Vous êtes sur la page 1sur 10

Jurnal Economia, Volume 10, Nomor 1, April 2014

ANALISIS SIKAP KONSUMEN


TERHADAP PRODUK FASHION LOKAL DAN IMPOR

Evelyn Setiawan
Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia
evelyn.setiawan@yahoo.com

Abstrak: Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk Fashion Lokal dan Impor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap konsumen terhadap produk fashion
lokal dan impor yang akan berpengaruh terhadap keputusan konsumsi. Sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah 1.000 mahasiswa dari 10 perguruan tinggi
swasta terbesar di Surabaya. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuesioner.
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa di Surabaya
merasa bangga dan lebih nyaman saat menggunakan produk fashion lokal. Mereka
juga mengaku terkesan dengan perkembangan model fashion lokal sehingga tak ja-
rang mereka mengunjungi outlet-outlet produk fashion lokal. Namun pada ken-
yataannya, mereka cenderung lebih memilih untuk membeli produk fashion impor ka-
rena merasa produk fashion impor lebih berkualitas dan bergengsi, meskipun mereka
sadar bahwa harga produk fashion lokal lebih terjangkau.

Kata kunci: konsumsi, fashion, mahasiswa

Abstract: Analysis of Consumer Attitudes toward Local and Imported Fashion Prod-
ucts. This study is aimed to analyze consumer attitudes toward local and imported
fashion products that will affect consumption decisions. Sample used in this study
were 1,000 students from 10 private universities in Surabaya. Data were collected by
questionnaire. The results showed that the majority of students in Surabaya feel proud
and more comfortable when they wear local fashion products. They were also im-
pressed by the development of local fashion models so they often visit the local fash-
ion outlets. But in fact, they prefer to buy imported fashion products because they
believe that imported products have better quality and more prestigious to be worn,
even though they are aware that the price of local products are more affordable for
them.

Keywords: consumption, fashion, student

PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir, nilai PDB Indo-


Laju pertumbuhan ekonomi suatu nesia terus mengalami peningkatan. Di tahun
negara merupakan cerminan kesejahteraan 2011 dan 2012, PDB meningkat masing-mas-
hidup di negara tersebut. Salah satu indi- ing sebesar 6.5 persen dan 6.23 persen. Di ta-
kator dalam mengukur pertumbuhan hun 2013, PDB Indonesia juga menunjukkan
perekonomian negara adalah dengan peningkatan dari kuartal pertama sejumlah
melihat angka Produk Domestik Bruto (PDB). 671.408 juta Rupiah menjadi 688.917,5 juta
PDB dapat diartikan sebagai nilai barang-ba- Rupiah. Dengan kata lain, PDB mengalami
rang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam peningkatan sebesar 2,61 persen
suatu negara dalam satu tahun tertentu (Su- (www.bps.go.id).
kirno, 2004).

