Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1, (2016) 1
AbstrakPembangunan Ruas Jalan Provinsi Dalam hal ini jalan harus memenuhi persyaratan
ini untuk mendukung akses jalan menuju Rencana kenyamanan dan keselamatan untuk pemakai jalan.
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Jalan merupakan urat nadi bagi mobilitas kehidupan
Tanah Kuning, Kawasan Objek Wisata Bahari di manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
bernegara guna mendukung pembangunan dari berbagai
Kabupaten Bulungan dan menambah alternatif jalan kepentingan dan untuk membuka daerah-daerah yang
yang menghubungkan Kabupaten Berau dengan masih terisolir, daerah-daerah potensial dan produktif serta
Kabupaten Bulungan pada Ruas Tanjung Selor Tanah daerah pedalaman yang masih tertinggal. Salah satu
Kuning Tanjung Batu Tanjung Redeb, dan persyaratan jalan adalah persyaratan perkerasan, yang
direncana jalan yang ada saat ini dari Tanjung Selor menjadi persyaratan untuk memberikan kenyaman,
menuju Tanjung Redeb dengan kondisi berbelok-belok keamanan dan kecepatan.
dan naik turun perbukitan akan dilakukan perbaikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas
alinyemen berupa pengkondisian trase jalan yang lurus, Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Utara mempunyai
lebar dan relatif datar sehingga mobilitas pengguna perhatian khusus terhadap penanganan jalan yang
menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di Kabupaten
jalan dapat melintasi dengan cepat dan lancar dengan Bulungan. Kebijakan tersebut ditempuh dengan langkah-
waktu tempuh yang singkat. langkah yang salah satunya adalah membangun dan
Adapun metode yang digunakan dalam meningkatkan jalan-jalan penghubung ataupun jalan
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur yang strategis provinsi untuk mendorong dan memacu
digunakan dewasa ini banyak ragamnya, di Indonesia perkembangan ekonomi dan investasi, yang diarahkan
umumnya digunakan adalah Metode AASHTO 1993 untuk memberikan kemudahan, kelancaran, kenyamanan
(American Association of State Highway dan keselamatan dalam aksebilitas, mobilitas dan distribusi,
Transportation Official) dari Amerika Serikat. Metode sehingga dapat mengurangi waktu tempuh dan biaya
Analisa Komponen dari Bina Marga 1987. Dalam studi pergerakan baik untuk masyarakat maupun barang.
Pembangunan Ruas Jalan Provinsi ini untuk mendukung
analisis komparasi tebal perkerasan lentur pada ruas
akses jalan menuju Rencana Kawasan Industri dan
jalan Tanah Kuning - Karang Tigau pada sta. 0+000 s/d Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, Kawasan
9+225 dengan metode analisa komponen bina marga Objek Wisata Bahari di Kabupaten Bulungan dan
1987 dan metode AASHTO 1993 ini diperoleh hasil menambah alternatif jalan yang menghubungkan
Metode Analisa Komponen Tebal Lapis Pondasi Bawah Kabupaten Berau dengan Kabupaten Bulungan pada Ruas
= 10 cm, Tebal Lapis Pondasi Atas = 20 cm, Tebal Tanjung Selor Tanah Kuning Tanjung Batu Tanjung
Lapis Permukaan = 10 cm sementara Metode AASHTO Redeb, dan direncana jalan yang ada saat ini dari Tanjung
93 didapatkan hasil Tebal Lapis Pondasi Bawah = 23 Selor menuju Tanjung Redeb dengan kondisi berbelok-
cm, Tebal Lapis Pondasi Atas = 9 cm, Tebal Lapis belok dan naik turun perbukitan akan dilakukan perbaikan
alinyemen berupa pengkondisian trase jalan yang lurus,
Permukaan = 3 cm.
Kata Kunci Ruas Jalan,Provinsi, Metode Analisa Komponen lebar dan relatif datar sehingga mobilitas pengguna jalan
dapat melintasi dengan cepat dan lancar dengan waktu
Dan AASHTO 93 .
tempuh yang singkat.
