Vous êtes sur la page 1sur 38

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN

TRANSPORTASI TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA


MENGGUNAKAN Z-SCORE DAN REGRESI

LIA YULIANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Financial
Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan
Z-Score dan Regresi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Lia Yuliana
NIM H24090138
RINGKASAN

LIA YULIANA. Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek
Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO
dan YUSRINA PERMANASARI.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan transportasi di


Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai berkembangnya sektor
transportasi Indonesia. Namun, berkembangnya sektor transportasi Indonesia tidak lepas dari
masalah. Semakin meningkatnya harga minyak dunia diiringi dengan kenaikan harga BBM
dan jumlah kecelakaan yang semakin tinggi mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam keuangan
perusahaan pada kondisi financial distress.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi financial distress perusahaan
transportasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012
menggunakan z-score dan menganalisi pengaruh rasio-rasio keuangan berupa Current ratio
(CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)
terhadap financial distress menggunakan regresi.
Hasil analisis financial distress perusahaan transportasi Indonesia menggunakan
metode z-score menunjukkan bahwa delapan dari sembilan perusahaan yang dianalisis
pernah mengalami financial distress. IATA, TMAS dan ZBRA adalah perusahaan yang
selalu mengalami financial distress pada periode 2007-2011. APOL, HITS, RAJA dan
SMDR merupakan perusahaan yang mengalami punurunan kondisi keuangan pada periode
analisis. CMPP dan MIRA adalah dua dari sembilan perusahaan yang mengalami
peningkatan kondisi keuangan di akhir periode. Tahun 2010 merupakan tahun di mana paling
banyak perusahaan mengalami fianancial distress karena pada tahun ini banyak perusahaan
transportasi yang mendapatkan laba usaha yang rendah sehingga berpengaruh terhadap nilai
z-score yang negatif. Hasil dari analisis menggunakan regresi menunjukkan bahwa kondisi
financial distress perusahaan dapat dipengaruhi oleh rasio keuangan CR, ROA, ROE, dan
NPM. Keempat rasio tersebut menunjukkan hasil yang signifikan atau mempunyai pengaruh
nyata terhadap financial distress dengan nilai p-value<0.05 sehingga dapat dikatakan
keempat rasio tersebut berpengaruh terhadap financial distress.

Kata Kunci: Financial distress, Regresi, dan Z-score


ABSTRAK
LIA YULIANA. Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di
Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Dibimbing oleh
ABDUL KOHAR IRWANTO dan YUSRINA PERMANASARI.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan
transportasi di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai
berkembangnya sektor transportasi Indonesia. Namun, berkembangnya sektor
transportasi Indonesia tidak lepas dari masalah. Semakin meningkatnya harga
minyak dunia diiringi dengan kenaikan harga BBM dan jumlah kecelakaan yang
semakin tinggi mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang terus
terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam keuangan perusahaan pada
kondisi financial distress. Penelitian ini menggunakan 2 metode untuk
menganalisis kondisi keuangan perusahaan yaitu z-score dan regresi. Tujuan dari
penelitian ini adalah 1). Menganalisis kondisi financial distress perusahaan
transportasi Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012, 2).
Menganalisi rasio-rasio keuangan (CR, ROA, ROE, dan NPM) yang berpengaruh
terhadap financial distress. Hasil dari penelitian ini adalah delapan dari sembilan
perusahaan transportasi pernah mengalami financial distress pada periode 2007-
2012. Sedangkan rasio keuangan yang berpengaruh nyata terhadap financial
distress adalah CR, ROA, ROE, dan NPM
Kata Kunci: Financial distress, Regresi, dan Z-score

ABSTRACT
LIA YULIANA. Financial distress Analysis of Selected Transportation Company
in Indonesia Stock Exchange Based on Z-score and Regression Approaches.
Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and YUSRINA PERMATASARI.
An increasing number of Indonesian population made the needed of
transportation in Indonesia increased. This was in line with the national
development programme of the transportasion sector. This can not be separated
from the problem that has been twisting. The increasing of crued oil in world
which were followed by rising fuel prices in Indonesia and also the high number
of accidents caused losses to the company. This losses that accured continuously
and unable to control will threaten companies finance in term financial distress.
This research will use two methods to analyze the companies financial condition,
which are z-score and Regression. The objectives of this research are 1). To
analyze the financial distress of Indonesian transportation sector that listed on
Indonesia Stock Exchange (BEI) since 2007 until 2012, 2). To analyze the
financial ratios (CR, ROA, ROE, dan NPM) to predict the financial distress. The
results of this study were eight of nine transportation companies have experienced
financial distress in the period of 2007-2012. While financial ratios that
significantly affect financial distress were CR, ROA, ROE, and NPM.
Keyword: Financial distress, Regression, and Z-score
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
TRANSPORTASI TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
MENGGUNAKAN Z-SCORE DAN REGRESI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di
Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi
Nama : Lia Yuliana

NlM : H24090138

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Yusrin Permanasari, SSos, ME

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: 1 0 SEP 2013


Judul Skripsi : Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di
Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi
Nama : Lia Yuliana
NIM : H24090138

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Yusrina Permanasari, SSos, ME


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah
Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek
Indonesia Menggunakan Z-score dan Regresi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto,
MSc dan Ibu Yusrina Permanasari, SSos, ME selaku dosen pembimbing sekaligus
penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan penelitian ini serta Bapak Ali Mutasowifin, SE, MAk. yang telah
bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan serta koreksi dalam penelitian
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Harmoko, Ibunda
Sumarni, Kakak Lucky Hartanto serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Keluarga
Ekonomi dan Manajemen Pecinta Alam (KAREMATA) khususnya angkatan
delapan awan yang telah banyak berbagi pelajaran dan perjalanan di alam bebas,
keluarga besar Manajemen 46 yang telah menemani dan membantu dalam
perkuliahan, keluarga SQ tercinta atas canda dan tawa, teman seperjuangan (Arin,
Hanna, Lita, Nidia, Annisa, Dafid dan Pandu) yang telah memberikan motivasi
dan bantuan dalam penelitian, serta sahabat-sahabat IPB (Lena, Renita, Dila, Okti,
Sony, Vety, Wahyu dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu) atas kasih sayang dan kecerian di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Lia Yuliana
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Laporan Keuangan 3
Analisis Rasio Keuangan 4
Transportasi 4
Z-score 5
Penelitian Terdahulu 5
METODE PENELITIAN 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Variabel Penelitian 8
Hipotesis Penelitian 8
Teknik Analisis 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Kondisi Financial distress Perusahaan Transportasi Indonesia 11
Hasil Forecasting nilai Z-score Perusahaan Transportasi Indonesia 16
Implikasi Manajerial 20
SIMPULAN DAN SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
RIWAYAT HIDUP 26
DAFTAR TABEL

1 Perkembangan jumlah mobil penumpang dan bis serta perkembangan


sarana kereta api. 1
2 Daftar perusahaan transportasi terpilih 11
3 Hasil analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi 11
4 Hasil forecasting nilai z-score perusahaan transportasi Indonesia 17

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 7
2 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor darat 12
3 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor laut 14
4 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor udara 16
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan


transportasi di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai
berkembangnya sektor transportasi Indonesia. Perkembangan transportasi dapat
dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan dan volume penumpang. Di
sektor transportasi darat terdapat peningkatan dalam jumlah mobil penumpang,
bis dan kereta api yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah mobil penumpang dan bis serta perkembangan
sarana kereta api.
Perkembangan jumlah mobil Perkembangan
penumpang dan bis a (unit) sarana Kereta Api
Tahun Indonesia b(unit)
Jumlah mobil
Jumlah bis Jumlah kereta
penumpang
2004 4.231.901 933.251 1212
2005 5.076.230 1.110.255 1226
2006 6.035.291 1.350.047 1297
2007 6.877.229 1.736.087 1190
2008 7.489.852 2.059.187 1448
2009 7.910.407 2.160.973 1495
2010 8.891.041 2.250.109 1506
2011 9.548.866 2.254.406 1622
a b
BPS (2013), Dephub (2013)

