Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FD: Midriatikum , berkerja dengan memblok asetilkolin yang dikeluarkan pada jalur
parasimpatis sehingga asetilkolin tidak terikat pada reseptor muskarinik pada otot
polos khususnya pada mata guna melemahkan M.constrictor pupilae dan M.Ciliaris
lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
FK:
Absorpsi. Atropin mudah diserap dari semua tempat, kecuali dari kulit. Pemberian
atropin sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorpsi
dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek
sistemik dan bahkan keracunan
Metabolisme. Dieliminasi oleh ginjal dalam keadaan tak diubah sampai 50%,
sisanya mengalami Demethylasi dan Glucuronidasi di dalam hati dan kemudian
diekskresi oleh ginjal.
Efek Samping : Kekeringan mulut, pengurangan sekresi dari air luda, midriasis,
gangguan penglihatan, photophobia, kesulitan pengosongan kandung kemih.
Dosis : Oral 3 kali sehari 0,25-0,8 mg, injeksi s.k. maksimal 3 kali
sehari 0,5 mg (sulfat), dalam tetes mata larutan 0,5-1%. Atropine Multi-dosis tetes mata 1
% 30-40 menit
HOMATROPIN
FD: midriatikum, berkerja dengan memblok asetilkolin yang dikeluarkan pada jalur
parasimpatis sehingga asetilkolin tidak terikat pada reseptor muskarinik pada otot
polos khususnya pada mata guna melemahkan M.constrictor pupilae dan M.Ciliaris
lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
Homatropin sebagai obat tetes mata (2-5 %) bekerja lebih pendek, yaitu kira-kira 24
jam.
Tropicamide
FD: midriatikum, berkerja dengan memblok asetilkolin yang dikeluarkan pada jalur
parasimpatis sehingga asetilkolin tidak terikat pada reseptor muskarinik pada otot
polos khususnya pada mata guna melemahkan M.constrictor pupilae dan M.Ciliaris
lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan siklopegia
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
FK: Tropikamid mempunyai waktu kerja dan lama kerja lebih pendek dibandingkan dengan
antimuskarinik lainnya, sehingga mempunyai daya serapnya (difusi) terbesar dan proporsi obat yang
tersedia untuk penetrasi ke kornea lebih tinggi.
Vasokonstriktor
Efedrin
FK
Absorbsi, pada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar
dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada
penyuntikan SK, absorbsi lambat karena vasokontriksi local, dapat dipercepat dengan memijat
tempat suntikan. Absorbsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada pemberian local
secara inhalasi, efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi efek sistemik dapat terjadi,
terutama bila digunakan dosis besar.
Biotransformasi dan ekskresi, epinefrin stabil dalam darah. Degradasi epinefrin terutama terjadi
dalam hati terutama yang banyak mengandung enzim COMT dan MAO, tetapi jaringan lain juga
dapat merusak zat ini. Sebagian besar epinefrin mengalami biotransformasi, mula mula oleh
COMT dan MAO, kemudian terjadi oksidasi, reduksi dan atau konyugasi, menjadi metanefrin,
asam 3-metoksi-4-hidroksimandelat, 3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol, dan bentuk
konyugasi glukuronat dan sulfat. Metabolit metabolit ini bersama epinefrin yang tidak diubah
dikeluarkan dalam urin. Pada orang normal, jumlah epinefrin yang utuh dalam urin hanya
sedikit. Pada pasien feokromositoma, urin mengandung epinefrin dan NE utuh dalam jumlah
besar bersama metabolitnya
Pseudoefedrin
FD:dekongestan, pseudoefedrin bekerja sama dengan efedrin
FK: Sama dengan efedrin , hanya saja bronkodilatasinya lebih lemah dan lebih
lambat. Tetapi efeksampiing untuk ssp dan jantung lebih lemah
Antibiotik
- Tetrasiklin