Vous êtes sur la page 1sur 6

JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No.

1, (2016) 1

ANALISIS KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS


JALAN TANAH KUNING - KARANG TIGAU PADA STA. 0+000 s/d 9+225
DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA 1987 DAN
METODE AASHTO 1993
ANALISIS KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS
Mahmud, Djaya Bakri
1) Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan (UBT)
2) Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Borneo Tarakan (UBT)
Jl. Amal Lama no1, Tarakan 77123 Indonesia
e-mail: mamud23engineering@gmail.com

AbstrakPembangunan Ruas Jalan Provinsi Dalam hal ini jalan harus memenuhi persyaratan
ini untuk mendukung akses jalan menuju Rencana kenyamanan dan keselamatan untuk pemakai jalan.
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Jalan merupakan urat nadi bagi mobilitas kehidupan
Tanah Kuning, Kawasan Objek Wisata Bahari di manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
bernegara guna mendukung pembangunan dari berbagai
Kabupaten Bulungan dan menambah alternatif jalan kepentingan dan untuk membuka daerah-daerah yang
yang menghubungkan Kabupaten Berau dengan masih terisolir, daerah-daerah potensial dan produktif serta
Kabupaten Bulungan pada Ruas Tanjung Selor Tanah daerah pedalaman yang masih tertinggal. Salah satu
Kuning Tanjung Batu Tanjung Redeb, dan persyaratan jalan adalah persyaratan perkerasan, yang
direncana jalan yang ada saat ini dari Tanjung Selor menjadi persyaratan untuk memberikan kenyaman,
menuju Tanjung Redeb dengan kondisi berbelok-belok keamanan dan kecepatan.
dan naik turun perbukitan akan dilakukan perbaikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas
alinyemen berupa pengkondisian trase jalan yang lurus, Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Utara mempunyai
lebar dan relatif datar sehingga mobilitas pengguna perhatian khusus terhadap penanganan jalan yang
menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di Kabupaten
jalan dapat melintasi dengan cepat dan lancar dengan Bulungan. Kebijakan tersebut ditempuh dengan langkah-
waktu tempuh yang singkat. langkah yang salah satunya adalah membangun dan
Adapun metode yang digunakan dalam meningkatkan jalan-jalan penghubung ataupun jalan
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur yang strategis provinsi untuk mendorong dan memacu
digunakan dewasa ini banyak ragamnya, di Indonesia perkembangan ekonomi dan investasi, yang diarahkan
umumnya digunakan adalah Metode AASHTO 1993 untuk memberikan kemudahan, kelancaran, kenyamanan
(American Association of State Highway dan keselamatan dalam aksebilitas, mobilitas dan distribusi,
Transportation Official) dari Amerika Serikat. Metode sehingga dapat mengurangi waktu tempuh dan biaya
Analisa Komponen dari Bina Marga 1987. Dalam studi pergerakan baik untuk masyarakat maupun barang.
Pembangunan Ruas Jalan Provinsi ini untuk mendukung
analisis komparasi tebal perkerasan lentur pada ruas
akses jalan menuju Rencana Kawasan Industri dan
jalan Tanah Kuning - Karang Tigau pada sta. 0+000 s/d Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, Kawasan
9+225 dengan metode analisa komponen bina marga Objek Wisata Bahari di Kabupaten Bulungan dan
1987 dan metode AASHTO 1993 ini diperoleh hasil menambah alternatif jalan yang menghubungkan
Metode Analisa Komponen Tebal Lapis Pondasi Bawah Kabupaten Berau dengan Kabupaten Bulungan pada Ruas
= 10 cm, Tebal Lapis Pondasi Atas = 20 cm, Tebal Tanjung Selor Tanah Kuning Tanjung Batu Tanjung
Lapis Permukaan = 10 cm sementara Metode AASHTO Redeb, dan direncana jalan yang ada saat ini dari Tanjung
93 didapatkan hasil Tebal Lapis Pondasi Bawah = 23 Selor menuju Tanjung Redeb dengan kondisi berbelok-
cm, Tebal Lapis Pondasi Atas = 9 cm, Tebal Lapis belok dan naik turun perbukitan akan dilakukan perbaikan
alinyemen berupa pengkondisian trase jalan yang lurus,
Permukaan = 3 cm.
Kata Kunci Ruas Jalan,Provinsi, Metode Analisa Komponen lebar dan relatif datar sehingga mobilitas pengguna jalan
dapat melintasi dengan cepat dan lancar dengan waktu
Dan AASHTO 93 .
tempuh yang singkat.
Guna dapat memberi rasa aman dan nyaman kepada
I. PENDAHULUAN pemakai jalan, maka konstruksi perkerasan haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan

