Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Forensik Medikoetikolegal
Visum et Repertum Surat Kematian
Tanatologi
Informed Consent
Traumatologi Forensik
Biomedical Ethics
Asfiksia
Kematian Wajar
Jika orang yang meninggal berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah
diketahui, dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut
Untuk menentukan penyebab kematian wajar, dokter dapat melakukan verbal autopsy, yaitu suatu
metode anamnesis terstruktur yang diterapkan secara alloanamnesis untuk mengakkan perkiraan
kematian metode telah dibakukan oleh WHO
Alur Tatalaksana
Dokter menerima laporan kematian Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa surat permintaan
visum et repertum dari polisi) dan verbal autopsy pada keluarga Tidak ada tanda kekerasan atau
keracunan serta kecurigaan lain Memutuskan kematian adalah wajar Menyerahkan jenazah
pada keluarga Membuat serta menandatangani surat keterangan kematian (Formulir A)
Dalam hal yang amat mendesak, paramedic dapat membantu dokter memeriksa jenazah sebagai
kepanjang tangan dokter (varlengde arm van de arts)
Visum et Repertum
terbatas pada apa yang
dilihat dan ditemukan
oleh si pembuat,
sehingga dimasukkan ke
dalam alat bukti surat
Bimbel UKDI MANTAP
Jenis Visum et Repertum
1 VeR perlukaan
(termasuk Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
keracunan)
2 VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan
Bukti kekerasan Perkiraan umur
Pantas tidaknya
korban untuk
dikawin
Visum
hidup
Kejahatan
3 VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
penyakit jiwa
Psikodinamik
kejahatan
Sebab Mekanisme
Waktu Visum
4 VeR jenazah kematian kematian
Cara kematian perkiraan
kematian mati
1, 2, 4: mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban
3: mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana
DEATH
CAUSE OF
PHYSIOLOGICAL DERANGEMENT
DEATH
A B C
Mechanism Of Deaths include:
Hemorrhage
Asphyxia
Embolism
Organ damage
Vagal reflex
Berhentinya Sirkulasi
Livor mortis
Accumulation of red cell by
gravity
The dependent and
compression-free part of the
body
Thumb pressure (+/-)
Flat
Bimbel UKDI MANTAP
Rigor Mortis
Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result of lack of oxygen
Periode Relaksasi Primer
Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami relaksasi dan dapat
digerakkan ke segala arah
Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan terbentuk dan
ATP tidak dihasilkan lagi
Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan myosin akan
berikatan dan menimbulkan kekakuan
Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dan menjalar
kraniokaudal
Periode Relaksasi Sekunder
Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
Keadaan lingkungan Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab
Usia Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama
Cara kematian Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama
Kondisi otot Semakin berat massa otot (atletis), kaku mayat semakin lambat terjadi
Aktivitas premortal Aktivitas tinggi sebelum kematian, kaku mayat lebih cepat terjadi
Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga
dengan sedikit tenaga kuat untuk melawan
Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi, dan
waktu yang lama
Uji Reinsch Arsen 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3.
Celupkan batang tembaga ke dalam larutan
HASIL: akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga tersebut
Uji Dilusi Alkali CO Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam
tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua
(sebagai kontrol negatif).
Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna
merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung
CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah
keruh.
Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung
kemudian dikocok.
HASIL: Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah
hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
Nama Tes Senyawa Cara & hasil
Uji kertas Sianida Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab.
