Vous êtes sur la page 1sur 18

LAPORAN KASUS

DROWNING

DISUSUN OLEH :
Aji Pramana (61111035)
Ismail Abdillah (61112110)
Rycardo Pratama (61112040)
Lidwina Nislili Manao (61112057)
Intan Delima Rizki (61112064)
Dyas Ayu Nastiti (61112013)
Mustika Rahmadianti (61112063)
Yessy Rahma Fadila (61112031)
Rani Marlyani (61112053)
Nova Ayu Sriwirawan (61112105)

PEMBIMBING
dr. Rahmawati

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul DROWNING. Di
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Rahmawati selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan ini.

Penulisan juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.

Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.

Medan, 20 Juli 2016

BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan World Health Organization (WHO), 0,7% kematian di dunia atau


500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. Tenggelam merupakan
penyebab utama kematian didunia diantara anak laki-laki berusia 5- 14 tahun. Di amerika
serikat, tenggelam merupakan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kecelakaan
diantara anak-anak usia 1 sampai 4 tahun, dengan angka kematian rata-rata 3 per 1000 orang.
Berdasarkan definisi terbaru dari WHO pada tahun 2002, tenggelam merupakan suatu proses
gangguan respirasi yang disebabkan subumersi atau imersi oleh cairan. Sebagian besar
korban tenggelam hanya mengisap sebagian kecil air dan akan baik dengan sendirinya.
Kurang dari 6 % dari korban tenggelam membutuhkan perawatan medis dirumah sakit. Jika
korban tenggelam diselamatkan secepatnya maka proses tenggelam selanjutnya dapat dicegah
yang berarti tidak akan menjadi fatal. 1

Tenggelam merupakan salah satu kematian yang disebabkan oleh asfiksia. Kematian
karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar, sehingga tidak jaranmg
dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi/penyidik untuk membantu memecahkan kasus-
kasus kematian karena aspiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar.
Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup.
Jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini merupakan penyebab kematian
jika kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika bertahan lebih dari 24 jam setelah
tenggelam memperlihatkan adanya pemulihan telah terjadi ini disebut near drowning.
Penelitian pada akhir tahun 1940-an hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian
disebabkan adanya gangguan elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang
menyebabkan aritmia jantung akibat masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi
melalui paru-paru. 2,3

Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara langsung


maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada di bawah
pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsi. Pembunuhan dengan cara
menenggelamkan jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa
dapat terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal
hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena
tenggelam. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang
jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun
ke air. 4
BAB II
LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
(Departement of Forensic Medicine, Faculty of Medicine, University of
Mataram)
Jl. Pendidikan No.37 Mataram 83625

SMF Kedokteran Forensik Klinik RS. Bhayangkara

Nomor : VER-12 /12/2012. Mataram, 12 Desember 2012


Perihal : Hasil Pemeriksaan Luar korban
atas nama Tri Subagio.-
Lampiran : -

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
Nomor:

Berhubung dengan surat saudara ___________________ pangkat _____________,


NRP _______, Nomor Polisi_________________, tertanggal dua belas desember dua ribu
dua belas, maka kami yang bertanda tangan dibawah ini dokter ________________, dokter
pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik _________________ menerangkan bahwa
memang benar pada tanggal dua belas desember dua ribu dua belas pukul sebelas lewat lima
belas menit Waktu Indonesia Tengah di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram telah diperiksa korban, yang berdasarkan surat tersebut :
Nama : Tri Subagio----------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki - Laki-----------------------------------------------------------------
Usia : Tujuh belas Tahun--------------------------------------------------------
Agama : Islam------------------------------------------------------------------------
Kewarganegaraan : Indonesia-------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar SMA---------------------------------------------------------------
Alamat : Dasan Agung, Mataram--------------------------------------------------
Korban diduga mengalami kecelakaan karena tenggelam.----------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN
1. Jenasah ditemukan dipintu saluran air dusun aik nyet desa buwun sejati, kecamatan
Narmada kabupaten lombok barat pada hari rabu tanggal dua belas desember dua ribu
dua belas pukul enam waktu indonesia bagaian tengah. Korban terakhir terlihat pada hari
rabu tanggal sembilan desember dua ribu dua belas pukul sebelas lewat tiga puluh menit
waktu indonesia bagian tengah.---------------------------------------------------------------------
2. Pada Korban dilakukan pemeriksaan :-------------------------------------------------------------
Identitas umum jenasah :
a. Jenis kelamin : Laki-laki. -----------------------------------------------------------
b. Umur : kurang lebih tujuh belas tahun.----------------------------------
c. Berat badan : kurang lebih enam puluh lima kilogram.-----------------------
d. Tinggi badan : seratus tujuh puluh tiga sentimeter.-------------------------------
e. Warna kulit : sawo matang.--------------------------------------------------------
f. Ciri rambut : warna hitam, lurus, dan pendek.----------------------------------
g. Keadaaan gizi : keadaan gizi cukup.-----------------------------------------------
Identitas khusus jenasah :
a. Tato : tidak ada.-----------------------------------------------------------------------
b. Tahi lalat : tidak ada.------------------------------------------------------------------
c. Tanda lahir : tidak ada.---------------------------------------------------------------
d. Cacat fisik : tidak ada. ---------------------------------------------------------------
e. Penutup jenasah : terdapat tiga lapisan penutup jenasah. Lapisan pertama
kantong jenasah berwarna hitam bertuliskan BASARNAS. Lapisan kedua
kantong jenasah berwarna hitam bertuliskan BASARNAS. Lapisan
ketiga penutup jenasah berwarna biru bercampur dengan orange--------------
f. Label jenasah : tidak ada.------------------------------------------------------------
g. Pakaian : Jenasah tidak menggunakan pakaian.celana berwarna coklat muda
sedangkan celana dalam berwarna abu.--------------------------------------------
h. Benda di samping jenasah :
1. Terdapat seutas tali tambang pada lapisan kedua penutup kantong
jenasah.----------------------------------------------------------------------------
2. Terdapat rumput-rumput pada sekitar tubuh jenasah. Rumput tersebut
berwarna hijau.--------------------------------------------------------------------
Kondisi Kematian
a. Kaku mayat : tidak ada ----------------------------------------------------------------------
b. Lebam mayat : terutama ditemukakan pada bagian kepala jenasah.-------------------
c. Pembusukan : kulit berwaran hijau kebiruan dan terkelupas.---------------------------
Pemeriksaan Luar jenasah :
Daerah berambut : warna rambut hitam. Panjang rambut bagian depan adalah
dua puluh satu sentimeter. Panjang rambut bagian belakang adalah dua puluh satu
sentimeter. Panjang rambut bagian tengah dan samping adalah dua sentimeter.----
Wajah : Ditemukan wajah membengkak dan berwarna kehitamam. Terdapat luka
terbuka pada dahi sebelah kanan. Bagian teratas luka adalah tiga sentimeter dari
garis pertengahan kepala bagian depan dan tujuh sentimeter dari garis yang
melewati pertengahan kedua mata. Bagian terbawah luka adalah enam sentimeter
dari garis pertengahan kepala bagian depan dan empat sentimeter dari garis yang
melewati pertengan kedua mata. Bagian terkiri luka adalah empat sentimeter dari
garis pertengahan kepala bagaian depan dan tujuh koma lima sentimeter dari garis
yang melewati pertengahan kedua mata sedangkan bagian terkanan luka adalah
lima sentimeter dari garis pertengahan kepala bagaian depan dan tujuh sentimeter
dari garis yang melewati pertengahan kedua mata. Luka berukuran tiga sentimeter
dan satu sentimeter. Garis batas luka bentuknya tidak teratur, tepi luka tidak rata
rata. Luka memiliki dua sudut, Tebing luka tidak rata dan terdiri dari jaringan
kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot. Jembatan jaringan tidak ada. Dasar luka
terdiri dari jaringan lemak dan dasar luka berwarna kemerahan. Daerah di sekitar
luka tidak didapati memar.
Mata : kedua bola mata menonjol. Selaput kelopak mata tertutup, tidak ada tirai
mata. Pada celah mata kanan dan kiri keluar cairan bening berwarna kemerahan.
Hidung : berwarna kehitamam. Tidak ada keluar darah atau cairan pada hidung.
Telinga : tidak ada luka atau kelaianan.
Mulut : mulut membengkak berwarna kehitamam.lidah sedikit menjulur dan
tergigit oleh gigi.
Gigi geligi : jumlah gigi lengkap. Susunan gigi teratur. Tidak ada kelainan khas
yang ditemukan.
Leher : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.
Bahu : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.
Dada : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.terdapat kulit yang
mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam kehijauan.

Punggung : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya.terdapat kulit yang


mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam kehijauan.