38
Analisis Sikap Konsumen . (Evelyn Setiawan)

Angka PDB diperoleh dari penjumlahan bisa ditemukan dengan mengonsumsi ban-
konsumsi rumah tangga, konsumsi yak produk yang dianggap bisa mengangkat
pemerintah, investasi, dan ekspor yang derajat identitas dirinya (Gay et al., 1997).
kemudian dikurangi dengan jumlah impor Survey yang dilakukan Soegiono (2012)
dari suatu negara (Case, Fair & Oster, 2012). menemukan bahwa ada dua macam kon-
Data BPS menunjukkan bahwa penggunaan sumen fanatik. Konsumen golongan pertama
PDB yang terbesar setiap tahunnya adalah cenderung memilih produk impor karena
untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Di produk impor dianggap memiliki kualitas
Propinsi Jawa Timur, peningkatan konsumsi yang terjamin. Konsumen golongan kedua
tertinggi terjadi pada komponen pakaian, lebih fanatik dengan produk lokal karena
sepatu, dan tas. Hal ini dapat dilihat dari nilai mereka beranggapan bahwa produk lokal
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) komponen cenderung lebih murah, lebih mudah
pakaian, sepatu, dan tas yang terbesar di an- didapat, dan lebih sesuai dengan kondisi
tara komponen lainnya, termasuk komponen masyarakat Indonesia.
makanan jadi dan pendidikan (www.kom- Penelitian ini dilakukan untuk
info.jatimprov.go.id). menganalisis sikap konsumen terhadap
Secara teoritis, peningkatan PDB yang produk pakaian, sepatu, dan tas (selanjutnya
didukung dengan peningkatan konsumsi non disebut dengan produk fashion) lokal dan im-
bahan makanan mengindikasikan bahwa por beserta dengan alasannya. Pihak-pihak
kesejahteraan hidup di Indonesia juga turut yang terkait dapat memanfaatkan hasil
meningkat. Akan tetapi, APBN 2013 masih penelitian ini untuk memperbaiki dan/atau
mengalami defisit terhadap PDB sebesar mempertahankan kualitas produk dan
1,65%. Salah satu penyebabnya adalah ting- mengembangkan industri fashion lokal Indo-
kat impor Indonesia yang mengalami kenai- nesia. Dengan demikian, konsumsi produk
kan sebesar 10.03%. Ketergantungan fashion diharapkan dapat memberikan
masyarakat terhadap produk impor inilah kontribusi positif bagi PDB Indonesia di masa
yang menyebabkan PDB Indonesia masih be- mendatang.
lum dapat mencapai titik optimalnya dan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
masih belum mencukupi untuk membiayai nilai output yang diproduksi oleh faktor
pembelanjaan negara. produksi yang terletak dalam suatu negara
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Case et al., 2012). Menurut McEachern
Atmadji (2004) mengemukakan bahwa (2001), PDB mengukur nilai pasar dari barang
penduduk Indonesia cenderung lebih suka dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber
mengkonsumsi produk impor dan daya yang berada dalam suatu negara
menghindari pemakaian produk dalam selama jangka waktu tertentu, biasanya satu
negeri. Ini terjadi karena kebanyakan kon- tahun.
sumen melakukan kegiatan konsumsinya PDB suatu negara dapat dihitung dengan
demi penentuan identitas diri mereka. menggunakan tiga pendekatan, yaitu pen-
Mereka mengejar tren yang sedang tumbuh dekatan pendapatan, pendekatan biaya, dan
di masyarakat, dan status diri tersebut hanya pendekatan produksi. Dalam pendekatan