Di sektor transportasi udara semakin banyaknya maskapai penerbangan,


bandara dan jumlah penumpang di Indonesia menjadi salah satu bukti
perkembangan transportasi udara. Jumlah penumpang keberangkatan dalam
negeri di bandara Indonesia sebanyak 7 046 000 orang pada tahun 1999 dan
meningkat menjadi 59 276 000 orang pada tahun 2011 (BPS 2013). Di sektor
transportasi laut perkembangan dapat dilihat dari jumlah penumpang kapal yang
berangkat dari pelabuhan sebanyak 9 563 000 orang pada tahun 1995 meningkat
menjadi 19 996 800 orang pada tahun 2011 (BPS 2013). Potensi bisnis
transportasi laut Indonesia masih dapat dikembangkan melihat 2/3 wilayah
Indonesia adalah lautan dan letak geografis Indonesia yang berada di jalur
perdagangan internasional. Berkembangnya transportasi darat, udara dan laut di
Indonesia saat ini menjadi peluang besar bagi para investor untuk berinvestasi dan
meraih keuntungan di sektor transportasi Indonesia.
Berkembangnya sektor transportasi Indonesia tidak lepas dari berbagai
masalah yang dihadapi. Semakin meningkatnya harga minyak dunia yang diiringi
dengan kenaikan harga BBM, serta jumlah produksi premium dan pertamax yang
berfluktuasi bahkan menurun produksinya pada tahun 2010 dan 2011 menjadi
masalah pada sektor transportasi darat. Di sektor transportasi udara pailitnya
beberapa maskapai penerbangan seperti Adam Air pada Maret 2008, Linus Air
2

Ways pada April 2009 dan yang tebaru Batavia Air pada Januari 2013 menjadi
pertanyaan dan guncangan bagi pertumbuhan transportasi udara di Indonesia. Di
sektor transportasi laut semakin berkembangnya transportasi darat dan udara
memberikan ancaman bagi sektor laut karena semakin banyak alternatif
transportasi yang memiliki kuantitas dan kualitas yang lebih baik dan jika
dibandingkan, transportasi darat dan udara lebih berkembang dari transportasi
laut. Selain masalah-masalah di atas terdapat satu masalah yang terus terjadi pada
transportasi Indonesia yaitu masalah kecelakaan transportasi. Jumlah kecelakaan
yang semakin meningkat dari 17 732 kecelakaan pada tahun 2004 menjadi 108
696 pada tahun 2011 membuat kerugian materi sebesar Rp217 435 000 000 pada
tahun 2011 (BPS 2013). Kerugian materi yang terus menerus terjadi dapat
mengancam kondisi keuangan perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan
perusahaan. Pada laporan keuangan terdapat rasio-rasio keuangan yang dapat
dianalisis untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan apakah berada dalam
kondisi sehat atau mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Masalah
serta kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam
keuangan perusahaan pada kondisi financial distress. Analisis rasio-rasio
keuangan dapat dilakukan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan
sehingga apabila perusahaan dianalisis mengalami kondisi financial distress
perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut dan
melakukan perbaikan kondisi keuangan. Analisis kondisi financial distress sektor
transportasi dalam penelitian ini menggunakan metode z-score dan regresi untuk
mengetahui kondisi financial distress perusahaan dan rasio-rasio keuangan apa
saja yang mempengaruhi financial distress perusahaan.

Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah dijelaskan, perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012?
2. Rasio-rasio keuangan (Current ratio, Return On Asset, Return On Equity,
Net Profit Margin) apa saja yang berpengaruh terhadap financial distress?

Tujuan Penelitian

Mengacu dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia
yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012.
2. Menganalisis rasio-rasio keuangan (Current ratio, Return On Asset, Return
On Equity, Net Profit Margin) yang berpengaruh terhadap financial distress.
3

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:
1. Bagi perusahaan
Dapat dijadikan gambaran kondisi financial distress perusahaan dan salah
satu cara perusahaan untuk menganalisis kondisi keuangan menggunakan
metode z-score dan regresi.
2. Bagi investor
Menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di sektor transportasi
dengan melihat kondisi financial distress perusahaan.
3. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan
mengenai analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis kondisi financial distress


perusahaan transportasi terpilih di Bursa Eek Indonesia dengan menggunakan
metode z-score dan regresi. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan
adalah perusahaan transportasi yang telah masuk BEI sebelum tahun 2007 dan
tidak keluar sebelum 2012. Analisis ini menggunakan data laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh BEI pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2012. Analisis
difokuskan pada rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan khususnya CR, ROA, ROE, dan NPM.

TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Keuangan

Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir


transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan semua kegiatan operasional
organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso et al
2005)
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung adalah:
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan
laba/rugi perusahaan pada periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode.
4. Laporan arus kas. Di sini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam
suatu periode.
5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur
apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
4

6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak


dibagikan kepada pemilik usaha.
7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik
saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.
8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini
menggambarkan transaksi laporan keuangan yang mempengaruhi kas dan
ekuivalen kas.

Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang memiliki hubungan yang
relevan dan signifikan.
Rasio keuangan yang sering digunakan adalah:
1. Rasio likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio solvabilitas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibanya
apabila perusahaan di likuidasi.
3. Rasio rentabilitas/profitabilitas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada.
4. Rasio Leverage
Rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset.
5. Rasio Aktivitas
Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan peruahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan
Rasio yang menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos
perusahaan dari tahun ke tahun.
7. Rasio Penilaian Pasar
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus
dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan
prestasi perusahaan di pasar modal.
8. Rasio Produktifitas
Rasio yang menggambarkan tingkat produktifitas dari unit atau
kegiatan yang dinilai (Harahap 2004)

Transportasi

Transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong orang


dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian
transportasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengangkut atau membawa
barang dan/ atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ada berbagai
5

jenis transportasi darat, laut dan udara, namun untuk setiap bentuk transportasi itu
terdapat empat unsur pokok transportasi yaitu jalan, kendaraan dan alat angkutan,
tenaga penggerak dan terminal (Kamaludin 2003).

Z-score

Altman mengeluarkan beberapa metode z-score. Z-score yang pertama


dikeluarkan pada tahun 1968 dengan sampel perusahaan manufaktur publik di
Amerika dengan rumus Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5. Z
merupakan indeks kebangkrutan, X1 (Modal kerja/total harta), X2 (Laba
ditahan/total harta), X3 (Pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta), X4
(Nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang), X5 (Penjualan/total harta). Rumus pertama
yang dikeluarkan altman ini menggunakan kategori yaitu z>2.99 perusahaan
dikategorikan sehat, z=1.81-2.99 perusahaan dikategorikan grey area dan z<1.81
perusahaan dikatakan financial distress. Z-score pertama tersebut mengalami
keterbatasan karena hanya dapat digunakan untuk perusahaan publik dan
manufaktur. Altman kemudian mengembangkan rumus z-score yang kedua yang
ditujukan untuk perusahaan non publik yaitu Z = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3
+ 0.420X4 + 0.998X5. Kategori yang digunakan pada model kedua ini adalah
z>2.90 perusahaan dikategorikan sehat, z=1.23-2.90 perusahaan dikategorikan
grey area dan z<1.23 perusahaan dikatakan financial distress. Z-score terakhir
yang dikembangkan altman adalah Z = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4.
Pada model ketiga ini Altman menghilangkan variabel X5 berupa penjualan/total
harta. Kategori yang digunakan pada model ini adalah z>2.60 perusahaan
dikategorikan sehat, z=1.1-2.60 perusahaan dikategorikan grey area dan z<1.1
perusahaan dikatakan financial distress. Z-score terakhir ini merupakan rumus
yang paling fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun
private dan merupakan model yang paling cocok digunakan di Indonesia yang
merupakan negara berkembang (Prihadi 2010).

