Vous êtes sur la page 1sur 39

TK3001 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA

SEMESTER I-2016/2017

MODUL TGK

TANGKI BERPENGADUK

Laporan Singkat

Oleh :

Kelompok A.1617.3.34
Adilla Latifa Adisti (13013034)
Meti Fatmawati (13013096)

Pembimbing :

Dr. Sanggono Adisasmito

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
ABSTRAK

Seorang insinyur Teknik Kimia adalah insinyur proses. Seorang


insinyur proses harus dapat mendesain sebuah proses agar berjalan
dengan seefektif mungkin dengan mempertimbangkan kondisi operasi dan
reaksi yang terjadi di dalam reaktor. Keefektivan proses dapat meningkat
dengan mempercepat reaksi yang terjadi. Salah satu cara untuk
mempercepatnya adalah dengan melakukan pengadukan. Selain itu,
pengadukan juga dapat menyeragamkan kondisi dan temperature fluida
yang mengalami pengadukan. Pengadukan menjadi salah satu proses
penting dalam industri.

Pada praktikum ini, digunakan campuran air dan minyak dengan


perbandingan volume 1:1 dengan posisi impeller berada di bawah interface
air dan minyak. Praktikum ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi efektivitas pencampuran. Tinggi impeller dari
interface diubah-ubah untuk melihat pengaruh posisi impeller dari interface
dengan waktu pengadukan, daya yang dibutuhkan serta ketinggian fluida
tak teraduk apabila tidak dapat mencapai homogen. Pola aliran yang
terbentuk dari salah satu impeller yaitu propeller juga diamati. Hubungan
kecepatan putaran dengan pola aliran juga diidentifikasi dengan
memvariasikan kecepatan pada 71 rpm dan 122 rpm. Penggunaan baffle
juga divariasikan dengan menggunakan 2, 4 dan tanpa baffle.

Ketinggian propeller yang paling cepat memberikan waktu


pencampuran hingga homogen adalah 9 cm di bawah interface sedangkan
ketinggian propeller yang menghasilkan tinggi fluida tak teraduk paling
banyak adalah 1 cm di bawah interface. Hal ini berkaitan dengan pola
aliran yang terbentuk yaitu aksial pada kecepatan rendah serta gabungan
aksial dan radial pada kecepatan tinggi. Tidak ada pengaruh dari ketinggian
impeller dan juga jumlah penggunaan baffle terhadap daya pencampuran
air dan minyak pada percobaan ini. Untuk kondisi optimum diperoleh ketika
energi yang dibutuhkan 4.76 Joule, yaitu pada saat ketinggian pengaduk 8
cm di bawah interface.

Kata kunci : pengadukan, ketinggian, interface, baffle, efektivitas, pola


aliran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang insinyur teknik kimia harus dapat mendesain sebuah proses
agar berjalan dengan seefektif mungkin dengan mempertimbangkan
kondisi operasi dan reaksi yang terjadi di dalam reaktor. Keefektivan
proses dapat meningkat dengan mempercepat reaksi yang terjadi. Salah
satu cara untuk mempercepatnya adalah dengan melakukan
pengadukan.
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan gerakan-gerakan
dalam sebuah sistem yang diaduk. Fungsi dari pengadukan adalah
untuk mencampur dan mendispersikan dua atau lebih zat yang berbeda.
Pengadukan dapat mempercepat perpindahan panas dan membuat
kondisi fisik misalnya viskositas atau temperatur menjadi seragam.
Digunakan minyak dan air sebagai fluida yang akan ditinjau proses
pencampurannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pencampuran adalah ketinggian pengaduk dari dasar tangki, jenis
pengaduk yang dipakai dan juga sifat fisik fluida-fluida yang diaduk.
Jenis pengaduk yang dipakai menentukan pola aliran yang terjadi.
Terdapat tiga pola aliran yang sering terjadi yaitu longitudinal,
tangensial dan radial.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses pengadukan
dalam suatu tangki. Berbagai faktor tersebut harus dievaluasi dan
dipertimbangkan sehingga menghasilkan sebuah kondisi optimum
dimana korelasi antara daya dan tinggi pengaduk dari dasar tangki
menghasilkan daya paling minimum.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pada
proses pencampuran.
b. Menentukan korelasi antara bilangan tak berdimensi dengan faktor-
faktor yang memengaruhi proses pencampuran pada sistem tangki
berpengaduk.