39
Jurnal Economia, Volume 10, Nomor 1, April 2014

pendapatan, PDB dihitung dari penjumlahan riil, harga barang, akumulasi kekayaan, dan
seluruh pendapatan yang diperoleh semua pendapatan yang diperoleh dari sumber
faktor produksi dalam suatu negara pada selain pekerjaan (misalnya subsidi
satu waktu tertentu. Dalam pendekatan pemerintah, warisan, dan hadiah) juga akan
biaya, PDB dihitung dari penjumlahan se- berpengaruh terhadap konsumsi yang dil-
luruh biaya yang dikeluarkan oleh penduduk akukan oleh seseorang (Case et al., 2012).
negara (pengeluaran rumah tangga, penge- Konsumsi rumah tangga dapat
luaran industri, pengeluaran pemerintah, dibedakan menjadi konsumsi barang habis
dan nilai ekspor dikurangi dengan nilai im- pakai, barang tahan lama, dan jasa (Case et
por) dalam memproduksi barang dan jasa. al., 2012). Barang habis pakai adalah barang-
Pendekatan produksi dihitung dengan men- barang yang akan habis dalam waktu kurang
jumlahkan semua nilai tambah dari semua dari tiga tahun, misalnya makanan, pakaian,
unit produksi dalam suatu negara pada peri- bahan bakar. Barang tahan lama adalah ba-
ode waktu tertentu (Case et al., 2012). rang-barang yang dapat digunakan dalam
Konsep PDB adalah salah satu konsep jangka waktu lebih dari tiga tahun, misalnya
perhitungan pendapatan nasional yang pal- kendaraan, peralatan elektronik, furnitur.
ing penting dibandingkan dengan konsep Jasa merupakan sesuatu yang tidak di-
perhitungan pendapatan nasional lainnya. produksi secara fisik (Arnold, 2010).
Angka PDB memungkinkan suatu negara un- Barang yang dikonsumsi rumah tangga
tuk membandingkan tingkat kesejahteraan dapat dibedakan berdasarkan pendapa-
penduduk di negaranya dari tahun ke tahun. tannya. Rumah tangga yang memiliki penda-
PDB juga menunjukkan perbandingan tingkat patan besar atau akumulasi kekayaan yang
kesejahteraan masyarakat antara satu besar akan cenderung mengkonsumsi ba-
negara dengan negara yang lain (Parkin, rang lebih banyak dan dengan kualitas yang
2012). Tingkat pendapatan nasional yang lebih baik. Barang yang tingkat konsumsinya
tinggi akan mempengaruhi pendapatan akan berkurang ketika pendapatan mening-
masyarakat, yang juga akan mempengaruhi kat disebut inferior good. Barang yang kon-
permintaan terhadap barang dan jasa sumsinya semakin bertambah ketika penda-
Dalam The General Theory of Employ- patan bertambah disebut normal goods.
ment, Interest, and Money yang diungkapkan (Case et al., 2012).
oleh Keynes, dinyatakan bahwa konsumsi Pada saat pendapatan suatu rumah
yang dilakukan oleh rumah tangga terkait tangga masih tergolong rendah, ada barang-
langsung dengan pendapatannya. Semakin barang yang dianggap sebagai luxury goods.
tinggi pendapatan, semakin besar pula kon- Suatu rumah tangga dapat hidup tanpa ba-
sumsi yang cenderung dilakukan (Case et al., rang-barnag tersebut, misalnya alat trans-
2012). portasi, perjalanan wisata, perhiasan. Na-
Menurut Mankiw (2006), keputusan in- mun seiring dengan peningkatan
dividu untuk menabung dan mengkonsumsi pendapatan rumah tangga, luxury goods ter-
juga dipengaruhi oleh ekspektasi mereka ter- sebut dapat berubah menjadi normal goods
hadap masa depan. Selain itu, tingkat upah (Parkin, 2012).

40
Analisis Sikap Konsumen . (Evelyn Setiawan)

Kepuasan konsumen dari hasil konsumsi perguruan tinggi swasta terbesar di Surabaya
merupakan sebuah fungsi yang menurun. Se- versi www.4icu.com untuk dijadikan sampel
makin banyak konsumsi yang dilakukan penelitian. Kesepuluh perguruan tinggi terse-
seseorang terhadap suatu barang tertentu but adalah Universitas Kristen Petra Sura-
dalam waktu tertentu, maka kepuasan (utili- baya, Universitas Surabaya, Universitas
tas) yang didapatkan dari tambahan kon- Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas
sumsi satu unit barang yang sama berikutnya 17 Agustus, Universitas Narotama, Universi-
akan menurun. Misal tingkat kepuasan tas Pelita Harapan Surabaya, Universitas Ci-
seseorang dalam mengkonsumsi apel yang putra, Universitas Wijaya Kusuma, Universi-
ketiga lebih kecil daripada apel kedua; apel tas Widya Kartika, dan STTS. Pemilihan
keempat lebih kecil daripada apel ketiga; dan sepuluh perguruan tinggi swasta ini didasar-
seterusnya. Hukum ini disebut The Law of Di- kan pada biaya kuliah perguruan tinggi
minishing Marginal Utility (Case et al., 2012). swasta yang lebih tinggi dibandingkan
Sikap masyarakat turut mempengaruhi dengan perguruan tinggi negeri. Hal tersebut
pola konsumsi yang mereka lakukan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa
mengacu pada teori sikap yang dijelaskan mahasiswa dan mahasiswi di perguruan
oleh Rakhmat (2009) bahwa sikap adalah ke- tinggi swasta tersebut lebih memperhatikan
cenderungan bertindak, berpersepsi, ber- dan mengetahui fashion.
pikir, dan merasa dalam menghadapi objek, Produk fashion yang dimaksudkan da-
ide, situasi atau nilai. Misalkan, saat lam penelitian ini meliputi baju, celana, tas,
seseorang mengalami peningkatan pendapa- dan sepatu. Hal tersebut dikarenakan data
tan maka ia cenderung untuk membel- dari BPS menunjukkan bahwa barang-barang
anjakan atau mengkonsumsi lebih banyak. tersebut paling banyak dikonsumsi oleh ru-
Sikap terdiri dari tiga dimensi yaitu kog- mah tangga. Selain itu, kebutuhan akan
nitif, afektif, dan behavioral. Rakhmat (2009) penggunaan barang-barang tersebut men-
menyatakan bahwa dimensi afektif adalah jadi prioritas bagi para mahasiswa pada
dimensi yang berhubungan dengan rasa suka umumnya.
atau tidaknya seseorang terhadap objek si- Produk fashion lokal yang dimaksudkan
kap. Dimensi kognitif merupakan dimensi dalam penelitian ini adalah seluruh produk
yang berhubungan dengan pengetahuan fashion yang diproduksi di dalam negeri.
atau pemahaman seseorang terhadap objek Contoh merk produk fashion lokal adalah
sikap. Dimensi behavioral adalah dimensi Dagadu, Damn I Love Indonesia, Joger, Bag-
yang berhubungan dengan kecenderungan teria, dan The Executive. Produk fashion im-
seseorang untuk mengikuti objek sikap. por yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah seluruh produk fashion yang di-
METODE produksi di luar negeri dan dikirim ke Indone-
Populasi dalam penelitian ini adalah se- sia. Contoh merk produk fashion impor ada-
luruh mahasiswa dari perguruan tinggi lah Coconut Island, Guess, Zara, Manggo.
swasta yang terdapat di Surabaya. Dari pop- Pengukuran sikap konsumen terhadap
ulasi tersebut, akan dipilih sepuluh produk fashion lokal dan impor dilakukan