Penelitian Terdahulu

Analisis financial distress perusahaan transportasi ini melihat dan


mempelajari dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Penelitian mengenai
kondisi keungan perusahaan khususnya financial distress telah banyak dilakukan,
akan tetapi menggunakan alat analisis, variabel dan objek yang bervariasi dengan
hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi panduan dalam
penelitian diantaranya adalah Arisudhana D (2011) melakukan penelitian
mengenai Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate pada
Perusahaan Industri Properti. Hasil dari penelitian ini menunjukan perbedaan hasil
pengujian kebangkrutan antara model Altman dan Springate di perusahaan
industri properti. Model Altman memprediksi dari 6 perusahaan pada tahun 2005-
2009 terdapat 29 kondisi kebangkrutan. tetapi pada model Springate memprediksi
terdapat 25 kondisi kebangkrutan pada tahun 2005-2009.
Empel (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Kondisi Financial
Distress pada Sektor Agrikultur Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode
2006-2010 menggunakan metode regresi data panel dengan melihat nilai debt
service coverage ratio (DSCR) yang dihitung menggunakan rasio-rasio keuangan
6

sebagai faktor internal dan krisis subprime mortgage sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa hampir
seluruh perusahaan agrikultur berada dalam kondisi financial distress.
Kurniawanti BA (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis
Penggunaan Altman Z-score Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.
Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga perusahaan yang berada pada kategori
sehat, satu perusahaan yang berada di grey area dan satu perusahaan berada pada
kategori bangkrut.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat membuat


kebutuhan akan sarana transportasi juga semakin meningkat. Hal tersebut
diimbangi dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan transportasi di
Indonesia. Semakin banyaknya jumlah transportasi dan jumlah penumpang
menjadi tanda berkembangnya sarana transportasi Indonesia. Berkembangnya
perusahaan transportasi berpotensi menarik para investor untuk menginvestasikan
asetnya. Namun berkembangnya perusahaan transportasi Indonesia tidak lepas
dari masalah yang mengancam. Semakin meningkatnya harga bahan bakar dan
jumlah kecelakaan transportasi mendatangkan kerugian material. Kerugian
material yang terus-menerus terjadi dan tidak bisa diselesaikan akan
mempengaruhi kondisi keuangan perusahan pada kondisi financial distress.
Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan
perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan dapat
digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini
laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan
transportasi yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012. Rasio-rasio keuangan
yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan adalah modal kerja/total
harta, laba ditahan/total harta, pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta,
dan nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menganalisis kondisi financial distress adalah z-score Altman. Metode z-
score Altman mengelompokkan kondisi keuangan perusahaan menjadi tiga
berdasarkan score yaitu Z>2.60 perusahaan dalam kondisi sehat, Z<1.1
perusahaan dalam kondisi financial distress dan Z = 1.1-2.60 perusahaan dalam
kondisi grey area atau kondisi di antara kondisi sehat dan financial distress.
Selain melihat kondisi financial distress dalam penelitian ini akan dilanjut dengan
melihat rasio-rasio keuangan apa saja yang berpengaruh nyata terhadap kondisi
financial distress menggunakan regresi untuk melihat pengaruh.
Analisis financial distress dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui
kondisi keuangannya, sehingga apabila perusahaan diprediksi dalam kondisi
financial distress diharapkan perusahaan dapat mempersiapkan diri dan
melakukan tindakan pencegahan agar tidak mengalami kebangkrutan. Kerangka
pemikiran penelitian tergambar pada Gambar 1.
7

Perusahaan Transportasi yang


terdaftar di BEI

Laporan keuangan BEI


periode 2007-2012

Rasio-rasio keuangan

Z>2.60=
Perusahaan Analisis Z-Score:
sehat Modal kerja/total harta Regresi:
Laba ditahan/total harta
1.1-2.60= pengaruh CR,
Pendapatan sebelum ROA, ROE, dan
Grey area
pajak dan bunga/total NPM terhadap Z-
harta score
Z<1.1= Nilai pasar ekuitas/nilai
financial buku dari hutang
distress

Kondisi financial distress dan


rasio keuangan yang
mempengaruhi

Gambar 1 Kerangka pemikiran


Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan transportasi yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012. Waktu penelitian dilakukan
pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan transportasi yang
terdaftar di BEI pada periode 2007-2012 serta buku/bahan pustaka lainnya yang
mendukung penelitian.
8

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling atau sampel


bertujuan menggunakan kriteria tertentu untuk pemilihan sampel. Kriteria yang
ditentukan berupa:
1. Perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada peride 2007-2012.
2. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap pada periode 2007-2012.
3. Laporan keuangan dalam bentuk rupiah.
Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap
dikeluarkan dari sampel. Untuk bahan pustaka pendukung diperoleh dengan cara
mempelajari dan mengutip dari berbagai buku, data Badan Pusat Statistik (BPS),
dan penelusuran internet.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam metode z-score adalah variabel


dependen berupa indeks kebangkrutan dan variabel independen berupa modal
kerja/total harta, laba ditahan/total harta, pendapatan sebelum pajak dan
bunga/total harta, nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang. Metode regresi
menggunakan nilai z-score sebagai variebel dependen dan CR, ROA, ROE, dan
NPM sebagai variabel independen.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


1. Pengaruh CR terhadap z-score
H0 : CR tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : CR berpengaruh nyata terhadap z-score
2. Pengaruh ROA terhadap z-score
H0 : ROA tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1: ROA berpengaruh nyata terhadap z-score
3. Pengaruh ROE terhadap z-score
H0 : ROE tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : ROE berpengaruh nyata terhadap z-score
4. Pengaruh NPM terhadap z-score
H0 : NPM tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : NPM berpengaruh nyata terhadap z-score

Teknik Analisis

Teknik Analisis Model Z-Score


Metode z-score Altman yang digunakan dalam memprediksi kondisi financial
distress dalam penelitian ini adalah:
Z = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4)
Keterangan :
Z = indeks kebangkrutan
9

(X1) = modal kerja/total harta ( working capital/total asset)


(X2) = laba ditahan/total harta (retained earnings/total asset)
(X3) = pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta (earnings before
interest and taxes/total asset)
(X4) = nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang (market value of equity/book value
of debt)
Kondisi keuangan diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan nilai z-score
yaitu Z>2.60 perusahaan dalam kondisi sehat, Z<1.1 perusahaan dalam kondisi
financial distress dan Z = 1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area. Model ini
digunakan dengan asumsi bahwa perusahaan adalah perusahaan publik atau
private dan merupakan perusahaan di negara berkembang (Prihadi 2010).

