Vous êtes sur la page 1sur 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 02 No. 03 September z 2013 Halaman 126 - 133


Reni Merta Kusuma: Analisis Kebijakan Desa Siaga
Artikel Penelitian

ANALISIS KEBIJAKAN DESA SIAGA DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA


ANALYSIS OF ALERT VILLAGE POLICY IN DISTRICT SLEMAN, YOGYAKARTA

Reni Merta Kusuma


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

ABSTRACT Kesimpulan: Kebijakan desa siaga pada dasarnya merupakan


Background: Mortality rate is one of indicators and upaya yang tepat dari pemerintah guna memberdayakan
representations of welfare of an area. In order to solve high masyarakat agar lebih mandiri dalam mengatasi masalah
mortality rate problem, the government of Daerah Istimewa kesehatan. Namun, di Kabupeten Sleman kebijakan desa siaga
Yogyakarta (DIY), including District of Sleman, is carrying out tergolong unsuccessfull policy. Kegagalan ini dikarenakan oleh
the policy of alert village. beberapa aspek yang kurang mendukung implementasi
Method: The study used literature review based on kebijakan tersebut.
references and field data which were issued by Health Office.
Result: The policy of alert village has less positive impact in Kata Kunci: Kebijakan desa siaga, Dinas Kesehatan Sleman
decreasing maternal mortality rate and neonatal mortality rate,
because health assurance scheme still does not meet the PENGANTAR
needs of the people, both physical and non-physical. The
degree of health still has not improved significantly. The policy
Pembangunan kesehatan merupakan agenda
of alert village needs inter-sectoral financial support. Financial pemerintah mewujudkan Indonesia Sehat. Kemen-
allocation is still mistargeting. People needs vary from one terian Kesehatan RI menetapkan Visi Pembangunan
village to another, so it is necessary to have competent and Kesehatan Tahun 2010-2014 yaitu Masyarakat Sehat
smart health workers as the implementing agents of Health
Department. The policy of alert village is still not able to satisfy
yang Mandiri dan Berkeadilan. Pembangunan ke-
all stakeholders (government, health workers, and people), sehatan dilakukan dengan meningkatkan kesadar-
because the concept of satisfaction is closely related to the an, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat,
principle of justice. sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Conclusion: The policy of alert village is an effort to empower
the people to be independent in overcoming their health
dapat terwujud. Program tersebut sejalan dengan
problems. But, in District of Sleman the policy of alert village is arah Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka
classified into unsuccessfull policy. This failure is caused by Panjang (2005-2024)1. Pembangunan kesehatan juga
insufficiet support in implementating the policy. dilakukan oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Keyword: Policy of alert village, Health Office of District Sleman
Yogyakarta (DIY). Dinas Kesehatan dan segenap
dukungan masyarakat DIY, akhirnya berhasil mem-
ABSTRAK bawa DIY sebagai provinsi dengan derajat kesehatan
Latar Belakang: Angka kematian merupakan salah satu terbaik di Indonesia pada tahun 2008. Indikator
indikator dan presentasi tingkat kesejahteraan suatu daerah. penilaiannya berupa ukuran derajat kesehatan suatu
Dalam rangka mengatasi tinggi angka kematian, pemerintah wilayah yang meliputi: 1) Umur Harapan Hidup, 2)
DIY termasuk Kabupaten Sleman melaksanakan kebijakan Desa
Siaga. Angka Kematian Ibu, 3) Angka Kematian Bayi, 4)
Metode: Analisis dilakukan dengan menggunakan studi literatur Angka Kematian Balita, dan 5) Status Gizi Balita/
berdasarkan referensi dan data-data di lapangan yang Bayi2.
dikeluarkan oleh dinas kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Darah Istimewa Yog-
Hasil: Kebijakan desa siaga kurang membawa dampak positif
bagi penurunan AKI dan AKB karena jaminan kesehatan bagi yakarta juga mencatat bahwa data kematian ibu da-
masyarakat belum memenuhi semua kebutuhan baik secara lam empat tahun terakhir menunjukkan penurunan
fisik maupun non-fisik, sehingga derajat kesehatan belum yang cukup baik. Angka Kematian Ibu (AKI) DIY
meningkat secara signifikan. Kebijakan desa siaga tahun 2008 berada pada angka 104/100.000 turun
membutuhkan dukungan dana terutama dari pemerintah daerah
dan partisipasi dari lintas sektoral. Alokasi dana juga belum dari 114/100.000 pada tahun 2004. Jumlah kematian
tepat sasaran. Kebutuhan masyarakat di setiap desa bervariasi, ibu maternal menurun dari tahun 2009 sebanyak 48
sehingga memerlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan menjadi 43 pada tahun 2010. Angka Kematian Ibu
cerdas sebagai perpanjangan tangan dinas kesehatan dapat (AKI) tampak ada kecenderungan menurun, namun
menjadi salah satu solusi. Kebijakan desa siaga belum dapat
memuaskan semua pihak (pemerintah, tenaga kesehatan, dan jika diamati tingkat laju penurunan selama periode
masyakarat), karena konsep memuaskan terkait dengan asas lima tahun terakhir terlihat melandai/kurang tajam2.
keadilan. Penurunan tersebut dapat terus konsisten jika

