Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LIA YULIANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Financial
Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan
Z-Score dan Regresi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Lia Yuliana
NIM H24090138
RINGKASAN
LIA YULIANA. Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek
Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO
dan YUSRINA PERMANASARI.
ABSTRACT
LIA YULIANA. Financial distress Analysis of Selected Transportation Company
in Indonesia Stock Exchange Based on Z-score and Regression Approaches.
Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and YUSRINA PERMATASARI.
An increasing number of Indonesian population made the needed of
transportation in Indonesia increased. This was in line with the national
development programme of the transportasion sector. This can not be separated
from the problem that has been twisting. The increasing of crued oil in world
which were followed by rising fuel prices in Indonesia and also the high number
of accidents caused losses to the company. This losses that accured continuously
and unable to control will threaten companies finance in term financial distress.
This research will use two methods to analyze the companies financial condition,
which are z-score and Regression. The objectives of this research are 1). To
analyze the financial distress of Indonesian transportation sector that listed on
Indonesia Stock Exchange (BEI) since 2007 until 2012, 2). To analyze the
financial ratios (CR, ROA, ROE, dan NPM) to predict the financial distress. The
results of this study were eight of nine transportation companies have experienced
financial distress in the period of 2007-2012. While financial ratios that
significantly affect financial distress were CR, ROA, ROE, and NPM.
Keyword: Financial distress, Regression, and Z-score
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
TRANSPORTASI TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
MENGGUNAKAN Z-SCORE DAN REGRESI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di
Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi
Nama : Lia Yuliana
NlM : H24090138
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah
Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek
Indonesia Menggunakan Z-score dan Regresi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto,
MSc dan Ibu Yusrina Permanasari, SSos, ME selaku dosen pembimbing sekaligus
penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan penelitian ini serta Bapak Ali Mutasowifin, SE, MAk. yang telah
bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan serta koreksi dalam penelitian
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Harmoko, Ibunda
Sumarni, Kakak Lucky Hartanto serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Keluarga
Ekonomi dan Manajemen Pecinta Alam (KAREMATA) khususnya angkatan
delapan awan yang telah banyak berbagi pelajaran dan perjalanan di alam bebas,
keluarga besar Manajemen 46 yang telah menemani dan membantu dalam
perkuliahan, keluarga SQ tercinta atas canda dan tawa, teman seperjuangan (Arin,
Hanna, Lita, Nidia, Annisa, Dafid dan Pandu) yang telah memberikan motivasi
dan bantuan dalam penelitian, serta sahabat-sahabat IPB (Lena, Renita, Dila, Okti,
Sony, Vety, Wahyu dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu) atas kasih sayang dan kecerian di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Lia Yuliana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Laporan Keuangan 3
Analisis Rasio Keuangan 4
Transportasi 4
Z-score 5
Penelitian Terdahulu 5
METODE PENELITIAN 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Variabel Penelitian 8
Hipotesis Penelitian 8
Teknik Analisis 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Kondisi Financial distress Perusahaan Transportasi Indonesia 11
Hasil Forecasting nilai Z-score Perusahaan Transportasi Indonesia 16
Implikasi Manajerial 20
SIMPULAN DAN SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
RIWAYAT HIDUP 26
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 7
2 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor darat 12
3 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor laut 14
4 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor udara 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ways pada April 2009 dan yang tebaru Batavia Air pada Januari 2013 menjadi
pertanyaan dan guncangan bagi pertumbuhan transportasi udara di Indonesia. Di
sektor transportasi laut semakin berkembangnya transportasi darat dan udara
memberikan ancaman bagi sektor laut karena semakin banyak alternatif
transportasi yang memiliki kuantitas dan kualitas yang lebih baik dan jika
dibandingkan, transportasi darat dan udara lebih berkembang dari transportasi
laut. Selain masalah-masalah di atas terdapat satu masalah yang terus terjadi pada
transportasi Indonesia yaitu masalah kecelakaan transportasi. Jumlah kecelakaan
yang semakin meningkat dari 17 732 kecelakaan pada tahun 2004 menjadi 108
696 pada tahun 2011 membuat kerugian materi sebesar Rp217 435 000 000 pada
tahun 2011 (BPS 2013). Kerugian materi yang terus menerus terjadi dapat
mengancam kondisi keuangan perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan
perusahaan. Pada laporan keuangan terdapat rasio-rasio keuangan yang dapat
dianalisis untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan apakah berada dalam
kondisi sehat atau mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Masalah
serta kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam
keuangan perusahaan pada kondisi financial distress. Analisis rasio-rasio
keuangan dapat dilakukan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan
sehingga apabila perusahaan dianalisis mengalami kondisi financial distress
perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut dan
melakukan perbaikan kondisi keuangan. Analisis kondisi financial distress sektor
transportasi dalam penelitian ini menggunakan metode z-score dan regresi untuk
mengetahui kondisi financial distress perusahaan dan rasio-rasio keuangan apa
saja yang mempengaruhi financial distress perusahaan.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Mengacu dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia
yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012.