S eiring dengan berkembangnya dunia industri,


menjadi dua kelompok :
a. Syarat-syarat berlalu lintas
begitu juga dengan perkembangan sarana transportasi, b. Syarat-syarat kekuatan / Struktural
terutama jalan raya yang semakin pesat, maka sangat Perencanaan tebal perkerasan jalan baru umumnya dapat
dibutuhkannya akses jalan yang dapat memfasilitasi dibedakan atas dua metode, yaitu:
hubungan antar daerah dan juga salah satu prasarana 1. Metode Empiris, adalah perencanaan perkerasan jalan
perhubungan darat untuk memenuhi kebutuhan hidup. berdasarkan pengalaman dan penelitian atas ruas-ruas
Jalan juga memiliki peran penting terhadap perkembangan jalan yang memang khusus dibuat sebagai sampel dan
sosial, ekonomi, budaya, politik dan pertahanan keamanan. direncanakan semirip-miripnya dengan keadaan
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 2

sebenarnya atau diambil contoh dari hasil pelaksanaan pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada
yang sudah ada. akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama
2. Metode teoritis, adalah perencanaan perkerasan jalan untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk
menggunakan perhitungan matematis berdasarkan memudahkan pengangkutan hasil bumi. Pada abad 18 para
sifat tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan bentuk
sebagai akibat dari beban lalu lintas yang berulang- perkerasan yang sebagian sampai saat ini umum digunakan
ulang. di Indonesia dan merupakan awal dari perkembangan
Adapun metode empiris yang digunakan dalam konstruksi perkerasan di Indonesia yang antara lain,
perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur yang konstruksi perkerasan batu belah (Telford), konstruksi
digunakan dewasa ini banyak ragamnya, di Indonesia perkerasan macadam. Konstruksi Telford diciptakan oleh
umumnya digunakan adalah sebagai berikut: Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia, sedangkan
Metode AASHTO 1993 (American Association of State Macadam oleh Jhon Londer MacAdam (1756-1836) dari
Highway Transportation Official) dari Amerika Skotlandia.
Serikat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Metode analisa komponen dari Bina Marga 1987 Tahun 2004 pasal 8 menjelaskan jalan umum menurut
fungsinya di kelompokkan kedalam:
1.1 Perumusan Masalah 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi
Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak
belakang tersebut di atas adalah Seberapa besar kebutuhan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
tebal perkerasan lentur dan biaya konstruksi pada ruas jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri
Tanah Kuning - Karang Tigau bila dihitung berdasarkan meliputi jalan arteri primer dan sekunder. Jalan arteri
metode Analisa Bina Marga 1987 dan AASHTO 1993. primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah
tingkat nasional, sedangkan jalan arteri sekunder
1.2 Batasan Masalah merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan.
Agar tidak terjadi perluasan pembahasan maka dalam 2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi
Tugas Akhir ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut : melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan
1. Objek penelitian pada ruas jalan Tanah Kuning - ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
Karang Tigau sta. 0+000 s/d 9+225 sedang, dan jumlah jalan masuk di batasi. Jalan
2. Tebal dan jenis bahan perkerasan berdasarkan data kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan
sekunder. kolektor sekunder. Jalan kolektor primer merupakan
3. Analisis tebal perkerasan menggunakan metode jalan kolektor dalam skala wilayah nasional sedang
Analisa Bina Marga 1987 dengan AASHTO 1993. jalan kolektor sekunder merupakan jalan kolektor
4. Sejauh mana perbedaan biaya konstruksi antara hasil dalam skala perkotaan.
analisis menggunakan metode Analisa Bina Marga 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi
1987 dengan AASHTO 1993. melayani angkutan setempat dengan ciri perjalan
1.3 Tujuan Penelitian jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Seberapa jalan masuk tidk di batasi. Jalan lokal meliputi jalan
besar kebutuhan tebal perkerasan lentur dan biaya lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal
konstruksi pada ruas jalan Tanah Kuning - Karang Tigau primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah
bila dihitung berdasarkan metode Analisa Bina Marga 1987 tingkat nasional, sedangkan jalan lokal sekunder
dan AASHTO 1993. merupakan jalan local dalam skala wilayah perkotaan.
1.4 Manfaat Penelitian 4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
adalah: perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata
1. Manfaat Teoritis rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lokal
teknik sipil terutama perencanaan tebal perkerasan primer merupakan jalan lingkungan dalam skala
lentur. wilayah tingkat nasional, sedangkan jalan lingkungan
2. Manfaat Praktis sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala
Agar dijadikan perbandingan atau tinjauan ulang bagi wilayah perkotaan.
dinas terkait mengenai peraturan tebal perkerasan II.2 Perancangan Tebal Perkerasan Lentur Dengan
lentur. Metode Analisa Komponen
2.2.1 Dasar Teori
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. (1982) menyatakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
bahwa yang dimaksud perencanaan perkerasan adalah
memilih kombinasi material dan tebal lapisan yang
II.1 Jalan Raya memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan
Perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia dalam jangka panjang, yang umumnya memperhitungkan
itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan biaya konstruksi pemeliharaan dan pelapisan ulang.
hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan Perencanaan perkerasan meliputi kegiatan pengukuran
demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan kekuatan dan sifat penting lainnya dari lapisan permukaan
teknik jalan, seiring dengan perkembangan teknologi yang perkerasan dan masing-masing lapisan di bawahnya serta
ditemukan manusia. Sejarah perkembangan jalan menetapkan ketebalan permukaan perkerasan, lapis
diindonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia pondasi, dan lapis pondasi bawah.
adalah pembangunan jalan Daendles pada Zaman Belanda, Mengingat perkerasan jalan diletakkan di atas tanah
yang dibangun dari Anyer di Banten sampai Panarukan di dasar, maka secara keseluruhan mutu dan daya tahan
Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000 km. konstruksi perkerasan tidak terlepas dari sifat tanah
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 3

dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi masuk


perkerasan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi Volume Jam
setempat atau dengan tambahan timbunan dari lokasi lain Fungsi Kelas
Perencanaan
yang telah dipadatkan dengan tingkat kepadatan tertentu, Arteri - 1
sehingga mempunyai daya dukung yang mampu Primer > 10.000 1
mempertahankan perubahan volume selama masa Kolektor
< 10.000 2
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi > 20.000 1
lingkungan dan jenis tanah setempat. Arteri
< 20.000 2
Perkerasan lentur jalan dibangun dengan susunan sebagai > 6.000 2
berikut: Sekunder Kolektor
< 6.000 3
1. Lapis permukaan (surface course), yang berfungsi Jalan > 500 3
untuk: Lokal < 500 4
Memberikan permukaaan yang rata bagi kendaraan Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga, 1992
yang melintas diatasnya, 2.2.2 Standar Kecepatan Rencana
Menahan gaya vertikal, horisontal, dan getaran dari Sesuai dengan standar perencanaan, kecepatan
beban roda, sehingga harus mempunyai stabilitas rencana (design speed) menurut tipe dan kelas jalan.
tinggi untuk menahan beban roda selama masa Tabel 2.
pelayanan Standar Kecepatan Rencana
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi lapisan di Kecepatan Rencana
Tipe Jalan Kelas Jalan
bawahnya (km/jam)
Sebagai lapisan aus. Kelas 1 100 atau 80
Tipe I
2. Lapis pondasi atas (base course), yang berfungsi Kelas 2 100 atau 60*
untuk: Kelas 1 60
Mendukung kerja lapis permukaan sebagai penahan Kelas 2 60 atau 50
Tipe II
gaya geser dari beban roda, dan menyebarkannya ke Kelas 3 40 atau 30
lapisan di bawahnya Kelas 4 30 atau 20
Memperkuat konstruksi perkerasan, sebagai bantalan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan yang
terhadap lapisan permukaan terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu
Sebagai lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan
3. Lapis pondasi bawah (subbase course), yang berfungsi Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan,
untuk: serta pengelolaannya. (Undang-Undang Republik Indonesia
Menyebarkan tekanan yang diperoleh ke tanah, Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Mengurangi tebal lapis pondasi atas yang Jalan).
menggunakan material berkualitas lebih tinggi II.4 Daya Dukung Tanah Tanah Dasar (DDT) dan CBR
sehingga dapat menekan biaya yang digunakan dan Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan
lebih efisien, berdasarkan grafik korelasi Yang dimaksud dengan
harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau
Sebagai lapis peresapan air, CBR laboratorium. Jika digunakan CBR lapangan maka
Mencegah masuknya tanah dasar yang berkualitas pengambilan contoh tanah dasar dilakukan dengan tabung
rendah ke lapis pondasi atas, (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga
Sebagai lapisan awal untuk melaksanakan pekejaan CBRnya. Dapat juga mengukur langsung dilapangan
perkerasan jalan. (musim hujan/direndam). CBR lapangan biasanya
Berikut gambar susunan lapisan perkerasan jalan: digunakan untuk perencanaan lapis tambahan (overlay).
Jika dilakukan menurut Pengujian Kepadatan Ringan
(SKBI 3.3.30.1987/UDC 624.131.43 (02) atau Pengujian
Kepadatan Berat (SKBI 3.3.30.1987/UDC 624.131.53 (02)
sesuai dengan kebutuhan. CBR laboratorium biasanya
dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru.
Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung
tanah dasar hanya kepada pengukuran nilai CBR cara-cara
Gambar 1 lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang
II.3 Penentuan Klasfikasi Jalan dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara lain tersebut
Kondisi lapangan (tata guna lahan) yang dilalui dapat berupa: Group Index, Plate Bearing Test atau
jalan rencana dan sifat pergerakan yang akan dilayani oleh Rvalue. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR
jalan rencana merupakan pergerakan jalan antar yang dilaporkan, ditentukan sebagai berikut:
kecamatan. Pada penelitian ini mengacu pada standard a. Tentukan harga CBR terendah.
Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. b. Tentukan berapa banyak harga dari masing-
Tabel 1. masing nilai CBR yang sama dan lebih besar
dari masing-masing nilai CBR.
Klasifikasi Jalan Menurut Standar Desain Jalan
c. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai
Jalan Tipe I: Pengaturan jalan masuk secara penuh
100%. Jumlah lainnya merupakan persentase
Fungsi Kelas dari 100%.
Arteri 1 Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase
Primer
Kolektor 2 jumlah tadi
Sekunder Arteri 2 II.5 Faktor Regional
Jalan Tipe II: Sebagian atau tanpa pengaturan jalan
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 4