126 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

kondisi semua aspek mulai kinerja sumber daya ma- memberikan penanganan kepada ibu hamil dan bayi
nusia yang semakin humanis3, ketersediaan sarana risiko tinggi masih rendah.
dan prasarana yang dibutuhkan tersedia4, prosedur Data di atas merupakan salah satu isu yang
pengurusan administrasi disederhanakan sampai ke- menarik untuk dibahas, yaitu upaya penurunan Ang-
sadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan5. ka Kematian Ibu yang tidak lepas dari penanganan
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tidak berkualitas pada ibu hamil risiko tinggi melalui peran
dapat dikatakan sempit karena terdiri dari beberapa aktif desa siaga. Desa siaga seharusnya dapat men-
lima kabupaten/kota dengan jumlah penduduk laki- jawab kebutuhan ibu hamil, terutama yang berisiko
laki sebanyak 1.708.910 jiwa dan penduduk perem- tinggi. Ibu hamil harus mendapatkan perhatian khu-
puan sebanyak 1.748.581 jiwa dengan seks rasio sus karena ibu-ibu hamil memiliki risiko 50% dapat
sebesar 97,73 berdasarkan Sensus Penduduk tahun melahirkan dengan selamat dan 50% dapat meng-
20106. Salah satunya adalah Kabupaten Sleman akibatkan kematian. Sebanyak 5-10% kehamilan
dengan seks rasio penduduk sebesar 100,49. Upaya merupakan kehamilan risiko tinggi8, namun dengan
pembangunan kesehatan pun dilakukan oleh Dinas pelaksanaan Antenatal Care (ANC) yang baik 90-
Kesehatan Kabupaten Sleman, namun AKI mening- 95% sehingga ibu hamil risiko tinggi tetap dapat
kat pada tahun 2011. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun melahirkan selamat dan bayi sehat8,9. Namun terjadi
2010 di Kabupaten Sleman sebanyak 13 dan pada kejanggalan karena Dinas Kesehatan Propinsi DIY
tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 15. Dinas mencatat K1 di Kabupaten Sleman sebanyak
Kesehatan Kabupaten Sleman menilai bahwa salah 101,66% dan K4 sejumlah 95,22%. Cakupan terse-
satu kendala yang dihadapi masyarakat adalah but seharusnya sudah memenuhi target, tetapi masih
keterbatasan dan ketersediaan biaya kesehatan7. saja setengah dari ibu hamil risiko tinggi tidak men-
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupa- dapatkan pelayanan kesehatan2, 7.
ten Sleman mungkin disebabkan oleh penanganan Terpenuhinya target cakupan kunjungan ibu ha-
kesehatan yang kurang memadai terutama kepada mil juga didukung oleh kehadiran desa siaga. Bidan
ibu hamil risiko tinggi. Dinas Kesehatan Provinsi DIY diwajibkan untuk dapat mencakup ibu hamil sesuai
tahun 2010 mencatat bahwa Kabupaten Sleman me- dengan target dari pemerintah pusat. Desa siaga
miliki cakupan penanganan ibu hamil risiko tinggi merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Ma-
paling rendah dibandingkan kabupaten lainnya, yaitu syarakat (UKBM) yang seharusnya dapat melakukan
sebesar 51,15%. Jumlah ibu hamil risiko tinggi 2.600 cakupan K1 dan K4 dengan lebih optimal. Desa sia-
ibu dan yang ditangani hanya sejumlah 1.330 kasus2. ga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiap-
Hal ini mengundang pertanyaan siapa dan ke mana an sumber daya dan kemampuan serta kemauan
sebanyak 48,85% ibu hamil risiko tinggi yang tidak untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
tertangani. Demikian juga dengan penanganan bayi kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kese-
risiko tinggi hanya sebesar 26,62%. hatan secara mandiri, salah wujudnya tercipta Pos
Kabupaten Sleman terdiri dari 85 desa dan Kesehatan Desa (Poskesdes)4.
memiliki Pos Persalinan Desa (Polindes) serta Pos Kegiatan pelayanan kesehatan dipelopori dan
Pelayanan Terpadu (Posyandu) terbanyak sejumlah dikembangkan oleh bidan dengan cara memberdaya-
86 Polindes dan 1504 Posyandu dibandingkan de- kan masyarakat. Kegiatan pelayanan kesehatan
ngan kabupaten lain di DIY, perhitungan di atas ker- yang dilakukan oleh Poskesdes setidaknya: 1) Peng-
tas seharusnya peningkatan AKI dan penanganan amatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit,
ibu hamil dan bayi risiko tinggi dapat diatasi dengan 2) Penanggulangan penyakit dan faktor-faktor risiko-
baik. Data penunjang lainnya, yaitu tercatat semua nya, 3) Kesigapan dan penanggulangan bencana dan
desa di Kabupaten Sleman dinyatakan sebagai desa kegawatdaruratan kesehatan, 4) Pelayanan medis
siaga, namun sayang yang aktif hanya 19,77%. Data dasar sesuai dengan kompetensinya, dan 5) Promosi
tersebut hendak menunjukkan bahwa masyakarat kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi,
sebenarnya mudah mengakses pelayanan kesehat- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, penyehatan ling-
an. Lebih dari 80% masyarakat hanya berjarak 1-5 kungan, dan pengembangan UKBM lainnya seperti
km dari puskesmas dan lebih dari 70% masyarakat Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan
hanya berjarak 1-5 km dari Rumah Sakit dan Dokter Jamban Keluarga, dan lain-lain.
Praktik Swasta, hanya 10% masyarakat yang ber- Kebijakan desa siaga sesuai dengan Keputusan
jarak 6-10 km dari pelayanan kesehatan2. Akses Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 564/
terhadap tempat pelayanan kebidanan di Kabupaten MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksa-
Sleman sebenarnya tidak sulit, tetapi cakupan dalam naan Pengembangan Desa Siaga perlu dianalisis

