Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANGINA PEKTORIS
2. Erwin Umar
3. Jenis Tahir
5. Andini Korompot
8. Fitri Djamadi
1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................4
BAB 2. KONSEP MEDIS...................................................................................5
2.1 Definisi...................................................................................................5
2.2 Etiologi...................................................................................................5
2.3 Klasifikasi..............................................................................................6
2.4 Patofisiologi...........................................................................................7
2.5 Patway....................................................................................................8
2.6 Menifestasi Klinis..................................................................................10
2.7 Komplikasi.............................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................11
2.9 Pemeriksaan Penunjang Angina Pektoris...............................................13
BAB 3.Konsep Keperawatan..............................................................................15
3.1 Pengkajian..............................................................................................15
3.2 Pola Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gardon.................................16
3.3 Pengkajian Fisik.....................................................................................18
3.4 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................22
3.5 Intervensi Keperawatan .........................................................................25
Daftar Pustaka.....................................................................................................46
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Kebutuhan aliran darah koroner meningkat karena beban kerja jantung lebih
berat (misalnya pada aortic stenosis). Dalam beberapa keadaan yang jarang
terjadi, (Stanley L. 1999)
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kita harus memahami konsep
dasar tentang penyakit angina pektoris ini ini agar dapat menjadi acuan kita
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan angina pektoris dan
meningkatkan kualitas hidup pasien angina pektoris agar tetap dapat
melakukan aktivitasnya seperti biasa.
4
h. Mengetahui penatalaksanaan Angina pektoris
i. Mengetahui pemeriksaan penunjang Angina pektoris
j. Mengetahui pengkajian Angina pektoris
k. Mengetahui diagnosa keperawatan Angina pektoris
l. Mengetahui intervensi keperawatan Angina pectoris
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran
darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau
dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer
dan Bare, 2002 : 779). Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada.
Angina pectoris juga merupakan istilah yang umum digunakan dalam
kesehatan untuk menggambarkan rasa dari nyeri dada yang disebabkan
oleh iskemia miokard. (Corwin, 2009).
Angina pectoris adalah nyeri hebat berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miokardium. Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung, ke rahang
atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar
ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan
terjadi sebagai akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miokardium.
2.2 Etiologi
Angina Pektoris disebabkan oleh karena berkurangnya aliran darah
kearteria koronaria yang salah satu penyebabnya adalah aterosklerosis,
sehinggaterjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke myocardium dan
kebutuhanoksigen. (Houn, H.dkk. 2005)
5
Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan endotel.
Dikarenakankerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah
produk selular,kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding
pembuluh darah.Hal itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk
memproduksi substansilainnya yang menghasilkan pembentukannya dari sel.
(Soeliadi Hadiwardowo,1993).
Faktor-faktor Risiko:
Yang tidak dapat diubah
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. Ras
Yang dapat diubah
a. Mayor
1) Peningkatan lipid serum
2) Hipertensi
3) Merokok
4) Gangguan toleransi glukosa
5) Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalori
b. Minor
1) Gaya hidup yang kurang bergerak
2) Stress psikologik
3) Tipe kepribadian
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri
menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah
dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di
permukaan ateroma tersebut. Agar bisa berkontraksi dan memompa secara
normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya
akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri koroner semakin
memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot
jantung sehingga menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari
6
iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner. Komplikasi utama dari
penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark
miokardial). (Stanley L. 1999)
2.3 Klasifikasi
Terdapat 3 jenis angina, yaitu : (Ruhyanudin, faqih. 2006)
1) Angina Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat
menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga.
2) Angina Prinsmetal
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan
padakenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada
angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan
iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan
dengan arterosklerosis.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis
koroner). Tidak diketahuisecara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis.
7
Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling
seringditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada
jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih
banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Berkurangnya
kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan
perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan
dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb.
Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar.
Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun
sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan
energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan
sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini
tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat,
maka nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris
merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.
2.5 Pathway
8
Pathway Angina
Pektoris
10
timbul saat melakukan aktivitas dan hilang saat berhenti, dengan lama
serangan berlangsung antara 1-5 menit. (Arif Mansjoer. 2001)
2.7 Komplikasi
Komplikasi utama dari angina adalah unstable angina, infark
miokard, aritmia, dan sudden death.( Arif Mansjoer. 2001)
2.8 Penatalaksanaan
a. Terapi Non-Farmakologi
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan mengontrol
emosi, mengurangikerja yang berat dimana membutuhkan banyak
oksigen dalam aktivitasnya, mengurangikonsumsi makanan berlemak,
dan istirahat yang cukup. Disarankan untuk mengubahgaya hidup antara
lain menghentikan konsumsi rokok, menjaga berat badan ideal,mengatur
pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur; jika
memilikiriwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara
teratur; danmelakukan kontrol terhadap kadar serum lipid.