Analisis Regresi
Analisis regresi adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan
sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel lain. Menurut Juanda dan
Junaedi (2012), data deret waktu (time series) adalah data satu objek yang
meliputi beberapa periode waktu. Data cross section adalah data yang terdiri dari
beberapa atau banyak objek dalam satu periode waktu tertentu. Gabungan dari
kedua data tersebut dinamakan data panel.
Model regresi linear berganda:
Yi = 1 + 2X1i + 3X2i + .........+ kXki + i ...........................................................(1)
Keterangan :
Y = variabel dependen
= koefisien
X = variabel independen
= error
Pada analisis regresi ini juga akan dilakukan uji-F untuk mengetahui
keragaman, uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y
dan uji asumsi homoskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas yang
merupakan beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda.
Menurut juanda (2009) asumsi model regresi linear berganda yaitu:
a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan (1).
b. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah
ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear
sempurna antar peubah bebas Xk.
c. i) Komponen sisaan i mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan
ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(i) = 0 dan Var(i) = 2.
ii) Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan i sehingga
Cov(i, j)=0, untuk i=j.
iii) Komponen sisaan menyebar normal.
Menurut dalil Gauss-Markov, jika asumsi a, b, c(i), c(ii) atau uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolonearitas terpenuhi maka
pendugaan parameter koefisien regresi menggunakan OLS (Ordinary Least
Squares) akan menghasilkan penduga tak bias linear terbaik (BLUE= Best Linear
Unbiased Estimator).
10

Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah ragam sisaan sama atau
homogen (Juanda 2009). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat varian
dari residual satu pengamatan dengan pengamatan lain. Uji ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya dengan uji breusch-pagan dengan menduga dan
menghitung sisaan et,. Uji white juga dapat dilakukan untuk uji heteroskedastisitas
dengan cara menggunakan model regresi sisaan dan menghitung koefisien
determinasi sebagai ukuran kebaikan. Cara lain yang dapat digukan adalah dengan
uji hipotesis H0: Homoskedastisitas dan H1: Heteroskedastisitas, dengan melihat
nilai p-value dapat dilihat apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak. Jika p-
value> maka terima H0 yang artinya ragam sisaan sama atau homogen dan
asumsi terpenuhi, jika p-value< menunjukkan ada masalah heteroskedaktisitas.
Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (Juanda 2009). Uji autokorelasi
dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara periode t dengan periode
sebelumnya (t-1). Pengujian dapat dilakukan dengan metode grafik atau dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Metode grafik dapat dilakukan dengan cara
memplotkan data et pada sumbu vertikal dan waktu (t) pada sumbu horizontal
sahingga dapat dilihat polanya apakah bebas atau tidak bebas (punya pola
tertentu). Cara lain yang populer digunakan adalah dengan statistik uji Durbin-
Waton, selang nilai statistik Durbin-Watson adalah 4-dL < DW < 4 maka tolah H0
(ada autokorelasi negatif), 4-du < DW < 4- dL maka tidak tentu atau coba uji yang
lain, du < DW < 4-du maka terima H0 (ada autokorelasi), dL < DW < du maka tidak
tentu (daerah abu-abu) atau coba uji yang lain, 0 < DW < dL maka tolak H0 (ada
autokorelasi positif).
Uji Multikolinearitas
Menurut Juanda (2009) salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah
bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas. Jika terdapat
hubungan dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas berkolinearitas ganda
sempurna. Beberapa cara dapat digunakan untuk melihat adanya multikolinearitas
yaitu dengan uji koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas dalam model dan
menggunakan model regresi ganda dengan minimal 3 peubah bebas, jika ada nilai
koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas sangat tinggi dan nyata maka
berarti terjadi multikolinearitas. Selain itu metode yang dapat dilakukan untuk
melihat multikolinearitas adalah dengan uji klein. Metode ini melihat korelasi
masing-masing variabel independen. Jika R2y Xi,Xj,... Xn > r2Xi,Xj (R-square
lebih besar dari r variabel) maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2007-2012 sebanyak


19 perusahaan. Dari 19 perusahaan terdapat tujuh perusahaan listing di BEI
setelah tahun 2007 dan delisting sebelum tahun 2012, satu perusahaan tidak
11

memiliki data yang lengkap, dua perusahaan mempunyai laporan dalam bentuk
dollar dan hanya sembilan perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar perusahaan transportasi terpilih
No. Kode perusahaan Nama perusahaan Sektor
1 APOL PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Laut
2 CMPP PT Centris Multipersada Pratama Tbk Darat
3 HITS PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Laut
4 IATA PT Indonesia Air Transportation Tbk Udara
5 MIRA PT Mitra Rajasa Tbk Darat
6 RAJA PT Rukun Raharja Tbk Darat
7 SMDR PT Samudera Indonesia Tbk Laut
8 TMAS PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk Laut
9 ZBRA PT Zebra Nusantara Tbk Darat

Analisis z-score dilakukan dengan menggunakan variabel X1 working


capital/total assets, X2 retained earning/total assets, X3 earning before interest
and tax/total assets, X4 market value of equity/book value of debt. Perusahaan
masuk dalam kategori sehat jika nilai z-score>2.60, perusahaan dalam kategori
financial distress jika nilai z- score<1.1 dan perusahaan dengan nilai z- score
antara 1.1-2.60 dikategorikan grey area atau dapat dikatakan perusahaan tidak
dalam kondisi financial distress maupun dalam kondisi sehat.
Kondisi Financial distress Perusahaan Transportasi Indonesia
Hasil analisis z-score menunjukkan bahwa hampir seluruh perusahaan
transportasi yang dianalisis pernah mengalami kondisi financial distress pada
periode 2007-2012 yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi
Kode Z-score dan kategori kondisi perusahaan a
perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011 2012
01.924 01.463 0-0.901 -2.655 -6.638 -5.685
APOL
GA GA FD FD FD FD
-0.488 00.564 0-0.315 -0.487 00.632 -0.202
IATA
FD FD FD FD FD FD
-0.984 -0.982 0-1.644 -2.473 -3.089 -3.694
ZBRA
FD FD FD FD FD FD
00.013 -0.295 0-4.558 -6.007 06.432 3.526
MIRA
FD FD FD FD Sehat Sehat
00.394 -0.290 0-1.837 -1.124 01.444 2.127
CMPP
FD FD FD FD GA GA
10.955 66.150 207.951 -2.151 -1.398 1.748
RAJA
Sehat Sehat Sehat FD FD GA
00.355 00.982 0-1.250 -1.080 00.398 0.230
TMAS
FD FD FD FD FD FD
06.209 02.987 003.127 -0.393 -2.351 0.836
HITS
Sehat Sehat Sehat FD FD FD
05.377 04.381 001.874 02.510 02.501 2.251
SMDR
Sehat Sehat GA GA GA GA
a
Kategori FD (financial distress), GA (grey area) dan sehat diperoleh dari pengolahan data laporan
keuanggan dari APOL, IATA, ZBRA, MIRA, CMPP, RAJA, TMAS, HITS, dan SMDR pada
tahun 2007 hingga 2012.
12

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Darat


Fluktuasi kondisi financial distress perusahaan transportasi sektor darat
Indonesia yang terdiri dari CMPP, MIRA, RAJA dan ZBRA dapat dilihat pada
Gambar 2.