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 z 127
Reni Merta Kusuma: Analisis Kebijakan Desa Siaga

karena kebijakan tersebut sudah berjalan sejak 2006. Informasi mengenai kinerja yang berhasil berasal
Analisis kebijakan kesehatan diperlukan agar kualitas dari analisis evaluasi kebijakan. Analisis evaluasi
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan kebijakan menggunakan tipe kriteria yang berbeda
penghargaan kepada para pemberi layanan kese- dengan cara yang dipakai untuk mengevaluasi hasil
hatan dapat terus diperbaiki. kebijakan. Kriteria untuk evaluasi diterapkan secara
Permasalahan yang ditemukan di Kabupaten retrospektif11. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
Sleman adalah peran desa siaga yang tidak dira- selama evaluasi kebijakan, adalah sebagai berikut:
sakan secara nyata oleh masyarakat. Kebijakan pe- Efektivitas: Kebijakan desa siaga dengan me-
merintah berkenaan dengan desa siaga diharapkan mandirikan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
dapat menjawab masalah kesehatan di masyarakat kesehatan diharapkan dapat membantu menurunkan
termasuk penanganan ibu hamil dan bayi risiko tinggi AKI dan AKB. Harapan dari hasil implementasi ke-
di Kabupaten Sleman dalam rangka menurunkan AKI bijakan tersebut tampaknya belum mampu diwujud-
dan AKB. kan karena beberapa fakta yang terjadi di lapangan
Tujuan desa siaga dibagi menjadi dua bagian10, berbeda dengan harapan, yaitu: 1) AKI Kabupaten
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum guna Sleman tahun 2010 sebanyak 13 kasus, tetapi pada
terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, tahun 2011 justru meningkat menjadi 15 kasus, 2)
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kese- Ibu hamil risiko tinggi yang mendapatkan penanganan
hatan di wilayahnya. Tujuan khusus: 1) Meningkat- hanya 51,15%, 3) Bayi risiko tinggi yang memperoleh
kan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa penanganan hanya 26,62%, 4) Cakupan Asuransi
tentang pentingnya kesehatan, 2) Meningkatkan ke- Kesehatan bagi Masyarkat Miskin (Askeskin) atau
waspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan 100% dari 168.158 warga miskin semua mendapat
gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatda- jaminan kesehatan dari pemerintah kabupaten Sle-
ruratan dan sebagainya), 3) Meningkatnya keluarga man, tetapi kenyataannya masyarakat miskin yang
sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di sarana
dan sehat, 4) Meningkatkan kesehatan lingkungan kesehatan strata 1 hanya 0,5% dan yang mendapat
di desa, dan 5) Meningkatnya kemampuan dan ke- pelayanan kesehatan dasar di sarana kesehatan
mauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri strata 2 dan 3 hanya sejumlah 5,4%.
di bidang kesehatan. Simpulan sementara menunjukkan bahwa ke-
Sasaran dalam pengembangan desa siaga10, bijakan desa siaga kurang membawa dampak positif
sebagai berikut: 1) Semua individu dan keluarga di bagi penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Sleman.
desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup Masalah pembiayaan/jaminan kesehatan bagi
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap perma- masyarakat juga belum memenuhi semua kebutuhan
salahan kesehatan di wilayah desanya, 2) Pihak- terutama bagi masyarakat miskin, sehingga derajat
pihak yang yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan belum meningkat secara signifikan.
perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat Efisiensi: Salah satu tujuan pengembangan
menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan desa siaga adalah mendekatkan akses pelayanan
perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh kesehatan kepada masyarakat dengan hadirnya po-
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, lindes, namun faktanya keberadaan desa siaga di-
serta petugas kesehatan, dan 3) Pihak-pihak yang anggap sebagai proyek baru yang hanya berbentuk
diharapkan memberikan dukungan kebijakan, pencapaian target fisik. Target fisik terkait dengan
peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dan alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan daerah,
lain-lain, seperti kepala desa, camat, para pejabat seperti diusulkannya anggaran untuk membangun
terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepen- poskesdes beserta pengadaan sarana dan prasara-
tingan lainnya. nanya. Beberapa desa sudah berdiri polindes se-
hingga harus dirubah, baik pengubahan dan pemba-
ANALYSIS OF POLICY ngunan poskesdes, semuanya membutuhkan ang-
Kebijakan desa siaga yang telah disahkan dan garan daerah11.
diimplementasikan pada tahun 2006 merupakan sa- Desa siaga membutuhkan sumber daya mini-
lah satu kebijakan yang dapat dievaluasi. Pelaksa- mal 1 bidan yang dibantu oleh 2 kader dalam 1 desa.
naan evaluasi ini dilakukan guna menekankan pen- Ketentuan tersebut terlalu efisien sehingga beban
ciptaan premis-premis nilai yang diperlukan untuk kerja bidan terlalu tinggi dengan ratio bidan 35,46
menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan per 100.000 penduduk2. Dampaknya masih banyak
desa siaga.