Keadaan lapangan mencakup permeabilitas tanah, I. METODOLOGI PENELITIAN


perlengkapan drainase, bentuk alinyemen serta persentase
kendaraan dengan berat 13 ton, dan kendaraan yang 3.1 Bagan Alir Penelitian
berhenti, sedangkan keadaan iklim mencakup curah hujan Berikut adalah bagan alir penelitian yang akan
rata-rata per tahun. Mengingat persyaratan penggunaan dilaksanakan.
disesuaikan dengan "Peraturan Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya" edisi terakhir, maka pengaruh
keadaan lapangan yang menyangkut permeabilitas tanah Mulai
dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama.
Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini,
Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh bentuk
alinyemen (kelandaian dan tikungan), persentase Kajian Pustaka
kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah
hujan).
II.6 Perhitungan Kuantitas (quantity Takeoff) Pengumpulan Data
Perhitungan kuantitas dibutuhkan agar dapat
memperoleh daftar material yang dibutuhkan dan
banyaknya material tersebut. Definisi mengenai
Data Sekunder : Data Primer :
perhitungan kuantitas/ quantity takeoff ; penentuan
Data LHR Data Eksisting Lokasi
kuantitas umumnya disebut quantity takeoff, yaitu
perhitungan unit-unit material yang diperlukan untuk Data Penelitian
pekerjaan konstruksi suatu proyek. (Goldman, 1990, p.3). Sebelumnya
Gambar kerja yang jelas dan mudah dipahami menjadi alat
bantu yang penting dalam melakukan perhitungan
kuantitas; dalam hal ini adalah gambar denah dan gambar
potongan tebal perkerasan. Satuan untuk Analisa Harga
Satuan Pekerjaan adalah per m3 untuk tiap lapis Analisis Data :
perkerasan. Metode Komponen Bina
1. Lalu Lintas Pada Lajur Rencana Marga
Lalu lintas pada lajur rencana (w18) diberikan dalam Metode AASHTO
kumulatif beban gandar standar. Untuk mendapatkan lalu Perhitungan Biaya
lintas pada lajur rencana ini digunakan Persamaan: Konstruksi
w18 = DD x DL x 18 (1) Hasil dan Pembahasan
Dimana :
DD = faktor distribusi arah.
DL = faktor distribusi lajur. Kesimpulan dan Saran
18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah.
Pada umumnya DD diambil 0,5. Pada beberapa kasus
khusus terdapat pengecualian dimana kendaraan berat
Selesai
cenderung menuju satu arah tertentu. Dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa DD bervariasi dari 0,3
0,7 tergantung arah mana yang berat dan kosong.
Tabel 3. II.HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Distribusi Lajur (DD)
Jumlah lajur per % beban gandar standar dalam
arah lajur rencana 4.1 Analisis Tebal Perkerasan
Dalam penentuan jumlah lajur pada penelitian ini
1 100
menggunakan 2 lajur dengan lebar jalan 12 meter, dengan
2 80 100 koefisien distribusi kendaraan 0,50 pada jenis kendaraan
3 60 80 ringan 2 arah dan 0,5 pada jenis kendaraan berat 2 arah.
4 50 75 Data diperoleh dari Tabel Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar
Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal Perkerasan dan Tabel Koefisien Distribusi Arah Kendaraan
perkerasan lentur dalam pedoman ini adalah lalu-lintas (SKBI-2.3.26.1987).
kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan 1. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
dengan mengalikan beban gandar standar kumulatif pada Berdasarkan Tabel angka ekivalen (E) beban sumbu
lajur rencana selama setahun (w18) dengan besaran kendaraan didapatkan angka ekivalen.
kenaikan lalu lintas (traffic growth). Secara numerik lalu- Tabel 4.
lintas kumulatif disajikan pada persamaan: Angka Ekivalen Setiap Kendaraan
No. Jenis Kendaraan Ekivalen (E)
1 Mobil Penumpang 0,0004
Dimana : 2 Bus 8 Ton 0,1593
Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif. 3 Truk 2 as 10 ton 0,3500
w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun. 4 Truk 2 as 13 ton 1,0648
n = umur pelayanan (tahun). 5 Truk 2 as 20 ton 1,3753
g = perkembangan lalu lintas (%). 2. Penentuan LHR rencana
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 5