Halaman 1 dari 22
1.3 Sasaran Percobaan
Sasaran dari praktikum ini adalah membuat praktikan :
a. Mampu menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan ketinggian
pengaduk dari interface air-minyak
b. Mampu menurunkan korelasi daya yang digunakan pada
pengadukan dengan ketinggian pengaduk dan waktu pencampuran
c. Mampu menentukan jenis pola aliran yang terbentuk secara visual
yang dipengaruhi oleh penggunaan baffle dan kecepatan putaran.
d. Mampu menentukan kondisi optimum pencampuran

Halaman 2 dari 22
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Satu set alat tangki 7. Sabun


8. Viskometer Ostwald
berpengaduk
9. Piknometer 25 mL
2. Stopwatch
10.Multimeter digital dengan
3. Gelas ukur 2 Liter, 5 mL
ketelitian 0.005 mA.
dan 50 mL
11.Voltmeter dengan
4. Timbangan dengan
pembacaan maksimum
ketelitian 0,05 gram
5. Penggaris dengan 30 V dan ketelitian 0.5
ketelian 0,05 cm V
6. Ember 3 galon 12.Impeller

Halaman 3 dari 22
13.

14. 2.1.2 Bahan

15. Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Air keran 5 liter


2. Minyak 5 liter
3. Aqua dm
4. Butiran/partikel padat
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

24. 2.2 Skema Alat

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Baf
Fluid
31.

32.
Pengad

33.
34.
35.

36. Gambar 2.1 Skema alat yang digunakan pada percobaan


37.
38.Keterangan
39.Dt : Diameter Tangki
40.D : Diameter Pengaduk
41.H : Tinggi Fluida
42.W: Lebar Pengaduk
43.C: Tinggi Pengaduk dari Dasar Tangki
44.J : Lebar Baffle

45.

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Penetuan sifat fisik fluida

46. Fluida yang digunakan adalah minyak dan air keran dengan
perbandingan 1:1. Aqua dm diukur temperaturnya dan dicari sifat fisiknya
yaitu viskositas dan densitas pada literatur. Piknometer kosong diukur
massanya dengan timbangan. Kemudian piknometer diisi air keran lalu
ditimbang massanya. Lakukan hal yang sama dengan aqua dm lalu densitas
dan massa air keran dibandingkan dengan aqua dm. Viskositas air keran
diukur dengan viskometer dan menggunakan aqua dm sebagai
pembandingnya. Fluida diisi pada sisi yang diameternya lebih besar,
kemudian disedot dengan filler sampai batas atas pada sisi yang diameternya
lebih kecil. Perhitungan waktu dimulai saat ketinggian air menyentuh batas
atas dan dihentikan saat ketinggian air mencapai batas bawah. Untuk
memperoleh sifat fisik minyak, suhu minyak diukur kemudian viskositas dan
densitasnya diperoleh dari literatur.

47.

2.2.2 Penentuan profil pencampuran air dan minyak sawit

48. Impeller yang dipilih, yaitu propeller pada praktikum ini,


disambungkan pada batang pengaduk kemudian batang pengaduk
dipasang pada motor pengaduk. Tidak dipakai baffle pada percobaann
ini. Alat tangki berpengaduk dinyalakan dan diatur kecepatannya.
Kecepatan ini akan dibuat tetap selama percobaan ini. Arus dan
tegangan awal dicatat, kemudian matikan alat tangki berpengaduk.
Fluida air dan minyak dengan perbandingan volume 1:1 dimasukkan ke
dalam tangki. Ketinggian impeller dari interface air-minyak diatur.
Pengaduk kemudian dinyalakan dengan kecepatan putaran yang sama
dengan sebelumnya. Waktu pencampuran ketika kedua fluida telah
homogen kemudian dicatat. Tegangan dan arus akhir diukur untuk
mendapatkan daya pengadukan. Prosedur ini diulangi dengan variasi
ketinggian impeller dari interface air-minyak dengan rentang jarak 5-9
cm dari interface. Sementara untuk jarak 1-4 cm dari interface yang
dicatat adalah tinggi fluida yang tak teraduk bukan waktu
pencampuran.

49.