41
Jurnal Economia, Volume 10, Nomor 1, April 2014

dengan menggunakan tiga dimensi sikap lebih besar dari enam. Setelah kuesioner ter-
yaitu afektif, kognitif, dan behavioral. Di- bukti reliabel, barulah dilakukan penyebaran
mensi afektif adalah dimensi yang berhub- kuesioner kepada responden.
ungan dengan rasa suka atau tidaknya re- Analisis dalam penelitian ini dilakukan
sponden dengan objek sikap. Dimensi secara deskriptif dengan pendekatan kuanti-
kognitif merupakan dimensi yang berhub- tatif. Data yang diperoleh dari hasil penyeba-
ungan dengan pengetahuan atau pema- ran kuesioner akan dianalisis berdasarkan si-
haman responden terhadap objek sikap. Di- kap mahasiswa terhadap penggunaan
mensi behavioral berhubungan dengan produk fashion lokal dan impor. Data juga
kecenderungan responden untuk mengikuti akan dianalisis berdasarkan karakteristik re-
objek sikap (Rakhmat, 2009). spondennya (yaitu gender dan uang saku).
Data yang digunakan dalam penelitian Dengan demikian akan diperoleh kesimpulan
ini adalah data primer yang diperoleh melalui tentang kecenderungan penggunaan produk
penyebaran kuesioner kepada 1.000 maha- fashion lokal dan impor di kalangan maha-
siswa yang sedang menempuh pendidikan di siswa perguruan tinggi swasta di Surabaya.
sepuluh perguruan tinggi sampel. Kuesioner Kesimpulan yang diperoleh tersebut
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri di atas akan diperkuat dengan opini kon-
dari tiga bagian besar. Bagian pertama meru- sumen tentang produk fashion lokal dan im-
pakan identitas responden seperti nama, por. Jawaban responden dalam bagian per-
jenis kelamin, asal perguruan tinggi, juru- tanyaan terbuka akan dikategorikan menjadi
san/fakultas, dan besarnya uang saku. Ba- jawaban yang mendukung produk fashion lo-
gian kedua berisi 12 pertanyaan tertutup kal dan jawaban yang mendukung produk
yang bertujuan untuk menguji sikap maha- fashion impor. Masing-masing poin jawaban
siswa terhadap produk fashion lokal dan im- akan direkapitulasi sehingga diperoleh kes-
por. Sikap mahasiswa tersebut akan diukur impulan yang dapat menjawab rumusan ma-
dengan menggunakan skala Likert. Bagian salah dalam penelitian ini.
terakhir dari kuesioner merupakan pertan-
yaan terbuka yang bertujuan untuk menge- HASIL DAN PEMBAHASAN
tahui opini mahasiswa terhadap produk fash- Hasil rekapitulasi data penelitian yang
ion lokal dan impor. diperoleh dari penyebaran 1.000 kuesioner
Sebelum kuesioner disebarkan kepada kepada 10 mahasiswa perguruan tinggi
responden, terlebih dahulu dilakukan uji reli- swasta di Surabaya dapat disajikan dalam
abilitas untuk mengetahui apakah kuesioner Tabel 1. Jika dilihat dari dimensi afektif,
yang akan disebarkan telah menghasilkan mayoritas mahasiswa bangga terhadap
konsistensi yang sama (Sugiyono, 2005). Da- produk fashion lokal. Dari segi keterkesanan
lam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan terhadap perkembangan fashion lokal, seba-
dengan menyebarkan 30 kuesioner kepada gian besar mahasiswa mengaku terkesan.
mahasiswa UPH Surabaya. Kuesioner akan Banyak mahasiswa juga merasa nyaman da-
dianggap reliabel jika nilai Cronbach Alpha lam menggunakan produk fashion lokal. Dari

