Vous êtes sur la page 1sur 8

KELAINAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI

(Non-Epileptic Seizure (NES) / Pseudoseizure)

Pendahuluan

Kejang adalah kehilangan kontrol sementara yang sering disertai pergerakan yang
abnormal, kehilangan kesadaran atau keduanya. Kejang pada epilepsi disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik di otak secara tiba- tiba. Kejang psikogenik / non-epilepsi adalah kejang yang
menyerang menyerupai kejang epilepsi tetapi bukann kerena lepasnya muatan listrik di otak.
Melainkan, kejang karena akibat masalah emosional atau yang berakaitan dengan stress. Ini lah
yang disebut Pseudoseizure atau yang sering disebut kejang non-epilepsi psikogenik (PNES).
Pseudoseizure sangat mirip menyerupai kejang epilepsi yang ditandai dengan perilaku episodik.
Telah banyak sinonim yang digunakan pada literature yang menggambarkan peristiwa ini
contohnya histerikal epilepsi, kejang psikogenik, kejang pesudoepileptik, histeroepilepsi dan
lain- lain.1

Epidemiologi1-2

PNES sering kali salah didiagnosa sebagai epilepsi. Sejauh ini, PNES adalah kejang non-
epilepsi yang paling sering terjadi di pusat pelayanan epilepsi dimana 20-30% adalah kasus
tersebut. Kasus ini dapat dibuktikan dengan melihat rekaman dari elektroensefalografi (EEG),
dimana ditemukan 7% didapati gelombang normal atau pseudoseizure. Sekitar 50-70% pasien
menjadi bebas kejang setelah didiagnosa. PNES biasanya dimulai saat usia muda dan lebih
sering terjadi pada wanita (sekitar 70% dari kasus) dibandingkan laki- laki. Pada grup usia muda,
peristiwa non-epilepsi psikologis dapat lebih banyak terjadi dari grup usia.

Psikopatologi1-3

Telah diobservasi bahwa kebanyakan etiologi yang menjadi pseudoseizure ini adalah
knflik personal yangn berhbungnan dengan emosi, yang mana biasanya adalah perlakuan buruk

1
dari orang tua, masalah personal pada pasangan, kematian mendadak dari orang yang dicintai,
tekanan pada sekolah dan fobia lainnya. Perubahan lingkungan seperti pindah ke sekolah baru,
kelas baru dimana teman lama yang tidak sekelas lagi, teman yang berkhianat, juga dapat
menjadi komorbiditas pada paien PNES. Telah dilaporkan bahwa PNES dengan gangguan
mental organic dapat menjadi faktor untuk PNES. Studi baru- baru ini didapatkan bahwa
gangguan kejang psikogenik ini diasosiasikan dengan patologi pada otak di hemisfer kanan,
abnormalitas EEG interiktal yang non- spesifik, dan perubahan gambaran MRI. Tetapi, kejang
parsial sederhana lobus frontal mungkin terdaoat karakteristik dari PNES dan dapat
membingungkan dikemudian hari.

Penting untuk membedakan antara hysteria dalam kepribadian tertentu dengan hysteria
pada manifestasi gangguan emosional. Gangguan awal pada pseudoseizure dikarateristikan
dengan ekspresi emosional yang berlebihan, menarik perhatian orang lain, keinginan untuk
melakukan kegiatan dan kegembiraan, kecenderungan untuk bereaksi berlebihan atau menjadi
tidak rasional atau marah kepada pasangannya dengan adanya tanda- tanda gangguan pada
hubungannya. Faktor stress yang berlebihan atau sering merupakan faktor yang terlibat pada
pasien dengan kejang psikogenik. Gangguan konversi dapat terjadi pada seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga. Gejala sering berdampak pada anggota keluarga tersebut. Pada
kasus faktor familial non-genetik seperti pelecehan seksual sewaktu kecil dapat menjadikan
faktor resiko.

Kelainan yang menyerupai epilepsi psikogenik terdapat 3 tipe yang berbeda2,4.


