Vous êtes sur la page 1sur 20

askep anak dengan labiopalatoskizis

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya


kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis
tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada
masa kehamilan 7-12 minggu.

1) Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan


bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)

2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus


nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik.
(Wong, Donna L. 2003)

3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong,
Donna L. 2003)

Beberapa jenis bibir sumbing :

a) Unilateral Incomplete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.

b) Unilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang
hingga ke hidung.

c) Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.

4) Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang)
untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)

B. Etiologi

1. Faktor Herediter :
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor
keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.

a. Mutasi gen.

b. Kelainan kromosom

2. Faktor Eksternal / Lingkungan :

a. Faktor usia ibu

b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin,


Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam
Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan
celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid

c. Nutrisi

d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella

e. .Radiasi

f. Stres emosional

g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003)

C. Anatomi Fisiologi Mulut

Mulut (oris)

Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.

Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :


1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi

2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.

Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya


terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan
pembuluh daraah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut
ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.

Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :

1. Palatum

a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan
tulang maksilaris.

b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang


dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.

2. Rongga mulut

a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan
gigi osterior tugasnya menggiling.

Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf
cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat
menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan,


terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini
mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat
nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan.

Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :


Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi
seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi

Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk
total keseluruhan 32 buah.

Juga gigi ada 2 macam yaitu :

Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan

Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah

Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang


masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput
dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

b) Lidah

Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya
disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi
untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak
masuk kejalan nafas.

Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :

Radiks lingua = pangkal lidah

Dorsum lingua = punggung lidah

Apek lingua = ujung lidah

Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :

Asin dibagian lateral lidah

Manis dibagian ujung dan anterior lidah

Asam, dibagian lateral lidah


Pahit dibagian belakang lidah

3. Kelenjar ludah

Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus
stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam
rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.

a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid
kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.

b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts


wartoni

c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.

Fungsi saliva :

Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus

Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga


memudahkan lidah bergerak utnuk bericara

Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat
tepung menjadi maltose polisakarida

Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam,
disekresi kedalam saliva

Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga
oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
(http://rahman-blog.blogspot.com/2008/01/anatomi-sistem-pencernaan.html)

D. Patofisiologi

Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi


cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuai organ
yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga
mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi
keberhasilan operasi.
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak
terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu
pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal
kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering
ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan
yang baik serta gizi yang buruk.

Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa


kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut.
Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan
sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya
ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke
kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran
napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut
dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta
kelenjar liur.

Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,


tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan)
sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga
hidung dari celah sumbingnya.

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang


selama fase embrio pada trimester I.

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan
oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12
minggu.

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.

Sumber : Medicastore.com
E. Manifestasi Klinis

Pada labio Skisis :

1. Distorsi pada hidung

2. Tampak sebagian atau keduanya

3. Adanya celah pada bibir

Pada palato skisis:

1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive

2. Adanya rongga pada hidung

3. Distorsi hidung

4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari

5. Kesukaran dalam menghisap atau makan

Sumber : Medicastore.com

F. WOC
LABIOPAL

ATOSCIZIS

Faktor Herediter Faktor Lingkungan

Kelainan Kromosom Mutasi Gen Faktor Usia Ibu

Nutrisi Obat-obatan Peny. Infeksi Stress Trauma

Kegagalan perkembangan jaringan

Penatalaksanaan Bedah

lunak pd fase embrio Trimester I Pre Op

Gg gerakan lidah,langit2 & air

liur Gagalnya Penyatuan Processus Kurangnya informasi


Refleks epiglottis terganggu Maksilaris dan Processus Medialis

Kurangnya pengetahuan ttg penyakit

MK : Ansietas

Terbelahnya bibir dan hidung

Distersi Nasal Deformitas pd bibir Adanya celah pd bibir Post Op

Gangguan Menelan Ketidakmampuan menghisap Terputusnya Jar.Kulit

Suhu Tubuh

MK : Kerusakan
Komunikasi
Verbal

ASI (Karena insisi bedah) Leukosit tinggi


MK : Ketidakseimbangan Kurang
dr Kebutuhan Tubuh Nutrisi

MK : Nyeri

Spasme Otot

MK : Resiko
Aspirasi

G. Komplikasi

1. Gangguan bicara dan pendengaran

2. Terjadinya otitis media

3. Aspirasi

4. Distress pernafasan

5. Risisko infeksi saluran nafas

6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Sumber :
H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto roentgen