Dari data survey lapangan dapat diketahui besarnya 0,9 = (0,4.1) + (0,14.D2.1)
volume lalu lintas guna menganalisis kapasitas ruas jalan 0,9 = 0,4 + 0,14. D2
tersebut. Survey dilaksanakan pada jamjam tertentu, D2 = (0,9-0,4)/0,14
dalam interval waktu 15 menit. Pelaksanaan survey di = 3,57 in
lapangan yang diperkirakan pada jam-jam sibuk dan jam- = 9,07 cm
jam tidak sibuk yaitu pada jam: 3. Menghitung tebal lapis pondasi bawah (sub-base)
06.00 - 08.00 Didapat nilai SN3 sebesar 2,2 dengan bantuan nomogram,
12.00 - 14.00 dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan:
16.00 - 18.00 SN3 = a1 D1 + a2 D2 m2 + a3 D3 m3
Adapun parameter yang digunakan dalam pelaksanaan 2,2 = (0,4.1) + (0,14.3,57.1) + (0,12. D3.1,15)
survey meliputi: 2,2 = 0,4 + 0,5 + 0,138. D3
Penentuan jenis kendaraan D3 = (2,2-0,4-0,5)/0,138
Waktu = 9,42 in
Asal - tujuan = 23,93 cm
Berdasarkan MKJI, perencanaan jalan luar kota untuk
menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil
penumpang (smp) maka harus dikalikan dengan faktor III. KESIMPULAN DAN SARAN
equivalensinya (emp), yaitu:
HV= 1,3 (bus, truk 2 as, truk 3 as) 5.1 Kesimpulan
LV = 1,0 (mobil penumpang, mikrobis, pickup) Hasil penelitian analisis komparasi tebal perkerasan
MC = 0,5 (sepeda motor) lentur pada ruas jalan tanah kuning-karang tigau pada sta.
Penentuan emp ini diambil dengan asumsi jalan yang 0+000 s/d 9+225 dengan metode analisa komponen bina
diambil adalah 2/2 UD. marga 1987 dan metode aashto 1993 dapat disimpulkan
4.2 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR sebagai berikut.
Dalam menentukan CBR segmen terdapat 2 cara yaitu 1. Analisis menggunakan Metode Analisa Komponen tebal
cara analitis dan cara grafis. perkerasan setiap lapisannya sebagai berikut:
Tabel 5. a. Tebal Lapis Pondasi Bawah = 10 cm
Hasil Tes DCP (Dynamic Cone Penetrometer b. Tebal Lapis Pondasi Atas = 20 cm
Nilai Nilai Nilai c. Tebal Lapis Permukaan = 10 cm
No. No. No. 2. Analisis menggunakan Metode AASHTO 93 tebal
CBR CBR CBR
Titik Titik Titik perkerasan setiap lapisannya sebagai berikut:
(%) (%) (%)
a. Tebal Lapis Pondasi Bawah = 23 cm
1 6,18 11 7,42 21 5,67 b. Tebal Lapis Pondasi Atas = 9 cm
2 38,64 12 23,22 22 17,31 c. Tebal Lapis Permukaan = 3 cm
3 19,96 13 55,16 23 36,36 3. Total estimasi biaya perkerasan dengan menggunakan
4 25,06 14 10,41 24 14,26 Metode Analisa Komponen senilai Rp. 71.716.978.205,20