Guna dapat memberi rasa aman dan nyaman kepada
I. PENDAHULUAN pemakai jalan, maka konstruksi perkerasan haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan
sebenarnya atau diambil contoh dari hasil pelaksanaan pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada
yang sudah ada. akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama
2. Metode teoritis, adalah perencanaan perkerasan jalan untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk
menggunakan perhitungan matematis berdasarkan memudahkan pengangkutan hasil bumi. Pada abad 18 para
sifat tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan bentuk
sebagai akibat dari beban lalu lintas yang berulang- perkerasan yang sebagian sampai saat ini umum digunakan
ulang. di Indonesia dan merupakan awal dari perkembangan
Adapun metode empiris yang digunakan dalam konstruksi perkerasan di Indonesia yang antara lain,
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur yang konstruksi perkerasan batu belah (Telford), konstruksi
digunakan dewasa ini banyak ragamnya, di Indonesia perkerasan macadam. Konstruksi Telford diciptakan oleh
umumnya digunakan adalah sebagai berikut: Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia, sedangkan
Metode AASHTO 1993 (American Association of State Macadam oleh Jhon Londer MacAdam (1756-1836) dari
Highway Transportation Official) dari Amerika Skotlandia.
Serikat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Metode analisa komponen dari Bina Marga 1987 Tahun 2004 pasal 8 menjelaskan jalan umum menurut
fungsinya di kelompokkan kedalam:
1.1 Perumusan Masalah 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi
Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak
belakang tersebut di atas adalah Seberapa besar kebutuhan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
tebal perkerasan lentur dan biaya konstruksi pada ruas jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri
Tanah Kuning - Karang Tigau bila dihitung berdasarkan meliputi jalan arteri primer dan sekunder. Jalan arteri
metode Analisa Bina Marga 1987 dan AASHTO 1993. primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah
tingkat nasional, sedangkan jalan arteri sekunder
1.2 Batasan Masalah merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan.
Agar tidak terjadi perluasan pembahasan maka dalam 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi
Tugas Akhir ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut : melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan
1. Objek penelitian pada ruas jalan Tanah Kuning - ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
Karang Tigau sta. 0+000 s/d 9+225 sedang, dan jumlah jalan masuk di batasi. Jalan
2. Tebal dan jenis bahan perkerasan berdasarkan data kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan
sekunder. kolektor sekunder. Jalan kolektor primer merupakan
3. Analisis tebal perkerasan menggunakan metode jalan kolektor dalam skala wilayah nasional sedang
Analisa Bina Marga 1987 dengan AASHTO 1993. jalan kolektor sekunder merupakan jalan kolektor
4. Sejauh mana perbedaan biaya konstruksi antara hasil dalam skala perkotaan.
analisis menggunakan metode Analisa Bina Marga 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi
1987 dengan AASHTO 1993. melayani angkutan setempat dengan ciri perjalan
1.3 Tujuan Penelitian jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Seberapa jalan masuk tidk di batasi. Jalan lokal meliputi jalan
besar kebutuhan tebal perkerasan lentur dan biaya lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal
konstruksi pada ruas jalan Tanah Kuning - Karang Tigau primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah
bila dihitung berdasarkan metode Analisa Bina Marga 1987 tingkat nasional, sedangkan jalan lokal sekunder
dan AASHTO 1993. merupakan jalan local dalam skala wilayah perkotaan.
1.4 Manfaat Penelitian 4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
adalah: perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata
1. Manfaat Teoritis rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lokal
teknik sipil terutama perencanaan tebal perkerasan primer merupakan jalan lingkungan dalam skala
lentur. wilayah tingkat nasional, sedangkan jalan lingkungan
2. Manfaat Praktis sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala
Agar dijadikan perbandingan atau tinjauan ulang bagi wilayah perkotaan.
