Vous êtes sur la page 1sur 6

1. Bagaimana penyebab dan mekanisme pusing pada kasus?

5 11
Pada pasien anemia, Hb menurun, yang mengakibatkan penurunan pengangkutan oksigen
ke jaringan. Terjadinya penurunan pengangkutan oksigen ke otak (hipoksia), akan
menyebabkan pusing.
2. Apa makna dari kondisi social ekonomi pada kasus? 11 5
Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi
kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan kelompok pekerjaan
suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari kelompok pekerjaan suami
(pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup kemampuan dalam hal membeli
dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan pada saat
hamil.
3. Konjungtiva palpebra tampak pucat? 5 11
Pada anemia defisiensi besi, jumlah besi serum menurun sehingga pembentukan sel darah
merah akan terganggu. Salah satu komponen yang menyusun sel darah merah adalah
hemoglobin. Hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai globin dan 4 heme yang tersusun atas
rantai protoporfirin dan besi. Besi serum yang menurun akan menyebabkan penurunan
pembentukan hemoglobin yang berdampak pada berkurangnya jumlah sel darah merah.
Akibatnya, volume darah berkurang dan mengakibatkan penurunan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh. Manifestasi yang paling menonjol dapat dilihat pada jaringan perifer seperti
membran mukosa, yang pada kasus ini palpebra konjungtiva yang anemis.

4. Bagaimana cara menilai kontraksi uterus? 11 5


Mendekati dan selama masa persalinan, wanita akan mengalami kontraksi, yaitu saat otot
rahim mengencang dan mengendur hingga mendekati waktu kelahiran. Menghitung
kontraksi adalah cara yang sangat berguna untuk memperkirakan waktu persalinan dan
mengetahui seberapa cepat proses kelahiran akan terjadi. Baca tulisan selanjutnya untuk
mengetahui cara menghitung kontraksi.

Metode 1

Kapan Saatnya Memulai Perhitungan

1. Kenali kontraksi. Para wanita menggambarkan kontraksi sebagai rasa sakit yang
dimulai dari punggung bagian bawah lalu bergerak seperti gelombang ke arah perut.
Perasaan yang digambarkan mirip dengan kram saat menstruasi atau sembelit. Ketika
kontraksi menyerang, pada mulanya rasa sakit terasa ringan kemudian memuncak lalu
mereda.

o Selama masa kontraksi, perut akan mengeras.

o Untuk sebagian wanita, rasa sakit tetap berada di sekitar area punggung bagian
bawah. Masing-masing wanita umumnya memiliki pengalaman tersendiri
terhadap kontraksi yang dirasakan.

o Pada awal persalinan, kebanyakan kontraksi berlangsung selama 60-90 detik


dan terjadi setiap 15 sampai 20 menit. Saat waktu persalinan semakin dekat,
durasi kontraksi akan menurun akan tetapi frekuensinya akan meningkat.[1]

2. Mulai hitung kontraksi jika Anda merasakan beberapa serangan kontraksi yang
datang berturut-turut. Terkadang di bulan-bulan menjelang masa persalinan, Anda
akan mulai merasakan kontraksi dan hal ini sesuatu yang normal terjadi. Tubuh Anda
sedang "berlatih" untuk acara utama, dan umumnya tidak membahayakan. Ketika hari
perkiraan lahir semakin dekat dan Anda merasakan kontraksi yang tampaknya datang
dengan pola yang teratur, mulailah menghitung waktu kontraksi untuk memastikan
jika persalinan akan terjadi dalam waktu dekat.

Metode 2

Menghitung Kontraksi

1. Tentukan alat penghitung yang akan digunakan. Anda dapat menggunakan pewaktu,
jam atau alat penghitung daring untuk melacak frekuensi dan durasi kontraksi. Ambil
sebuah pensil dan kertas untuk mencatat jumlah dan mengenali pola kontraksi yang
dirasakan.

Gunakan pewaktu yang tepat, bukan jam digital tanpa hitungan detik. Karena
kontraksi sering berlangsung kurang dari satu menit, Anda perlu menghitungnya hingga
hitungan detik.

Buatlah bagan untuk memudahkan pencatatan data. Buatlah kolom berjudul


"Kontraksi," kemudian satu lagi yang berjudul "Waktu Bermula" dan yang ketiga
berjudul "Waktu Berakhir." Sertakan kolom keempat yang disebut "Durasi" untuk
menghitung berapa lama setiap kontraksi berlangsung, dan kolom kelima yang berjudul
"Waktu Antarkontraksi" untuk menghitung waktu di antara bermulanya kontraksi
pertama dengan terjadinya kontraksi berikutnya

2. Mulailah menghitung di awal kontraksi. Jangan mulai menghitung di tengah atau di


akhir kontraksi. Jika Anda (atau siapa pun) tengah merasakan kontraksi ketika Anda
memutuskan untuk mulai menghitungnya, jangan lakukan dan tunggu sampai kontraksi
baru muncul.

3. Catatlah waktu kontraksi bermula. Ketika perut mulai terasa kencang, tekan pewaktu
atau mulai memantau jam dan catat waktu dalam kolom "Waktu Bermula". Semakin
akurat waktu yang Anda catat, semakin baik. Misalnya, alih-alih hanya menulis "22:00,"
tulislah "22:03:30." Jika kontraksi bermula tepat pukul 22:00, tulislah "22:00:00."

4. Catat waktu kontraksi berakhir. Ketika rasa sakit reda dan kontraksi berakhir, segera
mencatat waktu tepat pada saat kontraksi berakhir. Sekali lagi, masukkan sebanyak
mungkin informasi dan seakurat yang Anda bisa.