2. Menganalisis rasio-rasio keuangan (Current ratio, Return On Asset, Return
On Equity, Net Profit Margin) yang berpengaruh terhadap financial distress.
3
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang memiliki hubungan yang
relevan dan signifikan.
Rasio keuangan yang sering digunakan adalah:
1. Rasio likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio solvabilitas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibanya
apabila perusahaan di likuidasi.
3. Rasio rentabilitas/profitabilitas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada.
4. Rasio Leverage
Rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset.
5. Rasio Aktivitas
Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan peruahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan
Rasio yang menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos
perusahaan dari tahun ke tahun.
7. Rasio Penilaian Pasar
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus
dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan
prestasi perusahaan di pasar modal.
8. Rasio Produktifitas
Rasio yang menggambarkan tingkat produktifitas dari unit atau
kegiatan yang dinilai (Harahap 2004)
Transportasi
jenis transportasi darat, laut dan udara, namun untuk setiap bentuk transportasi itu
terdapat empat unsur pokok transportasi yaitu jalan, kendaraan dan alat angkutan,
tenaga penggerak dan terminal (Kamaludin 2003).
Z-score
Penelitian Terdahulu
sebagai faktor internal dan krisis subprime mortgage sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa hampir
seluruh perusahaan agrikultur berada dalam kondisi financial distress.
Kurniawanti BA (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis
Penggunaan Altman Z-score Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan
Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.
Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga perusahaan yang berada pada kategori
sehat, satu perusahaan yang berada di grey area dan satu perusahaan berada pada
kategori bangkrut.
METODE PENELITIAN
Rasio-rasio keuangan
Z>2.60=
Perusahaan Analisis Z-Score:
sehat Modal kerja/total harta Regresi:
Laba ditahan/total harta
1.1-2.60= pengaruh CR,
Pendapatan sebelum ROA, ROE, dan
Grey area
pajak dan bunga/total NPM terhadap Z-
harta score
Z<1.1= Nilai pasar ekuitas/nilai
financial buku dari hutang
distress
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan transportasi yang
terdaftar di BEI pada periode 2007-2012 serta buku/bahan pustaka lainnya yang
mendukung penelitian.
8
Variabel Penelitian
Hipotesis Penelitian
Teknik Analisis
Analisis Regresi
Analisis regresi adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan
sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel lain. Menurut Juanda dan
Junaedi (2012), data deret waktu (time series) adalah data satu objek yang
meliputi beberapa periode waktu. Data cross section adalah data yang terdiri dari
beberapa atau banyak objek dalam satu periode waktu tertentu. Gabungan dari
kedua data tersebut dinamakan data panel.
Model regresi linear berganda:
Yi = 1 + 2X1i + 3X2i + .........+ kXki + i ...........................................................(1)
Keterangan :
Y = variabel dependen
= koefisien
X = variabel independen
= error
Pada analisis regresi ini juga akan dilakukan uji-F untuk mengetahui
keragaman, uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y
dan uji asumsi homoskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas yang
merupakan beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda.
Menurut juanda (2009) asumsi model regresi linear berganda yaitu:
a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan (1).
b. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah
ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear
sempurna antar peubah bebas Xk.
c. i) Komponen sisaan i mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan
ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(i) = 0 dan Var(i) = 2.
ii) Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan i sehingga
Cov(i, j)=0, untuk i=j.
iii) Komponen sisaan menyebar normal.
Menurut dalil Gauss-Markov, jika asumsi a, b, c(i), c(ii) atau uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolonearitas terpenuhi maka
pendugaan parameter koefisien regresi menggunakan OLS (Ordinary Least
Squares) akan menghasilkan penduga tak bias linear terbaik (BLUE= Best Linear
Unbiased Estimator).
