Vous êtes sur la page 1sur 8

Duration-Cost Trade Off

Sebagai Solusi Mengatasi Keterlambatan Waktu di Proyek

Ir. Abrar Husen, MT1*


1
Institut Teknologi Indonesia
Jl. Raya Puspiptek, Serpong
Tangerang Selatan, Banten 15320

Abstrak
Karena penjadwalan waktu yang direncanakan tidak ideal seperti yang diharapkan, durasi proyek
dapat menyebabkan tidak sesuai rencana sehingga akan terjadi keterlambatan dalam penyelesaian
proyek. Pertambahan durasi proyek selain dapat menyebabkan bertambahnya biaya proyek, juga akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan pemilik proyek terhadap kontraktor pelaksana serta malahan
berakibat buruk dengan adanya denda atau pemutusan kontrak sepihak. Ada beberapa cara dalam
mengatasi keterlambatan proyek, salah satunya adalah duration-cost trade off yaitu dengan
melakukan pertukaran silang biaya yang dikompensasikan dengan penambahan tenaga kerja atau
jumlah peralatan serta mempercepat ketersediaan material sehingga beberapa kegiatan dapat lebih
cepat dari waktu normalnya. Dari contoh kasus yang diteliti yaitu dengan menghitung nilai cost slope
masing-masing kegiatan terhadap biaya dan waktu keadaan normal dan keadaan crash program
terhadap kegiatan-kegiatan kritis, dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan biaya langsung saja
terjadi kenaikkan dari $128.070 menjadi $129.070 atau terjadi kenaikkan 0.78% dari biaya normal
dengan durasi proyek berkurang menjadi 8 hari dari 11 hari. Sedangkan bila dilihat dari total biaya
proyek yang terdiri dari biaya langsung, tidak langsung serta bonus, jumlah minimal yang harus
dikeluarkan untuk program duration-cost trade off ini adalah sebesar $133.420 dengan pemendekan
durasi proyek dari 11 hari menjadi 7 hari.
Kata Kunci: biaya langsung, biaya tidak langsung, duration-cost trade off, keterlambatan proyek

Abstract
Planned Schedule is not ideal, project duration may increase that causes delay in project completion.
Project delay has consequences, like: cost overrun, influences owners trust and even it could have
been worse, contractors stand the loss because get punish severance of contract.
There are many ways to overcome delay of project completion, one of them is durationcost trade
off. Conducting cost trade off that compensated by adding amount of labors or equipments, and
accelerating material delivery to site, in order several duration activities at critical activities can be
faster from the normal time. First, cost slope was counted from normal cost per crash cost, then
conducted crash program to critical activities, the result of research depicts that there is adding direct
cost from $128070 to $129070 or about 0.78% against normal cost with shortening of duration
become 8 days from 11 days. If the analysis is project total cost contains of direct cost, indirect cost
and bonus, least cost that paid for duration-cost trade off is $133420 with shortening of duration
from 11 days to 7 days.
Keywords: duration-cost trade off, project delay, direct cost, indirect cost

*
Penulis korespondensi, telp: +6221 7561112; fax.: +6221 7560542
Alamat email: ianbagoes@yahoo.com

