Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Definisi
Pertusis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pernapasan yang sangat menular dengan di tandai dengan oleh suatu sindrom yang
terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksimal disertai nada yang
meninggi karena penderita menarik napas hingga akhir batuk . (Rampengan dan
Laurent, 1997)
Pertusis adalah saluran infeksi saluran pernapasan akut . istilah yang lebih di sukai
yaitu batuk rejan atau whooping sough. (Behrman dkk, 1996)
Pertussis di kenal dengan batuk rejan (whooping cough). Pertussis adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan, dan aatau Bordetella parapertusis.
Etiologi
Hyperplasia jaringan limfoid peribronkhial Dan nekrosis pada lapisan basal dan
pertengahan epitel bronchus
Dapat terjadi perdarahan otak massif dan mengenai parenkim atau ruang
subarachnoid dan atropi kortikal
Manifestasi Klinis
1. Tahap kataral
Dimulai dengan gejala-gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti :
koriza, bersin, lakrimasi, batuk dan demam derajat rendah gejala-gejala
berlanjut selama 1-2 minggu, ketika kering, batuk pendek menjadi lebih
berat.
2. Tahap paroksimal
Paling sering terjadi batuk pada malam hari dan pendek, cepat batuk diikuti
oleh inspirasi tiba-tiba berhubungan dengan tingginya suara kokok ayam
yang teratur atau whoop, selama paroksimal : pipi menjadi kemerahan atau
sianosis, kedua mata menonjol dan lidah menjulur; paroksimal mungkin
berlanjut hingga penebalan penyumbatan mukosayang muncul; vomiting
sering diikuti dengan serangan; yahap ini umumnya 4-6 minggu terakhir,
diikuti dengan tahap konvalensi.
3. Tahap konvalensi.
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah-muntah dimana puncak
serangan paroksimal berangsur-angsur menurun. Batuk masih menetap
beberapa waktu dan hilang sekitar 2-3 minggu
Komplikasi
Pemerikasaan penunjang
Penatalaksaaan
1. Terapi antimicrobial, seperti eritromisin, untuk membatasi penyebaran
infeksi. Eritromisin yang diberikan 40-50 mg/kg/24 jam yang diberikan secara
oral dalam dosis terbagi empat (maksimum 2kg/24 jam) selama 14 hari
2. Isolasi, sekurang-kurangnya 5 hari sesudah mulai terapi eritromisin
3. Pemberian immunoglobulin pertussis
4. Pengobatan suportif :
a. Membutuhkan hospitalisasi untuk bayi, anak-anak yang dehidrasi atau
yang mendapatkan komplikasi
b. Bedrest
c. Peningkatan pemberian oksigen
d. Cairan yang adekuat
e. Intubasi yang mungkin diperlukan. Dukungan ventilator munkin
dibutuhkan untuk gagal napas dengan apneu yag lama
f. Salbutamol 0,1 mg/kg melalu oral diberikan empat kali sehari
5. Imunisasi sebagai upaya pencegahan dengan vaksin pertussis. Tujuan
imunisasi yaitu memproteksi individu dari sakit batuk berat dan pengendalian
penyakit endemik dan epidemik