Kondisi Financial Distress Perusahaan Transportasi Darat Indonesia


Variable
200 CMPP
MIRA
RAJA
ZBRA
150
Nilai Z-score

100

50

2007 2008 2009 2010 2011 2012


Tahun

Gambar 2 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor darat

Hasil analisis kondisi financial distress CMPP pada periode 2007-2012


mengalami penurunan di awal periode dan peningkatan di akhir periode. Nilai z-
score CMPP dari tahun 2007 terus menurun bahkan bernilai negatif pada tahun
2008 hingga 2010 dan mengalami sedikit peningkatan di tahun 2011 dan 2012,
sehingga kondisi CMPP meningkat dari financial distress menjadi grey area
seperti yang tergambar pada Gambar 2. Kondisi ini terjadi akibat dari nilai rasio
X1 yang rendah kecuali pada tahun 2011dan 2012 karena ditahun ini aktiva lancar
masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek. Sedangkan pada tahun 2007-
2010 nilai aktiva lancar selalu lebih rendah dari kewajiban jangka pendek yang
berarti perusahaan menghadapi kesulitan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Selain itu nilai dari rasio X3 yang rendah juga ikut mempengaruhi
kondisi financial distress perusahaan. Kondisi tersebut menandakan perusahaan
tidak mampu menghasilkan laba usaha yang cukup dari penggunaan aktiva yang
tersedia. Penurunan kinerja keuangan yang terjadi pada tahun 2010 juga
dipengaruhu oleh kebijakan CMPP yang melakukan pelepasan asset tetap yang
tidak produktif sehingga jumlah asset perusahaan secara keseluruhan mengalami
penurunan.
MIRA adalah perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi dari
financial distress pada tahun 2007-2010 menjadi sehat pada tahun 2011 dan 2012
seperti yang tergambar pada Gambar 2. Kondisi financial distress yang dialami
MIRA pada tahun 2007-2010 disebabkan oleh kewajiban jangka pendek yang
lebih besar dari aktiva lancar, tidak adanya laba ditahan, laba usaha yang rendah,
serta total kewajiban yang lebih tinggi dari total ekuitas. Pada tahun 2011 dan
13

2012 kondisi MIRA meningkat dari financial distress menjadi sehat karena
peningkatan nilai dari rasio X1, X2, X3, dan X4. Kondisi tersebut menandakan
kinerja keuangan perusahaan mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan yang membaik dapat dilihat dari total aktiva lancar yang lebih
besar dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih tinggi dari
nilai total kewajiban. Kondisi yang dialami MIRA dapat menjadi gambaran bahwa
perusahaan belum mampu memperbaiki dan mengendalikan kondisi keuangan
pada tahun 2007-2010 dan baru bisa memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya
pada tahun 2011 dan 2012 dikarenakan pada tahun tersebut MIRA melakukan
restrukturisasi hutang dengan melepas saham anak perusahaan sehingga
perusahaan mampu menyelesaikan persoalan hutang dan pada tahun tersebut juga
perusahaan mulai melakukan perdagangan kembali sahamnya di BEI setelah
sebelumya BEI menghentikan perdagangan saham perusahaan akibat dari
perolehan opini disclaimer selama dua tahun berturut-turut atas audit laporan
keuangan tahun 2009 dan 2010.
RAJA mengalami kondisi sehat selama tiga tahun berturut-turut pada tahun
2007 hingga tahun 2009, tetapi kondisi tersebut menurun menjadi financial
distress pada tahun 2010 dan 2011 hingga kembali meningkat menjadi grey area
pada tahun 2012 seperti yang tergambar pada Gambar 2. Hal ini terjadi karena
pada tahun 2007-2009 nilai dari rasio X1 yang tinggi. Sedangkan pada tahun
2010-2011 nilai dari rasio X1 mengalami penurunan hingga nilai aktiva lancar
lebih kecil dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih
rendah dari nilai total kewajiban. Tahun 2010 RAJA melakukan akuisisi PT. Panji
Raya Alamindo (PRA) dan PT. Triguna Internusa Pratama (TIP). Pada tahun 2011
beban usaha meningkat akibat terkonsolidasinya beban usaha anak perusahaan
yaitu PRA dan TIP atas beban bunga pinjaman bank dan beban bunga atas
penerbitan surat hutang. Hal tersebut menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan sehingga RAJA harus mengalami kondisi financial distress.
Kondisi financial distress selalu dialami ZBRA pada periode 2007-2012.
Pada periode ini ZBRA tidak mengalami perbaikan kondisi karena selalu
mengalami kondisi financial distress dengan nilai z-score yang terus menurun
seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kondisi tersebut disebabkan oleh nilai aktiva
lancar yang lebih kecil dari kewajiban jangka pendek dan rendahnya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva yang tesedia. Penurunan
yang dialami ZBRA menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kemunduran
pada kinerja keuanganan di setiap tahunnya. Menurunnya kinerja keuangan yang
dialami ZBRA merupakan salah satu dampak dari menurunnya performa unit
(taksi) dan menurunnya jumlah armada setiap tahunnya. Pada tahun 2008
perusahaan memiliki 600 unit taksi, turun menjadi 555 unit pada tahun 2009 dan
2010, dan kemudian turun lagi menjadi 255 unit pada tahun 2012. Penurunan
jumlah armada yang terus terjadi mempengaruhi pendapatan perusahaan yang
tidak sebanding dengan biaya operasional perusahaan sehingga berpengaruh
terhadap kinera perusahaan dan kondisi financial distress selama periode 2007-
2012.
14

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Laut

Kondisi financial distress perusahaan transportasi sektor laut Indonesia


berfluktuasi untuk setiap perusahaan seperti yang tergambar pada Gambar 3. Dari
empat perusahaan transportasi sektor laut hanya SMDR yang tidak pernah
mengalami kondisi financial distress.

Kondisi Financial Distress Perusahaan Transportasi Laut Indonesia


Variable
APOL
5,0 HITS
SMDR
TMAS

2,5
Nilai Z-score

0,0

-2,5

-5,0

-7,5
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 3 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor laut


APOL mengalami kondisi keuangan yang terus menurun pada periode
2007-2012. Hal tersebut terjadi karena nilai z-score APOL terus menurun seperti
yang tergambar pada Gambar 3. Nilai z-score yang terus menurun
menggambarkan bahwa pada periode tersebut perusahaan mengalami kemunduran
pada kinerja keuangan khususnya pada tahun 2011. Pada tahun ini APOL
mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan penurunan di tahun-
tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 nilai z-score sebesar -2.655 turun menjadi -
6.638 pada tahun 2011. Nilai z-score menurun APOL menandakan bahwa
perusahaan belum mampu mempertahankan maupun meningkatkan kinerja
keuangannya pada periode 2007-2012, sehingga perusahaan harus mengalami
perubahan kondisi dari grey area menjadi financial distress. Pada tahun 2007 dan
2008 APOL memiliki nilai z-score positif, hanya saja nilai dari rasio X1,X2,X3,
dan X4 masih rendah sehingga APOL berada pada kondisi grey area. Nilai
tersebut terus menurun dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2009 hingga 2012
nilai z-score APOL sangat rendah. Kondisi yang terjadi pada APOL merupakan
dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis tersebut membuat
kondisi industri pelayaran internasional lesu sehingga berdampak pada kondisi
APOL yang bergerak di bidang pelayaran internasional. Kondisi tersebut ikut
berperan dalam terjadinya masalah keuangan perusahaan karena tidak
seimbangnya antara besar beban hutang dengan kemampuan perusahaan dan anak
15

perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Kesulitan keuangan yang terjadi pada
APOL terus terjadi hingga tahun 2011.
Kondisi financial distress HITS pada periode 2007-2012 hanya terjadi pada
tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2007 hingga 2009 HITS dalam kondisi sehat
seperti yang tergambar pada Gambar 3. Perubahan kondisi sehat menjadi financial
distress terjadi karena pada tahun 2007 rasio X1 dari HITS tinggi. Hal ini
menandakan perusahaan masih mampu mengatasi kewajiban jangka pendeknya
karena nilainya lebih kecil dari aktiva lancar. Tetapi dari tahun 2007 hingga 2012
rasio X1 mengalami penurun yang berarti nilai kewajiban jangka pendek lebih
besar dari aktiva lancar. Selain itu penurunan kondisi ini disebabkan oleh nilai
laba ditahan dan laba usaha yang semakin menurun setiap tahunnya sehingga
menyebabkan pada tahun 2010 hingga 2012 HITS berada dalam kondisi financial
distress. Penurunan kondisi yang signifikan pada tahun 2010 akibat dari masalah
hukum yang menimpa perusahaan sehingga perusahaan mengalami kendala
operasional yang mengakibatkan menurunnya pendapatan usaha perusahaan. pada
tahun 2010 perusahaan juga mencadangkan kerugian atas kasus hukum yang
dialami perusahaan. Masalah tersebut menyebabkan perusahaan mengalami
gangguan keuangan dan mengakibatkan penurunan kondisi keuangan perusahaan.
SMDR menjadi satu-satunya perusahaan yang tidak pernah mengalami
kondisi financial distress pada periode 2007-2012. Perkembangan dan penurunan
yang dialami SMDR masih dalam kondisi aman karena masih dalam kondisi sehat
pada tahun 2007 dan 2008 dan grey area pada tahun 2009 hingga 2012 seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tahun 2007 dan 2008 SMDR dalam
kondisi sehat karena memiliki nilai z>2.60. Namun pada tahun 2009-2012 SMDR
mengalami perubahan kondisi menjadi grey area karena penurunan nilai z-score
yang disebabkan oleh menurunnya nilai rasio dari X1, X2, X3, dan X4. Nilai dari
ke empat rasio tersebut masih positif hanya saja ada penurunan pada nilai total
ekuitas perusahaan hingga nilai total kewajiban menjadi lebih besar dan laba
usaha yang menurun ditahun 2009. Kondisi penurunan laba usaha tidak bertahan
lama karena ditahun 2010-2012 perusahaan mengalami peningkatan laba usaha
sehingga perusahaan tidak harus mengalami kondisi financial distress. SMDR
tidak pernah berada pada kondisi financial distress disebabkan karena setiap
tahunnya perusahaan selalu melakukan pengembangan pada bisnisnya, seperti
pada tahun 2007 perusahaan melakukan perluasan usaha dengan memasuki bisnis
transportasi luar negeri, pada tahun 2010 perusahaan membuka cabang-cabang
baru dan pada tahun 2011 perusahaan membeli dua kapal baru untuk mendukung
kinerja perusahaan.
TMAS selalu mengalami perubahan nilai z-score selama periode 2007-2012.
Kenaikan dan penurunan yang dialami TMAS tersebut tidak diikuti dengan
perubahan kondisi financial distress yang terus terjadi pada periode 2007-2012
seperti yang tergambar pada Gambar 3. Setiap tahunnya TMAS selalu
mendapatkan nilai rasio X1, X2, X3, dan X4 yang rendah. Hal ini yang
menyebabkan perusahaan selalu mengalami financial distress karena perusahaan
tidak mampu menghasilkan laba yang cukup dari penggunaan aktiva yang tersedia
sehingga perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan.
Pada tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan kondisi keuangan yang
disebabkan oleh perbesaran armada dengan membeli sembilan unit kapal. Kondisi
keuangan TMAS mulai meningkat secara signifikan pada tahun 2011 akibat dari
16

penjualan delapan unit kapal yang dianggap sudah tidak efisien. Penjualan
tersebut membuat penurunan yang signifikan atas biaya operasional perusahaan
maupun biaya financial perusahaan.

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Udara

Pada sektor transportasi udara terdapat IATA yang selalu mengalami


kondisi financial distress pada periode 2007-2012 dengan nilai z-score yang
berfluktuasi seperti yang tergambar pada Gambar 4.

Kondisi Financial Distress Perusahaan Transportasi Udara Indonesia


0,75

0,50

0,25
Nilai Z-score

0,00

-0,25

-0,50
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 4 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor udara


Salah satu penyebab dari kondisi tersebut adalah nilai dari rasio X1 yang
rendah. Financial distress yang dialami IATA juga disebabkan oleh nilai
kewajiban jangka pendek yang lebih besar dari total aktiva dan nilai total
kewajiban yang lebih besar dari nilai total ekuitas. Kewajiban jangka pendek
IATA di tahun 2008 mengalami penurunan sehingga nilainya tidak lebih besar
dari aktiva jangka pendeknya tetapi kondisi ini tidak membuat perusahaan lepas
dari kondisi financial distress. Penurunan kondisi keuangan yang terjadi pada
tahun 2009 merupakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi pada akhir
tahun 2008 yang menyebabkan permintaan menurun. Kerugian derivatif dan
beben bunga yang besar merupakan salah satu penyebab menurunnya kinerja
keuangan perusahaa. Pada tahun 2011 perusahaan berhasil menaikan harga sewa
pesawat melalui kontrak penyediaan, pengoperasian, dan perawatan helikopter
yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Pada tahun 2011 pendapatan
IATA lebih banyak dihasilkan melalui contract charther dari pada spot charther.
Contract charther mengalami peningkatan (17,71%) dari 175 kontrak pada
tahun2010 naik manjadi 206 kontrak pada tahun 2011.

Hasil Forecasting nilai Z-score Perusahaan Transportasi Indonesia

Forecasting atau peramalan diperlukan perusahaan untuk gambaran kondisi


perusahaan di masa yang akan datang dan dapat digunakan sebagai peringatan
17

atau antisipasi jika perusahaan diramalkan mengalami kondisi financial distress.


Hasil forcasting terhadap nilai z-score perusahaan transportasi dilakukan
menggunakan MINITAB dengan model Linear Trend atau Quadratic Trend.
Pemilihan model ditentukan oleh nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil yang
dipilih untuk dijadikan model forecasting. Asumsi yang digunakan dalam adalah
ceteris paribus, dengan asumsi bahwa faktor-faktor eksternal seperti kenaikan
harga BBM serta kebijakan pemerintah dianggap konstan. Hasil forecasting nilai
z-score perusahaan transportasi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil forecasting nilai z-score perusahaan transportasi Indonesia
Perusahaan Sektor Tahun Nilai Z-score Kategori
CMPP Darat 2013 5.460 Sehat
2014 9.204 Sehat
MIRA Darat 2013 12.451 Sehat
2014 21.177 Sehat
RAJA Darat 2013 -136.075 Financial distress
2014 -266.960 Financial distress
ZBRA Darat 2013 -4.690 Financial distress
2014 -5.688 Financial distress
APOL Laut 2013 -8.492 Financial distress
2014 -10.324 Financial distress
HITS Laut 2013 1.038 Financial distress
2014 3.091 Sehat
SMDR Laut 2013 3.373 Sehat
2014 4.743 Sehat
TMAS Laut 2013 1.529 Grey area
2014 3.018 Sehat
IATA Udara 2013 -0.143 Financial distress
2014 0.306 Financial distress
Hasil peramalan terhadap nilai z-score pada tahun 2013 dan 2014
menunjukkan bahwa pada sektor transportasi darat terdapat dua perusahaan yaitu
CMPP dan MIRA yang diramalkan mengalami peningkatan nilai z-score dan
berada pada kondisi sehat. Sedangkan dua perusahaan di sektor darat lainnya
(RAJA dan ZBRA) diramalkan akan mengalami penurunan nilai z-score dan
berada pada kondisi financial distress seperti yang tergambar pada Tabel 4. Di
sektor transportasi laut ada APOL yang diramalkan mengalami penurunan nilai z-
score pada tahun 2013 dan 2014 sehingga perusahaan harus berada pada kondisi
financial distress. Tiga perusahaan lain di sektor laut yaitu HITS, SMDR dan
TMAS diramalkan akan mengalami peningkatan nilai z-score. HITS diramalkan
mengalami peningkatan nilai z-score dari 1.038 (financial distress) meningkat
menjadi 3.091 (sehat). Pada tahun 2013 dan 2014 SMDR juga diramalkan akan
mengalami peningkatan sehingga SMDR menjadi satu-satunya perusahaan yang
dianalisis dan diramalkan tidak pernah mengalami kondisi financial distress.
Sedangkan hasil peramalan TMAS menunjukkan peningkatan nilai z-score
sebesar 1.529 pada tahun 2013 yang berarti perusahaan diramalkan akan
mengalami kondisi grey area dan pada tahun 2014 nilai dari z-score TMAS
mengalami peningkatan menjadi 3.018 sehingga perusahaan diramalkan
mengalami peningkatan kondisi menjadi sehat. Di sektor transportasi udara
terdapat IATA yang diramalkan mengalami peningkatan nilai z-score tetapi
18