128 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

ibu hamil dan bayi risiko tinggi yang belum tertangani diperoleh. Namun berdasarkan data distribusi Askes-
secara optimal. kin dan Jamkesmas memperlihatkan bahwa semua
Inefisiensi kebijakan desa siaga terlihat dari masyarakat miskin masuk dalam cakupan jaminan
jangka waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan kesehatan, tetapi faktanya hanya 0,5% saja masya-
AKI dan AKB. Durasi waktu yang dibutuhkan cukup rakat miskin yang memperoleh pelayanan kesehatan
panjang sehingga untuk mempercepat perwujudan dasar di sarana kesehatan strata 1 dan 5,4% masya-
hasil kebijakan membutuhkan dukungan dari lintas rakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehat-
sektor untuk penanganan yang lebih komprehensif5. an dasar di sarana kesehatan strata 2 dan 3. Minimal-
Beberapa data di atas memberikan simpulan nya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
bahwa kebijakan desa siaga membutuhkan dukung- miskin menimbulkan pertanyaan ke mana dana ja-
an dana terutama dari pemerintah daerah dan partisi- minan kesehatan yang dianggarkan pemerintah dae-
pasi dari lintas sektoral. rah kabupaten Sleman. Besar kemungkinan pembe-
Kecukupan: Dinas Kesehatan Provinsi DIY lanjaan jaminan kesehatan untuk masyarakat dan
mencatat cakupan K1 di Kabupaten Sleman men- khususnya bagi masyarakat miskin belum diguna
capai 101,16% yang melebihi target daerah dan secara tepat guna2.
cakuan K4 mencapai 95,22%. Persalinan yang Simpulan yang diambil adalah perataan alokasi
ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 93,01%. dana guna mendapatkan pelayanan kesehatan
Data tersebut tidak seiring dengan penanganan ibu masih belum tepat sasaran.
hamil dan bayi risiko tinggi2. Responsivitas: Respon dari masyarakat Kabu-
Rendahnya penanganan ibu hamil dan bayi paten Sleman belum diperoleh, namun secara garis
risiko tinggi yang berujung pada tingginya AKI dan besar dapat dianalogikan respon dari masyarakat
AKB menimbulkan beberapa dugaan, yaitu: 1) yang mendapat pelayanan desa siaga di Provinsi
Kompetensi bidan yang kurang memadahi. Bidan Nusa Tenggara Barat. Ibu hamil yang merasa senang
yang memiliki pendidikan Diploma III Kebidanan karena bisa memperoleh Sistem Dukungan Finansial
sebanyak 102 orang, sedangkan bidan yang belum sejenis jaminan kesehatan sebagai skema tabungan
memiliki pendidikan Diploma III Kebidanan sebanyak mandiri untuk membantu mengurangi biaya persa-
87 orang2. Kompetensi dan internalisasi terkait we- linan atau kebutuhan bayi. Demikian juga dengan
wenang bidan dapat diperoleh melalui pendidikan, ibu bersalin yang memperoleh bantuan ambulan desa
mungkin bidan belum mampu mengatasi masalah dan ibu nifas yang mendapat bantuan donor darah
kebidanan yang ada di dalam masyarakat12, 2) Fa- desa sehingga nyawanya dapat tertolong13. Respon
silitas poskesdes yang kurang memenuhi syarat. masyarakat sangat positif terkait dengan adanya
Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di pos- desa siaga, namun yang tidak boleh dilupakan ada-
kesdes menjadi dugaan berikutnya penyebab tidak lah peran masyarakat sangat penting dalam mendu-
optimal tertanganinya ibu hamil dan bayi risiko tinggi. kung suksesnya program desa siaga dalam rangka
Pengadaan kelengkapan sarana dan prasarana menurunkan AKI dan AKB14, 15.
poskesdes erat kaitannya dengan anggaran yang Namun, mungkin kenyataan berbeda dengan
dialokasikan pemerintah daerah kepada desa siaga4, yang dirasakan oleh tenaga kesehatan/bidan. Ada
dan 3) Dukungan jaminan kesehatan yang tidak tepat bidan yang merasa senang karena dapat member-
sasaran. Jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dayakan masyarakat, tetapi ada juga yang keberatan
seharusnya diprioritaskan untuk warga yang kurang karena beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya
mampu, sedangkan warga yang relatif mampu dimo- sangat besar. Kebijakan desa siaga tidak secara
tivasi untuk menciptakan atau mengikuti jaminan jelas menjelaskan hal-hal yang mendasari upaya
kesehatan secara mandiri. Pemerataan pelayanan revitalisasi yang seharusnya dilakukan dan dikaitkan
kesehatan dengan manfaat jaminan kesehatan ini dengan upaya-upaya yang ingin dicapai serta pro-
diharapkan dapat membantu meningkatkan derajat gram-program prioritas yang harus dikerjakan. Bidan
kesehatan warga Kabupaten Sleman. dituntut untuk bisa merancang program untuk menu-
Simpulan yang diambil kebijakan desa siaga runkan AKI dan AKB dengan kemampuan seada-
belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, nya16. Bidan seperti superwoman yang harus mampu
baik secara fisik maupun non-fisik. Kebutuhan ma- menangani masalah desa dan seakan-akan bidan
syarakat di setiap desa bervariasi, sehingga memer- diperdaya untuk memenuhi tuntutan dari pusat, tanpa
lukan bidan yang kompeten dan cerdas memberi dinilai dan dilengkapi kompetensi dan fasilitas yang
solusi. memadahi.
Perataan: Data yang mendukung untuk menya- Simpulan hasil kebijakan desa siaga belum da-
takan perataan dari kebijakan desa siaga tidak pat memuaskan semua pihak, karena konsep me-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 z 129
Reni Merta Kusuma: Analisis Kebijakan Desa Siaga