Untuk pasien dengan gejala angina yang tidak dapat lagi diatasi
denganterapi obat, pasien dengan stenosis arteri koroner kiri lebih besar
dari 50% denganatau tanpa gejala, pasien dengan penyakit di tiga
pembuluh darah dengandisfungsi ventrikel kiri jantung, pasien dengan
angina tidak stabil, dan pasiendengan post-infark miokard dengan
lanjutan angina atau iskemik lebih parah,dapat dilakukan revaskularisasi,
yang dilakukan dengan prosedur yang disebutcoronary artery bypass
grafting (CABG)danpercutaneous transluminal coronary
angioplasty(PTCA).
b. Terapi Farmakologi
1) Nitrat Organik
Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan)pertama dalam
pengobatanangina pectoris. Mekanisme kerja obat golongan nitrat
dimulai ketikametabolisme obat pertama kali melepaskan ion nitrit
(NO2-). Di dalam sel, NO2-diubah menjadi nitrat oksida (NO)yang
kemudian mengaktivasi guanilat siklase,terjadi peningkatan
konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP)intraseluler pada sel
otot polos vaskular sehingga terjadi relaksasi otot polos, termasuk
arteridan vena. Nitrat organik menurunkan kerja jantung melalui
efek dilatasi pembuluhdarah sistemik. Venodilatasi menyebabkan
11
penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir
diastolik ventrikel (beban hulu)dan volumeventrikel menurun. Beban
hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi subendokard.
Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi perifer
sehinggategangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban
hilir)berkurang. Akibatnya,kerja jantung dan konsumsi oksigen
menjadi berkurang.
2) -bloker
Memiliki mekanisme kerja mengurangi kebutuhan oksigen jantung
dengancara mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.
3) Calcium antagonist
Obat antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah
denganmenghambat masuknya ion kalsium melewati slow channel
yang terdapat padamembran sel (sarkolema)pada otot polos jantung,
dan pembuluh darah koroner dan perifer sehingga terjadinya
relaksasi.
Obat antagonis kalsium menjadi obat terpilih terutama bila :
a) Beta bloker merupakan kontra indikasi, misalnya pada gagal
jantung, sick sinus syndrome, blok AV derajat 2 atau lebih
(untuk keadaan-keadaan inisebaiknya dipilih nifedipin),
penyakit paru obstruktif, penyakit vaskular perifer atau diabetes
melitus yang berat.
b) Penderita tidak dapat mentoleransi efek samping beta bloker.
Pada penangan angina tidak stabil, obat antagonis kalsium
biasanya digunakanuntuk kombinasi dengan golongan nitrat bila
hasil pengobatan dengan nitratkurang memuaskan.
12
b. Arteriografi koroner
Merupakan satu- satunya teknik yang memungkinkan untuk melihat
penyempitan pada koroner.Suatu kateter dimasukkan lewat arteri femoralis
ataupun brakialis dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria
kanan dan kiri. Media kontras radio grafik kemudian disuntikkan dan
cineroentgenogram akan memperlihatkan kontur arteri serta daerah
penyempitan. Kateter ini kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk
ke ventrikel kiri dan disuntikkan lebih banyak media kontras untuk
menentukan bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel kiri. Bila ada stenosis aorta,
maka derajat keparahannya akan dapat dinilai, demikian juga kita dapat
mengetahui penyakit arteri koroner lain.
c. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal; pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak
adanya pengapuran pembuluh darah aorta
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris.Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis serangan
jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut
akan meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol,
hdl, ldl, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
mencari faktor risiko seperti kolesterol dan/atau diabetes mellitus.
e. Uji latihan jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran ekg seringkalimasih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat
ekg pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat
treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung
maksimal atau submaksimal dan selama latihan ekg di monitor demikian pula
setelah selesai ekg terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen st sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya.Lebih-lebih bila disamping depresi segmen st juga timbul rasa
sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien
memang menderita angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki treadmill,
test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu latihan dengan
13
naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan ekg sebelum dan sesudah
melakukan latihan tersebut.
f. Thallium exercise myocardial imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat
menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning
jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien
sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada
daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal
setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot
jantung yang menderita iskemia.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Dalam pengkajian yang harus di catat adalah identitas klien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis, lalu identitas
penanggung jawab yang mencantumkan nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, dan hubungan klien, serta sumber biaya yang dipergunakann untuk
klien.
2. Lingkup masalah keperawatan
Klien dengan Angina Pektoris mengalami serangan sakit dada yang khas,
yaitu terasa bagaikan di tekan atau terasa berat di dada yang biasanya terjadi
14
pada dada bagian kiri dan menjalar ke lengan dan leher kiri,sesak
nafas,perasaan lelah,dan keringat dingin.
3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit berisi tentang riwayat kesehatan sekarang,riwayat
kesehatan masalalu,dan riwayat kesehatan keluarga. .Riwayat Kesehatan
Sekarang Klien dengan Angina Pektoris biasanya datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan sakit dada yang telah berlangsung secara intermiten lebih dari
satu bulan. Pada Angina Pektoris rasa sakit yang klien rasakan biasanya pada
daerah sternum atau sub sternum dengan kecenderungan pada bagian kiri dan
menjalar ke ekstremitas kiri dan kadang-kadang menjalar ke leher, punggung,
rahang, epigastrium, leher, rahang, bahu dan gigi dan ada kasus yang lebih
jarang menjalar ke arah kanan. Sakit biasanya terasa bagaikan di tekan benda
berat, di peras, atau bagaikan
15
apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang
lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan
otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan
kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
Pada pasien dengan angina pectoris biasanya pola latihan aktivitas
istirahat mengalami Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur
(mungkin didapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau
pada saat beraktivitas).
5. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan,pendengaran,perasaan,pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap
waktu,tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan
untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10,pemakaian alat bantu
dengar,melihat,kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran,
orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,pendengaran, persepsi sensori
(nyeri),penciuman dll.
6. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan.Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana
keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya.
Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-
psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistic
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit
terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal,ekspresi
wajah, merasa taj berdaya,gugup/relaks
16
8. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan,tempat tinggal, tidak
punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain,masalah
keuangan dll
9. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas.Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex,pemeriksaan genital
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan
system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress,interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata,metode koping yang biasa
digunakan,efek penyakit terhadap tingkat stress
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan
buadaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.
17
Suhu :Terjadi peningkatan suhu tubuh pada pancarditis atau fase akut
infark miokard.
TD : Pada pasien angina pectoris biasanya terjadi peningkatan tekanan
darah karena adanya aterosklerosis yang menghalang perjalanan darah
sehingga terjadinya peningkatan takanan.
RR : Dewasa frekuensi pernapasan normal adalah 16 24 /menit. Lebih
dari 24/menit dalam keadaan istirahat tanda awal pada pasiee angina
pectoris.
c. Keadaan fisik
a). Kepala dan leher
Wajah:
- Pucat dibibir dan kulit di wajah merupakan manifestasi anemia
ataukurang adekuatnya perfusi jaringan.
- Kebiruan mukosa mulut, bibir dan lidah, manifestasi sianosis sentral
akibat peningkatan jumlah hemoglobin yang kurang mengandung
oksigen
- Edema periorbital, merupakan tanda penurunan laju filtarsi glomerulus
ginjal serta retensi air dan garam.
- Grimace yang menandakan pasien dalam ketakutan/kecemasan
Mata
- Konjungtiva pucat merupakan akibat kurang adekuatnya perfusi
jaringan.
- Konjungtiva kebiruan sianosis sentral
- Ikterik merupakan tanda adanya komplikasi gangguan faal hati
- Gangguan visus kerusakan pembuluh darah retina yg terjadi akibat
komplikasi hipertensi
b.) Dada :
Paru
Tanda-tanda yang diamati: Pada umumnya kedua belah dada adalah
simetris,saat ekspirasi dan inspirasi pergerakan dada simetris antara kanan
dan kiri.
- Inspeksi: Kesimetrisan bentuk toraks,pernapasan,vaskuler dan jantung
- Palpasi :Tactilefremitus(getara dinding dada yang dihasilka ketika
berbicara,denyut apeks ICS V mid klavikulaline kiri,serta lokasi denyut
arteri
18
- Perkusi : Paru kiri lebih tinggi dari paru kanan,batas paru menurun pada
orang tua.
- Auskultasi: Suara napas dan napas tambahan ( Rales, Ronkhi, Whesing)
Bunyi Jantung, I , II, III, Iv,bising Jantung biasanya terdapat ( murmur)
disfungsi katup nitral, aorta, trikuspid, pulmonal.
Jantung
- Inspeksi : Tanda-tanda yang diamati: Bentuk prekordium: bentuk
prekordium Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun,
fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis Prekordium
yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epik
ardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum.
- Palpasi :Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di
bawahsternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-
kadangmenjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang,
leher,atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain
seperti di daerah epigastrium,leher,rahang,gigi, bahu.
Tanda-tanda yang harus diamati:
Denyut pada apeks jantung: Denyut apeks jantung (iktus kordis) Dalam
keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra.
1. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan
meluas.
2. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktu,
kita adakan juga palpasi pada arteri carotis comunis untuk merasakan
adanya gelombang yang asalnya dari systole.
Pemeriksaan getaran / thrill Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya
kelainan katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini harus
diperhatikan :
1. Lokalisasi dari getaran
2. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
19
3. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat.
4.Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar
bising jantung.
- Perkusi
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
a. Batas kiri jantung Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapk
an sebagai batas jantung kiri Normal Atas : SIC II kiri di linea
parastrenalis kiri (pinggang jantung) Bawah : SIC V kiri agak ke medial
linea midklavikularis kiri (tempat Iktus).
b. Batas kanan jantung Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh
dari dinding depan thoraks Normal : Batas bawah kanan jantung adalah
di sekitar ruang interkostal III-IV kanan,di linea parasternalis kanan
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit
jantung.
- Auskultasi
Tanda-tanda yang harus diamati:
Biasanya terdapat Bising jantung / cardiac murmur.Murmur adalah bunyi
hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar disebabkan oleh
bertambahnya turbulensi aliran. Ada beberapa tingkatan:
Tingkat 1 : sangat redup. Tingkat 2 : redup Tingkat 3 : agak keras Tingkat
4 : keras Tingkat 5 : sangat keras Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
Abdomen
Biasanya pada pasien angina pectoris tidak
mengalamipenyimpangan.
- Inspeksi : pada inspeksi perlu disimak apakah abdomen
membusung/membuncit atau datar saja, tepi perut menonjol atau tidak,
umbilicus menonjol atau tidak, amati apakah ada bayangan vena, amati
juga apakah didaerah abdomen tampak benjolan-benjolan massa.
Laporkan bentuk dan letakknya.
- Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, normal berkisar 5-35 kali
per menit : bunyi peristaltic yang yang keras dan panjang disebut
20
borborygmi, ditemui pada gastroenteritis atau obstruksi usu pada tahap
awal. Peristaltic yang berkurang ditemui pada ileus paralitik. Apabila
setelah 5 menit tidak terdengar suara peristaltic sama sekali maka kita
katakana peristaltic negative (pada pasien post operasi)
- Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada
pasien apakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi
terakhir, palpasi umum terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk
mengetahui apakah ada nyeri umum (peritonitis, pancreatitis).
21
- Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis serangan jantung akut
sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut akan meningkat
kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal.
- Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, hdl, ldl, trigliserida dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
kolesterol dan/atau diabetes mellitus.
e. Uji latihan jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran ekg seringkalimasih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat
ekg pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat
treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung
maksimal atau submaksimal dan selama latihan ekg di monitor demikian pula
setelah selesai ekg terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen st sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen st juga timbul rasa
sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien
memang menderita angina pectoris. Di tempat yang tidak memiliki treadmill,
test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara master, yaitu latihan dengan
naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan ekg sebelum dan sesudah
melakukan latihan tersebut.
f. Thallium exercise myocardial imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat
menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara
intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning
jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien
sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada
daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal
setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot
jantung yang menderita iskemia
Domain:12 Kenyamanan
22
Kelas : 1 Kenyamanan fisik
00132
00030
3. Intoleransi aktivitas
Domain: 4 Aktivitas/Istirahat
00092
Domain : 4 aktivitas/Istirahat
00029
23
3.5 Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI
Rasional
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Gangguan Pertukaran NOC : NIC :
Gas 1. Respiratory Observasi
Definisi : kelebihan atau status : gas 1. Mengetahui status
1. Monitor respirasi dan status O2
deficit pada oksigenasi exchange pernapasan pasien serta
2. Respiratory
dan/atau eliminasi karbon membantu dalam
status :
dioksida pada membran 2. Monitor rata-rata ,kedalaman menentukan oksigenasi
ventilation
alveolar-kapiler. irama dan usaha respirasi pasien.
3. Vital sign status
Domai: 3 Eliminasi dan 2. Melihat adanya tanda dan
Kriteria hasil :
pertukaran gas
3. Monitor pola nafas : bradipea , gejala seperti pernapasan
1. Mendemonstrasik
Kelas : 4 Fungsi respirasi takipenia,kussmaul, kussmaul.
an peningkatan
00030 hiperventilasi 3. Melihat adanya tanda dan
ventilasi dan 4. Monitor kelelahan otot
Batasan karakteristik : gejala seperti pernapasan
oksigenasi yang
pH darah arteri
diafragma (gerakan paradoksis) kussmaul.
adekuat
abnormal 2. Memelihara 4. Membantu menentukan
5. Catat pergerakan dada ,amati
PH arteri abnormal kebersihan paru- indakan keperawatan
kesimetrisan.
Pernapasan paru dan bebas yang akan dilkukan
Tindakan Mandiri 5. Mengetahui adanya
abnormal(mis.,kecepat dari tanda-tanda
6. Memberikan perawatan pasien tanda-tanda pernapasan
an,irama, kedalaman) distress
dengan ventilator .
24
Warna kulit abnormal pernapasan abnormal
3. Mendemonstrasik 6. Alat pernafasan
(mis.,pucat ,
an batuk efektif bertekanan negatif atau
kehitaman)
dan suaranafas
Kofusi positif dapat memberikan
yang bersih,tidak
Sianosis (pada kekuatan mekanis paru
ada sianosis dan
neonates saja ) untuk mempertahankan
dyspneu (mampu 7. Posisikan pasien untuk
Penurunan karbon pertukaran O2 dan CO2
mengeluarkan memaksimalkan ventilasi
dioksida
secara efisien dan
sputum ,mampu
Diaphoresis
bernafas dengan oksigenasi yang kuat.
Dispnea
mudah ,tidak ada 7. Untuk merubah tekanan
Sakit kepala saat
pursed lips)
bangun intrapulmonal,agar lebih
4. Tanda-tanda vital
Hiperkapnia rendah dari takanan
dalam rentang
Hipoksemia 8. Auskultasi suara nafas catat atmosfer sehingga udara
normal
Iritabilitas adanya suara tambahan dari atmosfer akan
Napas cuping hidung
terhisap kedalam paru-
Gelisah
paru,dan mempermudah
Samnolen
9. Melakukan tindakan fisioterapi pasien bernapas.
Takikardi
dada dan melakukan drainase 8. Mengetahui suara napas
Gangguan penglihatan
Faktor yang berhubungan postural pasien serta
: mengidentifikasi adanya
25
Perubahan membran gangguang pada
alveolar-kapiler pernapasan
Ventilasi perfusi 9. Fisoterapi dada sangat
berguna untuk
memperbaiki ventilasi
karena fungsi paru yang
terganggu dengan cara
mengembalikan dan
10. Memberikan terapi oksigen
memelihara otot-otot
sesuai indikasi
pernafasan. Dengan
Heath Education
melakukan drainase
11. Ajarkan kepada pasien teknik
postural dapat
bernapas dan relaksasi
mengeluarkan cairan
berlebih dari paru dengan
mempergunakan gaya
12. Jelaskan penggunaaan alat
berat (gravitasi) dari
bantu yang diperlukan seperti
secret
oksigenasi
10. Mempertahankan PaO2
26
oksigen menambah pengetahuan
pasien melakukan tekni
relaksasi
14. Informasikan kepada pasien 12. Agar pasien mengetahui
dan keluarga tentang tindakan tindakan apa yang akan
pencegahan penyakit dilakukan untuk
mengurangi sesak yang
Kolaborasi dikeluhkan pasien.