dinas terkait mengenai peraturan tebal perkerasan II.2 Perancangan Tebal Perkerasan Lentur Dengan
lentur. Metode Analisa Komponen
2.2.1 Dasar Teori
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
bahwa yang dimaksud perencanaan perkerasan adalah
memilih kombinasi material dan tebal lapisan yang
II.1 Jalan Raya memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan
Perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia dalam jangka panjang, yang umumnya memperhitungkan
itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan ulang.
hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran
demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan kekuatan dan sifat penting lainnya dari lapisan permukaan
teknik jalan, seiring dengan perkembangan teknologi yang perkerasan dan masing-masing lapisan di bawahnya serta
ditemukan manusia. Sejarah perkembangan jalan menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis
diindonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia pondasi, dan lapis pondasi bawah.
adalah pembangunan jalan Daendles pada Zaman Belanda, Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah
yang dibangun dari Anyer di Banten sampai Panarukan di dasar, maka secara keseluruhan mutu dan daya tahan
Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000 km. konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat tanah
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 3
Dari data survey lapangan dapat diketahui besarnya 0,9 = (0,4.1) + (0,14.D2.1)
volume lalu lintas guna menganalisis kapasitas ruas jalan 0,9 = 0,4 + 0,14. D2
tersebut. Survey dilaksanakan pada jamjam tertentu, D2 = (0,9-0,4)/0,14
dalam interval waktu 15 menit. Pelaksanaan survey di = 3,57 in
lapangan yang diperkirakan pada jam-jam sibuk dan jam- = 9,07 cm
jam tidak sibuk yaitu pada jam: 3. Menghitung tebal lapis pondasi bawah (sub-base)
06.00 - 08.00 Didapat nilai SN3 sebesar 2,2 dengan bantuan nomogram,
12.00 - 14.00 dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan:
16.00 - 18.00 SN3 = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3
Adapun parameter yang digunakan dalam pelaksanaan 2,2 = (0,4.1) + (0,14.3,57.1) + (0,12. D3.1,15)
survey meliputi: 2,2 = 0,4 + 0,5 + 0,138. D3
Penentuan jenis kendaraan D3 = (2,2-0,4-0,5)/0,138
Waktu = 9,42 in
Asal - tujuan = 23,93 cm
Berdasarkan MKJI, perencanaan jalan luar kota untuk
menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil
penumpang (smp) maka harus dikalikan dengan faktor III. KESIMPULAN DAN SARAN
equivalensinya (emp), yaitu:
HV= 1,3 (bus, truk 2 as, truk 3 as) 5.1 Kesimpulan
LV = 1,0 (mobil penumpang, mikrobis, pickup) Hasil penelitian analisis komparasi tebal perkerasan
MC = 0,5 (sepeda motor) lentur pada ruas jalan tanah kuning-karang tigau pada sta.
Penentuan emp ini diambil dengan asumsi jalan yang 0+000 s/d 9+225 dengan metode analisa komponen bina
diambil adalah 2/2 UD. marga 1987 dan metode aashto 1993 dapat disimpulkan
4.2 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR sebagai berikut.
Dalam menentukan CBR segmen terdapat 2 cara yaitu 1. Analisis menggunakan Metode Analisa Komponen tebal
cara analitis dan cara grafis. perkerasan setiap lapisannya sebagai berikut:
Tabel 5. a. Tebal Lapis Pondasi Bawah = 10 cm
Hasil Tes DCP (Dynamic Cone Penetrometer b. Tebal Lapis Pondasi Atas = 20 cm
Nilai Nilai Nilai c. Tebal Lapis Permukaan = 10 cm
No. No. No. 2. Analisis menggunakan Metode AASHTO 93 tebal
CBR CBR CBR
Titik Titik Titik perkerasan setiap lapisannya sebagai berikut:
(%) (%) (%)
a. Tebal Lapis Pondasi Bawah = 23 cm
1 6,18 11 7,42 21 5,67 b. Tebal Lapis Pondasi Atas = 9 cm
2 38,64 12 23,22 22 17,31 c. Tebal Lapis Permukaan = 3 cm
3 19,96 13 55,16 23 36,36 3. Total estimasi biaya perkerasan dengan menggunakan
4 25,06 14 10,41 24 14,26 Metode Analisa Komponen senilai Rp. 71.716.978.205,20
sedangkan pada Metode AASHTO 93 senilai Rp.