42
Analisis Sikap Konsumen . (Evelyn Setiawan)

Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Secara Keseluruhan


No. Pertanyaan % STS % TS %S % SS
AFEKTIF
1 Kebanggan terhadap produk fashion lokal 1.8 12.7 70.3 15.2
2 Keterkesanan terhadap produk fashion lokal 0.9 20.8 64 14.3
8 Kenyamanan menggunakan fashion lokal 1.6 20.4 68.7 9.3
9 Kesukaan terhadap desain produk fashion lokal 1.7 26.2 62.3 9.8
KOGNITIF
3 Kualitas produk fashion impor 2 27.9 44.4 25.7
4 Keterjangkauan harga produk fashion impor 10.3 52.9 29.8 7
5 Kesesuaian produk fashion lokal dengan budaya Indonesia 3.1 22.3 57.3 17.3
12 Kesan produk fashion impor lebih bergengsi 7.4 36.5 36.4 19.7
BEHAVIORAL
6 Lebih sering membeli produk fashion impor 5.9 37.2 44.8 12.1
7 Lebih banyak menggunakan produk fashion lokal 4.1 42.3 44.4 9.2
10 Sering mengunjungi outlet fashion lokal 3.6 38.2 52.7 5.5
11 Menyarankan kerabat untuk menggunakan fashion lokal 3.9 40.4 48.4 7.3

segi kesukaan terhadap desain produk fash- berdasarkan perolehan uang saku per bulan.
ion lokal, dapat disimpulkan bahwa desain Baik mahasiswa dengan uang saku di bawah
fashion lokal sudah banyak disukai di ka- Rp500.000,00 per bulan; Rp500.000,00 sam-
langan mahasiswa. pai Rp1.000.000,00 per bulan; maupun di-
Apabila sikap afektif mahasiswa ter- atas Rp1.000.000,00 per bulan mayoritas
hadap produk fashion lokal dianalisis ber- menyatakan bahwa mereka bangga, terke-
dasarkan gender mahasiswa, maka hasil yang san, nyaman, dan suka terhadap produk
diperoleh tidak berbeda dengan hasil analisis fashion lokal. Namun terdapat kecender-
secara umum. Baik mahasiswa pria maupun ungan bahwa semakin tinggi uang saku yang
wanita sama-sama bangga, terkesan, nya- dimiliki mahasiswa, semakin rendah tingkat
man, dan suka terhadap produk fashion lo- kebanggaan, keterkesanan, kenyamanan,
kal. Demikian juga jika analisis dibedakan

Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Menurut Gender


Pria Wanita
No. Pertanyaan
% TS % S % TS % S
AFEKTIF
1 Kebanggan terhadap produk fashion lokal 16.4 83.5 12.7 87.3
2 Keterkesanan terhadap produk fashion lokal 25.5 74.6 18.3 81.7
8 Kenyamanan menggunakan fashion lokal 24.2 75.8 20.0 80.0
9 Kesukaan terhadap desain produk fashion lokal 30.8 69.2 25.2 74.8
KOGNITIF
3 Kualitas produk fashion impor 33.7 66.3 26.4 73.6
4 Keterjangkauan harga produk fashion impor 64.6 35.4 62.0 38.1
5 Kesesuaian produk fashion lokal dengan budaya Indonesia 25.9 74.2 25.0 75.0
12 Kesan produk fashion impor lebih bergengsi 47.3 52.7 40.8 59.2
BEHAVIORAL
6 Lebih sering membeli produk fashion impor 43.8 56.3 42.5 57.5
7 Lebih banyak menggunakan produk fashion lokal 46.3 53.7 46.6 53.5
10 Sering mengunjungi outlet fashion lokal 44.3 55.6 39.4 60.6
11 Menyarankan kerabat untuk menggunakan fashion lokal 47.5 52.5 41.3 58.7

43
Jurnal Economia, Volume 10, Nomor 1, April 2014

dan kesukaan mereka terhadap produk fash- dibanding dengan mahasiswa pria. Berdasar-
ion lokal. kan uang saku responden, hasil penelitian
Dimensi kognitif meliputi pemikiran re- membuktikan bahwa semakin besar uang
sponden terhadap kualitas, keterjangkauan saku mahasiswa, semakin besar pula ke-
harga, kesesuaian terhadap budaya dan cenderungan mereka untuk berpikir bahwa
gengsi ketika menggunakan produk fashion produk fashion impor lebih baik daripada
lokal. Secara umum, mayoritas responden produk fashion lokal.
berpikir bahwa kualitas produk fashion lokal Terdapat empat pertanyaan yang
masih berada di bawah kualitas produk fash- digunakan untuk mengukur dimensi behav-
ion impor. Namun mereka berpendapat ioral. Pertanyaan pertama adalah frekuensi
bahwa harga produk fashion lokal lebih ter- pembelian produk fashion. Mayoritas re-
jangkau dan lebih sesuai dengan budaya In- sponden lebih jarang membeli produk fash-
donesia dibanding dengan produk fashion ion lokal. Akan tetapi, dari segi frekuensi
impor. Dari segi gengsi, mayoritas responden penggunaan produk fashion lokal, didapati
menyatakan bahwa seseorang akan terlihat bahwa 53,6% responden lebih sering
kurang bergengsi ketika menggunakan menggunakan produk fashion lokal diband-
produk fashion lokal dibanding dengan ing dengan produk fashion impor. Mayoritas
produk fashion impor. responden juga menyatakan bahwa mereka
Hasil tersebut tetap sama ketika analisis lebih sering berkunjung ke outlet fashion lo-
dipisahkan berdasarkan gender dan uang kal dan menyarankan teman serta keluar-
saku responden. Mahasiswa wanita lebih ganya untuk menggunakan produk fashion
cenderung berpikiran bahwa produk fashion lokal.
impor lebih berkualitas dan bergengsi Berdasarkan hasil analisis lebih lanjut,
diketahui bahwa gender tidak berpengaruh
Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif Berdasarkan Uang Saku
500.000 -
No. Pertanyaan < 500.000 1.000.000 > 1.000.000
% TS % S % TS %S % TS %S
AFEKTIF
1 Kebanggan terhadap produk fashion lokal 14.5 85.6 11.26 88.74 20.1 79.9
2 Keterkesanan terhadap produk fashion lokal 19.6 80.5 19.82 80.18 27.4 72.6
8 Kenyamanan menggunakan fashion lokal 17.8 82.1 20.27 79.73 29.7 70.2
9 Kesukaan terhadap desain produk fashion lokal 21.5 78.5 27.48 72.52 35.9 64.1
KOGNITIF
3 Kualitas produk fashion impor 32.3 67.7 30.63 69.37 25.9 74.1
4 Keterjangkauan harga produk fashion impor 66.7 33.4 61.04 38.96 62.9 37.0
5 Kesesuaian produk fashion lokal dengan budaya 23.2 76.7 22.97 77.03 32.0 68.0
Indonesia
12 Kesan produk fashion impor lebih bergengsi 48.8 51.2 40.09 59.91 44.7 55.2
BEHAVIORAL
6 Lebih sering membeli produk fashion impor 53.5 46.5 40.77 59.23 35.1 64.9
7 Lebih banyak menggunakan produk fashion lokal 36.3 63.6 45.95 54.05 58.7 41.3
10 Sering mengunjungi outlet fashion lokal 41.7 58.2 39.64 60.36 45.5 54.5
11 Menyarankan kerabat untuk menggunakan fashion 38.7 61.3 43.47 56.53 52.1 47.9
lokal