7
Jurnal IPTEK, Volume 8, Nomor 1, April 2013: 7-15

1. Pendahuluan pengendalian waktu dimana proyek


Penjadwalan proyek merupakan salah mengalami keterlambatan diperlukan
satu elemen hasil perencanaan, yang dapat langkah-langkah penanggulangannya, yaitu
memberikan informasi terhadap jadwal dengan melakukan percepatan durasi proyek.
rencana dan progres proyek dalam hal kinerja Terkait cara ini, tindakan koreksi yang
sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, dilakukan adalah pertukaran biaya terhadap
peralatan, material serta rencana durasi durasi beberapa kegiatan, dengan
proyek dan progres waktu untuk penyelesaian penambahan sumber daya tenaga kerja atau
proyek. dengan optimasi penggunaan peralatan dan
Karena dalam proses penjadwalan, material. Hal ini menyebabkan bertambahnya
penyusunan kegiatan dan hubungan antar biaya total proyek yang diakibatkan oleh
kegiatannya lebih terperinci dan sangat detil, direct cost dan indirect cost. [ 1 ]
hal ini dapat membantu menjadikan bahan
evaluasi bagi penyempurnaan perencanaan 1.3 Tujuan Penelitian
tahap konseptual yang telah dibuat Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebelumnya dengan cara iteratif selama proses dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
berlangsungnya proyek. mengenai cara mengatasi keterlambatan pada
proyek berdasarkan permasalahan yang sering
1.1 Permasalahan timbul pada proyek.
Percepatan proyek dapat dilakukan
dengan kondisi proyek yang tidak 2. Duration Cost Trade Off
terlambat/normal, dengan maksud: Penyesuaian durasi proyek metode
owner/pemilik proyek ingin mempercepat durationcost trade off dimaksudkan untuk
jadwal penyelesaian proyek, karena mengatasi masalah-masalah seperti
pertimbangan proyeksi margin keuntungan penjadwalan proyek tidak sesuai dengan
akan bertambah bila jadwal penyelesaian durasi kontrak, untuk memperoleh bonus
dipercepat dari rencana semula. Biasanya bila apabila penyelesaian proyek dapat dipercepat,
jadwal dapat dipercepat kontraktor pelaksana mempercepat jadwal proyek karena
akan diberi bonus oleh pemilik proyek menghindari cuaca buruk pada sisa waktu
sesuai dengan biaya yang dapat dihemat. proyek. Dengan demikian duration-cost trade
Selain itu dapat pula terjadi bila saat off adalah melakukan pertukaran silang antara
dipertengahan durasi proyek tidak mengalami biaya dan waktu yang dikompensasikan
keterlambatan atau normal, namun menurut dengan penambahan tenaga kerja atau jumlah
ramalan di penghujung proyek cuaca akan peralatan sehingga beberapa kegiatan dapat
sangat buruk, solusinya adalah dengan dipercepat dari waktu normalnya. [ 2 ]
mempercepat proyek agar dapat menghindari
cuaca buruk dengan kompensasi adanya 2.1 Macammacam DurationCost Trade
penambahan biaya. Off.
Proyek besar yang memiliki banyak 1. Project Crashing
aktifitas dan kegiatan, pengaturan jadwal Dilakukan agar pekerjaan selesai
waktunya menjadi rumit dikarenakan dengan pertukaran silang waktu
hubungan antar kegiatannya makin kompleks dengan biaya langsung (direct cost)
dan sukar untuk mendapatkan penjadwalan dengan cara menambah:
yang benar-benar ideal. Karena hal demikian, jumlah shift kerja, jumlah jam
terkadang proyek yang telah tersusun kerja/overtime, jumlah tenaga kerja,
jadwalnya dengan perencanaan yang matang jumlah ketersediaan bahan, serta
masih terjadi kelambatan dan perlu tindakan memakai peralatan yang
penyempurnaan dalam usaha pengendalian lebih produktif dan metode instalasi
proyek yang terpadu. yang lebih cepat.
Selama proses pengendalian proyek,
Sumber daya (tenaga kerja,
penjadwalan mengikuti perkembangan proyek
peralatan, material) yang
dengan berbagai permasalahannya dan selalu berada dilintasan tidak kritis
dilakukan proses monitoring serta dapat dioptimalkan dengan
updating untuk mendapatkan memindahkannya ke
penjadwalan yang paling realistis, lintasan kritis. Pemindahan
sehingga alokasi sumber daya dan sumber daya dibatasi pada
penetapan durasinya sesuai dengan titik jenuh.
sasaran dan tujuan proyek. Untuk

8
"Duration-Cost Trade Off" Sebagai Solusi Mengatasi Keterlambatan Waktu di Proyek
Abrar Husen

Konsekwensi dari pada

Cost
crash program ini adalah Total Project
meningkatnya direct cost. Cost
Seiring dengan
berkurangnya durasi
proyek, nilai direct cost- Direct Cost
nya trend-nya makin naik
(Gambar 1).
Indirect Cost
Guna mendapatkan keadaan
demikian dilakukan
crashing program terhadap a Time
kegiatan-kegiatan yang
berada dalam lintasan kritis.
Bonus
cost