Setelah kontraksi pertama berakhir, Anda dapat mengisi kolom "Durasi". Sebagai
contoh, jika kontraksi dimulai pada 10:03:30 dan berakhir pada 10:04:20, durasi
kontraksi adalah 50 detik.

Catat informasi lain yang berkaitan dengan kontraksi, seperti di bagian mana rasa
sakit mulai terasa, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Informasi ini dapat bermanfaat
sembari kontraksi terus terjadi sampai pada akhirnya Anda mulai dapat membaca pola
yang mulai terlihat.

5. Catat waktu terjadinya kontraksi lanjutan. Kurangi waktu bermula dari kontraksi
sebelumnya dengan waktu bermula kontraksi yang baru dan Anda akan mengetahui
berapa lama selang waktu kontraksi terjadi. Sebagai contoh, jika kontraksi sebelumnya
bermula pada 10:03:30 dan kontraksi yang baru bermula pada 10:13:30, waktu selang
kontraksi persis 10 menit.
Metode 3
Mengetahui Waktu Terjadinya Persalinan

1. Kenali tanda-tanda kontraksi yang mengarah ke persalinan. Dalam beberapa kasus,


wanita mengalami serangkaian kontraksi sebelum persalinan benar-benar terjadi. Ini
disebut "kontraksi palsu", atau kontraksi Braxton Hicks. Mengenali perbedaan antara
kontraksi persalinan yang sebenarnya dengan kontraksi palsu dapat membantu Anda
menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil.

Kontraksi persalinan terjadi terus menerus dan durasinya lebih pendek sepanjang
waktu, sementara kontraksi palsu tidak mengikuti pola tertentu yang dapat diprediksi.
[2]

Kontraksi persalinan akan terus menerus berlangsung meskipun Anda merubah posisi
atau bergerak, sementara kontraksi palsu bisa mereda setelah Anda bergerak.[3]

Kontraksi persalinan akan menjadi semakin kuat dan menyakitkan dari waktu ke
waktu, sementara kontraksi palsu cenderung berkurang.

2. Kenali tanda-tanda lain terjadinya persalinan. Selain mengalami kontraksi reguler,


ada tanda-tanda fisik lain yang dialami oleh seorang wanita yang akan melahirkan.[4]
Memantau kejadian berikut:

Pecahnya cairan ketuban.

Bayi menjadi "ringan", atau posisinya turun menuju leher rahim.

Keluarnya lendir yang menyumbat.

Pelebaran leher rahim.

3. Ketahui waktu untuk mempersiapkan kelahiran. Sudah waktunya untuk pergi ke


rumah sakit atau meminta bidan bersiap-siap untuk melahirkan bayi ketika
"persalinan yang sebenarnya" akan terjadi. Ini terjadi ketika kontraksi yang kuat
dengan durasi 45 sampai 60 detik terjadi selang 3 sampai 4 menit.

5. TIBC; 5 11
Normal: 112-346
Interpretasi: 400 (meningkat)
Mekanisme:
Kadar besi yang berkurang akan menyebabkan kapasitas mengikat-besi seruma akan
meningkat.
6. Apa saja fakto rrisiko dari diagnosis kerja? 11 5
Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Status gizi ibu pada saat hamil mempengaruhi berat badan janin dalam kandungan,
apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan
menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan
terhambatnya otak janin, anemia pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir akan mudah
terkena infeksi (Supariasa, 2001). Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu dan
janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar
15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal, peningkatan gizi untuk (mammae),
volume darah,plasenta,air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikomsumsi
ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60%
digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal ibu hamil akan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 11-13Kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan
ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
b. Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil, Ibu hamil
yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih untuk keperluan
kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh karena itu, hamil di
usia 20 tahun dengan asupan gizi yang tidak adekuat memiliki resiko anemia defisiensi
besi, ibu hamil yang menderita anemia paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari
20 tahun sebesar 58%.
c. Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan yang berulang
atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian anemia akibat banyaknya
darah yang keluar selama proses persalinan, angka kejadian pada kehamilan makin tinggi
dengan semakin tingginya paritas. Penelitian Sidabuke (2003) menjelaskan bahwa terjadi
peningkatan anemia pada ibu hamil dengan paritas 5 sebesar 36,23%. Jarak antara
kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai resiko untuk menderita anemia
menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih karena jarak kelahiran yang pendek
akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya
setelah melahirkan sebelumnya. Maka semakin pendek jarak kehamilan resiko terjadi
anemia makin meningkat.
d. Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah tingkat
pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi
kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan kelompok pekerjaan
suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari kelompok pekerjaan suami
(pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup kemampuan dalam hal membeli
dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan pada saat
hamil. Ibu hamil yang berpendidikan rendah menderita anemia sebanyak 60%,
sedangkan ibu hamil yang berpendidikan tinggi menderita sebanyak 17,4%.
e. Pemeriksaan Antenatal Care, pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan dan
pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil sehingga apabila ibu menderita
gejala anemia dapat dideteksi sedini mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang secara
teratur untuk diberi penanganan segera. Pada pemeriksaan ini tablet penambahan darah
(tablet Fe) juga diberikan pada ibu yang tidak mengalami anemia untuk mencegah
terjadinya anemia. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan bahwa jumlah
penderita semakin menurun pada kelompok yang sering mengunjungi klinik antenatal
dan meningkat pada kelompok yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal.

7. Bagaimana prognosis dari diagnosis kerja? 5 11

Vous aimerez peut-être aussi