5 29,94 15 9,97 25 0,68
53.580.992.817,53.
6 9,69 16 46,66 26 7,02 4. Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa dari segi
7 52,04 17 5,48 27 1,14 estimasi biaya penggunaan Metode AASHTO lebih murah
8 52,48 18 8,58 28 72,04 dibandingkan Metode Analisa Komponen.
9 14,55 19 34,24 29 24,93 5.2 Saran
10 10,69 20 25,27 30 7,21 Setelah dilakukan penelitian tentang analisis
komparasi tebal perkerasan lentur pada ruas jalan tanah
Sumber: Ringkasan Laporan Soil Test CV.Prisma Soenoe, kuning-karang tigau pada sta. 0+000 s/d 9+225 dengan
4.3 Faktor Regional metode analisa komponen bina marga 1987 dan metode
Dari tabel curah hujan kabupaten bulungan pada aashto 1993 didapatkan saran-saran sebagai berikut.
Tabel dapat disimpulkan termasuk kategori iklim I curah
hujan <900 mm/th dengan kelandaian II (6-10%) dengan
prosentase kendaraan berat >30% maka faktor regional = UCAPAN TERIMA KASIH
2,0 berdasarkan tabel faktor regional (SKBI-2.3.26.1987). Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan
4.4 Menghitung Tebal Masing-masing Lapisan (SN) Jazakumullah khoiron khatsiron :
Perhitungan perencanaan tebal perkerasan di 1. Bapak Ruslim, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
dasarkan pada kekuatan relatif masing-masing lapis Teknik Universitas Borneo Tarakan.
perkerasan dengan persamaan sebagai berikut: 2. Bapak Budi Setiawan, S.T., M.T. selaku Ketua
1. Menghitung tebal lapis permukaan (surface) Program Studi Teknik Sipil Universitas Borneo
Didapat nilai SN1 sebesar 0,4 dengan bantuan nomogram, Tarakan.
dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan: 3. Bapak Dr.-Ing Daud Nawir, S.T., M.T. selaku
SN1 = a1 D1 dosen pembimbing akademik, telah sabar
0,4 = 0,4. D membimbing saya dalam berjuang menempuh
D1 = 0,4 / 0,4 perkuliahan.
= 1 in 4. Bapak Dr.Ir.Djaya Bakri, M.T. selaku dosen
D1 = 2,54 cm pembimbing skripsi, dengan kesabaran ditengah
2. Menghitung tebal lapis pondasi atas (base) kesibukannya membimbing hingga tugas akhir ini
Didapat nilai SN2 sebesar 0,9 dengan bantuan nomogram, selesai.
dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan: 5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta,
SN2 = a1 D1 + a2 D2 m2 yang telah banyak memberi bantuan moril dan
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 6
DAFTAR PUSTAKA
[1] AASHTO, 1993, Guide for Design of Pavement Structure, The
American Association of State Highway and Transportation Officials.
Washington D. C.
[2] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Pedoman
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. (Pt T-01-2002-B), Jakarta
[3] Keputusan Menteri Pekerjaan Umum NO: 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.Jakarta.
[4] Hazazi, Ihsan, Muhammad, 2014, Evaluasi Perhitungan Tebal Lapis
Perkerasan Lentur dengan Menggunakan Metode SNI 2002 PT T-01-
2002-B dan Analisa Komponen SNI 1732-1989 F Pada Ruas Jalan
Runding (Sidikalang) Section 1. Politeknik Negeri Medan.
[5] Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen.
SKBI-2.3.26.1987,UDC: 625.73 (02). No.378/kpts/1987, Jakarta.
[6] Tm, S. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: KMTS FT
UGM.
[7] Nuryati, Sri, Analisis Tebal Lapis Perkerasan dengan Metode Bina
Marga 1987 dan AASHTO 1986. Universitas Islam 45 Bekasi.