Gambar 2 Total Project Cost

Cc slope Seperti ditunjukkan pada Gambar 2,


biaya Total Proyek adalah Direct
Cn Cost+Indirect CostBonus, dimana nilai
Direct Cost yang diambil adalah nilai total proyek
terkecil/minimum sehingga durasi proyek
yang lebih singkat didapat, sebagai hasil dari
tc tn time proses Least Cost Analysis. Dalam proses ini
Gambar 1. Hubungan Waktu dan Biaya juga dapat ditunjukkan bahwa direct cost akan
dalam Project Crashing cenderung naik sebaliknya indirect cost akan
cenderung menurun seiring dengan
Keterangan: berkurangnya durasi proyek.
Guna mendapatkan kedaaan tersebut,
tn : normal time
setelah melakukan tindakan project crashing
tc : crash time dilanjutkan proses least cost analysis pada
Cn : normal cost kegiatan yang berada dalam lintasan kritis.
Cc : crash cost Nilai a adalah nilai total cost yang
Bila t > tn proyek akan terlambat paling minimal setelah dilakukan analisis
dimana biaya bertambah dan untuk mempercepat durasi proyek.
penggunaan sumber daya menjadi
tidak efektif. Sedangkan bila waktu 3. Penerapan Duration-Cost Trade Off
dipercepat dimana tc < tn maka Terkait penjelasan program duration-
biaya juga akan meningkat Cc>Cn cost trade off seperti gambaran di atas pada
karena dilakukan penambahan bagian ini dibahas mengenai langkah-langkah
jumlah sumber daya sesuai dengan praktis mengenai percepatan durasi proyek
kebutuhan dengan merencanakan dengan cara yang sistematis sehingga biaya
secara efektif dan efisien. dan waktu percepatan yang akan diperoleh
2. Least Cost Analysis dapat memenuhi sasaran dan tujuan proyek.
Suatu analisis untuk memperoleh Langkah pertama yang dilakukan adalah
durasi proyek yang optimal, yaitu dengan melakukan program crashing untuk
durasi dengan biaya total proyek pemendekan durasi dari jumlah 10 hari
yang minimal. menjadi 8 hari dengan kompensasi sejumlah
Pada analisis ini bila durasi proyek biaya dari direct cost. Selanjutnya bila ingin
dipersingkat biasanya direct cost mendapatkan hasil pemendekan durasi dengan
akan naik, sedangkan indirect cost total biaya proyek yang paling minimal
akan turun. diteruskan dengan melakukan analisis least
Sering pula diperhitungkan adanya cost, dimana kompensasi biaya yang harus
bonus, sebagai hasil dari usaha dikeluarkan adalah sejumlah biaya direct
mempersingkat waktu penyelesaian cost+indirect cost- bonus.
proyek.

9
Jurnal IPTEK, Volume 8, Nomor 1, April 2013: 7-15

Penerapan Project Crashing dan Least hari dengan pertukaran silang antara
Cost Analysis, dapat digambarkan dari pembiayaan direct cost dan waktu dengan
network planning, penjadwalan proyek melakukan penambahan jumlah tenaga kerja,
dengan durasi normal sebagai hasil penambahan shift kerja atau optimasi
perencanaan jadwal kemudian dilakukan penggunaan peralatan seperti Tabel 1. Di
percepatan durasi, seperti langkah-langkah di bawah ini diberikan contoh untuk penentuan
bawah ini. biaya normal, biaya crash dan cost slope
untuk kegiatan A.
B (6)
A. Biaya Normal Kegiatan A
A (6) F (2)
Penentuan jumlah alat berat bulldozer
1 0 C (4) 2 4 37 49 5 11 Untuk pekerjaan Clearing dibutuhkan 1
0 4 7 99 11 bulldozer dengan kapasitas alat mampu
4 E (3) 4 9999 11
9 9
membersihkan medan 350 m2/jam. [ 3 ]
4 4 G (2)
Bila waktu efektif kerja selama 1 hari
D (6) adalah 8 jam
Untuk volume pekerjaan 500.000 m2,
maka buldozer yang diperlukan
Gambar 3. Diagram CPM (kondisi normal)
=500.000m2/(8x350m2/bulldozerhari)
= 178 bulldozer.hari
Dari network Gambar 3, didapat durasi
Rata-rata perhari bulldozer yang dibutuhkan
normal proyek adalah 11 hari dengan lintasan
bila durasi kegiatan clearing 15 hari adalah
kritis C-E-F-G. Diagram di atas
178/15 = 12 bulldozer.
memberikan informasi bahwa dengan durasi
Sedangkan penentuan biaya peralatan dalam
11 hari, lintasan kritis yang terjadi, harus di
proyek biasanya didasarkan atas :
monitor kegiatan-kegiatannya agar durasinya
Biaya peralatan sendiri
tidak bertambah sehingga menyebabkan
Biaya sewa peralatan
keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Dan dalam usaha mempercepat durasi proyek, Penentuan biaya alat berat bulldozer
pada lintasan kritis tersebut juga terdapat Biaya kepemilikan bulldozer
Harga alat : Rp 200.000.000
beragam kegiatan yang nantinya dijadikan
acuan sebagai kegiatan yang akan di- Harga alat bekas : Rp 25.000.000
treatment.
Nilai penyusutan : Rp 175.000.000
Karena bila treatment dilakukan pada
lintasan non kritis, bukan saja hasilnya tidak
Umur ekonomis alat diasumsikan 10 th
maksimal dalam usaha percepatan durasi
proyek, malah semakin memperbesar biaya dengan jumlah 1000 jam/th =10.000 jam
Biaya penyusutan
proyek.
= Rp 175.000.000 / 10.000 jam
= Rp. 17.500/jam
Tabel 1. Analisis Project Crashing
Biaya modal
= (Lama pinjaman x Bunga/th x
Harga alat)/ (Umur ekonomis alat)
= (2 x 18% x Rp. 200.000.000)/ 2 x
1000 jam/tahun
= Rp. 36.000/jam
Biaya asuransi
= (Premi asuransi/tahun)/
Penggunaan alat/tahun
= (1% x Rp. 200.000.000)/ (1000
jam/tahun)
= Rp. 2000/jam
Biaya kepemilikan
= Rp 17.500 + Rp 36.000 Rp 2000
= Rp 55.500 / jam
Acuan Program Crashing dilakukan
pada kegiatan dengan cost slope terkecil yang Biaya operasional
berada pada lintasan kritis. Durasi proyek Bahan bakar bulldozer
yang diinginkan dipendekkan menjadi 8