2. Pemeriksaan fisisk

3. MRI untuk evaluasi abnormal

Sumber :
I. Pemeriksaan Terapeutik

1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan

2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat

3. Mencegah komplikasi

4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan


5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis
intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang
pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan,
dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.

6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun,


tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk
perkembangan bicara.

Sumber :
J. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan


beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan
teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan
koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat
ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara
bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi
tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat
badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau
sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada
kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga
mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat
cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus
disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan
pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan 5 tahun. Jika perbaikan
pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara
dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-
otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan
dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.

a. Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

b. Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

c. Diskusikan tentang pembedahan

d. Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang


positif terhadap bayi.

e. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan


pengobatan bayi.

a. Tahap-tahap intervensi bedah

b. Teknik pemberian makan

c. Penyebab devitasi

3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.

a. Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol


atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan
menelan dan menghisap.

b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke
dinding mulut.

c. Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

d. Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

e. Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

f. Akhiri pemberian susu dengan air.

4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas


a. Pantau status pernafasan

b. Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

c. Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b) Perawatan Pasca-Operasi

1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

a. Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes


atau sendok.

b. Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

c. Lanjutkan dengan diet lunak

d. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi


anak.

a. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati

b. Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

c. Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.

d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah


pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.

e. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.

f. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.

g. Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

h. Monitor keutuhan jaringan kulit

i. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat


tidak steril, missal alat tensi
Sumber :

BAB III

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian

1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur

2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami


trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat
hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah
stress saat hamil.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,


pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran
pernafasan atas.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari


keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.

4. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik


sumbing.

b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi

c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.


d) Kaji tanda-tanda infeksi

e) Palpasi dengan menggunakan jari

f) Kaji tingkat nyeri pada bayi

Pengkajian Keluarga

a) Observasi infeksi bayi dan keluarga

b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua

c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan

d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur


perawatan di rumah.

e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Sumber :

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-


2006)

2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis


(labiopalatoskizis). (NANDA, 2005-2006)

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.


(NANDA, 2005-2006)

5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)

6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang


penyakit. (NANDA, 2005-2006)

C. Intervensi

Rencana Keperawatan
N Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
o

1. Resiko aspirasi Tidak akan Pantau tanda- Perubahan yg tjd


berhubungan
mengalami aspirasi: tanda aspirasi pada proses
dengan gangguan
menelan. selama proses pemberian
Menunjukkan
pemberian makanan dan
peningkatan
makan dan pengobatan bisa
kemampuan
pemberian saja
menelan.
pengobatan. menyebabkan
aspirasi.
Bertoleransi
Tempatkan
thd asupan oral
pasien pada Agar
dan sekresi tanpa
posisi semi- mempermudah
aspirasi.
fowler atau mengeluarkan
fowler. sekresi.
Bertoleransi
thd pemberian
perenteral tanpa Sediakan Mencegah sekresi
aspirasi. kateter menyumbat jalan
penghisap napas, khususnya
disamping bila kemampuan
tempat tidur menelan
dan lakukan terganggu.
penghisapan
selama makan,
sesuai dengan
kebutuhan.

2. Ketidakseimbang Menunjukkan status Pantau Memberikan


an nutrisi kurang gizi : kandungan informasi
dari kebutuhan nutrisi dan sehubungan dgn
Mempertahank
tubuh kalori pada keb nutrisi &
an BB dalam
berhubungan catatan asupan. keefektifan
batas normal.
dengan refleks terapi.
Ketahui
menghisap pada
Toleransi thd
makanan Meningkatkan
anak tidak
diet yang
kesukaan selera makan
adekuat
dianjurkan.
pasien. klien.
Menyatakan Ciptakan Meningkatkan
keinginannya lingkungan sosialisasi &
untuk mengikuti yang memaksimalkan
diet. menyenangkan kenyamanan
untuk makan. klien bila
kesakitan makan
menyebabkan
malu.