2.2.3 Pengamatan pola aliran

50. Salah satu jenis impeller dipilih, yaitu propeller pada percobaan
ini. Air keran dimasukkan ke dalam tangki lalu alat tangki berpengaduk
dinyalakan. Butiran padat dimasukkan ke dalam tangki untuk mengamati pola
aliran yang terjadi. Tegangan dan arus akhir yang tertera juga dicatat.
Percobaan divariaskan dengan menggunakan 0, 2, dan 4 baffle serta untuk
masing-masing jumlah baffle, kecepatan putaran diatur pada nilai tinggi dan
rendah.

51.

52. 2.2.4 Penentuan pengaruh baffle terhadap pencampuran


minyak dan air

53. Sejumlah baffle yang sudah ditentukan dipasang pada tangki.


Impeller yang telah dipilih dipasang pada sumbu dan motor pengaduk
kemudian dinyalakan. Arus dan tegangan awal dicatat. Setelah itu
matikan alat pengaduk. Air dan minyak lalu dimasukkan ke dalam
tangki dengan berurutan dengan perbandingan 1:1. Catat waktu
pencampuran. tegangan dan arus akhir ketika campuran minyak dan
air sudah homogen. Variasikan jumlah baffle yang dipasang sebanyak
dua dan empat buah.

54. BAB III


55. HASIL DAN PEMBAHASAN
56.
3.1 Penentuan Sifat Fisik Fluida
57.Densitas dan viskositas air keran hasil percobaan adalah 997.08 kg/m 3
dan 0.743 cSt. Hasil ini diperoleh menggunakan piknometer dan viskometer
Ostwald yang akan menunjukkan hasil yang akurat apabila dipakai untuk
mengukur fluida cair. Sementara, densitas campuran minyak dan air adalah
940. 69 kg/m3 dan viskositasnya adalah 8,306 cSt.
58.
3.2 Penentuan Profil Pencampuran
59.Tabel 3.1 Data karakteristik propeller

61.N
i
l
60.Karakter a
istik i

63.8
62.Diamete .
r (cm) 5

64.Jumlah
Daun 65.2

66.Lebar 67.2
Daun .
(cm) 3

68.Panjang
daun
(cm) 69.3

70.Tebal 71.0
daun .
(cm) 2

72.

73. Berdasarkan gambar 3.1 dapat dilihat bahwa ketinggian 9 cm


dibawah interface memberikan waktu pencampuran yang paling cepat.
Literatur yang ada menyebutkan bahwa seharusnya perbandingan ketinggian
pengaduk dari dasar tangki dengan diameter pengaduk adalah satu. Namun,
kondisi literatur tersebut adalah ketika dipakai empat buah baffle sementara
pada percobaan ini, tidak digunakan baffle sama sekali. Konsekuensinya
adalah

74.
75. Gambar 3.1 Pengaruh ketinggian pengaduk terhadap waktu
pencampuran

76.pengaruh pola aliran akan sangat dominan karena tidak ada yang
memecah aliran tersebut. Karena pola aliran dari propeller yang aksial
dan radial pada kecepatan tinggi, maka hasil ini dapat diterima karena
pola aksial akan dapat memindahkan air yang ada di bawah ke atas,
sehingga pencampuran yang dihasilkan dapat menyeluruh.

77. Berdasarkan gambar 3.2, ketinggian pengaduk 8 cm dari


interface menghasilkan daya yang paling rendah dibandingkan di titik lain.
Daya ini berkaitan dengan jumlah energi yang harus diberikan. Semakin
rendah daya yang dibutuhkan maka proses semakin ekonomis.
78.
79. Gambar 3.2 Pengaruh ketinggian pengaduk terhadap daya
pencampuran

80. Pada titik-titik lain daya yang dibutuhkan cenderung bernilai


sama dan tidak berubah secara signifikan. Pengukuran pada 8 cm yang
menunjukkan penurunan secara drastis dapat disebabkan oleh putaran knob
oleh praktikan yang ternyata tidak menghasilkan rpm yang sama karena alat
yang delay atau kurang sensitif menghasilkan pembacaan tegangan dan arus
yang berbeda. Namun, dari empat titik lainnya, dapat diambil kesimpulan
bahwa ketinggian impeller dari dasar tangki pada percobaan ini tidak
mempengaruhi daya pengadukan. Hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh
campuran air dan minyak yang memiliki viskositas yang rendah sehingga
tidak dihasilkan perubahan daya yang signifikan pada alat.

