Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jasa Konstruksi
Perlu mengutamakan produksi dalam negeri untuk peningkatan potensi nasional
Semua pelaku jasa konstruksi wajib mentaati UU No.18/1999.
UUJK menjadi landasan peraturan perundangan lain terkait yang tidak sesuai
Punya hubungan komplementaris dengan Undang Undang :
Keselamatan kerja, WDP, Perindustrian, Tenaga Listrik, KADIN, Kesehatan Kerja
Hak Cipta, Paten, Merek, Lingkungan Hidup, Tenaga Kerja, Perbankan, Asuransi,
Perlindungan Konsumen, JAMSOSTEK, Praktek Monopoli dan Persaingan tak sehat, PT
Arbitrasi, Usaha Kecil, Tata Ruang
Pengaturan Jasa Konstruksi (Pasal 2)
Berlandaskan 10 azas:
Kejujuran, Kemandirian, Keadilan, Keterbukaan, Manfaat, Kemitraan, Keserasian,
Keamanan, Keseimbangan, Keselamatan
Tujuan Pengaturan Jasa Konstruksi (Pasal 3)
memberi arah pertumbuhan dan perkembangan, struktur usaha yang kokoh, andal, daya saing
tinggi, hasil kerja berkualitas terwujud (ayat a), mewujudkan tertib penyelenggaraan, terjamin
kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa (ayat b)
mewujudkan peningkatan peran masyarakat (ayat c)
Usaha perencanaan
Usaha pelaksanaan
Usaha pengawasan
Bentuk Usaha (Pasal 5)
Bentuk usaha dapat orang perseorangan atau badan usaha
Usaha Perseorangan : resiko kecil/teknologi rendah/biaya kecil
Badan Usaha : resiko besar/teknologi tinggi/biaya besar
Untuk Perencana Konstruksi / Pengawas Konstruksi Usaha Perseorangan hanya boleh sesuai
keahlian
Arsitektur/Sipil
Mekanikal/Elektrikal
Tata Lingkungan
Perencana / Pelaksana / Pengguna konstruksi berbentuk badan usaha harus memenuhi
ketentuan izin usaha, memiliki sertifikat, klasifikasi, kualifikasi perusahaan
Septian Aprelly(5140821001)
Kontrak berlaku juga antara Penyedia Jasa dan Sub-Penyedia Jasa (ayat 7)
Ketentuan-ketentuan mengenai: kontrak, HAKI, insentif, pemasok diatur dalam PP (ayat 8).
Tahapan dan Ketentuan Penyelenggara Pekerjaan (Pasal 23)
Tahapan:
Perencanaan, pelaksanaan, Pengawasan (ayat 1)
Ketentuan penyelenggaraan:
Keteknikan, Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, Perlindungan Pekerja, Tata Lingkungan
(ayat 2)
Dalam melaksanakan ketentuan ayat 1, para pihak harus memenuhi kewajiban yang
dipersyaratkan untuk menjamin tertib penyelenggaraan. (ayat 3)
Pengaturan selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah (ayat 4)
Penggunaan Sub-Penyedia Jasa (Pasal 24)
Penyedia Jasa dapat memakai Sub- Penyedia Jasa yang memiliki keahlian khusus (ayat 1)
Sub-Penyedia Jasa tersebut harus memenuhi Pasal 8 dan 9 (ayat 2)
Penyedia Jasa harus memenuhi hak Sub-Penyedia Jasa sesuai Kontrak (ayat 3)
Sub-Penyedia Jasa harus memenuhi kewajiban sesuai Kontrak (ayat 4)
Kegagalan Bangunan (Pasal 25)
Pengguna dan Penyedia Jasa bertanggungjawab atas Kegagalan Bangunan (ayat 1)
Penyedia Jasa bertanggungjawab selama 10 tahun sejak serah terima akhir (ayat 2)
Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh penilai ahli (ayat 3)
Kegagalan karena kesalahan Penyedia Jasa (Pasal 26)
Kesalahan Perencana atau Pengawas Konstruksi yang merugikan pihak lain
mereka bertanggungjawab dan dikenakan ganti rugi (ayat 1)
Kesalahan Pelaksana Konstruksi yang merugikan pihak lain
Dia bertanggungjawab dan dikenakan ganti rugi (ayat 2)
Kegagalan karena kesalahan Pengguna Jasa (Pasal 27)
Kesalahan Pengguna Jasa yang merugikan pihak lain,
dia bertanggungjawab dan dikenakan ganti rugi.