3. Kerusakan Menunjukkan Anjurkan Melatih agar


komunikasi kemampuan pasien untuk bisa
verbal komunikasi : berkomunikas berkomunikasi
berhubungan i secara lebih lancar.
Menggunakan
dengan kelainan perlahan dan
bahasa tertulis, Pujian dapat
anatomis mengulangi
berbicara atau membuat
(labiopalatoskizis permintaan.
nonverbal. keadaan klien
).
Sering akan lebih
Mengguanaka
berikan pujian membaik karena
n bahasa isyarat.
positif pada mendapat
pasien yang dorongan.
Pertukaran
berusaha
pesan dengan
Membantu klien
untuk
orang lain.
memahami
berkomunikas
pembicaraan.
i.

Menggunak
an kata dan
kalimat yang
singkat.

4. Gangguan rasa Meningkatkan rasa Kaji pola Mencegah


nyaman nyeri nyaman : istirahat kelelahan dan
berhubungan bayi/anak dan dapat
Menunjukkan
dengan insisi kegelisahan. meningkatkan
teknik relaksasi
pembedahan. koping terhadap
secara individual Bila klien anak,
stres atau
yang efektif berikan
ketidaknyamanan
untuk mencapai aktivitas
.
kenyamanan. bermain yang
sesuai dengan Meningkatkan
Mempertahankan
usia dan relaksasi dan
tingkat nyeri
kondisinya. membantu pasien
pada atau kurang
memfokuskan
(skala 0-10) Berikan
perhatian pada
analgetik
sesuatu
Melaporkan
sesuai
disamping diri
nyeri pada
program.
sendiri /
penyedia
ketidaknyamanan
perawatan
dapat
kesehatan.
menurunkankebu
tuhan dosis /
frekuensi
analgesik.

Derajat nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak
psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh.

5. Resiko infeksi Mencegah Berikan Meningkatkan


berhubungan infeksi :Terbebas posisi yang mobilisasi sekret,
dengan insisi dari tanda atau tepat setelah menurunkan
pembedahan. gejala infeksi. makan, miring resiko
kekanan, pneumonia.
Menunjukkan
kepala agak
higiene pribadi Deteksi dini
sedikit tinggi
yang adekuat. terjadinya infeksi
supaya
memberikan
makanan
Menggambarkan
pencegahan
tertelan dan
faktor yang
komplikasi lebih
mencegah
menunjang
serius.
aspirasi yang
penularan
dapat berakibat
infeksi. Mencegah
pneumonia.
kontaminasi dan
kerusakan sisi
Kaji tanda-
operasi.
tanda infeksi,
termasuk
drainage, bau
dan demam.

6. Ansietas Rasa cemas Kaji tingkat Untuk


berhubungan teratasi : kecemasan mengetahui
dengan klien. seberapa besar
Mencari
kurangnya kecemasan yang
informasi untuk Berikan
pengetahuan dirasakan klien
menurunkan terapi bermain
keluarga tentang sekarang.
kecemasan. kepada si anak
penyakit.
untuk Untuk
Menghindari
mengalihkan mengurangi
sumber
ras cemasnya. kecemasan yang
kecemasan bila
dirasakan klien,
mungkin. Berikan
berikan suasana
penyuluhan
yang tenang dan
Menggunakan
pada klien dan
nyaman.
teknik relaksasi
keluarga
untuk
tentang Untuk
menurunkan
penyakit dan mengetahui
kecemasan.
proses bagaimana untuk
penyembuhann memudahkan
ya. memberikan
support atau
penyuluhan.

Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999),

Vous aimerez peut-être aussi