81.
3.3 Penentuan Korelasi Ketinggian terhadap Ketinggian Fluida
yang Tidak Teraduk
82.Pada rentang ketinggian 1-4 cm dibawah interface, campuran
minyak dan air tidak bisa teraduk secara sempurna, ada sebagian fluida
yang tidak ikut tercampur. Untuk itu dibuat korelasi antara ketinggian
pengaduk dari interface dengan fluida yang tidak ikut tercampur. Hal ini
ditunjukkan pada gambar 3.3
83.
84.Gambar 3.3 Grafik hubungan ketinggian pengaduk (rentang 1-
4) cm dan ketinggian fluida yang tidak teraduk
85.Semakin dekat pengaduk dari interface, semakin tinggi fluida air
yang tidak tercampur di bawah interface. Hal ini dapat disebabkan pola
aliran dari propeller yaitu aksial. Apabila diletakkan lebih jauh dari
interface maka air dapat didorong ke atas oleh propeller seperti pada
gambar 3.4. Namun, karena jarak propeller dari dasar tangki cukup jauh
yaitu 11 cm, maka sebagian fluida air tidak dapat terjangkau
pencampurannya untuk rpm yang telah ditentukan. Kesimpulan yang
dapat diambil adalah bahwa belum tentu semakin dekat ke interface maka
menghasilkan pencampuran yang optimal. Harus dipertimbangkan pula
jenis pengaduk dan karakteristik pola alirannya masing-masing.

86.

87.Gambar 3.4 Pola aliran yang terbentuk oleh marine propeller

88.

3.4 Penentuan Bilangan NRe dengan Pengaduk Propeller

89.Bilangan tak berdimensi yang diamati pada percobaan ini adalah


bilangan Reynolds. Ketinggian fluida pada percobaan ini adalah 12 cm untuk

air dan 12 cm untuk minyak. Didapat nilai 2678 dari hasil perhitungan

bilangan Reynolds. Berdasarkan literatur, nilai tersebut menunjukkan fluida


memiliki rejim aliran turbulen.

90.

3.5 Penentuan Pengaruh Jumlah Baffle dan Kecepatan Putaran


terhadap Pola Aliran

91.Tabel 3.2 Pola aliran pencampuran dengan pengaduk propeller

92. 93.Kecepatan Tinggi (122 94.Kecepatan Rendah (71


rpm) rpm)
95.
N

96. 97.
radial 98. radial
99. 100. 102.
2

Radial dan aksial


aksial
101.
103. 107.
4

104.
105.
Radial dan
aksial
106.

108.
aksial
109.

110. Pada percobaan pertama, pengadukan dilakukan tanpa


menggunakan baffle. Pada kecepatan rendah dan kecepatan tinggi
menghasilkan pola aliran radial. Butiran padat terlihat berputar di tengah
mengelilingi pengaduk. Vorteks tidak terbentuk karena kecepatan laju alir
yang tidak terlalu besar.

111. Pada percobaan kedua, digunakan dua buah baffle. Pengadukan


pada kecepatan rendah menghasilkan pola aliran radial sedangkan pada
kecepatan tinggi pola yang terjadi adalah kombinasi radial dengan aksial.
Butiran padat selain berputar di tengah, tampak seperti terlempar ke atas dan
ke bawah.

112. Pada percobaan ketiga, yaitu ketika empat buah baffle


digunakan. Hasil yang diperoleh sama dengan pada percobaan menggunakan
dua buah baffle.

113. Semakin banyak jumah baffle aliran cenderung membentuk


radial dan aksial. Perbedaan pola ailran juga terjadi ketika ada perubahan
kecepatan. Pada kecepatan rendah, pola aliran yang terjadi cenderung hanya
membentuk pola radial. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu pola aliran yang
terbentuk oleh pengaduk propeller adalah aksial.

114. Berdasarkan tabel 3.3 daya minimum untuk pengadukan dengan


kecepatan rendah diperoleh saat jumlah baffle yang digunakan 0. Namun
pada saat penambahan baffle tidak dihasilkan penambahan daya yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada pencampuran air dengan minyak
saat kondisi ini, tidak terdapat pengaruh antara jumlah baffle terhadap daya
pengadukan. Walaupun menyebabkan pola aliran yang berbeda, namun daya
yang dikonsumsi oleh alat adalah sama pada rpm yang sama meskipun
jumlah baffle yang digunakan berbeda.

115. Tabel 3.3 Pengaruh jumlah baffle terhadap daya pengadukan

116. Ju 117. V 118. 119. 120.


mlah Baffle o (volt) Io (A) V (volt) I (A)

121. 0 122. 2 123. 124. 125.


