Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil suatu penelitian di Amerika Serikat hanya 60% dokter ahli
paru dan alergi yang memahami panduan tentang asma dengan baik, sedangkan
dokter lainnya 20%-40%. Tidak mengherankan bila tatalaksana asma belum
sesuai dengan yang diharapkan. Di lapangan masih banyak dijumpai pemakaian
obat anti asma yang kurang tepat dan masih tingginya kunjungan pasien ke unit
gawat darurat, perawatan inap, bahkan perawatan intensif.4 7
Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk
kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit
dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang
direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA). Dengan melihat kondisi
dan kecenderungan asma secara global, GINA pada kongres asma sedunia di
Barcelona tahun 1998 menetapkan tanggal 7 Mei 1998 sebagai Hari Asma
Sedunia untuk pertama kalinya.2
1
Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi
5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar)
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara
3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995
dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di
atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian secara serius.5
2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A.F
Umur : 2 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Beruang no.29
Tanggal masuk : 10 Oktober 2016
Tempat rawat : Ruang Catelia RSUD Undata palu
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas
3
Kakek dan nenek pasien menderita asma
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah
Anamnesis Makanan :
Pasien tidak pernah memperoleh ASI dan hanya diberikan
susu formula semenjak lahir sampai usia 1 tahun 2 bulan
Riwayat Imunisasi :
Lengkap
4
Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 112 kali/menit, reguler
Suhu : 36,7 C
Respirasi : 64 kali/menit
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 91 cm
Status gizi : gizi baik, z score (-1), (-2)
7. Thorax
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri
Perkusi : Hipersonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikular+/+, Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler.
8. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
5
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-) Splenomegali (-)
V. RESUME
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 4 bulan masuk ke RSUD Undata
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari yang lalu.
Sesak dirasakan pertama kali pada siang hari ketika sedang beraktifitas,
Pasien lebih menyukai untuk berbaring dibandingkan dengan duduk untuk
mengurangi sesak nafas yang dialami, sensasi seperti rasa dada tertekan.
Biasanya Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek. terakhir
kali pasien mengalami sesak napas pada 7 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak
dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1
tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan
batuk berlendir sejak 2 hari lalu, tidak disertai dengan flu.
Pasien tidak Demam dan tidak ada riwayat kejang, tidak
mengalami mual dan muntah, buang air kecil lancar dan buang air besar
6
biasa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, Pemeriksaan Kepala dan leher
DBN, pemeriksaan thorax : terlihat retraksi dinding dada, suara nafas
tambahan Wheezing (+), frekuensi nafas: 64x/menit. Pemeriksaan Abdomen
DBN, Extremitas DBN.
.
VI. DIAGNOSIS : Asma bronchial Intermiten
VII. TERAPI
- O2 2 LPM
- IVFD RL 8 gtt/m
- Inj. Dexametasone 3 x 2 mg.
- Nebulizer 2 agonist (salbutamol nebule 2.5 mg )
- ambroxol 5,5 mg
- Salbutamol 1 mg 3x1 pulv
VIII. ANJURAN
- Spirometri
IX. FOLLOW UP
Tanggal : 11-10-2016
Subjek (S) : Sesak (-), Batuk(+), lendir (+), sianosis (-)
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 88 kali/menit
- Respirasi : 38 kali/menit
- Suhu : 36,50C
Thorax
Inspeksi : Retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri,
Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Hipersonor (-/-), Batas Jantung Normal
Auskultasi : Bronchovesikular (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-) Bunyi jantung S1 dan S2
murni reguler.
7
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani seluruh regio
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepatomegali(-) Splenomegali (-)
DISKUSI
8
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T.
Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas
namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara
spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan. 1
ANAMNESIS
9
Seringkali ada riwayat alergi pada pasien dan keluarganya. Biasanya gejala juga
dapat lebih berat pada malam hari. Dari hasil Anamnesis terhadap
pasien :pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1
hari.. Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek.. Sesak nafas
tidak dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1
tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan
adanya batuk berlendir (+), kakek dan nenek pasien menderita asma. 7
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sedang bergejala batuk atau
sesak dapat terlihat retraksi dinding dada ataupun kontraksi otot bantu repiratorik,
terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan
stetoskop. Perlu dicari gejala lain alergi pada pasien seperti dermatitis atopik atau
rinitis alergi. Dari Pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan pada
pemeriksaan thorax terdengar suara nafas tambahan wheezing (+)7
Pemeriksaan penunjang
10
Derajat asma berdasarkan derajat serangan dapat dikelompokkan
menjadi :Intermitten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat.