Perut : perut sedikit membengkak. tidak ditemukan luka atau kelaianan


lainnya.terdapat kulit yang mengelupas pada dada dan berwarna sedikit hitam
kehijauan.
Bokong : tidak ditemukan luka atau kelainan lainnya.
Dubur : tidak ditemukan luka atau kelaianan lainnya. Keluar kotoran berwarna
kekuningan dari dubur.
Anggota gerak atas : tidak ditemukan luka atau kelainan.
Anggota Gerak bawah : ditemukan luka menyembuh pada betis kanan bagian
luar. Luka berukuran empat sentimeter dan dua sentimeter.
Bagian tubuh lainnya : penis telah disunat. Buah zakar membengkak.

3. Pada korban tidak dilakukan tindakan pemeriksaan dalam.


4. Jenasah dibolehkan diambil oleh keluarga tanggal dua belas desember dua ribu dua belas.

Pemeriksaan dalam jenazah :


1. Rongga kepala :

a. Kulit kepala bagian dalam : Tidak ditemukan resapan darah.

b. Tengkorak : Tidak ada kelainan.

c. Selaput keras otak : Tidak terdapat perdarahan di atas selaput keras otak. Selaput
keras otak tidak menunjukkan kelainan.

d. Selaput lunak otak : Tidak ada kelainan.

e. Otak

- Otak besar : membubur.


- Otak kecil : membubur.

- Batang otak : membubur.

2. Leher dan lidah bagian dalam :

a. Kulit bagian dalam : warna biru.

b. Tenggorokan : terdapat lumpur, pasir, dan rumput air.

c. Kerongkongan : Tidak ada kelainan.

d. Kelenjar gondok : Tidak ada kelainan.

e. Tulang rawan lidah : Tidak ada kelainan.

f. Tulang rawan cincin : Tidak ada kelainan.

3. Dada :
a. Jaringan bawah kulit : tidak ditemukan kelainan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
b. Rongga dada :. pada dinding dada ditemukan lebam mayat warna merah gelap tidak
hilang dengan penekanan, tidak ditemukan darah dalam rongga dada.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Otot dinding dada : Tidak ada resapan darah.---------------------------------------------
- Tulang dada : Tidak ada patah.
- Tulang rusuk : Tidak ada patah.-------------------------------------------------------------
c. Paru :
- Paru kanan : Terdiri atas tiga bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat enam ratus lima puluh gram, panjang dua puluh satu
sentimeter, lebar empat belas sentimeter, dan tinggi dua
sentimeter.----------------------
- Paru kiri : Terdiri atas dua bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat empat ratus lima puluh gram, panjang dua puluh dua
sentimeter, lebar empat belas koma lima sentimeter, dan tinggi dua koma lima
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------------
d. Jantung :. Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat pucat,
perabaan kenyal. Berat jantung dua ratus tujuh puluh gram, panjang tiga belas
sentimeter, lebar dua belas sentimeter, dan tinggi tiga koma lima sentimeter.
- Jantung kanan : Katup antara serambi dan bilik kanan terdiri dari tiga katup, tidak
ada kelainan. Ukuran lingkar katup dua belas sentimeter, katup pembuluh nadi
paru enam sentimeter. Tebal otot bilik kanan jantung enam millimeter. Tidak
terdapat resapan darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi
kanan.Pada irisan mengeluarkan banyak cairan.------------------------------------------
- Jantung kiri : Katup antara serambi dan bilik kiri terdiri dari dua katup, tidak ada
kelainan. Ukuran lingkar katup sepuluh sentimeter, katup batang nadi enam
setengah sentimeter. Tebal otot kiri jantung tiga belas milimeter. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat, sekat jantung tidak ada kelainan. Tidak terdapat resapan
darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi kanan.Pada irisan
mengeluarkan banyak cairan.----------------------------------------------------------------
- Sekat rongga dada : Ditemukan dua luka tembus pada sekat rongga dada,
berbentuk bulat dengan tepi tidak rata.----------------------------------------------------

4. Rongga perut

- Dinding bagian perut dalam: terdapat daerah pembusukan berwarna hijau


kehitaman pada dinding perut kanan bawah. Tidak terdapat darah dalam rongga
perut.-----------------------------

- Tirai usus: menutupi sebagian besar usus, berwarna hijau kehitaman-----------------

- Usus halus, usus besar, usus buntu mengalami pembendungan, pada irisan
mengalami banyak cairan--------------------------------------------------------------------