7 0.43 27 0.43

126. 2 127. 2 128. 129. 130.


7 0.43 28 0.44

131. 4 132. 2 133. 134. 135.


7 0.43 28 0.44

136.

137. 3. 6 Kondisi Optimum Pencampuran

138. Penentuan kondisi optimum didapatkan dengan


mengkorelasikan energi (P.t) dengan ketinggian fluida dalam tinggi. Titik
terendah dari grafik tersebut merupakan kondisi optimum pencampuran.
139. Berdasarkan gambar 3.5 kondisi optimum pencampuran
minyak dan air terjadi pada saat suplai energi sebesar 4.76 Joule dan
ketinggian pengaduk 8 cm di bawah interface.
140.
141. Gambar 3.5 Kurva penentuan kondisi optimum
pencampuran

142.

143.

144.
145. BAB IV

146. KESIMPULAN DAN SARAN

147. 4.1 Kesimpulan

148. Pada percobaan ini, praktikan mengambil kesimpulan bahwa:

149. 1. Ketinggian pengaduk dari interface mempengaruhi waktu


pencampuran fluida minyak dan air, dengan waktu pencampuran paling
singkat saat tinggi dari dasar tangki adalah 9 cm tetapi tidak
mempengaruhi daya pencampuran.

150. 2. Semakin dekat pengaduk jenis propeller dari interface maka


semakin banyak fluida yang tak tercampur. Ketinggian fluida tak
tercampur terbesar adalah saat jarak pengaduk dari interface adalah 1
cm, yaitu 6.5 cm tinggi fluida yang tak teraduk.

151. 3. Bilangan Reynolds yang diperoleh dari perhitungan adalah


2678 sehingga rejim aliran dari fluida di dalam tangki adalah turbulen.

152. 4. Untuk jenis pengaduk propeller, pola aliran yang terjadi adalah
aksial dan radial pada kecepatan tinggi dan radial pada kecepatan
rendah. Jumlah baffle hanya berpengaruh pada penggunaan baffle atau
tidak. Pada non-baffle hanya diperoleh pola radial sedangkan pada
penggunaan baffle diperoleh pola aksial dan radial

153. 5. Tidak terdapat pengaruh antara penggunaan baffle dengan


daya pencampuran pada percobaan ini.

154. 6. Kondisi optimum diperoleh saat energi yang dibutuhkan untuk


pengadukan minimum yaitu 4.76 Joule terjadi saat tinggi pengaduk dari
interface adalah 8 cm.

155.

156. 4.2 Saran


157. Praktikan lebih berhati-hati dengan penggunaan minyak
karena licin sehingga apabila tidak berhati-hati dapat mengakibatkan
pengaduk jatuh atau slip dari tangan. Minyak yang dipakai sebaiknya
memiliki karakteristik yang sama. Perbedaan produsen akan memiliki sifat
fisis yang berbeda pula sehingga dapat menambah galat. Pembacaan
voltmeter masih menggunakan skala jarum yang ketelitiannya belum
memadai. Lebih baik apabila diganti dengan voltmeter digital seperti pada
multimeter.
158.
159.
160.

161.

162. DAFTAR PUSTAKA

163.

164. Geankoplis, Christie J. Transport Processes and Separation Process


Principles. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall, 2003. Appendix A.2-3

165. McCabe, Warren L., Smith, Julian C., Harriott P. Unit Operation of
Chemical Engineering. 3rd ed. London: McGraw-Hill, 1993. Page 235-279

166. http://www.chempro.in/palmoilproperties.htm (Diakses pada 28


September 2016 pukul 20.29)

167. Shah, Mihir. 2012. Process Engineering: Agitation and Mixing. Industries
Commissionerate & Department of Chemical Engineering, Faculty of
Technology, Dharmsinh Desai University. India.

168.

169.

170.

171.
172.

173.

174.

175.

176.

177.

178.

179.

180.

181.

182.

183.

184.

185.

186.

187.

188.

189. LAMPIRAN A
190. DATA LITERATUR

191. A.1 Densitas Air

192. Tabel A.1 Densitas Air pada Berbagai Temperatur (Geankoplis,


2003)

193.
Temperat
194. Mas
ur (
sa Jenis
(kg/m3)

195. 196. 999,


0 87

197. 198. 100


4 0.00

199. 200. 999.