muaskan terkait dengan asas keadilan. Mungkin karena banyak kelemahan dalam pengimplementa-
bisa memuaskan masyakarat yang telah terlayani siannya di lapangan. Proses analisis kebijakan desa
dengan baik, namun belum tentu pada tenaga siaga ini merupakan serangkaian aktivitas intelektual
kesehatan yang bertugas di desa tersebut. yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang ber-
Ketepatan: Kebijakan desa siaga sebenarnya sifat politis. Aktivitas politis sebagai proses pem-
dapat bernilai guna tinggi dalam memberdayakan buatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai
masyarakat sehingga dapat mandiri mengatasi serangkaian tahap yang saling bergantung yang
masalah kesehatannya. Pemerintah daerah juga diatur menurut urutan waktunya11.
dapat terbantu dan terkurangi bebannya dalam mela- Analisis kebijakan desa siaga dilakukan untuk
kukan penjaminan kesehatan kepada masyarakat. menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomu-
Namun, ada hal yang harus diperhatikan di dalam nikasikan pengetahuan yang terkait desa siaga (pen-
kebijakan desa tersebut, yaitu kegiatan poskesdes danaan, sumber daya, kompetensi, implementasi
yang diharapkan dapat melaksanakan kegiatan kegiatan, dan lain-lain) dengan kebijakan desa siaga
pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa berupa itu sendiri dalam satu atau lebih tahap proses pem-
pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensi buatan kebijakan. Tahap pertama dengan menyusun
yang dimiliki bidan. Hal ini tidak sesuai dengan kuri- agenda berdasarkan perumusan masalah karena pe-
kulum pendidikan bidan yang diarahkan kepada rumusan masalah dapat membantu menemukan
pemberian pelayanan kebidanan dasar dan asuhan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis
kebidanan fisiologis. Kegiatan melakukan pelayanan penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan
medis dasar tidak sesuai dengan pendidikan yang yang memungkinkan, memadukan pandangan-pan-
diterima, tidak sesuai dengan wewenang bidan dalam dangan yang bertentangan dan merancang peluang-
PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang peluang kebijakan baru11.
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan kecuali tidak Beberapa langkah untuk melakukan analysis for
ada dokter di desa tersebut, dan potensial melanggar policy, yaitu:
Undang-Undang RI No. 29/2004 tentang Praktik Perumusan masalah guna menyusun agenda
Dokter5. Pelatihan yang diselenggarakan tidak cukup Masalah-masalah yang terjadi selama imple-
menginternalisasi aspek yang dibutuhkan seperti mentasi kebijakan desa siaga perlu dikaji dan hasil
pemberdayaan masyarakat, pembimbingan pelayan- pengkajian digunakan untuk penyusunan agenda.
an kegawatdaruratan dan bencana, safe community, Penyusunan agenda diuraikan sebagai berikut: ma-
dan pelayanan medis dasar. salah privat adalah masalah-masalah yang ditemu-
Simpulan kebijakan desa siaga ini menjadi ber- kan selama pelaksanaan kebijakan desa siaga, yai-
nilai tepat guna jika sumber daya didukung dan diper- tu: 1) Keberadaan desa siaga dianggap sebagai pro-
siapkan dengan baik serta dikerjakan secara kom- yek baru yang lebih banyak mengupayakan pencapai-
prehensif secara lintas sektoral, dalam hal ini tidak an fisik, sehingga esensi untuk mendekatkan pela-
hanya bidan yang menjadi aktor utama, sehingga yanan kesehatan kepada masyarakat sedikit terge-
AKI dan AKB dapat diturunkan. ser. Hal itu dapat diduga dari 86 poskesdes mungkin
Simpulan yang dapat diambil dari semua simpul- hanya sebagian kecil poskesdes yang tetap aktif
an kriteria di atas adalah unsuccessfull policy karena dan mengembangkan pelayanan kesehatan bagi
pada dasarnya kebijakan desa siaga merupakan upa- masyarakat, 2) Target fisik seperti pembangunan
ya memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri poskesdes atau pengubahan polindes menjadi pos-
dalam mengatasi masalah kesehatannya. Namun kesdes dan pengadaan fasilitas poskesdes mem-
sayangnya, kebijakan ini tidak didukung sepenuhnya butuhkan biaya yang harus didukung pemerintah
oleh pemerintah pusat, seperti dukungan dana yang daerah Kabupaten Sleman, 3) Poskesdes sebagai
diserahkan kepada pemerintah daerah dengan ala- wujud pengembangan desa siaga tidak mempertim-
san bentuk pemerintahan desentralisasi. Pemerintah bangkan pemenuhan sumber daya yang diperlukan,
pusat seakan-akan hanya memberikan perintah seperti bidan dan tenaga kesehatan lainnya, pembia-
tanpa membekali kebutuhan yang diperlukan untuk yaan, dan lain-lain, sehingga tidak setiap desa/kelu-
melaksanakan program desa siaga, sehingga asas rahan di Kabupaten Sleman menjadi desa siaga aktif,
keadilan tidak dapat dirasakan oleh semua pihak yaitu hanya terdapat 17 desa siaga aktif dari 86 desa
termasuk kepada bidan yang bertugas di suatu desa. siaga, 4) Variasi sarana kesehatan yang ada di
masyarakat tidak didukung dengan tersedianya
ANALYSIS FOR POLICY tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
Kebijakan desa siaga merupakan salah satu ke- mewujudkan masyarakat desa yang mampu dan
bijakan kesehatan yang perlu mendapatkan analisis tanggap terhadap permasalahan kesehatan setem-