- Hati:mengalami pembendungan, berwarna pucat, permukaan rata, tepi tajam,


perabaan padat dan lunak, berat seribu dua ratus lima puluh gram, panjang dua
puluh tujuh sentimeter, lebar dua belas sentimeter, tebal tiga koma dua sentimeter.
Pada pengirisan tidak ada kelainan------

- Lambung mengalami pembendungan, berwarna pucat, permukaan licin, tepi rata,


perabaan kenyal, panjang lengkung besar empat puluh lima sentimeter, panjang
lengkung kecil dua puluh sentimeter. Dinding dalam lambung licin dan rata. Berat
dua ratus lima puluh gram. Pada pengirisan keluar sedikit cairan berwarna
kekuningan.-----------------------------------------

- Limpa tampak pucat, berat enam puluh gram, panjang sembilan sentimeter, lebar
enam sentimeter, tebal dua sentimeter, pada pengirisan tidak tampak kelainan------
- Ginjal:------------------------------------------------------------------------------------------
- Kanan: Tampak pembendungan,berat delapan puluh lima gram , permukaan
licin, panjang dia belas sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tinggi dia koma
sembilan sentimeter, perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas,
warna pucat, pada pengirisan tidak tampak kelainan---------------------------

Kiri: berat tujuh puluh lima gram , permukaan licin, panjang sepuluh koma tujuh
sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi dua koma sembilan sentimeter,
perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas, warna pucat, pada
pengirisan tidak tampak kelainan.----------------

5. Rongga panggul:

- Kandung kemih isi kosong.

- Prostat: permukaan licin, ukuran satu koma lima sentimeter lebar nol koma lima
sentimeter. Irisan penampang tidak ada kelainan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas korban dengan jenis kelamin laki-laki, tujuh belas tahun
status gizi cukup, dalam keadaan telah meninggal, maka dapat disimpulkan penyebab
kematian belum jelas, sedangkan perkiraaan saat kematian lebih dari dua hari.------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dan menggunakan keilmuan
saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.--------------------

Mataram, 12 Desember 2012


Yang membuat Visum et Repertum,

_______________________________
BAB III
PEMBAHASAN

DVI (Disaster Victim Identification) merupakan prosedur yang telah


ditentukan untuk mengidentifikasi korban dalam sebuah insiden atau
bencana yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
yang merupakan bagian dari investigasi dan rekonstruksi tentang
penyebabnya. Proses DVI meliputi 5 fase, sebagai berikut:5
1. The scene (Tempat Kejadian Perkara/TKP)
Merupakan temuan tempat kejadian perkara dan bukti-bukti yang ada di tempat tersebut.
2. The Mortuary
Merupakan proses pengumpulan data-data post-mortem melalui pemeriksaan jenazah
korban.
3. Ante-mortem Information Retrievel
Merupakan pengumpulan data-data korban sebelum kejadian atau sewaktu korban masih
hidup, seperti data gigi, sidik jari dan kepemilikan yang dipakai/dibawa.
4. Reconciliation
Merupakan proses pencocokan data-data yang telah dikumpulkan melalui beberapa
metode identifikasi. Metode tersebut terdiri dari :
Identifikasi primer, seperti sidik jari, catatan gigi dan pemeriksaan DNA
Identifikasi sekunder, seperti ilmu kedokteran (medis), harta benda milik korban
(properti), visual (foto, ciri-ciri fisik korban, dll).
5. Debriefing
Merupakan evaluasi pelaksanaan DVI, seperti melaporkan temuan yang telah terdata.

