilakukan serta waktu dirasakannya keluhan, durasi dan frekuensi. Dengan
menggunakan alat bantuyang mencakup PQRST :
P = Provokative palliative Merupakan hal atau faktor yang pencetus terjadinya
penyakit, hal yang memperberat atau memperingan, nyeri yangdirasakan biasanya
bertambah bila klien berjalan,P
Q = Quality Quantity Qualitas dari suatu keluhan Atau penyakit yang
dirasakan.
R = Region Radition, Region adalah daerah atau tempat dimana keluhan
dirasakan
S = Skala Quantity Region Radition Scale.
T = time; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya
3. Riwayat penyakit dahulu : Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang
kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi
seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, tanyakan juga tentang
riwayat penyakit menular dan atau penyakit keturunan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada tahap ini dikaji tentang riwayat kesehatan
keluarga, adakah dalam keluarga yang mengalami penyakit sama dengan klien saat
ini dan atau riwayat penyakit keturunan.
c). Pemeriksaan Fisik ( Dari kepala sampai ujung Kaki ) dengan
menggunakan IPPA : Terdapat 4 teknik pengkajian yang secara universal diterima
untuk digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera
penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman.

Pemeriksaan Fisik Meliputi :


a. Keadaan umum: Kaji tingkat kesadaran GCS kehilangan sensasi, susunan saraf
dikaji Nevrus I-XII gangguan penlihatan, gangguan ingatan Mengkaji tanda-tanda
vital.
b. Kesadaran: Bisa composmentis sampai mengalami penurunan kesadaran
kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji I-XII gangguan penglihatan, gangguan
ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami
penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.
c. Vital sign : untuk mengetahui tanda-tanda vital mislanya suhu,tekanan
darah,nadi,pernapasan.dan sebagainya.
d. Kepala
1) Inspeksi: Kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna dan distribusi rambut pada
kulit kepala.
2) Palpasi: Keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala massa, pembengkakan, nyeri
tekan
e. Mata
1) Inspeksi: Bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit, keluasan mata membuka,
konjungtiva dan sclera, warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya,
gerakan mata, lapang pandang (visus).
2) Palpasi: Tekanan bola mata, nyeri tekan.
f. Telinga
1) Inspeksi: Telinga luar (bentuk, warna, masa).
2) Palpasi: Jaringan lunak, jaringan keras, tragus.
g. Hidung dan sinus-sinus
1) Inspeksi: Bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan lubang hidung.
2) Palpasi: Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus
frontalis.
h. Mulut dan Faring
1) Inspeksi: Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah, selaput lendir
mulut, faring.
2) Palpasi: Pipi, palatum, dasar mulut, lidah.
i. Leher
1) Inspeksi: Bentuk kulit, tiroid.
2) Palpasi: Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.
j. Pengkajian Dada dan Paru-Paru
a. Inspeksi: Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, keadaan kulit.
b. Palpasi: Keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan, masa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi, vibrasi yang dapat teraba.
c. Perkusi: Bunyi perkusi paru normal disebut sonor.
d. Auskultasi: Mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura menggunakan
stetoskop.
k. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Ketidaknormalan denyut atau dorongan
2) Palpasi: Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau
tidaknya pulsasi.
3) Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
4) Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan
dengan lup dup
l. Pengkajian Abdomen
1) Inspeksi: Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen, kontur
permukaan abdomen, adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
2) Palpasi: bentuk, ukuran, konsistensi organ, dan struktur di dalam abdomen.
3) Perkusi: mendengar atau mendeteksi adanya gas, cairan, atau masa di dalam
abdomen.
4) Auskultasi: mendengar dua suara abdomen yaitu bising usus (peristaltic).
m. Pengkajian Alat Kelamin
a. Alat Kelamin Pria
1) Inspeksi: Rambut pubis, penyebarannya dan pola pertumbuhannya, kulit,
ukuran, adanya kelainan lain yang tampak pada penis, inspeksi skrotum
dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau
nodular.
2) Palpasi: Nyeri tekan, benjolan, kemungkinan adanya cairan kental yang
keluar, palpasi skrotum dan testis, perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk,
dan kelicinannya. Testis normal (teraba elastic, licin, tidak ada benjolan
atau masa). Palpasi epididimis dari pucuk testis kebelakang. Normalnya
(lunak). Palpasi saluran sperma yang terasa lebih keras daripada
epididimis.
b. Alat Kelamin Wanita
1) Inspeksi: Amati rambut pubis, distribusi dan jumlahnya, amati kulit dan
area pubis, buka dan amati labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus
uretra.
2) Palpasi: Meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan.
Palpasi serviks dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitas,
mobilitas dan nyeri tekan.
n. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal (Otot, Tulang dan Persendian)
1) Otot
a. Inspeksi: Ukuran, amati otot dan tendon.
b. Palpasi: Tonus otot, kelemahan (flaksiditas).
2) Tulang
a. Inspeksi: Amati susunan tulang dan deformitas
b. Palpasi: Edema atau nyeri tulang.
3) Persendian
a. Inspeksi: Amati untuk mengetahui adanya gangguan persendian.
b. Palpasi: Nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodular.

Pengkajian Fungsional
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : Pada pasien dengan kasus
amputasi jadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak amputasi sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan
yang benar dan mudah dimengerti pasien.Bagaimana ekspresi hati dan perasaan
klien, tingkah laku yang menonjol, suasana yang membahagiakan klien, stressing
yang membuat perasaan klien tidak nyaman,
b. Pola Istirahat Dan Tidur : Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit
tidur, yang mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal
yang menyebakan klien mudah terbangun?
c. Aktivitas Lain : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan
klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal. Gejala :
kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise. Tanda : Kelemahan otot, kehilangan
tonus, penurunan rentang.
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi: Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu
makan selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan makanan?, Kesulitan
menelan, mengunyah, mual, anoreksia.
e. Pola Eliminasi: Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi,
Incontinentia,frekuensi, BAB dan BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang
dialami klien ?
f. Pola kebersihan diri-Personal Hygiene : Mengkaji status kebersihan mulai
rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.
g. Pola hubungan dan peran : Gejala : kesulitan menentukan kondisi.Tanda :
Tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
h. Pola persepsi : Dan konsep diri : Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh
akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual : Dan reproduksi.: Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh
darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan : Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta amputasi dapat menghambat klien dalam
melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

System persarafan.
1. Nevrus 1 (1) Olfaktori (penciuman)
2. Nevrus II (2) Optic (penglihatan)
3. Nevrus III (93) Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
4. Nevrus IV(4) Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
5. Nevrus V (5) Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahan
6. Nevrus VI(6) Abdusen (gerak bola mata menyamping
7. Nevrus VII (7) Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
8. Nevrus VIII (8) Oditori (pendengaran)
9. Nevrus IX (9) Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan,
gerak lidah)
k. Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
l. Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
m. Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

Pemeriksaan Diagnostik
1. X-ray : Untuk mendeteksi avulsion tulang.
2. MRI: Menunjukkan avulsi dan - atau kerobekan midsubstance.

Vous aimerez peut-être aussi