saring Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes
HASIL: positif bila warna berubah menjadi ungu
Uji guajacol Sianida Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4
(Schonbein- cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
Pagenstecher) celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas
jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan,
agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan
HASIL positif akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Traumatologi Forensik
Lecet gores
Lecet serut
Vulnus
excoriatum/lecet
Lecet tekan
Tumpul Contusio/memar
Vulnus
Tajam incisum/iris
Antemortem Postmortem
Abrasions Abrasions
Tangential Compression
(friction/sliding/scrape) (crushing/pressure) Reddish-brown Yellowish in
color color
Margins are Translucent area
blurred due to Margins are
Compression only (luka vital reactions sharply defined
Linear (luka lecet gores)
lecet tekan) Absence of vital
reactions
Laserasi
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua
Bimbel UKDI MANTAP
Vulnus incisum (luka iris)
Produced by sharp cutting instruments (knife, razor, blade)
The sharp edge of the instrument is pressed into and drawn along the surface of the skin,
producing a wound whose length is greater than its depth
Edges are regular, clear cut, retracted and averted, except in neck and scrotum, edges are inverted
Drawing cuts deeper at start, gradually become shallow and at the end only skin is cut with
scratch tailing of the wound
Sawing cuts multiple at the beginning and only one deep cut wound called tentative or
hesitation cuts
Bevelling cuts when weapon is used oblique or tangential way over the body
FLAME
Bimbel UKDI MANTAP
BARREL
Arah putar ke kiri
(Colt)
Senjata api dengan
laras beralur
(Rifled Bore) Arah putar ke
Senjata Api kanan (Smith dan
Senjata api dengan Wesson)
laras licin (Smooth
Bore)
Abrasion Zone
Bimbel UKDI MANTAP
FAT ZONE A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
Because the inside of the
barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet Bullet Hole
become greasy after passing it
This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone Blackish-dirty
called fat zone Abrasion Zone
(Fat Zone)
Bullet Hole
Laceration
Exit Wound
If the bullet hits the body and the
penetrating power strong enough, it can
pass the body and causing an exit wound
on the opposite side of the body Laceration Like
Beside have no marginal abrasion, exit
No Abrasion Zone
wounds are characteristically large and
irregular, consisting of holes and
lacerations
This large and irregular wound take place
when splintered bone is carried out with
the bullet at exit
Hard pressure of the gun muzzle Because soft pressure of the gun
to the target brings about a muzzle to the target produces an
perfect contact in that the skin imperfect contact, there may be
forms a seal around the muzzle some openings along the contact
So that the flinging back of the area
firing power and hot gas will What follows is that the flinging
violently pass through the soft back of the firing power and
tissue, causing irregular combustions products will escape
lacerations surrounding the sideways passing these openings,
wound with a muzzle mark on the causing blackish and dirty abrasion
outside of the wound surrounding the wound with or
without a muzzle mark on the
outside of the wound
The abrasion ring, and a very clear This is a soft contact range gunshot entrance
muzzle imprint, are seen in this hard wound with grey-black discoloration from
contact range gunshot wound the burned powder
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JARAK
SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH, ini mengandung arti:
1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atau sebagian terbakar.
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada
penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Etiologi
Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Fase Dispnea
Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida merangsang respiratory center
di medulla oblongata amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi
terjadi dyspnea
Fase Konvulsi
Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut merangsang susunan saraf pusat terjadi konvulsi
(kejang) kejang klonik kejang tonik spasme opistotonik
Fase Apnea
Depresi respiratory center pernapasan melemah kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
Paralisis pusat pernapasan lengkap
Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Gagging dan (Manual
(Smothering) (Strangulation) (Hanging) (Drowning)
Choking) Strangulation)
Penjeratan (Strangulation)
Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat
leher hingga saluran pernapasan tertutup
Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan
lebih dari satu
Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit
Pemeriksaan luar
Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah mikroskop
Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Klasifikasi Deep
inspiration
Cough reflex
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru oedem
Mekanisme Spasme Laring (Dry pulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi syok hipovolemik
Kematian Drowning) dan henti jantung
Refleks Vagal
(Immersion Drowning Types
Syndrome) I Dry Drowning or Immersion Syndrome
IIa Fresh water
Iib Salt water
