Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DROWNING
DISUSUN OLEH :
Aji Pramana (61111035)
Ismail Abdillah (61112110)
Rycardo Pratama (61112040)
Lidwina Nislili Manao (61112057)
Intan Delima Rizki (61112064)
Dyas Ayu Nastiti (61112013)
Mustika Rahmadianti (61112063)
Yessy Rahma Fadila (61112031)
Rani Marlyani (61112053)
Nova Ayu Sriwirawan (61112105)
PEMBIMBING
dr. Rahmawati
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul DROWNING. Di
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Rahmawati selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Penulisan juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam merupakan salah satu kematian yang disebabkan oleh asfiksia. Kematian
karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar, sehingga tidak jaranmg
dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi/penyidik untuk membantu memecahkan kasus-
kasus kematian karena aspiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar.
Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup.
Jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini merupakan penyebab kematian
jika kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika bertahan lebih dari 24 jam setelah
tenggelam memperlihatkan adanya pemulihan telah terjadi ini disebut near drowning.
Penelitian pada akhir tahun 1940-an hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian
disebabkan adanya gangguan elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang
menyebabkan aritmia jantung akibat masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi
melalui paru-paru. 2,3
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Nomor:
c. Selaput keras otak : Tidak terdapat perdarahan di atas selaput keras otak. Selaput
keras otak tidak menunjukkan kelainan.
e. Otak
3. Dada :
a. Jaringan bawah kulit : tidak ditemukan kelainan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
b. Rongga dada :. pada dinding dada ditemukan lebam mayat warna merah gelap tidak
hilang dengan penekanan, tidak ditemukan darah dalam rongga dada.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Otot dinding dada : Tidak ada resapan darah.---------------------------------------------
- Tulang dada : Tidak ada patah.
- Tulang rusuk : Tidak ada patah.-------------------------------------------------------------
c. Paru :
- Paru kanan : Terdiri atas tiga bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat enam ratus lima puluh gram, panjang dua puluh satu
sentimeter, lebar empat belas sentimeter, dan tinggi dua
sentimeter.----------------------
- Paru kiri : Terdiri atas dua bagian, berwarna hitam kehijauan, permukaan licin,
tepi tumpul. Pada perabaan kenyal karet busa. Penampang berwarna hitam. Pada
pemijatan keluar air. Berat empat ratus lima puluh gram, panjang dua puluh dua
sentimeter, lebar empat belas koma lima sentimeter, dan tinggi dua koma lima
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------------
d. Jantung :. Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat pucat,
perabaan kenyal. Berat jantung dua ratus tujuh puluh gram, panjang tiga belas
sentimeter, lebar dua belas sentimeter, dan tinggi tiga koma lima sentimeter.
- Jantung kanan : Katup antara serambi dan bilik kanan terdiri dari tiga katup, tidak
ada kelainan. Ukuran lingkar katup dua belas sentimeter, katup pembuluh nadi
paru enam sentimeter. Tebal otot bilik kanan jantung enam millimeter. Tidak
terdapat resapan darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi
kanan.Pada irisan mengeluarkan banyak cairan.------------------------------------------
- Jantung kiri : Katup antara serambi dan bilik kiri terdiri dari dua katup, tidak ada
kelainan. Ukuran lingkar katup sepuluh sentimeter, katup batang nadi enam
setengah sentimeter. Tebal otot kiri jantung tiga belas milimeter. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat, sekat jantung tidak ada kelainan. Tidak terdapat resapan
darah pada bilik kanan dan jendalan darah pada serambi kanan.Pada irisan
mengeluarkan banyak cairan.----------------------------------------------------------------
- Sekat rongga dada : Ditemukan dua luka tembus pada sekat rongga dada,
berbentuk bulat dengan tepi tidak rata.----------------------------------------------------
4. Rongga perut
- Usus halus, usus besar, usus buntu mengalami pembendungan, pada irisan
mengalami banyak cairan--------------------------------------------------------------------
- Limpa tampak pucat, berat enam puluh gram, panjang sembilan sentimeter, lebar
enam sentimeter, tebal dua sentimeter, pada pengirisan tidak tampak kelainan------
- Ginjal:------------------------------------------------------------------------------------------
- Kanan: Tampak pembendungan,berat delapan puluh lima gram , permukaan
licin, panjang dia belas sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tinggi dia koma
sembilan sentimeter, perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas,
warna pucat, pada pengirisan tidak tampak kelainan---------------------------
Kiri: berat tujuh puluh lima gram , permukaan licin, panjang sepuluh koma tujuh
sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi dua koma sembilan sentimeter,
perabaan kenyal, bersimpai lemak tipis, mudah dilepas, warna pucat, pada
pengirisan tidak tampak kelainan.----------------
5. Rongga panggul:
- Prostat: permukaan licin, ukuran satu koma lima sentimeter lebar nol koma lima
sentimeter. Irisan penampang tidak ada kelainan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas korban dengan jenis kelamin laki-laki, tujuh belas tahun
status gizi cukup, dalam keadaan telah meninggal, maka dapat disimpulkan penyebab
kematian belum jelas, sedangkan perkiraaan saat kematian lebih dari dua hari.------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dan menggunakan keilmuan
saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.--------------------
_______________________________
BAB III
PEMBAHASAN
- Lebam mayat biasanya sianosis, kecuali bila air sangat dingin maka lebam mayat akan
berwarna merah muda.