Frekuensi
1 <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
2 Lama serangan <1minggu >1minggu
periode bebas
serangan
Intensitas
3 Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
serangan
Tidur dan
5 Tidak tergganggu Sering tergganggu Sangat tergganggu
aktifitas
11
di luar serangan ditemukan kelainan) tergganggu normal
Obat pengendali
7 Tidak perlu Perlu Perlu
(anti inflamasi)
Uji faal
PEF atau FEV1<60- PEV atau
8 paru(diluar PEF atau FEV1>80%
80% FEV<60%
serangan)
Tujuan tata laksana asma adalah terkendalinya asma anak secara umum untuk
mencapai kendali asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang
Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat
anak(nebulisasi
secara 1-3x,
optimal. Secara lebih rinci,
respons tujuan1-3x,
(nebulisasi yang ingin dicapai adalah :
baik, gejala hilang) respons parsial) (nebulisasi 3x,
1. Aktivitas
observasi 2 jam pasien berjalan normal, termasuk bermain danrespons
berolahraga
buruk)
(3)
2. efek
jika Gejala tidak timbul padaBerikan
bertahan, siang oksigen
maupun malam hari
boleh pulang Nilai kembali derajat sejak awal berikan O2
3. Kebutuhan obat seminimal mungkin
serangan, jika dan tidak
sesuai dgn ada serangan
saat / di luar nebulisasi
jika gejala timbul lagi,
4. Efek sebagai
perlakukan samping obat dapat dicegah
serangan sedang,untuk tidak atau
pasangsesedikit mungkin
jalur parenteral
observasi di Ruang nilai ulang klinisnya,
1 6 jika
terjadi,
serangan terutama yang mempengaruhi
sedang tumbuh kembang
Rawat Sehari/observasi
anak
sesuai dengan serangan
Pasang jalur parenteral berat, rawat di Ruang
Apabila tujuan ini belum tercapai maka tata laksananya perlu dievaluasi
Rawat Inap kembali
foto Rontgen toraks
Tujuan tata laksana serangan asma antara lain sebagai berikut :
1. Mengatasi
Boleh pulang penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
2. Mengurangi
Bekali obat -agonis hipoksemia
(hirupan / oral)
3. sudah
jika Mengembalikan
ada obat fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
Ruang Rawat Sehari RuangRawatInap
4. Mengevaluasi
pengendali, teruskan dan memperbaharui
/observasi tata laksana jangka panjang untuk
Oksigen teruskan
jika infeksi virus sbg. 16 Atasi dehidrasi dan asidosis
mencegah
pencetus, kekambuhan
dapat diberi Oksigen teruskan
jika ada
steroid oral berikan steroid oral
nebulisasi tiap 2 jam steroid IV tiap 6-8 jam
dalam 24-48 jam kon-trol ke
bila dalam 12 jam perbaikan nebulisasi tiap 1-2 jam
Klinik R. Jalan, untuk
klinis stabil, boleh pulang, tetapi aminofilin IV awal, lanjutkan
reevaluasi
jika klinis tetap belum membaik rumatan
atau meburuk, alih rawat ke jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, interval jadi 4-6
Alur Tatalaksana Serangan Ruang AsmaRawat padaInap Anak jam
jika dalam 24 jam perbaikan
Klinik / IGD klinis stabil, boleh pulang
jika dengan steroid dan
aminofilin parenteral tidak
Catatan: membaik, bahkan timbul
Ancaman henti napas, alih
Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x rawat ke Ruang Rawat
langsung dengan -agonis + antikolinergik Intensif
Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang Rawat
Intensif 12
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin
subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit
diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
DAFTAR PUSTAKA
13
2. Kepmenkes 1023/MENKES/SK, 2008. Pedoman pengendalian penyakit
asma. Menteri Kesehatan RI. Indonesia
3. IDAI.2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
4. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi, IDAI. 2000. Konsensus Nasional
Asma Anak. Sari pediati vol 2(1).
5. IDAI. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta.
14