sedangkan pada Metode AASHTO 93 senilai Rp.
5 29,94 15 9,97 25 0,68
53.580.992.817,53.
6 9,69 16 46,66 26 7,02 4. Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa dari segi
7 52,04 17 5,48 27 1,14 estimasi biaya penggunaan Metode AASHTO lebih murah
8 52,48 18 8,58 28 72,04 dibandingkan Metode Analisa Komponen.
9 14,55 19 34,24 29 24,93 5.2 Saran
10 10,69 20 25,27 30 7,21 Setelah dilakukan penelitian tentang analisis
komparasi tebal perkerasan lentur pada ruas jalan tanah
Sumber: Ringkasan Laporan Soil Test CV.Prisma Soenoe, kuning-karang tigau pada sta. 0+000 s/d 9+225 dengan
4.3 Faktor Regional metode analisa komponen bina marga 1987 dan metode
Dari tabel curah hujan kabupaten bulungan pada aashto 1993 didapatkan saran-saran sebagai berikut.
Tabel dapat disimpulkan termasuk kategori iklim I curah
hujan <900 mm/th dengan kelandaian II (6-10%) dengan
prosentase kendaraan berat >30% maka faktor regional = UCAPAN TERIMA KASIH
2,0 berdasarkan tabel faktor regional (SKBI-2.3.26.1987). Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan
4.4 Menghitung Tebal Masing-masing Lapisan (SN) Jazakumullah khoiron khatsiron :
Perhitungan perencanaan tebal perkerasan di 1. Bapak Ruslim, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
dasarkan pada kekuatan relatif masing-masing lapis Teknik Universitas Borneo Tarakan.
perkerasan dengan persamaan sebagai berikut: 2. Bapak Budi Setiawan, S.T., M.T. selaku Ketua
1. Menghitung tebal lapis permukaan (surface) Program Studi Teknik Sipil Universitas Borneo
Didapat nilai SN1 sebesar 0,4 dengan bantuan nomogram, Tarakan.
dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan: 3. Bapak Dr.-Ing Daud Nawir, S.T., M.T. selaku
SN1 = a1 D1 dosen pembimbing akademik, telah sabar
0,4 = 0,4. D membimbing saya dalam berjuang menempuh
D1 = 0,4 / 0,4 perkuliahan.
= 1 in 4. Bapak Dr.Ir.Djaya Bakri, M.T. selaku dosen
D1 = 2,54 cm pembimbing skripsi, dengan kesabaran ditengah
2. Menghitung tebal lapis pondasi atas (base) kesibukannya membimbing hingga tugas akhir ini
Didapat nilai SN2 sebesar 0,9 dengan bantuan nomogram, selesai.
dengan rumus analisis perancangan lapis perkerasan: 5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga tercinta,
SN2 = a1 D1 + a2 D2 m2 yang telah banyak memberi bantuan moril dan
JURNAL TEKNIK UBT Vol. 1, No. 1, (2016) 6