10 73

201. 202. 998,


20 23

203. 204. 997,


25 08

205. 206. 995,


30 68

207. 208. 992,


40 25

209. 210. 988,


50 07

211. 212. 983,


60 24

213. 214. 977,


70 81

215. 216. 971,


80 83

217. 218. 965,


90 34

219. 220. 958,


100 38

221.
222. A.2 Viskositas Air

223. Tabel A.2 Data viskositas Air pada Berbagai Temperatur


(Geankoplis, 2003)

224. 225. 226. 227. 228. 229.


T T T
(Pa. (Pa. (Pa.
s)x s)x s)x
103 103 103

230. 231. 232. 233. 234. 235.


0 1,7921 2 0,9142 4 0,5683

236. 237. 238. 239. 240. 241.


2 1,6728 2 0,8937 5 0,5494

242. 243. 244. 245. 246. 247.


4 1,5674 2 0,8737 5 0,5315

248. 249. 250. 251. 252. 253.


6 1,4728 2 0,8360 5 0,5146

254. 255. 256. 257. 258. 259.


8 1,3860 3 0,8007 5 0,4985

260. 261. 262. 263. 264. 265.


1 1,3077 3 0,7679 5 0,4832

266. 267. 268. 269. 270. 271.


1 1,2363 3 0,7371 6 0,4688

272. 273. 274. 275. 276. 277.


1 1,1709 3 0,7085 6 0,4550

278. 279. 280. 281. 282. 283.


1 1,1111 3 0,6814 6 0,4418
284. 285. 286. 287. 288. 289.
1 1,0559 4 0,6560 6 0,4293

290. 291. 292. 293. 294. 295.


2 1,0050 4 0,6321 6 0,4174

296. 297. 298. 299. 300. 301.


2 1,0000 4 0,6097 7 0,4061

302. 303. 304. 305. 306. 307.


2 0,9579 4 0,5883 7 0,3952

308.

309.

310.
311. A.3 Viskositas Minyak

312. Tabel A.3 Data viskositas minyak pada berbagai temperatur

313. 314. 315. 316. 317. 318.


T( (Pa.s)x1 T( (Pa.s)x1 T( (Pa.s)x1

03 03 03

) ) )

319. 320. 7 321. 322. 2 323. 324. 1


25 7,19 50 3,68 75 1,23

325. 326. 5 327. 328. 1 329. 330. 9


30 7,85 55 9,88 80 ,99

331. 332. 4 333. 334. 1 335. 336. 8


35 4,68 60 6,93 85 ,955

337. 338. 3 339. 340. 1 341. 342. 8


40 5,41 65 4,61 90 ,087

343. 344. 2 345. 346. 1 347. 348. 7


45 8,68 70 2,75 95 ,351

349.

350. Sumber :
http://www.lipico.com/technical_references_palm_oil_properties.html
(Diakses pada 27 September 2016 pukul 19.32 WIB)

351.

352. A.4 Data Densitas Minyak

353. Tabel A.4 Data densitas minyak pada berbagai temperatur

354. Temperatur (C) 355. Densitas kg/m3


356. 20 357. 890.1

358. 25 359. 887.5

360. 30 361. 885

362. 35 363. 882.5

364. 40 365. 880


366. Sumber : http://www.chempro.in/palmoilproperties.htm (Diakses
pada 28 September 2016 pukul 20.29)

367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.

374.

375.
376. LAMPIRAN B
377. CONTOH PERHITUNGAN
378.

379. B.1 Pengukuran Densitas Air Keran

380.

( massa piknometer +massa air keran )massa piknometer kosong


air keran= aqua dm x
( massa piknometer +massa aqua dm )massa piknometer kosong

381. Densitas aqua dm diperoleh dari literatur yang sebelumnya


disiapkan. Massa piknometer kosong diukur oleh timbangan kemudian
baru menimbang massa piknometer berisi air keran dan air aqua dm.