nilainya masih rendah dan masuk dalam kategori financial distress (z<1.1) yaitu
sebesar -0.143 pada tahun 2013 dan 0.306 pada tahun 2014.

Hasil Analisis Regresi

Model regresi linear berganda yang dihasilkan adalah:


Z = 0.136 + 0.0191 CR - 0.00298 ROA + 0.00316 ROE + 0.0108 NPM

Uji-F (ANOVA)
Hipotesis untuk uji-F adalah :
H0 : Model tidak mampu menjelaskan keragaman z-score
H1 : Model mampu menjelaskan keragaman z-score
Dari hasil uji-F diperoleh F-hitung sebesar 6906.74, dengan nilai -p(0,000)
< 5% maka hipotesis H0 ditolak yang artinya model sudah mampu menjelaskan
keragaman dari z-score.

Uji-T (Menguji Pengaruh Masing-Masing Peubah X Terhadap Y)


1. Pengaruh CR terhadap z-score
H0 : CR tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : CR berpengaruh nyata terhadap z-score
Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,000) < alpha 5% maka H0 ditolak yang
artinya CR berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar
0.0190904 artinya kenaikan 1% CR mampu meningkatkan z-score sebesar
0.0190904 satuan.
2. Pengaruh ROA terhadap z-score
H0 : ROA tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1: ROA berpengaruh nyata terhadap z-score
Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,047) < alpha 5% maka H0 ditolak yang
artinya ROA berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar -
0.002976 artinya kenaikan 1% ROA mampu meningkatkan nilai z-score
sebesar -0.002976 satuan.
3. Pengaruh ROE terhadap z-score
H0 : ROE tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : ROE berpengaruh nyata terhadap z-score
Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,001) < alpha 5% maka H0 ditolak yang
artinya ROE berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar
0.0031622 artinya kenaikan 1% ROE mampu meningkatkan nilai z-score
sebesar 0.0031622 satuan.
4. Pengaruh NPM terhadap z-score
H0 : NPM tidak berpengaruh nyata terhadap z-score
H1 : NPM berpengaruh nyata terhadap z-score
Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,000) < alpha 5% maka H0 ditolak yang
artinya NPM berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar
0.010837 artinya kenaikan 1% NPM mampu meningkatkan nilai z-score
sebesar 0.010837 satuan.
19

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Heteroskedastisitas
Hipotesis untuk uji heteroskedastisitas adalah :
H0 : Homoskedastisitas
H1: Heteroskedastisitas
Hasil dari uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai p-value (0,922) >
5%, maka hipotesis H0 diterima yang artinya asumsi heteroskedastisitas
terpenuhi.
2. Asumsi Autokorelasi
Dari hasil analisis didapat nilai Durbin-Watson statistic sebesar 1.64560.
Nilai tabel dari dL adalah 1.3357 dan dU sebesar 1.7200. Nilai DW terletak
diantara dL < DW < dU maka dapat dikatakan DW berada pada daerah abu-
abu/tidak dapat disimpulkan. Karena nilai DW dekat dengan 2, maka secara
kasar dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.
3. Uji Asumsi Multikolinieritas
Berdasarkan uji-klein jika suatu nilai korelasi parsial antar variabel X lebih
kecil dari R-square maka tidak ada multikolinieritas. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa tidak ada multikolinieritas karena nilai korelasi parsial
antar variabel X lebih kecil dari R-square (99.9%).
Dari hasil analisis menunjukkan p-value dari CR, ROA, ROE, dan NPM,
lebih kecil dari nilai (0.05) yang berarti bahwa keempat rasio independen
tersebut berpengaruh nyata terhadap z-score (financial distress). Pengaruh positif
atau negatif dari masing-masing rasio terhadap fianancial distress dapat dilihat
dari konstanta masing-masing rasio. R-squared dari model ini adalah 99.9% yang
berarti fianancial distress dapat dijelaskan oleh variabel CR, ROA, ROE, dan
NPM sebesar 99.9%.
Variabel CR memiliki nilai p-value 0,000 < (0.05), maka dapat dikatakan
variabel memiliki pengaruh nyata terhadap z-score. CR memiliki koefisien
sebesar 0.0190904 yang berarti bahwa CR memiliki pengaruh positif terhadap
nilai z-score dan merupakan variabel yang paling berpengaruh dibanding empat
variabel lainnya. CR merupakan rasio yang dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. CR yang semakin tinggi
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang semakin tinggi
dan perusahaan akan semakin jauh dari kondisi financal distress.
ROA memiliki nilai p-value 0.047< (0.05) dan memiliki koefisien sebesar
-0.002976, maka dapat dikatakan variabel berpengaruh nyata terhadap z-score.
ROA merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari total aktiva yang dimiliki. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap z-score yang berarti
semakin besar nilai ROA maka semakin rendah nilai z-score yang berarti
perusahaan akan semakin mendekati kondisi financial distress. Hal tersebut dapat
terjadi karena penggunaan atas aset yang tinggi dalam menghasilkan laba
menyebabkan penyusutan aset yang tinggi karena menurut data laporan keuangan
perusahaan transportasi, penyusutan yang terjadi pada aset tetap seperti bangunan,
mesin, kendaraan, sarana dan prasarana rata-rata memiliki masa manfaat ekonomi
yang cepat antara 5-10 tahun. Berdasarkan penyusutan aktiva (pasal 11 undang-
undang nomer 17 tahun 2000) aset tetap yang dimiliki perusahaan transportasi
20

masuk dalam penyusutan harta berwujud kelompok dua dan tiga dengan tarif
penyusutan 6,25%-12,5% untuk metode garis lurus dan 12,5%-25% untuk metode
saldo menurun. Masa manfaat ekonomis yang cepat serta penyusutan yang cukup
tinggi membuat aktiva menjadi menurun dan dapat menyebabkan financial
distress.
ROE merupakan salah satu variabel independen yang berpengaruh nyata
terhadap z-score dengan p-value 0.001. ROE memiliki koefisien sebesar
0.0031622 yang berarti variabel berpengaruh positif terhadap z-score. Hal ini
berarti peningkatan nilai ROE akan meningkatkan nilai z-score dan semakin
tinggi nilai z-score maka perusahaan akan semakin jauh dari financial distress.
ROE merupakan rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dari modal yang ditanamkan yang dapat menguntungkan
para pemegang saham. Semakin besar nilai ROE maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan
para investor. Keuntungan yang tinggi atas investasi akan membuat investor akan
terus menanamkan modalnya sehingga perusahaan menjauh dari kondisi financial
distress.
NPM memiliki nilai p-value 0.000 < (0.05), maka dapat dikatakan NPM
memiliki pengaruh nyata terhadap z-score. Koefisien NPM adalah 0.010837 yang
berarti variabel memiliki pengaruh yang positif terhadap z-score, jadi jika nilai
NPM meningkat maka akan meningkatkan nilai z-score, maka perusahaan akan
semakin jauh dari financial distress. NPM merupakan rasio yang dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
penjualan. Semakin tinggi nilai NPM berarti semakin tinggi pula keuntungan yang
diterima perusahaan.