10
"Duration-Cost Trade Off" Sebagai Solusi Mengatasi Keterlambatan Waktu di Proyek
Abrar Husen

= 21.8 L/jam x Rp. 1.500/L


= Rp. 32.700/jam C. Nilai Cost Slope Kegiatan A
Biaya pelumas, gemuk dan filter, mesin,
transmisi, final drive Cost Slope = $27120 -$25120 = 666.7
= Rp 12.000/ jam
6-3
Biaya ban = harga ban / umur
ekonomis = Rp. 2000.000 /
(4 th x 1000 jam )
= Rp. 500/jam
Biaya perbaikan = faktor perbaikan
x harga alat / ( umur ekonomis alat )
= 0.8 x Rp.200.000.000/(10.000jam)
= Rp. 16.000/jam
Biaya suku cadang = faktor suku
cadangxharga alat/(umur ekonomis alat)
= 1xRp. 200.000.000/(10.000 jam)
= Rp. 20.000/jam
Biaya operator dan pembantu
= Rp. 15.000/jam
Biaya operasional
=Rp32.700+Rp12.000+Rp500+Rp16.000
+Rp20.000+Rp 15.000 = Rp 96.200/jam Selanjutnya langkah-langkah Crashing
Biaya total penggunaan alat berat Program, dilakukan sebagai berikut:
=Biayakepemilikan+Biaya operasional Pada network di atas dilakukan
= Rp 55.500 + Rp 96.200 penjadwalan kembali dengan mengurangi
= Rp 151.500 / jam waktu pada kegiatan E dengan cost slope
Untuk penentuan harga satuan alat terkecil $250/hari, dimana durasi menjadi
bulldozer (kontingensi + keuntungan, 10 hari dengan 2 lintasan kritis yaitu C -
sebesar 15 %) E - F G dan B F - G, dan
= Rp 151.700 x 1.15 penjadwalannya menjadi:
= Rp. 174.455/jam
Biaya kegiatan clearing dengan 12 buah A (6)
bulldozer, volume 500.000 m2 dan durasi
15 hari, B (6)
= Rp. 174.455/jam x 12 x 15 x 8 jam
= Rp 251.215.200.
Dengan kurs 1 dollar = Rp. 10.000, Biaya F (2)
Normal kegiatan A adalah $25120 1 0 2 4 36 48 5 10
0 4 6 8 10
B. Biaya Crash Kegiatan A C (4) 444 E (2) 666 9999 11
444 6 7 9 9 G (2)
Komponen biaya crash biasanya terdiri dari:
4
penambahan jumlah tenaga kerja, peralatan
serta mempercepat ketersediaan material. Di
bawah ini diberikan contoh mendapatkan D (6)
biaya crash kegiatan A.
Biaya Normal $25120 Gambar 4. Diagram CPM Langkah Pertama
Penambahan tenaga kerja (5% dari biaya Analisis Project Crashing
normal)
= $1256
Dari 2 lintasan kritis di atas dipakai
Penambahan peralatan (2% dari biaya
lintasan B F G untuk dilakukan
normal)= $502.4
penjadwalan kembali dengan cost
Percepatan ketersediaan material setelah
slope terkecil $350/hari pada
clearing (1% dari biaya normal) = $251.2
kegiatan F, sehingga seperti Gambar
Total Crash Cost 5.
= $27129.6