15. Konsultasikan dengan dokter
13. Menambah pengetahuan
tentang pentingnya
pasien dan keluarga
pemerikaan gas darah
mengenai manfaat
arteri(GDA) dan penggunaan
pemberian oksigen
oksigenasi pada pasien.
27
dalam darah pasien serta
pemberian terapi oksigen
pada pasien untuk
mengurangi sesak yang
pasien rasakan.
DOMAIN : 4 (00032) NOC : NIC :
Kelas : 4 Observasi
1. Respon alergik
2 Ketidakefektifan pola
1. Patau adanya pucat dan 1. Untuk mengetahui apakah
sistemik : Tingkat
napas
sianosis pasien terlihat pucat dan
Definisi : keparahan respon
Inspirasi dan/atau sianosis
imun hipersensitif 2. Pantau efek obat pada status
2. Untuk mengetahui reaksi
ekspirasi yang tidak
sistemik terhadap pernapasan
dari obat yang diberikan
memberi ventilasi
antigen tertentu dari
pada klien yang
adekuat
lingkungan
Batasan Karakteristik : berhubungan dengan status
2. Respon ventilasi
3. Kaji kebutuhan insersi jalan
1. Perubahan pernapasan
mekanis : orang
napas 3. Agar insersi jalan napas
kedalaman
dewasa : pertukaran 4. Pantau pernapasan pasien
dapat terpenuhi
pernapasan
alveolar dan perfusi 4. Agar pernapasan pasien
2. Perubahan ekskrusi
jaringan yang tetap dalam keadaan normal
dada Tindakan Mandiri :
3. Mengambil posisi dibantu oleh
5. Melakukan pemeriksaan
tiga titik ventilasi mekanis
Spirometri pada pasien
4. Bradipneu 3. Respon penyapihan 5. Pemeriksaan ini bertujuan
5. Penurunan tekanan
28
ekspirasi ventilasi mekanis : untuk mengukur volume
6. Penurunan ventilasi
Penyesuaian sistem udara dalam paru serta dapat
6. Atur posisi pasien pada posisi
semenit
pernapasan dan mengidentifikasi penyakit
7. Penurunan kapasitas orthopneic atau high fowler
fisiologis terhadap penyakit paru dan jantung.
vital
7. Bimbing pasien menggunakan 6. Posisi orthopneic atau high
8. Dipneu proses pelepasan
9. Peningkatan teknik pernapasan bibir fowler dapat meningkatkan
dari ventilasi
diameter anterior- mencucu dan pernapasan fungsi ventilasi paru pasien.
mekanis secara
7. Agar klien dapat mengatur
posterior terkontrol seperti bernafas
bertahap
10. Pernapasan cuping pola napas dan lebih tenang
4. Status pernapasan : melalui abdomen selama
hidung selama periode gawat napas
jalur napas periode gawat napas
11. Ortopneu
8. Anjurkan napas dalam
12. Fase ekspirasi trakeobronkial
memenjang bersih dan terbuka
13. Pernapasan bibir
untuk pertukaran 8. Membantu untuk
14. Takipneu
HE :
15. Penggunaan otot gas menurunkan rangsangan
5. Status respirasi : 9. Informasikan kepada pasien
aksesorius untuk saraf simpatis
ventilasi: dan keluarga tentang teknik
bernapas
pergerakan udara ke relaksasi nafas dalam
Faktor berhubungan : 9. Agar pasien dapat mengtahui
dalam dan keluar
1. Ansietas 10. Diskusikan perencanaan untuk bagaimana cara menghindari
2. Posisi tubuh paru
perawatan di rumah, meliputi alergi
3. Deformitas tulang 6. Status tanda vital :
4. Deformitas dinding pengobatan, peralatan
tingkat suhu, nadi, 10. Agar hal-hal yang tidak
dada pendukung, tanda dan gejala
29
5. Keletihan pernapasan, dan komplikasi diinginkan tidak akan terjadi
6. Hiperventilasi 11. Diskusikan cara menghindari
tekanan darah seperti kematian.
7. Sindrom
alergi
dalam rentang
hipoventilasi
8. Gangguan normal
12. Informasikan kepada pasien 11. Agar dapat mengatasi
musculoskeletal
9. Kerusakan Setelah dilakukan dan keluarga bahwa mereka masalah pernafasan yang
neurologis intervensi hasil yang harus memberitahu perawat muncul secara tiba-tiba.
10. Imaturitas neurologis 12. Dapat mengetahui keadaan
di harapkan : pada saat terjadi ketidak
11. Disfungsi klien, adanya takikardia,
1. Menunjukan pola efektifan pola pernapasan
neuromuscular sesak napas, dsb.