10
Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah ragam sisaan sama atau
homogen (Juanda 2009). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat varian
dari residual satu pengamatan dengan pengamatan lain. Uji ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya dengan uji breusch-pagan dengan menduga dan
menghitung sisaan et,. Uji white juga dapat dilakukan untuk uji heteroskedastisitas
dengan cara menggunakan model regresi sisaan dan menghitung koefisien
determinasi sebagai ukuran kebaikan. Cara lain yang dapat digukan adalah dengan
uji hipotesis H0: Homoskedastisitas dan H1: Heteroskedastisitas, dengan melihat
nilai p-value dapat dilihat apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak. Jika p-
value> maka terima H0 yang artinya ragam sisaan sama atau homogen dan
asumsi terpenuhi, jika p-value< menunjukkan ada masalah heteroskedaktisitas.
Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (Juanda 2009). Uji autokorelasi
dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara periode t dengan periode
sebelumnya (t-1). Pengujian dapat dilakukan dengan metode grafik atau dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Metode grafik dapat dilakukan dengan cara
memplotkan data et pada sumbu vertikal dan waktu (t) pada sumbu horizontal
sahingga dapat dilihat polanya apakah bebas atau tidak bebas (punya pola
tertentu). Cara lain yang populer digunakan adalah dengan statistik uji Durbin-
Waton, selang nilai statistik Durbin-Watson adalah 4-dL < DW < 4 maka tolah H0
(ada autokorelasi negatif), 4-du < DW < 4- dL maka tidak tentu atau coba uji yang
lain, du < DW < 4-du maka terima H0 (ada autokorelasi), dL < DW < du maka tidak
tentu (daerah abu-abu) atau coba uji yang lain, 0 < DW < dL maka tolak H0 (ada
autokorelasi positif).
Uji Multikolinearitas
Menurut Juanda (2009) salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah
bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas. Jika terdapat
hubungan dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas berkolinearitas ganda
sempurna. Beberapa cara dapat digunakan untuk melihat adanya multikolinearitas
yaitu dengan uji koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas dalam model dan
menggunakan model regresi ganda dengan minimal 3 peubah bebas, jika ada nilai
koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas sangat tinggi dan nyata maka
berarti terjadi multikolinearitas. Selain itu metode yang dapat dilakukan untuk
melihat multikolinearitas adalah dengan uji klein. Metode ini melihat korelasi
masing-masing variabel independen. Jika R2y Xi,Xj,... Xn > r2Xi,Xj (R-square
lebih besar dari r variabel) maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.
memiliki data yang lengkap, dua perusahaan mempunyai laporan dalam bentuk
dollar dan hanya sembilan perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar perusahaan transportasi terpilih
No. Kode perusahaan Nama perusahaan Sektor
1 APOL PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Laut
2 CMPP PT Centris Multipersada Pratama Tbk Darat
3 HITS PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Laut
4 IATA PT Indonesia Air Transportation Tbk Udara
5 MIRA PT Mitra Rajasa Tbk Darat
6 RAJA PT Rukun Raharja Tbk Darat
7 SMDR PT Samudera Indonesia Tbk Laut
8 TMAS PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk Laut
9 ZBRA PT Zebra Nusantara Tbk Darat
100
50
2012 kondisi MIRA meningkat dari financial distress menjadi sehat karena
peningkatan nilai dari rasio X1, X2, X3, dan X4. Kondisi tersebut menandakan
kinerja keuangan perusahaan mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan yang membaik dapat dilihat dari total aktiva lancar yang lebih
besar dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih tinggi dari
nilai total kewajiban. Kondisi yang dialami MIRA dapat menjadi gambaran bahwa
perusahaan belum mampu memperbaiki dan mengendalikan kondisi keuangan
pada tahun 2007-2010 dan baru bisa memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya
pada tahun 2011 dan 2012 dikarenakan pada tahun tersebut MIRA melakukan
restrukturisasi hutang dengan melepas saham anak perusahaan sehingga
perusahaan mampu menyelesaikan persoalan hutang dan pada tahun tersebut juga
perusahaan mulai melakukan perdagangan kembali sahamnya di BEI setelah
sebelumya BEI menghentikan perdagangan saham perusahaan akibat dari
perolehan opini disclaimer selama dua tahun berturut-turut atas audit laporan
keuangan tahun 2009 dan 2010.