Pemeriksaan Diatom
Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkan selama kurang
lebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat
pekat sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen
lihat di bawah mikroskop
Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
Pemeriksaan Getah Paru
Paru disiram air bersih iris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer taruh pada
gelas objek amati di bawah mikroskop
Trauma Panas
Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical source into living
tissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and commonly leads
to irreversible changes that end in tissue death
Complete epidermal necrosis can occur at 44C if exposed for 6 hours, while such
necrosis occurs within 5 seconds at 60C and less than 1 second at 70C
Burn where the heat source is dry
Scalding where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and
other hot liquids
Hyperthermia a condition where the core body temperature is greater than 40C
(100F) occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat
retention
Delayed
Moderate
hypothermia
Core temperature
(3032C)
Severe hypothermia
Core temperature (<
30C)
Penetrasi Penis Luka lecet bekas kuku, gigitan Pemeriksaan identitas diri (KTP,
Robekan pada selaput dara (bitemark), serta luka memar SIM, dll)
Luka-luka pada bibir pada tubuh Pemeriksaan erupsi gigi molar II
kemaluan dan dinding vagina Pemeriksaan toksikologi obat dan III
Pancaran Air Mani (tanda atau racun yang dapat Erupsi molar II 12 tahun
pasti) membuat pingsan Mineralisasi mahkota molar III
Sperma di dalam vagina tanpa pembentukan akar gigi
Asam Fosfatase, Spermin, 12-15 tahun
Kholin Erupsi molar III 17-21 tahun
Kehamilan Pernah atau belumnya
Penyakit Kelamin menstruasi, bila belum pernah
GO menstruasi diobservasi
selama 8 minggu di rumah sakit
Sifilis
Abortus
Indikasi ibu
spontan
Abortus Terapeutikus
Abortus
Indikasi anak
Provokatus
Kriminalis
Faktor Penting
Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut membantu maka orang lain tersebut
diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
Psikis Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak
Uji apung paru hasil negatif Uji apung paru hasil positif
(tenggelam) (terapung)
Pemeriksaan mikroskopik paru Pemeriksaan mikroskopik paru
adanya tonjolan (projections) yang tidak adanya tonjolan (projections)
Bimbel UKDI MANTAP
berbentuk seperti bantal yang berbentuk seperti bantal
Umur Bayi
Problems CLOSE
in Mass
The probable names of all the victims are known, as
Disasters the number of individuals belonging to a fixed
identifiable group.
Need
Difficult
coordination
transportation
inter- MIXED
to the area
department
Steps in Investigating
Mass Disasters
Disaster
Victim Initial Action at the Disaster
Investigations Site
Prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal Collecting Post Mortem Data
Police Organization) untuk
mengidentifikasi korban yang
meninggal akibat bencana massal Collecting Ante Mortem Data
Principles
Fingers covered with characteristic ridges permanent & unique
Different even in twins
Locards principle of exchange when 2 objects come in contact with each other, there will be always a
mutual transference of material from each other
Classifications
Loops (65%) radial or ulnar, depending on the side of the hand the tail points towards
Whorl (25%)
Arch (7%) plain arches or tented arches
Composite/mixed (3%) central pocket loop, double loop, accidentals
Bimbel UKDI MANTAP
Points for comparison
Presence of center (core) and 16 -20 points of fine
triangle (delta) in the print
comparison are
Presence of pores
(poroscopy) accepted as proof of
Minutae of ridges ridge identity
ending, bifurcation, spur
formation, dots, lakes, broken
ridge, short ridge etc
The Cell
Smallest unit of life
Chromosomes
The nucleus (one of
many organelles) contains Our bodys way of
Genes
genetic information the organizing all the
cell needs to exist and information that our Each chromosome
DNA
reproduce genetic material contains contains 100s to 1000s of
Most cells organize 23 pairs in humans information blocks called Each chromosome and
genetic information into genes every gene is made of
Each pair contains one
chromosomes from mother and one Each gene is the blueprint deoxyribonucleic acid
from father for a specific protein in (DNA)
the body DNA is normally double
stranded
Mitochondrial DNA
Genetic material from the mitochondria (cellular organelle
where energy is produced)
Inherited from the mother only
Advantages more sensitive (less DNA needed), degrades
slower than nuclear DNA; can be used in cases where
nuclear DNA cannot (hair without root, skeletal remains)
Disadvantages all people of same maternal line will be
indistinguishable (less discriminatory); more work, more
time consuming, more costly
Justice
Concerns the
Non-maleficence distribution of scarce
health resources, and
first, do no harm
the decision of who gets
(primum non nocere) what treatment
(fairness and equality)
(lustitia)
Threshold Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar
Element dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan
Information Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman)
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
Element kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
Consent Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan)