12. Obesitas pernapasan efektif,
13. Nyeri Kolaborasi :
yang dibuktikan
14. Keletihan otot
13. Konsultasikan dengan dokter
oleh status
pernapasan cedera
atau ahli terapi pernapasan 13. Untuk mengatasi masalah
pernapasan : status
medulla spinalis
tentang kebutuhan akan yang berkaitan dengan
ventilasi dan
pemeriksaan gas darah arteri ketidakefektifan pola napas.
pernapasan yang
dan penggunaan alat bantu
tidak terganggu :
yang dianjurkan sesuai dengan
kepatenan jalan
adanya perubahan kondisi
napas; dan tidak ada
pasien
penyimpangan
14. Laporkan perubahan bunyi
tanda vital dari
napas, bunyi napas, pola
rentang normal
30
2. Menunjukan status napas, nilai GDA, sputum, dan
pernapasan : sebagainya
15. Berikann obat sesuai dengan
ventilasi tidak
yang diresepkan.
terganggu yang
dibuktikan oleh
kedalaman inspirasi
dan kemudahan
bernapas, ekspansi
dada simetris
3. Menunjukkan tidak
adanya gangguan
status pernapsan :
ventilasi, yang
dibuktikan oleh
indikator
penggunaan otot
aksesorius, suara
napas tambahan,
pendek napas
3 Penurunan Curah NOC NIC :
Jantung Caridiac pump Observasi
31
Definisi: effectiveness 1. Kaji tekana darah, nadi, 1. Mengetahui perubahan vital
Ciculation
Ketidakadekuatan respirasi, sebelum, selama, dan sign saat dilakukannya terapi
pompa darah oleh status setelah beraktivitas 2. Mengetahui adanya tanda
Vital sign status 2. Monitor kualitas dari nadi
jantung untuk dan gejala aritmia
Kriteria hasil : 3. Monitor adanya perubahan 3. Mengetahui adanya
memenuhi kebutuhan
Tanda vital dalam tekanan darah perubahan tekanan darah
metabolisme tubuh 4. Kaji adanya dyspneu dan
waktu normal yang tidak sesuai
Domain : 4 takipneu 4. Mengetahui kecukupan
(tekanan darah,
aktivitas/Istirahat Oksigenasi pasien
nadi, respiras) 5. kaji adanya disritmia jantung
Kelas : 4 Respons 5. Mengetahui adanya kelainan
Dapat
Kardiovaskular/Pulmo pada irama jantung
mentoleransi Tindakan Mandiri
nal aktivitas, tidak 6. Mempertahankan tirah baring
00029 6. Menurunkan konsumsi O2
ada kelelahan pada posisi nyaman selama
Batasan Karakteristik: Tidak ada atau kebutuhan menurunkan
periode akut
-Bradikardia penurunan kerja miokard dan resiko
32
-Murmur jantung penurunan vital sign 8. Mengetahui adanya kelainan
-Peningkatan BB pada pompa jantung
9. Ubah posisi pasien setiap dua
-Peningkatan CVP
jam atau pertahankan aktivitas 9. Mencegah terjadinya
-Penurunan Pulmonary
lain sesuai kebutuhan pasien dekubitus dan mencegah
arteri Wedge Pressure 10. Memberikan terapi oksigen
kelelahan
-Penurunan Tekanan sesuai indikasi
10. Mempertahankan PaO2
Vena Sentral(sentral Heath Education
venous pressure,CVP) 11. instruksikan pasien dan
11. Menambah pengetahuan
-Dispnea keluarga dalam perencanaan
pasien tentang aktivitas apa
-Oliguria perawatan dirumah meliputi
Sja yang dapat dilakukan
-Pengisian Kapiler pembatasan aktivitas, dan
mandiri dan dibantu orang
memanjang pembatasan diet dirumah
lain serta pencegahan
-Peningkatan PVR
terjadinya kelelahan yang
-Penurunan Nadi perifer 12. Ajarkan kepada pasien dan
berlebihan
-Penurunan Resistansi keluarga untuk melaporkan
12. Mencegah terjadinya nyeri
Vaskular Paru dan menggambarkan jika
yang berkepanjangan dan
-Penurunan resitansi terjadi nyeri.
agar segera mendapat
vakular sistemik
penagnanan
-Perubahan Tekanan Kolaborasi
13. kolaborasikan dengan dokter
Darah
dalam pemberian antikoagulan
33
-Perubahan Warna kulit pada pasien 13. Mencegah terjadinya bekuan
darah(thrombus)yang dapat
14. kolaborasikan dengan dokter
Faktor yang menimbulkan keluhan nyeri
untuk peningkatan penurunan
berhubungan: pasien
afterload misalnya pompa
14. Dapat mengurangi resistensi
-Perubahan afterload
balon intraaorta jika diperlukan
ventrikel kiri,serta
-Perubahan frekuensi 15. konsultasikan dengan dokter
meningkatkan aliran darah
jantng mengenai pemberian atau
koroner da sitemik
-Perubahan irama penghentian obat tekanan
15. Memberikan terapi sesuai
jantung darah.
dengan kebuthan terapi
-Peruahan kontraktilitas
farmakologi pada pasien.
