Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang
paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.

Terdapat 150 jenis jamur dalam family Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans,
C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat
menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida
albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani
kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS

Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
1.2 Tujuan

Mengetahui definisi dari moniliasis/kandidiasis

1. Mengetahui klasifikasi moniliasis/kandidiasis

2. Mengetahui etiologi dari moniliasis/kandidiasis

3. Mengetahui manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis

4. Mengetahui patofisiologi moniliasis/kandidiasis

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis

6. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis

7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan


moniliasis/kandidiasis

8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari moniliasis/kandidiasis?

2. Bagaimana klasifikasi moniliasis/kandidiasis?

3. Apakah etiologi dari moniliasis/kandidiasis?

4. Bagaimana manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis?

5. Bagaimana patofisiologi moniliasis/kandidiasis?

6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?

7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis?


1. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
moniliasis/kandidiasis?

2. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit moniliasis/kandidiasis serta mampu menerapkan


asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis dengan pendekatan Student Centre
Learning.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan
mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi
(Silverman S, 2001).

Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit
ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan
fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005)

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan spesies candida,
biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki
atau paru, kadang-kadang menyebabkan septikemia, endokarditis atau meningitis.

2.2 Klasifikasi

a. Thrush

Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning- kuningan pada
permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi
netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi
kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini
ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus,
seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar,
dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi,
pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa
terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.

b. Kronis hiperplastik kandidiasis

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa bintik-bintik
putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis
leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan
leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga
diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke
lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai
respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

c. Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum maupun mandibula
yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari
infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada
wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik
kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema
difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau
seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga
tipe granular (Greenberg, 2003).
2. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan
mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa
kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama
pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada
penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).

3. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture
stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang,
seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi
inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau
berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).

2.3 Etiologi

Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat
umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang
kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan
tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.

Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu
pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan
kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.

Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh
semakin cepat.

Kandidiasis vulvovaginitis dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik eksogen maupun
endogen.Faktor eksogen untuk timbulnya kandidiasis vulvovaginitis adalah kegemukan, DM,
kehamilan, dan Infeksi kronik dalam servik atau vagina. Sedangkan faktor eksogennya iklim,
panas dan kelembaban yang meningkat serta higyeni yang buruk.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :

1. Diabetes

2. Leukimia

3. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan


malnutrisi.

4. Pemakaian antibiotik

Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik
membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga
pertumbuhan Candida tidak terkendali.

Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ. Kedua hal ini
bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon
steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada
kandidiasis mulut.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan sering
menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan
dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat
berdarah.

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna
putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang
terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.

Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri (walaupun
lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain.
Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan
karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung
bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang
memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

Gambaran klinik yang mungkin didapatkan:

Penderita mengeluhkan kemaluan sangat gatal, kdang-kadang sukar tidur dan terdapat

banyak bekas garukan. Sekresi seperti susu kental dan warna putih kekuningan sekret

tidak berbau. Seringkali terdapat disuri yang khas yaitu suami yang mengeluh

preputium atau glans penisnya gatal sekali pada pemeriksaan hapusan terlihat jamur.

Seringkali ditemukan adanya faktor predisposisi seperti Diabetes Melitus, pemakaian

antibiotika yang lama, defisiensi vitamin, pemakaian hormon kortikosterid dan

kontrasepsi oral. Gejala klinis Kandidiasis Vulvovaginitis terdiri dari gejala subjektif dan gejala
objektif yang bisa ringan sampai berat.Gejala subjektif yang utama ialah gatal didaerah vulva,
dan pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan dispaneuria.Gejala
objektif yang ringan dapat berupa lesi eritema dan hiperemis dilabia mayora, introitus vagina dan
vagina 1/3 bawah.Sedang pada yang berat labia mayora dan minora edema dengan ulkus-ulkus
kecil bewarna merah disertai erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan terdapatnya
infeksi sekunder. Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih kekuningan disertai
gumpalangumpalan seperti kepala susu.