Peran Masyarakat (Pasal 29 dan 30)
Hak :
melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan
Septian Aprelly(5140821001)
Dasar UUJK
tepat mutu dan waktu serta efisiensi untuk memenuhi hak dan Kewajiban pengguna maupun penyedia
jasa. Efek baik bagi lingkungan Masyarakat
Tujuan UUJK
Menciptakan Penyedia jasa yang berdaya saing dan memliki rasa tanggung jawab untuk tertib
administrasi. Mempunyai (LSM), Amdal masyarakat sekitar.
Kewajiban administrasi Penyedia Jasa ialah memiliki ijin usaha baik perseorangan/badan usaha (CV;PT)
memiliki sertifikat/keterangan ahli dalam bidang tertentu yang berhubungan dengan syarat-syarat
pekerjaan
tanggung jawab profesional erat kaitannya dengan pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa yang
antara lain Perencana, Pelaksana dan Pengawas dengan dilandasi kejujuran dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi.
Peran Masyarakat sekitar pekerjaan konstruksi memiliki hak dan kewajiban dalam proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi agar terciptanya keamanan dan kenyamanan
BANI ( BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA) kumpulan para ahli yang paham akan pekerjaan
konstruksi yang dapat menengahi dalam sengketa yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.
http://images.detik.com/co
ntent/2014/06/03/10/rukoambruk.jpg
Bangunan rumah kantor (Rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks Cendrawasih Permai,
Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda Kalimantan Timur runtuh pada
tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses pengerjaan yang menyebabkan 12 pekerjanya
Septian Aprelly(5140821001)
tewas. Bangunan ini memiliki lebar 25 m dan panjang 100 m dengan biaya konstruksi senilai
kurang lebih 15 Milyar rupiah.
Dari observasi yang dilakukan penyebab keruntuhan bangunan ini sangatlah kompleks
diantaranya:
Pertama, Kegagalan pondasi. Hal ini didasarkan keterangan bahwa pengerjaan pengerukan
lahan sampai lantai 1 selesai dikerjakan hanya memerlukan waktu enam bulan. Padahal
kondisi tanah eksisting adalah rawa dan merupakan tanah lempung sehingga memerlukan
waktu lama untuk terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus seperti vertical drain.
Kedua, Kegagalan Struktur Utama. Struktur utama yang dimaksud adalah balok- kolom. Hal
ini didasarkan fakta bahwa pekerja sempat diminta untuk mengecek kolom yang retak di
lantai 2. Meskipun tidak ada data detail mengenai dimensi dan lokasi keretakan akan tetapi
hal ini seharusnya telah menjadi indikasi awal bahwa ada masalah dengan struktur yang
sedang dibangun. Apalagi apabila didasarkan pada filosofi desain struktur yang benar yaitu
strong column- weak beam yang artinya kolom tidak boleh mengalami kegagalan struktur
terlebih dahulu daripada balok. Kegagalan kolom ini sendiri diduga karena adanya deviasi
antara perencanaan dan pelaksanaan dimana kontraktor mengurangi dimensi kolom dan
jumlah tulangan yang dipakai.
Ketiga, Kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Penyebab awal keruntuha adalah lantai
3 yang sedang dikerjakan secara tiba- tiba roboh. Selain karena kolom yang mengalami
kegagalan, maka sistem perancah yang dipakai juga patut dicurigai tidak dirancang dengan
benar. Dari dokumentasi yang ada terlihat bahwa sistem perancah yang digunakan
menggunakan scafolding besi dan beberapa menggunakan kayu dolken. Bekisting dan sistem
perancah seharusnya didesain secara detail baik dalam desain maupun metode
pemasangannya. Inspeksi harus dilakukan secara ketat termasuk pengecekan terhadap
kekuatan beton yang telah dicor yang akan menopang perancah tersebut.
Keempat, organisasi proyek tidak benar. Proyek rukan ini diketahui tidak memiliki konsultan
perencana. Desain bangunan yang digunakan tidak diketahui darimana dibuatnya.
Pengawasan proyek ini pun hanya dilakukan oleh mandor dari pemborong.
Kelima, adanya pengalihan pekerjaan secara serampangan. Kontraktor proyek rukan ini
semula PT. Firma Abadi yang beralamat di Surabaya menyerahkan sepenuhnya pekerjaan
kepada perseorangan/ individu yang merupakan pemborong berinisial NI yang beralamat di
Samarinda yang kemudian menyerahkan lagi kepada mandor yang berinisial S. Pengalihan
pekerjaan ini meliputi keseluruhan pekerjaan dan sama sekali tidak ada pengawasan dari
Kontraktor utama.
Sumber:
Septian Aprelly(5140821001)
http://jiwapamungkas.blogspot.com/2015/01/kasus-kegagalan-konstruksi-di-
indonesia.html