Implikasi Manajerial

Hasil analisis kondisi financial distress sembilan perusahaan transportasi


Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2011 menunjukkan bahwa
delapan dari perusahaan tersebut pernah mengalami kondisi financial distress.
SMDR merupakan satu-satunya perusahaan yang tidak pernah mengalami
financial distress pada periode 2007-2011. Kondisi tersebut terjadi karena SMDR
selalu mendapatkan nilai z-score yang besar dan bernilai positif. Nilai tersebut
dapat diperoleh SMDR karena nilai penjualan perusahaan yang selalu tinggi
sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang cukup untuk operasional
perusahaan. Financial distress yang dialami banyak perusahaan transportasi
tersebut merupakan salah satu dampak dari perolehan laba usaha yang rendah.
Untuk dapat keluar dari kondisi tersebut sebaiknya perusahaan meningkatkan laba
usahanya dengan cara meningkatkan penjualan, meningkatkan ekuitas dan
menggunakan aktiva secara efisien sehingga diperoleh laba yang cukup untuk
operasional dan membayar kewajiban perusahaan. Bagi investor yang akan
menginvestasikan kekayaanya pada sebuah perusahaan sebaiknya memilih
perusahaan yang memiliki nilai z-score yang tinggi. Berdasarkan analisis kondisi
financial distress, perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik adalah
perusahaan yang memiliki nilai z-score yang tinggi karena z-score dapat
menggambarkan kondisi financial distress. Semakin tinggi nilai z-score maka
perusahaan semakin jauh dari kondisi financial distress. CMPP merupakan
21

perusahaan transportasi yang disarankan sebagai pilihan investasi karena memiliki


kondisi keuangan yang baik dengan tidak pernah mengalami kondisi financial
distress.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis financial distress perusahaan transportasi Indonesia


menggunakan metode z-score menunjukkan bahwa delapan dari sembilan
perusahaan yang dianalisis pernah mengalami financial distress. IATA, TMAS
dan ZBRA adalah perusahaan yang selalu mengalami financial distress pada
periode 2007-2011. APOL, HITS, RAJA dan SMDR merupakan perusahaan yang
mengalami punurunan kondisi keuangan pada periode analisis. CMPP dan MIRA
adalah dua dari sembilan perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi
keuangan di akhir periode. Tahun 2010 merupakan tahun di mana paling banyak
perusahaan mengalami fianancial distress karena pada tahun ini banyak
perusahaan transportasi yang mendapatkan laba usaha yang rendah sehingga
berpengaruh terhadap nilai z-score yang negatif. Hasil dari analisis menggunakan
regresi menunjukkan bahwa kondisi financial distress perusahaan dapat
dipengaruhi oleh rasio keuangan CR, ROA, ROE, dan NPM. Keempat rasio
tersebut menunjukkan hasil yang signifikan atau mempunyai pengaruh nyata
terhadap financial distress dengan nilai p-value<0.05 sehingga dapat dikatakan
keempat rasio tersebut berpengaruh terhadap financial distress.

Saran

Sebaiknya perusahaan yang diprediksi mengalami financial distress


melakukan evaluasi dan perbaikan kondisi keuangan dengan cara meningkatkan
penjualan, meningkatkan ekuitas dan menggunakan aktiva secara efisien agar
memperoleh laba yang cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban sehingga
perusahaan dapat keluar dari kondisi financial distress. Untuk perusahaan-
perusahaan lain yang belum melakukan analisis kondisi financial distress
sebaiknya melakukan analisis untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan,
sehingga saat perusahaan diprediksi mengalami kondisi financial distress
perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan agar kondisi
keuangan tidak semakin buruk. Bagi Penelitian selanjutnya bisa menggunakan
alat ukur lain seperti Financial Value Added (FVA) untuk memprediksi financial
distress atau menggunakan variabel-variabel di luar rasio keuangan yang mungkin
mempengaruhi kondisi financial distress.
22

DAFTAR PUSTAKA

Arisudhana D. 2011. Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate


pada Perusahaan Industri Property [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Budi
Luhur.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Transportsi [internet]. [diacu 2013 April 27].
Tersedia dari: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2&
id_subyek=17.
Departemen Perhubungan. 2013. Jumlah sarana Kereta Api Indonesia. [internet].
[diacu 2013 April 27]. Tersedia dari: http://perkeretaapian.dephub.go.id/
index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=61&ffe5d5
88932e0dd5fc957eca7f6225ad=89b113363493fe120df02af7eb930981.
Empel RV. 2012. Analisis Kondisi Financial distress pada Sektor Agrikultur
Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Harahap SS. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.
Juanda B. 2009. Ekonometrika; Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu; Teori dan Aplikasi. Bogor
(ID): IPB Press.
Kamaluddin HR. 2003. Ekonomi Transportasi: Karateristik, Teori, dan Kebijakan.
Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Kurniawanti BA. 2012. Analisis Penggunaan Altman Z-score untuk Memprediksi
Potensi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
BEI Periode 2007-2011 [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Gunadarma.
Prihadi T. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan.
Jakarta (ID): PPM.
Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (DI):
PPM.
PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk.
PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk.
PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk.
PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk.
PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008
23

beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada


Pratama Tbk.
PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada
Pratama Tbk.
PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada
Pratama Tbk.
PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada
Pratama Tbk.
PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2009. Laporan keuangan
Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT.
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2010. Laporan keuangan
Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT.
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2011. Laporan keuangan
Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT.
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2012. Laporan keuangan
Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT.
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air
Transportasion Tbk.
PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air
Transportasion Tbk.
PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air
Transportasion Tbk.
PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air
Transportasion Tbk.
24

PT. Mitra Rajasa Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Samudera Indonesia Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
PT. Samudera Indonesia Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
25

PT. Samudera Indonesia Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk


tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
PT. Samudera Indonesia Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
PT. Zebra Nusantara Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.
PT. Zebra Nusantara Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.
PT. Zebra Nusantara Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.
PT. Zebra Nusantara Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.
Sugiyarso G et al. 2005. Manajemen Keuangan; Pemahanan Laporan Keuangan,
Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal, Serta Pengukuran Kinerja
Perusahaan, Jilid 4. Jogyakarta (ID): Media Pressindo.
26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 05 Juli 1991. Penulis merupakan


anak kedua dari dua bersaudara pasangan Harmoko dan Sumarni. Penulis
memulai pendidikan di SD Kaliabang Tengah IV Bekasi pada tahun 1997 dan
lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Taman
Harapan Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke SMAN 10 Bekasi dan lulus pada tahun 2009. Penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur SNMPTN pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama masa perkuliahan, penulis berpartisipasi di beberapa kegiatan
kepanitiaan dan seminar-seminar baik nasional maupun internasional. Penulis juga
aktif dalam organisasi KAREMATA (Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pecinta
Alam) pada tahun 2011 sebagai anggota muda, pada tahun 2012 sebagai
bendahara dan pada tahun 2013 di divisi mountaineering.

Vous aimerez peut-être aussi