2.5 Patofisiologi

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata
dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga
mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur
rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans
ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal.
Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu
yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang
menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga
karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi
dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan
reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia
itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.

Patogenesis kandidiasis vulvovaginitis dimulai dari adanya faktor predisposisi memudahkan


pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa dan membentuk kolonisasi. Kemudian
candida akan mengeluarkan zat keratolitik (fosfolipase) yang menghidrolisis fosfolopid
membran sel epitel, sehingga mempermudah invasi jamur kejaringan. Dalam jaringan candida
akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan raksi radang akut yang
akan bermanifestasi sebagai daerah hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat
keratolitik yang dikeluarkan candida akan terus merusak epitel mukosa sehingga timbul ulkus-
ulkus dangkal. Yang bertambah berat dengan garukan sehingga timbul erosi. Sisa jaringan
nekrotik, sel-sel epitel dan jamur akan membentuk gumpalan bewarna putih diatas daerah yang
eritema yang disebut flour albus.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa

2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan


pemberian flukonazol.

3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.

4. Diagnosa pasti dengan biopsi


2.7 Penatalaksanaan

Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang
paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan
pada mulut bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian
yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke
lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata
namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.

Penatalaksanaan

1. Kendalikan atau hilang faktor predisposisinya.

2. Berikan gentian violet 1 % kemudian usapkan ke seluruh bagian vagina.

3. Berikan antibiotik (Mikostatin 3 x 1 tablet selama 10 hari).

4. Secara lokal berikan 1 tablet vaginal Mikostatin/ Mikonazol selama 10 hari.

2.8 Komplikasi

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

2.9 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :

1. Oral hygiene yang baik

2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin
yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin
kebersihannya daripada botol dot bayi
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan
dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas

4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu

5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup

6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN


1. DATA DASAR PENGKAJIAN
a. AKTIVITAS / ISTIRAHAT.
Gejala : Perubahan pola tidur.
Tanda : Tidur kurang, mata tampak mengantuk, skelra berwarna putih kemerahan, garis hitam
dibawah mata.
b. SIRKULASI.
Tanda : Pembentukan edema, kemerahan pada kulit yang terinfeksi, ulkus yang dangkal.
c. ELIMINASI.
Tanda : Nyeri setelah BAK.
d. INTEGRITAS EGO.
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak berdaya.
Tanda : Ancietas, murung, menarik diri.
e. MAKANAN / CAIRAN.
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara, adekuat. Anorexia., Makan yang
banyak.
Tanda : Kurus, penurunan berat badan, Turgor kulit buruk. Terlalu gemuk / kegemukan.
f. NYERI / KETIDAKNYAMANAN.
Gejala : Gatal gatal didaerah yangterinfeksi. Terasa panas dan nyeri sesudah BAK.
g. KEAMANAN.
Gejala : Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit / ulkus pada kulit, Riwayat
berulangnya infeksi jamur.
h. HYGIENE.
Tanda : Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, Kurangnya perawatan diri, Bau badan.
i. INTOLERANSI SOSIAL.
Tanda : Kerusakan interaksi dengan keluarga ; isolasi, Menarik diri dari pergaulan.
j. SEKSUALITAS.
Gejala : Pruritus perineal, Menurunnya libido, gangguan untuk melakukan aktivitas seksual,
Tanda : Edema labiya minora, Keluarnya fluor albus, Gatal dan perih didaerah
vagina, Kemerahan sekitar gentalia.
k. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN.
Gejala : Sering bertanya tentang keadaannya, Kegagalan untuk mengikuti perawatan. Kurangnya
perawatan diri, Penggunaan antibiotik, kortikostreoid yang lama.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI


1. Ganggauan rasa nyaman ( gatal-gatal ) berhubungan dengan inferksi candida albicans, ditandai
dengan Gatal gatal di daerah terinfeksi, Kemerahan pada kulit terinfeksi, Adanya ulkus / lesi
yang dangkal.
Tujuan :
Tujuan jangka panjang : Klien dapat mengatasi rasa gatal secara mandiri, infeksi sembuh.
Tujuan jangka pendek : Rasa gatal hilang / berkurang.
Intervensi
a. Anjurkan klien untuk menjaga agar daerah lipat paha tetap kering.
R : Mencegah perkembangan jamur, kerena daerah yang lembab dan basah merupakan
tempat yang ideal berkembang biaknya jamur candida.
b. Anjurkan untuk ganti pakaian dalam 3 4 jam atau setiap habis BAK.
R : Menjaga kelembaban daerah genetalia agar tidak basah atau terlalu kering.
c. Jelaskan dan dorong untuk segera mengeringkan daerah genetalia dan perineal sehabis BAB
dan sebaiknya dengan tissue / lap sekali pakai.
R : Menjaga kelembaban dan tetap kering, serta mencegah infeksi berulang.
d. Berikan antiseptik larutan Iodine Poviden 5 10 % 3 4 kali sehari.
R :Mencegah berkembangnya jamur dan mengurangi rasa gatal.
e. Anjurkan untuk mandi 2 3 kali sehari dengan sabun anti septik.
R : Meningkatkan perawatan diri dan mencegah berkembang biaknya jamur.
f. Kolaborasi dengan medis.
R : Untuk pemberian obat-obatan anti jamur yang sesuai.
2. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan, kurang terpajan informasi, ditandai dengan: Sering
menanyakan keadaan penyakitnya, Mengutarakan perasaan cemas, Kegagalan untuk mengikuti
perawatan, Penggunaan antibiotik, kortikosteroid yang lama.
Tujuan :
Tujuan jangka panjang : Postur tubuh rileks, cemas berkurang / hilang
Tujuan jangka pendek : Klien mengetahui tentang penyakitnya serta perawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji penyebab kecemasan klien lainnya dan koping yang berhasil dimasa lalu.
R : Dapat memberikan gambaran untuk pemecahan masalah dan rencana tindakan
selanjutnya.
b. Berikan informasi nyata tentang penyakitnya.
R : Memberikan pemahaman dan informasi yang nyata dapat menurunkan ketegangan dan
kecemasan.
c. Berikan dan dorong klien untuk bertanya.
R : Mengungkapkan ketidaktahuan klien dapat mengurangi rasa cemas.
d. Berikan umpan balik yang dapat diterima / sesuai kemampuan klien.
R : Membagi perasaan dihargai terhadap klien dan mengurangi kecemasan.
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan gatal gatal dilipatan paha, pruritus perineal .
ditandai dengan : Mengutarakan tidur malam kurang karena gatal-gatal, Mata tampak
mengantuk, Sklera berwarna putih kemerahan, Garis hitam dibawah mata.
Tujuan :
Tujuan jangka panjang : Pasien dapat tidur pada malam hari seperti biasanya.
Tujuan jangka pendek : Turut berperilaku yang dapat meningkatkan kebutuhan tidur.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kebutuhan tidur klien
R : Untuk mengidentifikasi kebiasaan tidur klien dan tindakan yang diberikan.
b. Anjurkan untuk mengolesi pada sekitar lipatan paha dengan Iodine poviden 5 10 %
setiap akan tidur.
R : Dapat mengurangi rasa gatal dan memberikan rasa nyaman.
c. Anjurkan untuk mengganti pakaian dalam ketika akan tidur dengan yang bersih.
R : Untuk mencegah infeksi sekunder dan memberikan rasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA.

1. Adhi Djuanda, prof. Dr.1999. Ilmu Penyakit kulit & Kelamin. Jakarta.
2. Anonim. 1992. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta.Depkes RI.
3. Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III.Jakarta. EGC
4. Fakultas Kedoteran Universitas Airlangga.
5. Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
6. Price, Sylvia Anderson, Wilson Lorraine Mc Carty. 1994. Patofisiologi Proses Penyakit
Edisi 4. Alih bahasa Peter Anugrah. Jakarta: EGC.
7. Suparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit
Kedokteran.

Vous aimerez peut-être aussi