11
Jurnal IPTEK, Volume 8, Nomor 1, April 2013: 7-15

A (6) ATK, rekening listrik/telepon serta biaya


operasional lainnya. Nilai indirect cost
B (6) terus menurun seiring dengan
dipercepatnya proyek, didapat karena
F (1) nilai ini akan terjadi penggandaan bila
durasi waktu proyek bertambah, sehingga
10 24 36 47 5 9
0 4 6 7 9 dengan logika tersebut akan menurun bila
00 C 4 4 E (2) 66 999 G (2) durasi dipercepat.
(4) 7 99 Sedangkan nilai bonus $10
9 dibayarkan kepada komponen
pelaksana proyek dengan
D (6) nilainya negatif dikarenakan
komponen ini biasanya didapat dari
Gambar 5. Diagram CPM Langkah ke-2 sejumlah margin hasil dari proyek
Analisis Project Crashing yang dipercepat.
Untuk analisis ini durasi yang dipakai
Hasil penjadwalan menunjukkan durasi adalah durasi dengan biaya yang paling
proyek menjadi 9 hari dan lintasan kritisnya minimal dari total biaya proyek. Untuk
menjadi C - E - F G dan B F G mendapatkanya, dengan asumsi yang
Dari lintasan kritis B F G, tinggal diperlihatkan pada Gambar 2 nilai tersebut
kegiatan G yang akan dilakukan di dapat setelah plotting seluruh
penjadwalan kembali dengan cost slope komponen biaya proyek menjadi nilai total
$400/hari, sehingga penjadwalannya dengan nilai nominal yang paling
menjadi Gambar 6. minimal, sehingga jumlah durasinya
diperoleh.
A (6) Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan
dalam proses Least Cost Analysis adalah
B (6) sebagai berikut.
Melanjutkan langkah-langkah crashing
program, dari lintasan kritis C - E - F
F (1)
G dan B F G, dilakukan penjadwalan
10 2 4 3 6 47 5 8 kembali pada kegiatan B dan C dengan
0 4 6 7 8 cost slope, B + C = $550, hasilnya adalah
00 4 E (2) 66 9999 8 11
C (4) sebagai berikut:
4 7 9 9 G (1)

D (6)
B (5)
Gambar 6. Diagram CPM Langkah ke-3 A (6)
Analisis Project Crashing F (1)
1 0 2 3 3 5 46 5 7
Hasil penjadwalan menunjukkan 0 3 5 6 7
C (3) 3 4
bahwa durasi proyek menjadi 8 E (2) 555 9999 11
7 9 9 G (1)
hari dengan lintasan kritisnya
tetap C - E - F G dan B F
G. Dari Tabel 2, direct cost yang
harus dikeluarkan untuk crashing D (6)
program ini adalah $ 132920. Gambar 7. Diagram 1 CPM Least Cost
Selanjutnya dilakukan Analisis Least Cost Analysis
Analysis dengan ketentuan :
Overhead $ 6600, dengan penurunan Dari penjadwalan di atas, di dapat
$600 / hari (indirect cost) serta Bonus durasi 7 hari dengan lintasan
$100 / hari. Biaya overhead ini biasanya kritisnya menjadi C - E - F G,
dihitung berdasarkan kebutuhan- B F G dan D G.
kebutuhan yang diperlukan selama proses Dari ketiga lintasan kritis ini
berlangsungnya percepatan proyek untuk dilakukan penjadwalan kembali
membayar sumber-sumber daya tetap terhadap kegiatan C, B dan D dengan
seperti, pegawai tetap, kebutuhan cost slope C + B + D = $800,