RAJA mengalami kondisi sehat selama tiga tahun berturut-turut pada tahun
2007 hingga tahun 2009, tetapi kondisi tersebut menurun menjadi financial
distress pada tahun 2010 dan 2011 hingga kembali meningkat menjadi grey area
pada tahun 2012 seperti yang tergambar pada Gambar 2. Hal ini terjadi karena
pada tahun 2007-2009 nilai dari rasio X1 yang tinggi. Sedangkan pada tahun
2010-2011 nilai dari rasio X1 mengalami penurunan hingga nilai aktiva lancar
lebih kecil dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih
rendah dari nilai total kewajiban. Tahun 2010 RAJA melakukan akuisisi PT. Panji
Raya Alamindo (PRA) dan PT. Triguna Internusa Pratama (TIP). Pada tahun 2011
beban usaha meningkat akibat terkonsolidasinya beban usaha anak perusahaan
yaitu PRA dan TIP atas beban bunga pinjaman bank dan beban bunga atas
penerbitan surat hutang. Hal tersebut menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan sehingga RAJA harus mengalami kondisi financial distress.
Kondisi financial distress selalu dialami ZBRA pada periode 2007-2012.
Pada periode ini ZBRA tidak mengalami perbaikan kondisi karena selalu
mengalami kondisi financial distress dengan nilai z-score yang terus menurun
seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kondisi tersebut disebabkan oleh nilai aktiva
lancar yang lebih kecil dari kewajiban jangka pendek dan rendahnya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva yang tesedia. Penurunan
yang dialami ZBRA menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kemunduran
pada kinerja keuanganan di setiap tahunnya. Menurunnya kinerja keuangan yang
dialami ZBRA merupakan salah satu dampak dari menurunnya performa unit
(taksi) dan menurunnya jumlah armada setiap tahunnya. Pada tahun 2008
perusahaan memiliki 600 unit taksi, turun menjadi 555 unit pada tahun 2009 dan
2010, dan kemudian turun lagi menjadi 255 unit pada tahun 2012. Penurunan
jumlah armada yang terus terjadi mempengaruhi pendapatan perusahaan yang
tidak sebanding dengan biaya operasional perusahaan sehingga berpengaruh
terhadap kinera perusahaan dan kondisi financial distress selama periode 2007-
2012.
14
2,5
Nilai Z-score
0,0
-2,5
-5,0
-7,5
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Kesulitan keuangan yang terjadi pada
APOL terus terjadi hingga tahun 2011.
Kondisi financial distress HITS pada periode 2007-2012 hanya terjadi pada
tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2007 hingga 2009 HITS dalam kondisi sehat
seperti yang tergambar pada Gambar 3. Perubahan kondisi sehat menjadi financial
distress terjadi karena pada tahun 2007 rasio X1 dari HITS tinggi. Hal ini
menandakan perusahaan masih mampu mengatasi kewajiban jangka pendeknya
karena nilainya lebih kecil dari aktiva lancar. Tetapi dari tahun 2007 hingga 2012
rasio X1 mengalami penurun yang berarti nilai kewajiban jangka pendek lebih
besar dari aktiva lancar. Selain itu penurunan kondisi ini disebabkan oleh nilai
laba ditahan dan laba usaha yang semakin menurun setiap tahunnya sehingga
menyebabkan pada tahun 2010 hingga 2012 HITS berada dalam kondisi financial
distress. Penurunan kondisi yang signifikan pada tahun 2010 akibat dari masalah
hukum yang menimpa perusahaan sehingga perusahaan mengalami kendala
operasional yang mengakibatkan menurunnya pendapatan usaha perusahaan. pada
tahun 2010 perusahaan juga mencadangkan kerugian atas kasus hukum yang
dialami perusahaan. Masalah tersebut menyebabkan perusahaan mengalami
gangguan keuangan dan mengakibatkan penurunan kondisi keuangan perusahaan.
SMDR menjadi satu-satunya perusahaan yang tidak pernah mengalami
kondisi financial distress pada periode 2007-2012. Perkembangan dan penurunan
yang dialami SMDR masih dalam kondisi aman karena masih dalam kondisi sehat
pada tahun 2007 dan 2008 dan grey area pada tahun 2009 hingga 2012 seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tahun 2007 dan 2008 SMDR dalam
kondisi sehat karena memiliki nilai z>2.60. Namun pada tahun 2009-2012 SMDR
mengalami perubahan kondisi menjadi grey area karena penurunan nilai z-score
yang disebabkan oleh menurunnya nilai rasio dari X1, X2, X3, dan X4. Nilai dari
ke empat rasio tersebut masih positif hanya saja ada penurunan pada nilai total
ekuitas perusahaan hingga nilai total kewajiban menjadi lebih besar dan laba
usaha yang menurun ditahun 2009. Kondisi penurunan laba usaha tidak bertahan
lama karena ditahun 2010-2012 perusahaan mengalami peningkatan laba usaha
sehingga perusahaan tidak harus mengalami kondisi financial distress. SMDR
tidak pernah berada pada kondisi financial distress disebabkan karena setiap
tahunnya perusahaan selalu melakukan pengembangan pada bisnisnya, seperti
pada tahun 2007 perusahaan melakukan perluasan usaha dengan memasuki bisnis
transportasi luar negeri, pada tahun 2010 perusahaan membuka cabang-cabang
baru dan pada tahun 2011 perusahaan membeli dua kapal baru untuk mendukung
kinerja perusahaan.