-Perubahan Preload
-Perubahan Volume
Sekuncup
NOC : NIC : Rasional:
Pain level Observasi
Pain control 1. Mengetahui
1. Observasi reaksi
4 Comfort level ketidaknyamanan pasien
Nyeri akut ketidaknyamanan
Kriteria hasil : terhadap nyeri yang
Definisi : pengalaman
Mampu dirasakan
sensori dan emosional 2. Gunakan tehnik komunikasi
mengontrol 2. untuk mengetahui
yang tidak terapeutik pada pasien
nyeri(tahu pengalaman nyeri pasien dan
menyenangkan yang
34
muncul akibat penyebab 3. Kaji tipe dan sumber nyeri membangun BHSP
3. untuk menentukan intervensi
kerusakan jaringan nyeri,mampu
sesuai dengan kararkteristik
yang actual atau menggunakan
nyeri yang dirasakan pasien
potensial atau teknik 4. Kaji pengalaman nyeri masa
digambarkan dalam hal nonfarmakologi lampau pasien 4. Mengetahui penanganan apa
kerusakan sedemikian untuk mengurangi yang dilakukan pasien
rupa (international nyeri,mencari dimasa lampau untuk
5. Lakukan pengkajian nyeri
association for the bantuan) menghilangkan nyeri
Melaporkan bahwa secara komprehensif termasuk
study of pain)awitan :
5. Membantu dalam pemberin
nyeri lokasi,karakteristik,durasi,freku
yang tiba-tiba atau
tindakan penagnan nyeri
berkurangdengan ensi kualitas dan faktor
lambat dari intensitas
menggunakan presipitasi
ringan hingga berat
6. Kaji kultur yang mempengaruhi
dengan akhir yang manajement nyeri
Mampu mengenali respon nyeri
diantisipasi atau
nyeri 6. Untuk meminimalisasikan
diprediksi dan
(skala,intensitas,fre 7. Kaji riwayat alergi pasien penyebab nyeri disekitar
berlangsung< 6 bulan.
kuensi dan tanda terhadap pemberian analgesic pasien
Domain:12 Kenyamanan 7. Mencegah terjadinya
nyeri) 8. Dalam mengkaji nyeri gunakan
Kelas : 1 Kenyamanan Menyatakan rasa komplikasi akibat alergi
kata-kata sesuai usia dan tingkat
fisik nyaman setelah terhadap analgesic
perkembangan pasien 8. Agar pasien lebih mengerti
00132 nyeri berkurang
Tindakan Mandiri dan terbuka pada perawat
35
Batasan karakteristik : 9. Kontrol lingkungan yang dapat tentang nyeri yang dirasakan
Perubahan selera mempengaruhi nyeri seperti
9. Agar nyeri yang dirasakan
makan suhu ruangan pencahayaan dan
tidak bertambah parah serta
Perubahan tekanan kebisingan
mempercepat proses
darah
penyembuhan. Suhu yang
Perubahan frekuensi
panas dapat memperparah
jantung
nyeri dada yang dirasakan
Perubahan frekuensi
pasien karena pajanan panas
pernapasan
dari luar tubuh pasien dapat
Laporan isyarat 10. Instruksikan pasien untuk
membuat pasien tidak
Diaphoresis menilai nyeri skala 0-10
nyaman dan mengganggu
Perilaku distraksi (mis,
proses terapi pasien sendiri.
berjalan mondar mandir
11. Atur posisi pasien pada posisi 10. Mengetahui seberapa parah
mencari orang lain dan
supinasi semifowler nyeri yang dirasakan pasien
atau aktivitas
sesuai dengan skala nyeri
lain,aktivitas yang
yang ditentukan
berulang)
Mengekspresikan 11. Posisi semifowler
perilaku (misalnya membantu meringankan
gelisah,merengek,mena gejala kesulitan bernafas
12. Memberikan terapi totok darah
36
ngis) pada pasien dan memperbaiki ekspansi
Masker wajah (mis paru sehingga O2 pada otot
mata kurang jantung dapat terpenuhi
bercahaya,tampak sehingga terhindah dari
kacau,gerakan mata iskemi jaringan.
13. Letakan pasien pada periode
terpencar,atau tetap
angina.
pada satu focus 12. Terapi totok darah
meringis) bermanfaat dalam
14. Berikan makanan lembut dan
Sikap melindungi area melancarkan sistem
biarkan pasien istirahat 1 jam
nyeri peredaran darah dalam
setelah makan
Focus menyempit tubuh dengan melakukan
(misalnya gangguan penekanan pada titik-titik
Health education
persepsi nyeri pusat peredaran tubh.
15. informasikaan pada pasien 13. Menurunkan kebutuhan O2
hambatan proses
tentang aktivitas yang dapat miokard untuk
berfikir, penurunan
meningkatkan meminimalkan resiko cidera
interaksi dengan orang
nyeri,penceghannya dan cara jaringan atau nekrosis.
dan lingkungan)
14. Menurunkan kerja miokard
penanggulangan nyeri
Indikasi nyeri yang
16. Perbaiki persepsi pasien tentang sehubungan dengan kerja
dapat diamati
tentang analgesic narkotik pencernaan, dan
Perubahan posisi untuk
menurunkan resiko serangan
37
menghindari nyeri angina.
Sikap tubuh melindungi Kolaborasi
15. Menambah pengetahuan
Dilatasi pupil 17. Kolaborasi dengan dokter
pasien tentang penyebab,
Melaporkan nyeri secar dalam pemberian analgeti
cara pencegahan nyeri,serta
verbal kpada pasien
penangannya.