materil serta selalu mendoakan sehingga penulis


dapat menyelesaikan hasil peneltian tugas akhir
ini.
6. Bapak/Ibu Dosen selaku tenaga pengajar di
Universitas Borneo Tarakan khususnya Dosen
Fakultas Teknik dan Program Studi Teknik Sipil.
7. Staf Tata Usaha Fakultas Teknik dan Program
Studi Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan.
8. Terima Kasih Kepada Saudara-saudara mahasiswa
Teknik angkatan 2009 yang telah membantu
penelitian hingga penulisan tugas akhir ini selesai.
9. Seluruh rekan-rekan Fakultas Teknik, senior dan
junior yang telah membantu penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] AASHTO, 1993, Guide for Design of Pavement Structure, The
American Association of State Highway and Transportation Officials.
Washington D. C.
[2] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Pedoman
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. (Pt T-01-2002-B), Jakarta
[3] Keputusan Menteri Pekerjaan Umum NO: 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.Jakarta.
[4] Hazazi, Ihsan, Muhammad, 2014, Evaluasi Perhitungan Tebal Lapis
Perkerasan Lentur dengan Menggunakan Metode SNI 2002 PT T-01-
2002-B dan Analisa Komponen SNI 1732-1989 F Pada Ruas Jalan
Runding (Sidikalang) Section 1. Politeknik Negeri Medan.
[5] Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen.
SKBI-2.3.26.1987,UDC: 625.73 (02). No.378/kpts/1987, Jakarta.
[6] Tm, S. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: KMTS FT
UGM.
[7] Nuryati, Sri, Analisis Tebal Lapis Perkerasan dengan Metode Bina
Marga 1987 dan AASHTO 1986. Universitas Islam 45 Bekasi.

Vous aimerez peut-être aussi