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Element Pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya
Bimbel UKDI MANTAP
Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran
Praktik kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dokter wajib
berpedoman pada 3
oleh dokter dan dokter gigi nilai, yaitu:
Surat Tanda
Disiplin
Sertifikat Surat Izin
Ijazah Registrasi
Kompetensi Praktik (SIP)
(STR)
Hukum
Risiko Medis
Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Malpractice
Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
Kesengajaan/Intentional/dolus
Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344
Euthanasia (Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal
KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348 Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP)
345 KUHP)
KUHP , Pasal 349 KUHP )
Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian (Pasal 359 KUHP) Luka Berat (Pasal 360 KUHP, Pasal 90 KUHP)
Bimbel UKDI MANTAP
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat
dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
Pencegahan
Malpraktik
Norma dalam Praktik Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik
Kedokteran Kedokteran
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan
Kedokteran
Etika
Aturan Hukum
Penerapan Etika Aturan Hukum
Kedokteran Kedokteran
(KODEKI)
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM
Kewajiban
Umum
Diatur dalam
Kewajiban Kewajiban
Kode Etik
Dokter Dokter
Kedokteran
terhadap Diri terhadap
Indonesia
Sendiri Pasien
(KODEKI)
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan
anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau
perorangan sebagai penuntut
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang
sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah,
sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau
pengampunya.
Bimbel UKDI MANTAP
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpa
memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat
praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan
ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
Bimbel UKDI MANTAP
Alur Penanganan Pelanggaran Norma Disiplin Profesi Kedokteran
MKDKI
(MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA)
Tugas KKI
Divisi KKI
HAK
Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak dan Kewajiban Dokter (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51)
HAK
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia.
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang mampu melakukannya.
Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Do Not Resucitate (DNR)
DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang
memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini
berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan
melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung
pasien berhenti.
Perintah DNR hanyalah sebuah keputusan mengenai CPR dan tidak terkait dengan usaha
pengobatan lainnya.
Anggota keluarga wali dapat memberikan persetujuan atau consent untuk DNR hanya jika pasien tidak mampu
memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
Pasien dalam kondisi sakit terminal
Pasien yang tidak sadar secara permanen
CPR tidak akan berhasil (medical futility)
CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk
Definisi
Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
Bimbel UKDI MANTAP
Aspek Hukum Euthanasia di Indonesia
Lex Generalis/umum
Undang-undang no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Pasal 120, 133, 180)
Undang-undang tentang KUH Pidana (KUHP) (Pasal 338, 340, 344, 345,
359)
Undang-undang tentang KUH Perdata
Lex Spesialis/khusus
Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Bimbel UKDI MANTAP
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dgn sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dgn hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.
Barangsiapa dgn sengaja & rencana terlebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan
pembunuhan berencana, dipidana dgn pidana mati atau penjara seumur hidup atau dipenjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.
Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dgn nyata &
sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi
sarana kepadanya untuk itu, diancam pidana penjara paling lama 4 tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.
Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun atau pidana kurungan selama satu tahun.
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yg menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yg diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tdk berlaku bagi tenaga kesehatan yg
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yg melakukan praktik atau
pekerjaan pd fasilitas pelayanan kesehatan yg dgn sengaja tdk memberikan pertolongan pertama
thd pasien yg dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2) atau
pasal 85 ayat (2) dipidana dgn pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak dua
ratus jt rupiah.
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana ayat 1 mengakibabkan terjadinya kecacatan atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dgn pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.
Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Euthanasia