130 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

pat. Hal itu dapat dilihat dari eksistensi desa siaga pemerintah daerah untuk mendukung operasional
yang tetap aktif di kabupaten Sleman, 5) Keterba- kebijakan desa siaga, 4) Membangun kerjasama lin-
tasan tenaga kesehatan menjadi dugaan kuat mun- tas sektor agar permasalahan desa dapat terselesai-
culnya aturan minimal 1 bidan dan 2 kader dalam kan secara komprehensif, dan 5) Menumbuhkan in-
pelaksanaan desa siaga, padahal beragam jenis ke- ternalisasi pemberdayaan masyarakat kepada kader
giatan yang harus dilakukan, seperti menumbuhkan dan warga, sehingga masyarakat tidak hanya seba-
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang se- gai pendukung pelaksanaan program, tetapi mampu
harusnya dikerjakan oleh petugas kesehatan lingku- mengidentifikasi kebutuhan masyarakat sendiri.
ngan sesuai dengan kompetensinya, 6) Ketidakmam- Agenda institusional yang dapat dimunculkan
puan kader dan masyarakat menjadi agen perubahan adalah pelaksanaan desa siaga dikerjakan lebih
dalam menggerakkan fungsi desa siaga karena se- komprehensif dengan didukung oleh semua pihak,
lama proses yang telah berjalan, kader dan masya- baik dari pemerintah maupun masyarakat
kat hanya sebatas mendukung pelaksanaan fungsi
pelayanan kesehatan dasar. Ketidakmampuan kader Membuat peramalan dalam formulasi kebijakan
dan masyarakat sangat erat kaitannya dengan kom- Pokok permasalahan dalam kebijakan desa sia-
petensi bidan yang berperan di dalam desa siaga ga adalah kurang optimalnya peran desa siaga da-
tersebut, 7) Bidan juga diminta untuk memberikan lam memandirikan dan memberdayakan masyara-
pelayanan medis dasar, padahal di dalam kurikulum kat terkait dengan kebutuhan kesehatannya11. Berikut
pendidikan bidan lebih diarahkan pada pemberian akar masalah ditemukan terkait implementasi kebi-
pelayanan kebidanan dasar dan asuhan kebidanan jakan desa siaga.
fisiologis, 8) Variasi potensi dan kemampuan daerah Keterbatasan tenaga kesehatan: Kondisi geo-
kurang dipertimbangkan dalam penyusunan kebijak- grafis Indonesia termasuk Provinsi DIY sangat bera-
an desa siaga, sehingga potensial terjadi hasil yang gam, sehingga menyebabkan tenaga kesehatan
tidak kurang efektif dan kurang efisien dalam pengim- lebih tersentral di daerah yang lebih nyaman sebagai
plementasian kebijakan serta tidak mampu menye- tempat tinggal. Akar masalah dari keterbatasan tena-
lesaikan permasalahan spesifik yang terjadi di suatu ga kesehatan adalah kurangnya pemerataan tenaga
daerah tertentu, 9) Kurangnya kerjasama lintas sek- kesehatan. Hal itu terkait dengan kenyaman dan
tor karena di dalam desa permasalahannya tidak keamanan yang diberikan kepada tenaga kesehatan
hanya masalah kebidanan, dan 10) Kurangnya so- di daerah terpencil12.
sialisasi dan advokasi terstruktur dalam implemen- Kurangnya kompetensi tenaga kesehatan: Lu-
tasi kebijakan desa siaga. lusan tenaga kesehatan dapat dikatakan lebih dari
Masalah publik terjadi dalam pelaksaan kebi- cukup, terutama di daerah Pulau Jawa. Namun kua-
jakan. Pelaksanaan kebijakan desa siaga tidak diikuti litas yang diharapkan tidak berbanding lurus dengan
dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan kuantitas tenaga kesehatan. Akar masalah dari ku-
persiapan sumber daya, seperti tenaga kesehatan rangnya kompetensi tenaga kesehatan adalah pen-
yang kompeten, sarana dan prasana, pembiayaan, didikan tenaga kesehatan yang kurang berkualitas
dan lain-lain dalam upaya pelaksanaan desa siaga dan kurangnya pelatihan yang diikuti.
aktif dengan memberdayakan kemampuan masya- Kurang lengkapnya sarana dan prasana poskes-
rakat. Isu Kebijakan terlihat dalam rincian masalah des. Salah satu indikator keberhasilan dari kebijakan
yang dihadapi. Rincian masalah di atas menyimpul- desa siaga adalah berdirinya poskesdes disetiap de-
kan bahwa isu pokok dalam kebijakan desa siaga sa, padahal belum lama ini ada kebijakan bahwa
ini adalah mendekatkan pelayanan kesehatan dan setiap desa harus memiliki polindes. Jadi, perubahan
pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian polindes ke dalam bentuk poskesdes atau pendirian
dalam penyelenggaraan desa siaga. poskesdes baru lengkap dengan poskesdes kit mem-
Agenda sistemik yang dapat dilakukan oleh butuhkan biaya. Biaya yang digunakan untuk peng-
pemerintah daerah adalah: 1) Melakukan sosialisasi adaan tersebut berasal dari anggaran belanja peme-
dan advokasi kepada pemerintah daerah agar mem- rintah daerah di era desentralisasi seperti sekarang
berikan dukungan dalam implementasi kebijakan ini. Pemerintah daerah mungkin miliki fokus peng-
desa siaga yang telah diprogramkan pemerintah alokasian berbeda dalam anggaran belanja tersebut.
pusat dalam era desentralisasi seperti saat ini, 2) Ada daerah yang lebih memprioritaskan pendidikan
Melakukan persiapan terhadap bidan dan tenaga atau perekonomian dan lain sebagainya. Akar
kesehatannya lainnya agar setiap permasalahan masalah masalah kurang lengkapnya sarana dan
desa dapat difasilitatori oleh petugas yang kompeten, prasana poskesdes adalah prioritas fokus anggaran
3) Mempersiapkan dan mengalokasikan anggaran belanja daerah tidak selalu pada bidang kesehatan.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 z 131
Reni Merta Kusuma: Analisis Kebijakan Desa Siaga