- Kadang-kadang terdapat kutis anserina (goose flesh) pada lengan, paha dan bahu. Ini
disebabkan suhu air dingin menyebabkan kontraksi m.errector pillorum.
- Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih)
- Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tenggelam.
- Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan kaki mengeriput (washer
womens hands) dan pucat (bleached).
- Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi. Ini dapat merobek paru, hati, otak, atau iga.
Karena dokter hanya merupakan pelaksana permintaan polisi, maka pihak keluarga
dipersilahkan menghadapa polisi untuk mengutarakan keberatannya. Dalam intruksi Kapolri
INS/E/20/IX/75 ditentukan siapa yang boleh mencabut permintaan visum et repertum:5
1. Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat
maka adalah kewajibana dari petugas polri pemeriksa untuk secara persuasif memberikan
penjelasan perlu dan pentingnya otopsi untuk kepentingan penyidikan, kalau perlu, bahwa
ditegakannya pasal 222 KUHP.
2. Pada dasarnya penarikan/ pencabutan kembali visum et repertum tidak daat dibenarkan.
Bila terpaksa Visum at Repertum yang sudah diminta harus diadakan
pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh komandan-
komandan kesatuan paling paling rendah tingkat Kompres (sekarang Kapolres) dan untuk
kota besar hanya oleh DanTabes (sekarang Kapolwil/tabes).
Keluarga yang meninggal dunia pernyataan tertulis bahwa jika dikemudian hari ada
hal-hal yang tidak dapat diterimanya begitu saja kematian korban dan mayat harus segera
digali, maka segala sesuatu ditanggung oleh keluarga dan keluarga tidak dapat menuntut
siapapun. Bilamana permintaan visum et repertum dicabut, konsekuensinya ialaha dokter
tidak dapat melakukan pemeriksaan apapun, dokter hanya menyatakan korban meninggal dan
pada keluarga diberikan surat yang diperlukan untuk pemakamam.
Karena pada proses otopsi korban tidak dapat dilakukan pemeriksaan dalam. Sehingga
kami menuliskan hasil pemeriksaan dalam dengan berlandaskkan teori untuk memperkirakan
berdasarkan hasil temuan luar korban, kira-kira kemungkinan temuan apa yang akan
ditemukan pada pemeriksaan dalam korban. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan perdarahan
pada jaringan leher disebabkan karena pendarahan di otot dilaporkan sebagai sekuele yang
disebabkan oleh kejang axogonal, hiperkontraksi, dan overeksersi pada otot selama proses
tenggelam. Masuknya cairan selama proses tenggelam meningkatkan tekanan dijalan nafas
dan menyebabkan edema pulmonum. Gabungan antara air dengan cairan edema paru, sekresi
dari bronkus dan surfaktan dari paru-paru menghasilkan buih yang dimana karena usaha
bernafas saat tenggelam dapat mencapai saluran nafas bagian atas dan keluar melalui hidung
dan mulut. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik bintik perdarahan yang
terjadi karena adanya kompresi terhadap septum interalveolar atau oleh terjadinya fase
konvulsi akibat kekurangan oksigen. Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga
paru-paru sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya Aspirasi cairan kedalam
paru-paru memberikan efek dari gradien osmotik yang menyebabkan kerusakan integritas
membran alveoli kapiler sehingga meningkatkan permeabilitas dan eksaserbasi cairan,
plasma dan elektrolit, hal ini menyebabkan terjadinya edema pulmonum sehingga
menurunkan pertukaran gas didalam paru-paru. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam
jumlah besar sehingga akan terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat
terjadinya hemolisis. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole dan dalam waktu beberapa saat terjadi fibrilasi
ventrikel. Ditemukan cairan pada lambung disebabkan pada saat tenggelam korban
menghisap cairan akibat usaha untuk bernafas. Selain itu Usaha untuk mencari diatom
(binatang bersel satu) dalam tubuh korban, karena adanya anggapan bahwa bila orang masih
hidup pada waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan oleh force offer respiration
terjadi kerusakan bronchi atau bronciolus sehingga terdapat jalan dari diatom untuk masuk
kedalam tubuh. Tidak ditemukan diatom dalam tubuh, tidak menyingkirkan bahwa kematian
korban bukan karena tenggelam. Pembusukan tubuh pada lingkungan yang berair terjadi kira-
kira setengah kecepatan pembusukan di udara karena temperatur air yang dingin
menghambat aktivitas bakteri dan serangga. Ketika tubuh mulai diangkat dari permukaan air
maka terjadi percepatan proses pembusukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembusukan diantaranya, temperatur dari air, kadar garam dalam air, jumlah bakteri yang
tersedia didalam air,dan juga luka antemortem dan post mortem yang dapat menjadi jalan
masuk bakteri.6
BAB IV
KESIMPULAN
1. David Szpilman, dkk. 2012. Drowning. The New England Journal of Medicine. Acesed
from http://www.nejm.org/doi/pdf/.
2. Dimaio V, Dimaio D. Death by drowning in Forensic Pathology ; Second edition. CRC
press LLC. 2001. Page 395-403.
3. Singh R, Kumar M, ell. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic
Science Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org.
4. Munim A. Tenggelam. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa
Aksara.Jakarta. 1997. Hal 178-189.
5. Apuranto, Hariadi, dkk. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal edisi ketiga :
Asfiksia. Bagian Ilmu Kedokteran forensik dan medikolegal FK UNAIR. Surabaya. hal.
87-89.
6. Tsokos, Michael. Forensic Pathology Review; volume 3. Humana Press. New Jersey,
USA. 2005.