Vous êtes sur la page 1sur 3

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bapak Ustadz yang terhormat,

Beberapa hari yang lalu saya telah mengirimkan pertanyaan ini, tetapi saya belum memperoleh
jawaban dari Bapak, maka saya memberanikan diri untuk bertanya kembali.

Bapak ustadz, kawan saya ada tanya sama perihal apabila seorang duda dan janda menikah, dan
mereka membawa anak bawaan masing-masing, apakah anak mereka dapat menikah satu sama lain,
padahal mereka telah menjadi saudara tiri.

Saya mohon jawaban Bapak atas pertanyaan saya ini, karena sayapun sama ingin tahunya dengan
kawan saya perihal masalah tsb.

Terima kasih sebelumnya,

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Roni

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Untuk menetapkan apakah seorang laki-laki dihalalkan menikah dengan seorang wanita, caranya
cukup mudah. Yaitu dengan melihat pada daftar mahram (wanita yang haram dinikahi).

Bila seorang wanita tercantum di dalam daftar itu, maka hukumnya haram dinikahi. Sebaliknya, bila
tidak tercantum, maka boleh dinikahi.

Dalam hal ini, kita patut berterima kasih kepada para ulama fiqih, di mana mereka telah melakukan
proses pengumpulan semua dalil, baik dari Al-Quran dan Al-hadits, lalu melakukan proses kritisasi
periwayatan masing-masing hadits tersebut, kemudian melakukan analisa mendalam dan akhirnya
mengambil kesimpulan yang pasti.

Hasilnya berupa daftar yang lengkap mengenai wanita mana saja yang menjadi mahram. Berikut ini
adalah daftar itu, sebagaimana yang tersebar di berbagai kitab fiqih.

1. Mahram karena nasab

Ibu kandung dan seterusnya keatas seperti nenek, ibunya nenek.

Anak wanita dan seteresnya ke bawah seperti anak perempuannya anak perempuan.

Saudara kandung wanita.

`Ammat/ Bibi (saudara wanita ayah).

Khaalaat/ Bibi (saudara wanita ibu).

Banatul Akh/ Anak wanita dari saudara laki-laki.

Banatul Ukht/ anak wnaita dari saudara wanita.


2. Mahram karena mushaharah (besanan/ipar) atau sebab pernikahan

Ibu dari istri (mertua wanita).

Anak wanita dari istri (anak tiri).

Istri dari anak laki-laki (menantu peremuan).

Istri dari ayah (ibu tiri).

3. Mahram karena penyusuan

Ibu yang menyusui.

Ibu dari wanita yang menyusui (nenek).

Ibu dari suami yang istrinya menyusuinya (nenek juga).

Anak wanita dari ibu yang menyusui (saudara wanita sesusuan).

Saudara wanita dari suami wanita yang menyusui.

Saudara wanita dari ibu yang menyusui.

Mahram dalam Makna Haram Menikahi Semata

Selain itu, ada keadaan wanita tertentu yang menjadi haram dengan sendirinya untuk dinikahi, bukan
disebabkan adanya hubungan seseorang dengannya, melainkan disebabkan oleh keadaan wanita itu
sendiri secara individu. Keharaman ini bersifat bersifat muaqqat atau sementara. Di antaranya:

1. Istri orang lain, tidak boleh dinikahi tapi juga tidak boleh melihat auratnya.

2. Saudara ipar, atau saudara wanita dari istri. Tidak boleh dinikahi tapi juga tidak boleh khalwat
atau melihat sebagian auratnya. Hal yang sama juga berlaku bagi bibi dari istri.

3. Wanita yang masih dalam masa iddah, yaitu masa menunggu akibat dicerai suaminya atau
ditinggal mati.

4. Istri yang telah ditalak tiga.

5. Menikah dalam keadaan Ihram, seorang yang sedang dalam keadaan berihram baik untuk haji
atau umrah, dilarang menikah atau menikahkan orang lain.

6. Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka.

7. Menikahi wanita pezina.

8. Menikahi istri yang telah dili`an, yaitu yang telah dicerai dengan cara dilaknat.

9. Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita musyrikah.
Dari daftar ini kita dapati bahwa hubungan antara anak laki-laki seorang duda dengan anak wanita
seorang janda di mana orang tua masing-masing menikah bukan hubungan mahram, sehingga
dibolehkan dan dimungkinkan terjadi pernikahan di antara mereka.

Wallahu alam bish-shawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

http://www.eramuslim.com/nikah/anak-janda-menikah-dengan-anak-duda-di-mana-orang-tua-mereka-
menikah-bolehkah.htm#.VnEVn17pWxM

Vous aimerez peut-être aussi