Kurangnya dukungan pemerintah daerah: Dalam disatukan dalam sebuah tim untuk mendirikan desa
era desentralisasi, dukungan dari pemerintah daerah siaga aktif, 3) Isi kebijakan yang seharusnya men-
sangat diperlukan. Kebijakan desa siaga harus diso- cantumkan mekanisme koordinasi lintas sektor serta
sialisasikan dan diadvokasikan secara terstruktur peran dan tanggung jawab institusi, sehingga pena-
dan sistematis agar dukungan penuh dari pemerintah nganan masalah di dalam desa siaga dapat lebih
daerah dapat diperoleh. Akar masalah kurangnya komprehensif dan paripurna. Penanganan kompre-
dukungan pemerintah daerah adalah kurangnya hensif dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh masya-
sosialisasi dan advokasi yang dilakukan pemerintah rakat dan bukan hanya secara parsial, 4) Dibutuhkan
pusat ke pemerintah daerah. kebijakan yang mengatur sinkronisasi seluruh aspek
Akar masalah yang dapat dideteksi terlebih legal sebagai sektor, kebijakan yang memberikan
dapat digunakan sebagai ramalan hasil kebijakan di kejelasan peran dan tanggung jawab lintas program
masa mendatang, sehingga sejak awal dapat me- dan sektor untuk penyelenggaraannya, serta kebijak-
nentukan langkah antisipasi. Peramalan menyedia- an yang mendorong fungsi-fungsi penggerakan ma-
kan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan de- syarakat. Usulan kebijakan-kebijakan tersebut dipa-
sa siaga tentang masalah yang akan terjadi di masa kai sebagai terobosan yang strategis pengembangan
mendatang akibat sikap yang diambil termasuk desa siaga dan harus ditaati oleh semua pihak terkait
sikap tidak melakukan apapun. Pelaksanaan desa dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu
siaga dapat lebih berhasil jika akar masalah dapat pada tingkat desa, 5) Kebijakan yang mengatur lang-
ditangani dan harapan terjadi penurunan AKI dan AKB kah-langkah pengembangan desa siaga termasuk
serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat rencana anggaran yang dibutuhkan sebagai patokan
dapat terwujud dengan optimal didukung oleh yang dapat digunakan pemerintah daerah dalam
pemerintah daerah dan masyakarat . rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penye-
lenggaraan desa siaga, dan 6) Perlu adanya sosiali-
Merancang rekomendasi sebagai adopsi sasi dan advokasi terstruktur serta sistematis yang
kebijakan dilengkapi dengan instrumen teknis pelaksanaan-
Rekomendasi berasal dari pengetahuan yang nya, sehingga pemahaman konsep desa siaga di-
terkait dengan kebijakan desa siaga tentang manfaat terima oleh seluruh pelaku dan penyelenggara
atau biaya dari berbagai alternatif kebijakan yang kebijakan desa siaga
akibatnya di masa mendatang yelah diestimasikan
melalui peramalan. Rekomendasi dari kebijakan KESIMPULAN DAN SARAN
desa siaga diharapkan dapat membantu mengesti- Adanya kebijakan pendukung yang menjamin
masi tingkat risiko dan ketidakpastian mengenali penyiapan infrastruktur desa siaga. Pemenuhan tena-
eksternalitas dan akibat ganda, menentukan kriteria ga kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai de-
dalam pembuatan pilihan, dan menentukan pertang- ngan bidangnya. Dibutuhkan kebijakan lain sebagai
gungjawaban administratif bagi implementasi kebi- pendukung kebijakan desa siaga, seperti kebijakan
jakan desa siaga11. yang mengatur kerjasama lintas sektoral dan pember-
Berdasarkan hasil identifikasi masalah kebijak- dayaan fungsi penggerakan masyarakat. Kebijakan
an desa siaga, maka rekomendasi penerapannya, yang mengatur langkah-langkah pengembangan
yaitu: 1) Kebijakan yang menjamin penyiapan infra- desa siaga. Perlu dilakukan sosialisasi dan advokasi
struktur desa siaga agar pemerataan dan pendekatan terstruktur serta sistematis yang dilengkapi dengan
pelayanan kesehatan dapat lebih dirasakan man- instrumen teknis pelaksanaannya. Kebijakan desa
faatnya oleh masyarakat, 2) Pemenuhan tenaga siaga ini menjadi bernilai tepat guna jika sumber da-
kesehatan yang memiliki kompetensi minimal dalam ya didukung dan dipersiapkan dengan baik serta
satu bidang kesehatan, seperti bidan yang kompeten dikerjakan secara komprehensif secara lintas
dalam memberikan asuhan kebidanan, petugas ke- sektoral.
sehatan yang kompeten dalam menangani masalah
PHBS, dokter umum yang kompeten dalam membe- DAFTAR PUSTAKA
rikan pelayanan medis dasar, dan lain-lain. Tenaga 1. Setiaji B. Upaya Promosi Kesehatan yang
kesehatan yang setidaknya memiliki kompetensi tek- Terintegrasi, dalam Upaya Menurunkan
nis kesehatan dan kompetensi fasilitas pemberda- Kesenjangan Determinan Sosial Kesehatan.
yaan masyarkat, sehingga diperlukan pelatihan dan Diunduh 26 Maret 2012; Tersedia dari http://
modul berkualitas agar tetap terjaga kompetensi- www.promosikesehatan.com/
kompetensinya. Berbagai latar belakang kesehatan ?act=article&id=770&pg=2.