Pada kasus ini, proses identifikasi telah sesuai dilakukan yakni


melalui 5 fase tersebut, yaitu ditemukan seorang korban berjenis kelamin
laki-laki berusia tujuh belas tahun dengan status gizi cukup yang telah
meninggal dan terapung di sungai, sedangkan saat kematian diperkirakan
lebih dari dua hari. Kemudian korban dibawa ke RS Bhayangkara untuk
diperiksa. Identifikasi awal dilakukan dengan mengumpulkan data-data
ante-mortem maupun post-mortemnya, kemudian dilakukan pencocokan
data-data yang dikumpulkan tersebut. Pencocokan dilakukan dengan
mencocokan sidik jari (identifikasi primer) dan pengenalan ciri-ciri fisik
dan sesuatu yang dikenakan korban melalui informasi yang diperoleh dari
anggota keluarganya (identifikasi sekunder).
Bila jenazah sudah beberapa hari berada dalam air maka terjadi
bleaching dan terjadi pembusukan dimana kulit ari banyak yang
terkelupas. Pembusukan terjadi dalam 2 hari setelah tenggelam dalam
iklim yang panas. Pada iklim yang dingin dapat tahan sampai 1 minggu.
Pembusukan dimulai pada bagian kepala dan atas tubuh, karena dalam air
kepala mempunyai kecenderungan lebih rendah letaknya oleh karena lebih
berat.5 Pada kasus ini, korban ditemukan terapung di sungai dan
diperkirakan telah meninggal selama 4 hari, hal ini sesuai dengan yang
ditemukan pada korban yakni telah terjadi bleaching dan pembusukan.
Keadaan tersebut terjadi karena enzim proteolitik dan mikroorganisme dan
umumnya proses pembusukan dimulai 18 sampai 24 jam setelah
seseorang meninggal. Korban terapung di sungai karena telah terjadi
proses pembusukan yang merata di seluruh tubuh akibat timbunan gas
(disebut sebagai Floater).
Pada pemeriksaan luar korban tenggelam didapatkan : 5
- Tidak ada yang patognomonis untuk drowning.
- Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnosis drowning, antara lain : kulit basah,
dingin dan pucat.

- Lebam mayat biasanya sianosis, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat akan
berwarna merah muda.

- Kadang-kadang terdapat kutis anserina (goose flesh) pada lengan, paha dan bahu. Ini
disebabkan suhu air dingin menyebabkan kontraksi m.errector pillorum.

- Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih)

- Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tenggelam.

- Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput (washer
womens hands) dan pucat (bleached).

- Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi. Ini dapat merobek paru, hati, otak, atau iga.

Temuan-temuan pada pemeriksaan luar korban sesuai dengan teori


di atas. Pada pemeriksaan luar korban didapatkan rumput-rumput di
sekitar tubuh korban, hampir seluruh bagian tubuh (dari wajah hingga
ekstrimitas bawah) mengalami pembengkakan, kulit pada telapak tangan
dan kaki mengeriput (washer womens hands), pucat (bleaching) dan dua
buah luka pada kepala serta adanya lebam mayat.
Pada kasus diatas, keluarga korban menolak untuk dilakukan pemeriksaan dalam
walaupun penyidik menginginkan untuk dilakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
penyebab kematian dari jenasah yang ditemukan.

Pasal 222 KUHP5


Barangsiapa dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan,dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah

Karena dokter hanya merupakan pelaksana permintaan polisi, maka pihak keluarga
dipersilahkan menghadapa polisi untuk mengutarakan keberatannya. Dalam intruksi Kapolri
INS/E/20/IX/75 ditentukan siapa yang boleh mencabut permintaan visum et repertum:5

1. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat
maka adalah kewajibana dari petugas polri pemeriksa untuk secara persuasif memberikan
penjelasan perlu dan pentingnya otopsi untuk kepentingan penyidikan, kalau perlu, bahwa
ditegakannya pasal 222 KUHP.
2. Pada dasarnya penarikan/ pencabutan kembali visum et repertum tidak daat dibenarkan.
Bila terpaksa Visum at Repertum yang sudah diminta harus diadakan
pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh komandan-
komandan kesatuan paling paling rendah tingkat Kompres (sekarang Kapolres) dan untuk
kota besar hanya oleh DanTabes (sekarang Kapolwil/tabes).
Keluarga yang meninggal dunia pernyataan tertulis bahwa jika dikemudian hari ada
hal-hal yang tidak dapat diterimanya begitu saja kematian korban dan mayat harus segera
digali, maka segala sesuatu ditanggung oleh keluarga dan keluarga tidak dapat menuntut
siapapun. Bilamana permintaan visum et repertum dicabut, konsekuensinya ialaha dokter
tidak dapat melakukan pemeriksaan apapun, dokter hanya menyatakan korban meninggal dan
pada keluarga diberikan surat yang diperlukan untuk pemakamam.

