Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1.1. Pendahuluan
Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan
lindian, rembesan atau aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi alamiah mineral sulfida
pembentukan AAT yang dominan adalah mineral sulfida yang reaktif, oksigen dan air.
AAT yang timbul akibat dari kegiatan pertambangan sangat berpengaruh negatif
terhadap penurunan kualitas lingkungan, terutama bila sudah masuk ke dalam sistem air
permukaan, air bawah tanah serta tanah di sekitarnya. Bertolak dari hal tersebut di atas,
prediksi keberadaan sumber dari AAT harus telah dilakukan sejak awal sehingga upaya
pencegahan dan pengelolaan penurunan kualitas lingkungan akibat AAT dapat dilakukan
dengan baik.
Pengenalan Air Asam Tambang (AAT) ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagi
pelaku kegiatan pertambangan dalam mengidentifikasi potensi AAT pada suatu wilayah
kegiatan pertambangan; mengamankan material potensi AAT tersebut untuk mencegah
dampak negatif yang mungkin ditimbulkan; serta menanggulangi AAT tersebut apabila
kemunculannya tidak dapat dicegah. Beberapa perusahaan pertambangan telah melakukan
upaya pencegahan, pengelolaan dan penanggulangan air asam tambang di lapangan dalam
rangka perlindungan lingkungan, dan hal ini dapat dijadikan bahan untuk rujukan di
lapangan. Adapun perlakuan yang digunakan untuk penanganan air asam tambang ini adalah
dengan active treatment dan passive treatment, yang masing-masing memiliki metode-
metode sendiri.
2
menyebabkan mineral-mineral pirit terkspose terhadap air dan udara sehingga akhirnya
terjadilah AAT. Batuan atau tanah yang banyak mengandung pirit dan menjadi sumber AAT
disebut dengan Acid Rock Drainage (ACD). ARD ini dapat terus-menerus menjadi sumber
terjadinya AAT bahkan dapat bertahan hingga ratusan tahun (hasil studi Nordstrom dan
Alpers (1999) dan Kalin et al. (2006)). Artinya, jika material ARD ini terus-menerus
dibiarkan maka ia akan terus-menerus memproduksi AAT, sehingga efek buruknya juga akan
berlangsung terus-menerus.
Efek buruk AAT adalah ia sangat mematikan bagi organisme perairan terutama
organisme kecil termasuk ikan. AAT tidak juga hanya mencemari perairan namun juga tanah
dan lahan. AAT juga meningkatkan laju pelarutan dan melepaskan berbagai jenis logam
(utamanya logam berat) yang semakin meningkatkan efek negatif AAT terhadap lingkungan.
Bahaya bagi manusia? Tentu air yang terkontaminasi AAT sangat tidak layak untuk
dikonsumsi dan AAT dengan sifat korosifnya yang tinggi dapat membuat infrastruktur seperti
jembatan dapat cepat berkarat dan rusak. Negara-negara maju seperti Kanada, Amerika, dan
Australia ternyata masih menderita kerugian dari AAT yang berasal dari aktivitas
pertambangan puluhan bahkan seratus tahun lampau. Di Australia, biaya rehabilitasi lahan
dan perairan untuk menanggulangi AAT mencapai US $ 60 juta (Rp. 600 Milyar) per tahun.
Di Kanada bahkan ada departemen khusus untuk menangani AAT yaitu or National Mine
Environment Neutral Drainage (Penetralan Air di Lingkungan Tambang Nasional/NMEND).
3
asam tambang. Air asam tambang berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga
membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas
lingkungan. Pembentukan air asam cenderung lebih intensif terjadi pada daerah
penambangan. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung
sulfida pada udara bebas. Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan
menetralisir menggunakan bahan penetral atau mengolahnya agar memenuhi batas baku
mutu.
b. Oksigen
c. Air
a. Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang dengan batuan
yang tidak berpotensi ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi
penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh
mungkin dari aliran air. Selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.
b. In hibisi Bakteri
Thiobaccilus ferrooxidans merupakan bakteri yang berperan dalam proses
pembentukan air asam tambang. Dengan menghambat perkembangan bakteri ini dapat
mengurangi proses pembentukan air asam. Thiobaccilus ini dapat bertahan dalam kondisi
lingkungan asam karena memiliki lapisan film yang melindunginya.
c. Manajemen Tanah
Dalam program restorasi tanah areal pertambangan diperlukan manajemen tanah yang
baik. Manajemen tanah ini bertujuan untuk:
Memaksimalkan sumberdaya yang terbatas.
4
Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan degradasi
kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya (struktur, nutrisi, dan bank
bibit) tersedia untuk digunakan dalam rehabilitasi.