132 z Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

2. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Yogyakarta. Profil Kesehatan Provinsi Daerah Pedoman Pelakasanaan Pengembangan Desa
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Ke- Siaga. Dalam: Kementerian Kesehatan Republik
sehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Indonesia, editor. Jakarta. 2006.
2011. 11. Dunn WN. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
3. Nurrohim H, Anatan L. Efektivitas komunikasi Darwin M, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-
dalam organisasi. Jurnal Manajemen. 2009;7(4): versity Press; 2003.
1-9. 12. Budijanto D, Laksmiarti T. Evaluasi pasca-
4. Ayuningtyas D, Asri J. Analisis kesiapan pos pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kesehatan desa dalam pengembangan desa Provinsi Jawa Timur terhadap petugas kesehatan
siaga di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pro- pos kesehatan desa untuk mewujudkan desa
vinsi Sumatra Barat Tahun 2008. Jurnal Manaje- siaga di Provinsi Jawa Timur. Buletin Penelitian
men Pelayanan Kesehatan. 2008;11(3):130-6. Sistem Kesehatan. 2010;13(1):1-13.
5. Machmud R. Manajemen mutu pelayanan kese- 13. Departemen Kesehatan. Persalinan Sebagai
hatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2008;2(2): Urusan Desa Sebuah Publikasi dalam German
186-90. Health Practice Collectio. Dalam: Departemen
6. Badan Pusat Statistik Yogyakarta. Statistik Dae- Kesehatan, editor. Jakarta: Deutsche
rah Istimewa Yogyakarta 2012. Yogyakarta: Ba- Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit;
dan Pusat Statistik Yogyakarta. 2010.
7. Dinas Kesehatan Sleman. Implementasi Jam- 14. Misnaniarti, Ainy A, Fajar NA. Kajian pengem-
persal Wujud Percepatan Penurunan AKI dan bangan desa siaga di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
AKB. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Sleman; Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2011;14(2):
Diunduh pada 25 Maret 2012; Tersedia dari: 78-83.
http://dinkes.slemankab.go.id/implementasi- 15. Kurniawan A, Widodo HB, Nurhayati S. Analisis
jampersal-di.slm. keberhasilan proses program desa siaga di De-
8. Resty. Fungsi Ibu Sulit Diganti! Fungsi Isteri sa Penolih Kecamatan Kaligondang, Kabupaten
dapat Digantikan. Diunduh pada 26 Maret 2012; Purbalingga. Jurnal Pembangan Pedesaan.
Tersedia dari: http://www.promosikesehatan. 2008;7(3):183-92.
com/?act=article&id=125. 16. Dwijayanti P. Analisis implementasi program
9. Suririnah. Anda Termasuk Ibu Hamil Dengan perencanaan persalinan dan pencegahan kom-
Kehamilan Resiko Tinggi? Diunduh pada 26 Ma- plikasi (P4K) oleh bidan desa di Kabupaten De-
ret 2012; Tersedia dari: http://www.infoibu.com/ mak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013;2(1):
mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=91. 1-11.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 02, No. 3 September 2013 z 133

Vous aimerez peut-être aussi