44
Analisis Sikap Konsumen . (Evelyn Setiawan)

pada hasil perhitungan kuesioner kategori pemakaian produk fashion impor juga
behavioral. Namun uang saku berpengaruh cenderung menurun. Kondisi ini sekaligus
pada perilaku responden terhadap produk membuktikan kebenaran teori the law of
fashion lokal dan impor. Responden yang marginal utility, di mana ketika suatu produk
memiliki uang saku di bawah Rp500.000,00 yang sama dikonsumsi secara terus mene-
lebih sering membeli dan menggunakan rus maka kepuasan yang didapat oleh kon-
produk fashion lokal dibandingkan dengan sumen akan terus menurun. Hasil penelitian
produk fashion impor. Responden yang ini juga sejalan dengan temuan dalam
memiliki uang saku di atas Rp1.000.000,00 penelitian Atmadji (2004), dan sesuai dengan
lebih banyak menggunakan produk fashion karakteristik konsumen golongan pertama
impor dan mayoritas tidak menyarankan dalam penelitian yang dilakukan Soegiono
kerabatnya untuk menggunakan produk (2012).
fashion lokal. Sebagian besar responden (71%) telah
Pada saat uang saku yang dimiliki maha- mampu membedakan antara produk fashion
siswa sedikit, konsumsi yang dapat dil- lokal dan impor. Menurut pendapat mereka,
akukannya juga relatif terbatas. Pada saat kedua produk fashion tersebut dapat
itu, produk fashion impor akan menjadi lux- dibedakan berdasarkan kualitas, desain,
ury goods yang tidak terjangkau sehingga harga, dan merek produknya. Namun seba-
mereka akan merasa cukup puas, bangga, gian besar dari mereka (58%) lebih menyukai
dan nyaman dengan penggunaan produk produk fashion impor. Hal ini disebabkan ka-
fashion lokal. Namun seperti yang dikatakan rena kualitas produk fashion impor yang
dalam Keynesian Theory, seiring dengan pen- lebih terjamin, desain yang lebih menarik,
ingkatan pendapatan (dalam hal ini uang merek yang terlihat lebih bergengsi ketika
saku) seseorang, konsumsi juga akan digunakan, dan harga yang menurut mereka
meningkat. Hal ini menyebabkan barang pantas untuk dibayarkan. Walaupun
yang tadinya luxury goods akan menjadi nor- demikian, mayoritas responden (67%)
mal goods bagi orang tersebut, sehingga menyadari bahwa dengan membeli produk
tingkat kepuasan mereka terhadap fashion lokal, mereka dapat memberikan