18. Pilih analgesic yang diperlukan
Gangguan tidur
atau kombinasi lebih dari Satu
Faktor yang berhungan :
16. Menambah pengetahuan
analgtik jika diperlukan
Agen cedera (misalnya
19. Tentukan pilihan analgesic pasien tentang penggnaan
biologis,zat kimia fisik
tergantung tipe dan beratnya analgesic yang tepat dan
psikologis)
nyeri bahayanya analgesic
20. Pilih rute pemberian secara
narkotik tanpa istruksi
IV ,IM
dokter.
38
nyeri yang dirasakan pasien
20. untuk pengobatan nyeri
secara teratur sesuai lokasi
pemberiannya
39
00092 Mampu pasien aktivitas yang dapat dilakukan
Batasan karakteristik : melakukan sesuai dengan kebutuhan
Respon tekanan aktivitas sehari- pasien
darah abnormal hari (ADLs) Tindakan Mandiri
terhadap aktivitas secara mandiri 6. Bantu klien untuk
Respon frekuwensi Tanda-tanda vital mengidentifikasi aktivitas yang
6. Mencegah terjadinya tanda
jantung abnormal normal mampu dilakukan
Energy gejala lebih lanjut karena
terhadap aktivitas
psikomotor dengan memenajemen
Perubahan EKG yang Level kelemahan aktivitas,aktivitas pasien lebih
mencerminkan arimia Mampu berpindah
terorganisir serta menjaga
Perubahan EKG yang dengan atau tanpa 7. Bantu untuk melakukan
beban kerja jantung lebih
mencerminkan bantuan alat aktivitas/latihan fisik secara
Status banyak.
iskemia teratur
kardiopulmunari 8. Bantu pasien untuk mengubah 7. Melatih kekuatan dan irama
Ketidaknyamanan
adekuat posisi secara berkala jantung selama aktivitas
setelah aktivitas
Sirkulasi status
Dipsnea setelah 8. Mencegah terjadinya
baik 9. Tentukan penyebab kelelahan
beraktivitas Status respirasi : komplikasi seperti dekubitus
(perawatan, nyeri, dan
Menyatakan merasa pertukaran gas jika tidak dilakukan
pengobatan)
letih dan ventilasi pergantian posisi
9. Mengetahui etiologi
Menyatakan merasa adekuat
10. Bantu untuk mendapatkan alat kelelahan, dan pencetus
40
lemah bantuan aktivitas seperti kursi kelelahan sehingga kelelahan
Faktor yang roda dapat diantisipasi.
berhubungan
11. Batasi aktivitas yang dapat 10. Mencegah pengeluaran
Tirah baring atau
menguras tenaga pasien energy yang berlebihan
imobilisasi
Kelemahan umum
Heath Education
Ketidakseimbangan 11. Mempercepat proses
12. Ajarkan kepada pasien dan
antara suplei dan penyembuhan pasien dan
keluarga tentang teknik
kebutuhan oksigen mengurangi beban kerja
perawatan diri yang akan
Imobilitas jatung
meminimalkan konsumsi
Gaya hidup monoton
oksigen 12. Menambah pengetahuan
pasien dan keluarga
13. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas apa saja yang dapat
aktivitas dan teknik meanjemen dilakukan yang dapat
waktu mengurangi beban kerja
jantung serta peminimalan
konsumsioksigen
13. Dengan adanya pengeturan
aktivitas dan menajemen
14. Informasikan kepada pasien waktu dapat mencegah
41
tentang pentingnya Nutrisi yang pasien dari kelelahan karena
baik untuk mencegah kelelahan energy yang akan
15. Informsikan kepada pasien
dikeluarkan pasien dapat
mengenali tanda dan gejala
diperkirakan.
intoleransi aktivitas dan 14. Menambah nutrisi serta
pencegahanya energy sehingga terhindar
dari kelelahan yang berate
Kolaborasi
15. Menambah pengetahuan
16. Kolaborasi dengan ahli gizi
pasien tentang tanda dan
dalam pemenuhan nutrisi pasien
gejala intoleransi aktivitas
42
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Hadiwandowo, soeliadi. (1993). Bedside Diagnosis. Yogyakarta : Gadjah Mada
University
Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture
notes kardiologi. Jakarta : Erlangga
Lestari. 2015. NANDA NOC NIC . Asuhan Keperawatan Kita [online]. Tersedia di :
http://askepkita.com/. Diakses tanggal : 16 Oktober 2016
Mnsjoer, arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran edisi keiga jilid pertama.
Jakarta : Media Aesculapius
Raha Septian. 2013. Kumpulan patofisiologi beserta Diagnosa Keperawatan [online].
Tersedia di : http://www.slideshare.net/septianraha/kumpulan-patofisiologi-
29175431. Diakses tanggal : 14 Oktober 2016
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press
Rustina Yeni. 2013. Aplikasi Teori Konservasi Levine pada Anak dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Perawatan Anak. Jurnal
Keperawatan Anak. Volume 1, No. 2. Tersedia di : 968-2305-1-PB.pdf . D akses
tanggal :16 Oktober 2016
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G, 2002. Keperawatan Medikal Bedah, vol.
2.Jakarta : EGC.
Stanley L. Robbins. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit..Edisi 5. Penerbit: EGC,
Jakarta
43
44