12
"Duration-Cost Trade Off" Sebagai Solusi Mengatasi Keterlambatan Waktu di Proyek
Abrar Husen

sehingga diagram networknya kasus proyek yang lebih besar


menjadi seperti Gambar 8 di bawah dengan model penjadwalan lebih
ini. kompleks menngunakan model
Activity On Node (AOA) atau
precedence diagram, menggunakan
B (4) software scheduling, prinsip-prinsip
A (6) dasar metode duration-cost trade off
tetap dipakai seperti langkah-langkah
F (1)
yang dilakukan di atas, namun perlu
2 6
10 2 3 4 4 5 5 ketelitian dalam mengamati
0 2 4 5 6 kegiatan-kegiatan yang berada di
00 C (2) 4 E (2) 7 999 11
99 G (1) jalur kritis. Karena jumlahnya cukup
00
9 banyak serta penggunaan sumber
daya yang beragam, analisis cost
slope serta prioritas kegiatan kritis
D (5) yang akan ditreatment harus hati-
hati, cermat dan dengan tingkat
Gambar 8. Diagram 2 CPM Least cost keakuratan yang tinggi. Selanjutnya
Analysis hasil penjadwalan di atas dibuatkan
Tabel 3 , yang menunjukkan
Diagram-diagram CPM diatas langkah-langkah program percepatan
menggambarkan situasi yang durasi beserta biaya yang harus
sederhana untuk model penjadwalan dikeluarkan. [ 4 ]
Activity On Arrow (AOA). Untuk

Tabel 3. Project Crashing Analysis dan Least Cost Analysis [ 5 ]

Dari tabel di atas, biaya total proyek


yang paling minimal sebesar $133420,
didapat durasi proyek menjadi 7 hari, Hasil
hasil tersebut dapat dibuat grafiknya sehingga
jelas dapat terlihat bahwa biaya total proyek
merupakan nilai paling minimal dari hasil
program percepatan durasi proyek (Gambar
9). Bila mempercepat proyek hanya
memperhitungkan biaya direct cost saja biaya
yang harus dikeluarkan adalah sebesar
$129070 dan jumlah durasi proyek menjadi 8
hari dari 11 hari.

13
Jurnal IPTEK, Volume 8, Nomor 1, April 2013: 7-15

2. Percepatan proyek dapat dilakukan


$135000 dengan cara perbaikan jadwal yaitu
treatment hanya terhadap kegiatan-
Total Cost

$134500 kegiatan yang terdiri lintasan kritis.,


karena bila dilakukan terhadap lintasan
$134000
non kritis hasilnya tidak maksimal dan
$133500
malah terjadi penambahan biaya tanpa
$133420
adanya pengurangan durasi proyek.
$133000 Untuk menghemat biaya, alokasi sumber
daya pada jalur non kritis dapat
Durasi dipindahkan ke jalur kritis.
6 7 8 9 10 11 12 3. Dari hasil program percepatan proyek
12 dengan penambahan biaya langsung
Gambar 9. Least Cost Analysis (direct cost) dan pemendekan durasi
sebanyak 3 hari, terjadi penambahan
biaya dari nilai awal $128070 menjadi
4. Kesimpulan $129070, dengan kenaikkan sekitar
0.78%. Sedangkan bila percepatan
Dari uraian yang telah dibahas di atas,
proyek dilakukan dengan
percepatan proyek dengan menggunakan
mempertimbangkan total biaya proyek
metode duration-cost trade off diperoleh
yang terdiri dari direct cost, indirect cost
kesimpulan sebagai berikut,
serta bonus nilainya adalah $133420
1. Percepatan proyek dapat dilakukan bila
pada keadaan minimal dengan
proyek mengalami keterlambatan dari
pemendekan jumlah durasi proyek dari
jadwal yang direncanakan semula, tidak
11 hari menjadi 7 hari, dimana ini adalah
sesuai dengan keadaan aktual seperti
durasi optimal.
adanya keterlambatan akibat: suplai
material tidak lancar, kerusakan peralatan
konstruksi, jumlah tenaga kerja tidak
sesuai kebutuhan serta pengaruh cuaca
buruk, dan lain sebagainya.
Masing-masing masalah di atas
memerlukan pendekatan berbeda dalam
metode percepatan proyek yang
dilakukan tetapi biasanya selalu
dikompensasikan dalam bentuk biaya.
[5] Warianto,A, Construction Planning
Daftar Pustaka and Scheduling, , Jurusan Teknik
Sipil, Universitas Indonesia, 2001.
[1] H, Abrar, Manajemen Proyek:
Perencanaan, Penjadwalan dan
Pengendalian, Institut Teknologi
Indonesia, 2003.

[2] Michael T. Callahan, Daniel G.


Quackkenbush and James E.
Rowing, Construction Project
Scheduling, McGraw-Hill, Inc, New
York, 1992

[3] Sukoto, Iman, Pengendalian


Pelaksanaan Konstruksi, Badan
Penerbit Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta, 1987

[4] Boediono, Analisa Network, BPFE,


Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta,

14

Vous aimerez peut-être aussi