45
Jurnal Economia, Volume 10, Nomor 1, April 2014

kontribusi pada perekonomian Indonesia. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
33% responden sisanya berpendapat bahwa masukan bagi regulator untuk membuat ke-
produk fashion impor dapat memberikan bijakan tentang produk fashion lokal. Ke-
kontribusi yang besar berupa pajak, karena bijakan yang dimaksud misalnya dengan
kegiatan impor terkena Pajak/bea masuk im- memberikan dukungan modal, pelatihan,
por sebesar 5%, Pajak Pertambahan Nilai dan sarana promosi bagi produsen fashion
sebesar 10%, dan Pajak Penghasilan sebesar lokal agar mereka dapat mengembangkan
2.5%. produknya dengan lebih baik dan agar
mereka semakin dikenal oleh masyarakat
SIMPULAN luas. Regulator juga dapat memberikan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpul- proteksi bagi produk fashion lokal terhadap
kan bahwa sebagian besar mahasiswa me- ancaman persaingan dari produk fashion im-
rasa bangga dan lebih nyaman saat por. Semakin banyak konsumsi produk fash-
menggunakan produk fashion lokal. Hal ini ion lokal yang dilakukan masyarakat, se-
dikarenakan Indonesia menganut budaya Ti- makin besar pula PDB negara. Sebaliknya,
mur yang mengutamakan kesopanan teru- semakin kecil konsumsi produk fashion im-
tama dalam gaya berbusana. Bahan yang por yang dilakukan masyarakat, semakin be-
digunakan produk fashion lokal jugas sesuai sar pula jumlah PDB karena semakin kecil
untuk iklim tropis. Mereka juga mengaku jumlah pembelanjaan impor. Yang terakhir,
terkesan dengan perkembangan model fash- regulator juga dapat memberikan dukungan
ion lokal sehingga tak jarang responden dan fasilitas bagi para produsen fashion lokal
mengunjungi outlet-outlet produk fashion untuk mengekspor produknya. Ekspor akan
lokal. mendatangkan devisa yang juga akan mem-
Namun pada kenyataannya, mereka berikan sumbangan bagi PDB negara.
cenderung lebih memilih untuk membeli Keterbatasan dalam penelitian ini ada-
produk fashion impor karena merasa produk lah sempitnya ruang lingkup penelitian.
fashion impor lebih berkualitas dan ber- Pengambilan sampel hanya dilakukan di 10
gengsi, meskipun tahu bahwa harga produk perguruan tinggi swasta di Surabaya dengan
fashion lokal lebih terjangkau. Hasil menyebarkan kuesioner pada 100 maha-
penelitian ini juga didukung oleh data statis- siswa di tiap perguruan tinggi swasta. Selain
tik dari BPS yang menyatakan penerimaan itu peneliti hanya berfokus pada produk
PDB Jawa Timur didominasi oleh konsumsi fashion yaitu tas, sepatu, dan pakaian. Hal
rumah tangga terutama pada produk impor tersebut membuat hasil penelitian ini tidak
non-pangan (tas, pakaian, dan sepatu). dapat 100% digeneralisasi untuk membuat
Secara agregat, hal ini akan berpengaruh ter- kesimpulan tentang pola konsumsi masyara-
hadap PDB Indonesia yang hingga saat ini kat Indonesia. Keterbatasan yang ada mem-
masih belum mampu menutup pembel- buat peneliti berharap agar peneliti selanjut-
anjaan negara. nya dapat memperluas ruang lingkup
penelitian seperti dari segi produk maupun
cakupan daerahnya.

46
Analisis Sikap Konsumen . (Evelyn Setiawan)

McEachern, W. (2001) Ekonomi Mikro. Edisi


DAFTAR PUSTAKA 5. Jakarta: Salemba Empat.

Arnold, R. A. (2010) Microeconomics Tenth Parkin, M. (2012) Macroeconomics (10th


edition, Australia: South western Cen- ed.). Pearson Education, Inc.: Boston.
gage Learning. Rakhmat, J. (2009) Psikologi komunikasi.
Atmadji, E. (2004) Analisis Impor Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9 (1), 33- Soegiono, F. (2012) Impor vs Lokal: Studi Ka-
46. sus Tentang Keputusan Membeli Ma-
Case, Karl E & Fair, Ray C. (2012) Prinsip-Prin- kanan Kemasan. Calyptra: Jurnal Ilmiah
sip Ekonomi. Edisi Kedelapan. Alih Ba- Mahasiswa Universitas Surabaya , 1 (1),
hasa Wibi Hardani dan Devri Barnadi. Ja- 1-10.
karta: Erlangga. Sugiyono (2005) Statistika untuk Penelitian.
Gay, P. d., Hall, S., Janes, L., Mackay, H., & Ne- Bandung: CV Alfabeta.
gus, K. (1997) Doing Cultural Studies: The Sukirno, S. (2004) Pengantar Teori Makro
Story of the Sony Walkman (Culture, Me- Ekonom. Jakarta: PT. Raja Grafindo Per-
dia and Identities series). London: Sage sada.
Publications.
www.4icu.com
Mankiw, N. G. (2006) Makro ekonomi. Edisi
www.bps.go.id
ke-3.Jakarta: Salemba Empat.
www.kominfo.jatimprov.go.id

47

Vous aimerez peut-être aussi