1. Kejang disosiasi adalah involunter dan terjadi tanpa disadari. Orang yang tidak dapat
mengontrol kelebihan pada ketakutan dan penderita tidak dapat menghilangkan rasa
takut yang mendalam. Bentuk ini adalah yang paling sering pada kelainan yang
menyerupai epilepsi psikologik.
2. Serangan panik adalah masalah kondisi psikiatrik. Penderita dapat terjadi pada saat
ketakutan, ketika mengingat pengalaman yang menakutkan, atau dalam situasi tidak
diharapkan menjadi ketakutan. Serangan panik akan menyebabkan penderita menjadi
berkeringat, palpitasi ( merasakan denyut jantung ), gemetaran dan sulit bernapas.
Penderita ada juga yang sampai kehilangan kesadarannya sampai pingsan dan tubuh
bergetar ( kejang ).

2
3. Kejang tiruan terjadi di bawah kesadaran. Sebagai contoh ketika kejang bagian dari
Munchausens syndrome, kejadian psikiatrik yang langka ketika penderita mengemudi
membutuhkan pemeriksaan menyeluruh dan pengobatan.

Manifestasi klinis1-2

Biasanya, pseudoseizure terjadi kedalam betruk kejang sesekali maupun berkai- kali.
Kejang yang klasik seperti tipe atonik, hilang kesadaran total, perilaku yang buruk, kebingungan
seperti kejang parsial kompleks adalah sering. Gerakan berkedut yang aneh biasa dideskripsikan
sebagai Arc de cercle atau postural opistotonus. Kasus kejang tipe mioklonus jarang
dilaporkan. Salah satu penelitian didapatkan dari 35 anak yang di diagnose pseudoseizure,
terdapat prognosis yang baik dibandingkan pada populasi dewasa. Pemikiran yang lebih baik
pada anak terhadap fobia ternyata memiliki respon yang lebih baik dengan menejemen terapi
yang adequate dan prognosis. Temuan klinis yag pentiing untuk membantu membedakan kejang
organik sungguhan dari pseudoseizure.
Temuan berikut sering mengarah pada kasus pseudoseizure yang sering kali disertai
dengan gejala;
1. Tidak ada menggigit lidah
2. Tidak ada inkontinesia urin
3. Terjadi terutama bila pasiennya didekat orang yang berhubungan dengan masalahnya
4. Tidak pernh terjadi sewaktu tidur
5. Pada pemerikaan klinis didapatkan kemungkinan besar pseudoseizure;
a. Reflex pupil normal
b. Perlawanan pada percobaan untuk membuka kelopak mata dan blefarospasme
yang diinduksi
c. Kejang yang disugestikan seperti pergerakan motoric atau tipe lain
d. Ukuran pupil yang normal, pada kejang organic yang sungguhan, seharusnya
didapatkan pupil dilatasi dengan konstriksi persisten sebentar
e. Pergerakan paroksismal mono morfologi dan tidak ada perubahan pola signifikan
pada badan
f. Jarang yang mencederai diri sendiri.
g. Refles plantar yang selalu fleksi
h. Kadang disertai hiperventilasi
Selalu didapatkan pengecualian terhadap penemuan diatas, tetapi jarang diungkapkan.
Tetapi satu yang harus diperhatikan bahwa diagnosis banding dari pseudoseizure adalah wajib
menyelidiki untuk menyingkirkan kejang organik.