TMAS selalu mengalami perubahan nilai z-score selama periode 2007-2012.
Kenaikan dan penurunan yang dialami TMAS tersebut tidak diikuti dengan
perubahan kondisi financial distress yang terus terjadi pada periode 2007-2012
seperti yang tergambar pada Gambar 3. Setiap tahunnya TMAS selalu
mendapatkan nilai rasio X1, X2, X3, dan X4 yang rendah. Hal ini yang
menyebabkan perusahaan selalu mengalami financial distress karena perusahaan
tidak mampu menghasilkan laba yang cukup dari penggunaan aktiva yang tersedia
sehingga perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan.
Pada tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan kondisi keuangan yang
disebabkan oleh perbesaran armada dengan membeli sembilan unit kapal. Kondisi
keuangan TMAS mulai meningkat secara signifikan pada tahun 2011 akibat dari
16
penjualan delapan unit kapal yang dianggap sudah tidak efisien. Penjualan
tersebut membuat penurunan yang signifikan atas biaya operasional perusahaan
maupun biaya financial perusahaan.
0,50
0,25
Nilai Z-score
0,00
-0,25
-0,50
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
nilainya masih rendah dan masuk dalam kategori financial distress (z<1.1) yaitu
sebesar -0.143 pada tahun 2013 dan 0.306 pada tahun 2014.
Uji-F (ANOVA)
Hipotesis untuk uji-F adalah :
H0 : Model tidak mampu menjelaskan keragaman z-score
H1 : Model mampu menjelaskan keragaman z-score
Dari hasil uji-F diperoleh F-hitung sebesar 6906.74, dengan nilai -p(0,000)
< 5% maka hipotesis H0 ditolak yang artinya model sudah mampu menjelaskan
keragaman dari z-score.
masuk dalam penyusutan harta berwujud kelompok dua dan tiga dengan tarif
penyusutan 6,25%-12,5% untuk metode garis lurus dan 12,5%-25% untuk metode
saldo menurun. Masa manfaat ekonomis yang cepat serta penyusutan yang cukup
tinggi membuat aktiva menjadi menurun dan dapat menyebabkan financial
distress.
ROE merupakan salah satu variabel independen yang berpengaruh nyata
terhadap z-score dengan p-value 0.001. ROE memiliki koefisien sebesar
0.0031622 yang berarti variabel berpengaruh positif terhadap z-score. Hal ini
berarti peningkatan nilai ROE akan meningkatkan nilai z-score dan semakin
tinggi nilai z-score maka perusahaan akan semakin jauh dari financial distress.
ROE merupakan rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dari modal yang ditanamkan yang dapat menguntungkan
para pemegang saham. Semakin besar nilai ROE maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan
para investor. Keuntungan yang tinggi atas investasi akan membuat investor akan
terus menanamkan modalnya sehingga perusahaan menjauh dari kondisi financial
distress.
NPM memiliki nilai p-value 0.000 < (0.05), maka dapat dikatakan NPM
memiliki pengaruh nyata terhadap z-score. Koefisien NPM adalah 0.010837 yang
berarti variabel memiliki pengaruh yang positif terhadap z-score, jadi jika nilai
NPM meningkat maka akan meningkatkan nilai z-score, maka perusahaan akan
semakin jauh dari financial distress. NPM merupakan rasio yang dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
penjualan. Semakin tinggi nilai NPM berarti semakin tinggi pula keuntungan yang
diterima perusahaan.
Implikasi Manajerial
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Mitra Rajasa Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan
Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011
beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran
Emas Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Rukun Raharja Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.
PT. Samudera Indonesia Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
PT. Samudera Indonesia Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta
Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk.
25
RIWAYAT HIDUP