Karena pada proses otopsi korban tidak dapat dilakukan pemeriksaan dalam. Sehingga
kami menuliskan hasil pemeriksaan dalam dengan berlandaskkan teori untuk memperkirakan
berdasarkan hasil temuan luar korban, kira-kira kemungkinan temuan apa yang akan
ditemukan pada pemeriksaan dalam korban. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan perdarahan
pada jaringan leher disebabkan karena pendarahan di otot dilaporkan sebagai sekuele yang
disebabkan oleh kejang axogonal, hiperkontraksi, dan overeksersi pada otot selama proses
tenggelam. Masuknya cairan selama proses tenggelam meningkatkan tekanan dijalan nafas
dan menyebabkan edema pulmonum. Gabungan antara air dengan cairan edema paru, sekresi
dari bronkus dan surfaktan dari paru-paru menghasilkan buih yang dimana karena usaha
bernafas saat tenggelam dapat mencapai saluran nafas bagian atas dan keluar melalui hidung
dan mulut. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik bintik perdarahan yang
terjadi karena adanya kompresi terhadap septum interalveolar atau oleh terjadinya fase
konvulsi akibat kekurangan oksigen. Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga
paru-paru sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya Aspirasi cairan kedalam
paru-paru memberikan efek dari gradien osmotik yang menyebabkan kerusakan integritas
membran alveoli kapiler sehingga meningkatkan permeabilitas dan eksaserbasi cairan,
plasma dan elektrolit, hal ini menyebabkan terjadinya edema pulmonum sehingga
menurunkan pertukaran gas didalam paru-paru. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam
jumlah besar sehingga akan terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat
terjadinya hemolisis. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole dan dalam waktu beberapa saat terjadi fibrilasi
ventrikel. Ditemukan cairan pada lambung disebabkan pada saat tenggelam korban
menghisap cairan akibat usaha untuk bernafas. Selain itu Usaha untuk mencari diatom
(binatang bersel satu) dalam tubuh korban, karena adanya anggapan bahwa bila orang masih
hidup pada waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan oleh force offer respiration
terjadi kerusakan bronchi atau bronciolus sehingga terdapat jalan dari diatom untuk masuk
kedalam tubuh. Tidak ditemukan diatom dalam tubuh, tidak menyingkirkan bahwa kematian
korban bukan karena tenggelam. Pembusukan tubuh pada lingkungan yang berair terjadi kira-
kira setengah kecepatan pembusukan di udara karena temperatur air yang dingin
menghambat aktivitas bakteri dan serangga. Ketika tubuh mulai diangkat dari permukaan air
maka terjadi percepatan proses pembusukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembusukan diantaranya, temperatur dari air, kadar garam dalam air, jumlah bakteri yang
tersedia didalam air,dan juga luka antemortem dan post mortem yang dapat menjadi jalan
masuk bakteri.6
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas korban dengan jenis kelamin


laki-laki, tujuh belas tahun status gizi cukup, dalam keadaan telah
meninggal, maka dapat disimpulkan penyebab kematian belum jelas,
sedangkan perkiraaan saat kematian lebih dari dua hari. Dari Proses
identifikasi korban diperoleh kecocokan identitas korban dengan prosedur
pencocokan sidik jari (identifikasi primer) dan pengenalan ciri-ciri fisik
dan sesuatu yang dikenakan korban melalui informasi yang diperoleh dari
anggota keluarganya (identifikasi sekunder). Korban diduga tenggelam
dalam air tawa, temuan pada pemeriksaan luar adalah didapatkan
rumput-rumput di sekitar tubuh korban, hampir seluruh bagian tubuh (dari
wajah hingga ekstrimitas bawah) mengalami pembengkakan, kulit pada
telapak tangan dan kaki mengeriput (washer womens hands), pucat
(bleaching) dan dua buah luka pada kepala serta adanya lebam mayat.
Pada kasus diatas, keluarga korban menolak untuk dilakukan pemeriksaan
dalam walaupun penyidik menginginkan untuk dilakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan penyebab kematian dari jenasah yang
ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. David Szpilman, dkk. 2012. Drowning. The New England Journal of Medicine. Acesed
from http://www.nejm.org/doi/pdf/.
2. Dimaio V, Dimaio D. Death by drowning in Forensic Pathology ; Second edition. CRC
press LLC. 2001. Page 395-403.
3. Singh R, Kumar M, ell. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic
Science Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org.
4. Munim A. Tenggelam. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa
Aksara.Jakarta. 1997. Hal 178-189.
5. Apuranto, Hariadi, dkk. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal edisi ketiga :
Asfiksia. Bagian Ilmu Kedokteran forensik dan medikolegal FK UNAIR. Surabaya. hal.
87-89.
6. Tsokos, Michael. Forensic Pathology Review; volume 3. Humana Press. New Jersey,
USA. 2005.

Vous aimerez peut-être aussi