3
Vokalisasi
Terkadag vokalisasi adalah termasuk kedalam kejang psikogenik. Teriak yang
tidak bersuara terkadang adalah Bahasa yang vulgar ketika terjadi pada kejang persial
kompleks, terkadang, suara yang mistis dan dramatis diaporkan terjadi pada kasus.
Pergerakan motorik
Tonus otot seperti opistotonus, fenomena arc de cercle pada pseudoseizure,
gerekan yang menyentak sesekali telah diteliti pada kasus- kasus pseudoseizure.
Perhatikan juga hal lain yang dapat menjadi mirip pseudoseizure seperti gangguan
pergerakan karena obat- obatan.
Pergerakan motoric yang berulang- ulang
Terdapat sentakan pada kedua tangan dan kaki baik regular maupun irregular.
Pergerakan tonik, tonik klonik, aritmik dan ritmitk, gerakan menyetakkan panggul dari
sisi ke sisi atau kedepan belakang telah dilaporkan. Hal ini dapat terjadipergerakan semi-
otomotif atau otomotif.
Pergerkan otomatis
Pada beberapa kasus terdapat gerakan seperti menjilat, menggigit, menampar,
mendorong, memegang tangan ke kepala dan gestur aneh yang lain didapatkan pada
kasus ini. Mengambil dan memindahkan suatu barang, melepas baju dan mencakar muka
juga didapatkan pada kasus ini. Beberapa insiden dilaporkan bahwa terdapat perilaku
agrresif terhadap orang lain, menggigit bibir maupun tangan orang lain termasuk
menggigit suatu benda. Namun ssemuanya didapatkan bahwa merkea dengan PNES tidak
pernah mendapatkan cedera yang serius karena mencederai diri sendiri tidak khas pada
kasus ini. Penghindaran percobaan untuk memaksakan membuka kelopak mata, responn
terhadap menjatuhkan tangan ke mata, menjatuhkan menjatuhkan tumit telah diobservasi.
Perubahan Otonom
Perubahan saraf otonom jarang diperhatikan tapi pada penelitian sedikit
didapatkan muntah, bradikardi, pergerakan menelan dan mendengkur.
Penemuan oftalmologi
Jarang diobservasi pada pupil dilatasi. Pada studi yag lama pernah diobservasi
dilatasi pupil dengan reflex cahaya yangn intak. Hal ini dapat dikareakan psikogenik

4
terjadi degan simpatis yang presisten atau karena obat yang sebelumnya dikonsumsi
pasien.

Durasi dan terminasi episode kejang


Durasi rata- rata dari episode kejang pada penelitian adalah 4 detik hingga 199 menit.
Durasi mungking menstismulasi kejang epileptic, kadang terdapat juga kejang hingga hitungan
jjam. Episode untuk terminasi dapat dilakukan secara bertahap dan pada waktu- waktu terntentu
dapat di terminasi.

Diagnosis1-3
Mendiagnosa PNES sangatlah sulit bahkan dokter spesialis saraf pun sulit. Untuk
membedakanDengan menggunakan teknik perilaku untuk mendiagnosa kejang psikogenik dapat
menghasilkan hasil yang baik. Dengan menekan titik yang menyakitkan sperti menekan mastoid,
menekan dengan garpu, denan getaran dan menekan tibia dan saraf ulnaris dapat menterminai
kejang. Pseudoseizure terjadi secara spontan atau pada respon terhadap sugesti, penting untuk
petugas untuk memastikan bahwa kejadian ini adalah hanya karena pasien histeris. Perlu
diajarkan pada petugas bahwa kejang yang asli mungkin menopang secara tidak sadar ketika
terjadi pseudoseizure.
EEG dan monitoring EEG wajib dikerjakan untuk menyelidiki kasus PNES ini. Alat itu
akan membuktikan keberadaan geombang patologis pada kasus epilepsi organic. Bisa dapat
disertai gejala iktal bahkan pada pseudoseizure. Menggunakan gambar pencitraan dengan
mennggunakan MRI atau CT-scan juga merupakan pilihan lain untuk kasus kejang. Tapi
biasanya lesi kejang karna organik yang banyak terdeteksi bergantung letak lesi di otaknya. Te
laboratorium lain biasanya elektrolit, glukosa, kalsium dan magnesium dalam darah. Fungi hati
dan ginjal juga sering berperan pada kasus kejang. Jika curiga kasus kejang karena obat, dapat
dilakukan pemeriksaan urin.

Diagnosis Banding1-4
1. Kejang diketahui karena abnormalitas dari otak. Sebagian besar kasusnya adalah
idiopatik.

5
2. Dapat juga penyakit organik lainnya seperti migraine, vertigo, ketidakseimbagan
elektrolit,
3. Beberapa kejang dapat dibedakan dari feenomena, fokusnya, etiologi dan onset
kejangnya.
a) Tonik-klonik / grandma
b) Kejang parsial kompleks yang berasal dari lobus temporal
c) Kejang lobus frontal
d) Kejang post traumatic
e) Epilepsi parsial kontinyu
f) Spasme/ absans pada bayi dari umur 4 -12 tahun
4. Ada beberapa kasus serangan non- epileptic yaitu;
a) Pseudoseizure
b) Malingering: biasa disebut serangan dalam keadaan sadarkan diri
c) Sinkop dari vasovagal atau yang berasal dari jantung dapat menyerupai serangan
epilepsi
5. Kejang pada psikiatri. Kasus- kasus psikiatri yang dapat menyerupai kejang epilepsi
adalah;
a) Gangguan psikotik; Skzofrenia, psikosis
b) Gangguan mood; manik, depresi, bipolar
c) Gangguan serangan panic
d) Gangguan somatisasi
e) Gangguan kepribadian; histrionik
Penyakit- penyakit tersebut dpat terjadi secara tiba- tiba dan waktu yang terbatas.
Perubahan perilaku, termasuk iritabel, perubahan minat sexual, hipereligigiosity dan
perubahan karakter dapat terlihat.

6
Terapi & Prognosis1-3
Sebenarnya tidak ada persetujuan terapi terbaik untuk PNES pasien. Diagnosis
Pseudoseizure jelas harus dengan berkomunikai dengan pasiennya secara langsung. Jika pasien
pseudoseizure terus menerus kejang, akan timbul disabilitas pada kehidupannya. Hampir
setengah pasien yan menjadi bebas kejang akan menjadi tidak produktif dan banyak pasien yang
lanjut mempunyai gejala psikopatologis lainnya termasuk somatoform, depresi, dan gangguan
anxietas. Dan sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk melakukan psikoterapi dan terapi CBT
dengan psikiatris. CBT biaa dilakukan dengan kombinai sertraline dengan dosis 25 mg 50 mg.
Farmakoterapi yang biaa digunakan adalah ansiolitik dan hiponitk sedative golongan
sedang untuk mengontrol pergerakan kejangnya. Klordiapoksid 10- 25 mg (Librium) saat
menjelang tidur. Jika pasiennya bereaksi berlebihan, dapat di berikan chlorpromazine 100 - 250
mg bergantung dengan tingkat keparahan dan disfungsi motoric yang disertai insomnia pada
kasus yang jarang.
Penatalaksanaan ini dapat dilanjutkan hingga pasien berespon baik dan mennunjukan
peningkatan yang baik dengan psikoterapi yang ana adalah terapi utama untuk kasus ini. Jika
masalah psikologisnya suda teratasi, maka pergerakan abnormal atau kejangnya dapat
dihentikan.

7
Kesimpulan1-2
Secara keseluruhan, pemeriksaan pasien dengan kejang psikogenik rata- rata memiliki
kepribadian yang histerikal/ histrionic atau gangguan depresi dengan kecenderngan memiliki
gejala fisik dengan gejala konversi. Kejang tersebut terjadi pada respon dari lingkungannya
sepesifik maupun tidak. Pada akirnya, pasien yang antisocial iasanya secara sadar akan
mencobaa memanipulasi lingkungan mereka dengan cara menarik perhatian. Pada psien yang
mempunyai gangguan kepribadian dapat memanipulasi yang lain secara tidak sadar. Menejemen
kasus ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan seperti EEG atau monitoring EEG untuk
membedakan mana kejang organik dan mana yang pseudoseizure dari pada memberikan obat
anti epilepsi kepada kejang yang non-epilepsi menghindarkan salah memberikan obat. Dukungan
psikiatri yang sesuai dengan konseling psikiaatri dan mengerti masalah pasienlah yang
dibutuhkan dalam kasus ini.

Daftar Pustaka

1) Nagaraajan V, Madurai. Pseudoseizures (Psychogenic non-epileptic seizures).


2) Benbadis SR. Psychogenic Nonepileptic Seizures. 3rd. WebMD. E-medicine:
http://emedicine.medscape.com/article/
3) Heckers S, Cole AJ. Approach to the patient with seizure. Chapter 27. Pg 241-8.

4) Harold I, Kaplan, Benjamin J, Sadock dan Jack A, Grebb. Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Binarupa Aksara: Tangerang. 2010.

Vous aimerez peut-être aussi