21.415.4
382.
air keran=997.08 x
21.415.4
383.
384. air k eran=997.08 kg / m3
385.
386. Sedangkan untuk viskositas air keran diukur dengan
perbandingan,
( t ) air keran
387.
air keran= aqua dm x
( t ) aqua dm
388. Diukur waktu retensi dalam sekon dengan viskometer dan
dibandingkan dengan data viskositas aqua dm dari literatur
100.5
389.
air keran=0.8397 x
116.5

390. air keran=0.724

391. B.2 Penentuan Viskositas dan Densitas Campuran

392. Campuran air dan minyak dianggap sebagai campuran biner


ideal. Pencampuran kedua cairan dianggap tidak mengakibatkan
perubahan volume, maka persamaan Arrhenius bisa dipakai untuk
viskositas dan densitas campuran.
393.
ln 12=x 1 ln 1 + x 2 ln 2

394. Viskositas dan densitas murni masing-masing cairan dapat


diperoleh dengan piknometer dan densimeter. Misalkan pada temperatur

25C, aqua dm adalah 0.69 cSt dan minyak adalah 77.19 cSt, dan

perbandingan air dan minyak 1:1 maka viskositas campuran adalah,

395.
ln 12=0.5 ln 0.69+0.5 ln77.19

396.
ln 12=8.002 cSt

397.

398. Untuk densitas dipakai persamaan yang sama di atas, namun


viskositas diganti dengan densitas murni air keran dan minyak yang telah
diukur.

399.

400. B.3 Penentuan NRe

N D2
401. NRe=

402. Misal =936.71 kg/m3 ; D= 0.085 m ; = 0.008 Pa.s
190 2
936.71 x x 0.085
403. 60
NRe=
0.008

404. NRe=2678

405.

406. B.4 Perhitungan Daya Efektif

407. Pef = V.I Vo.Io

408.
409. Pef = Daya pengadukan

410. Vo = Tegangan awal

411. Io = Arus awal

412. V = Tegangan akhir

413. I = Arus akhir

414.
415. LAMPIRAN C

416. DATA ANTARA PERCOBAAN

417. C.1 Densitas dan Viskositas Fluida

418. Tabel C.1 Data densitas dan viskositas fluida

419. Fluida 420. Densitas 421. Viskositas


(kg/m3) (103 Pa.s)

422. Air Keran


423. 997.08 424. 0.89
(25 C)

425. Minyak
426. 936.71 427. 77.19
(25 C)

428. Campuran 429. 940.69 430. 8.30

431.

432. C.2 Penentuan Profil Pencampuran

433. Tabel C.2 Data pengaruh ketinggian pengaduk dari interface


terhadap waktu dan daya
434.
2. V 6. W 435.
3. I 436.
o a
437.
( o 4. V k
1. Tin V ( t
438.
gg o ( V u
i l m o 5. (
(c t A lt I s 7. P
439.
m) ) ) ) ) ef

440.T
abel
10. 0
. 12. 14. 0 C.3
9. 3 4 11. 3 0.4 13. 6 .
Data
8. 5 0 6 0 8 3

17. 0
. 19. 21. 0
16. 3 4 18. 3 0.4 20. 4 .
15. 6 0 6 0 4 3

24. 0
. 26. 28. 0
23. 3 4 25. 3 0.4 27. 3 .
22. 7 0 6 0 8 3

31. 0 35. 0
. 33. .
30. 3 4 32. 2 0.4 34. 2 1
29. 8 0 6 9 8 7

38. 0
. 40. 42. 0
37. 3 4 39. 3 0.4 41. 2 .
36. 9 0 6 0 4 3

pengaruh ketinggian pengaduk dari interface terhadap ketinggian fluida


tak teraduk

441. Ti 442. 443. 444. 445. 446. 447. P


nggi Vo Io V I Tinggi e

(cm) ( ( ( ( Flui f

V m V m da
o A o A (cm
l
lt t
) ) ) ) )

450.
448. 449. 0.4 451. 452. 453. 454.
1 30 6 30 0.47 6.5 0.3

457.
455. 456. 0.4 458. 459. 460. 461.
2 30 6 29 0.46 4.5 0.46

464.
462. 463. 0.4 465. 466. 467. 468.
3 30 6 30 0.47 2.7 0.3

471.
469. 470. 0.4 472. 473. 474. 475.
4 30 6 30 0.47 1 0.3

476.

477.

478.
479.

480. LAMPIRAN D

481. DATA MENTAH PERCOBAAN

482. D.1 Penentuan Densitas dan Viskositas Fluida

483. Tabel D.1 Data penentuan densitas dan viskositas fluida

484. Temp
eratur aqua 485. 486.
dm 25 25

487. Mpo 488. 489.


(g) 15.4 15.4

490. Mpo 491. 492.


+ Maq (g) 21.4 21.4

493. Mpo 494. 495.


+ Mak (g) 21.4 21.4

496. taq 497. 498.


(s) 113 120

499. tak 500. 501.


(s) 94 107

502. temp
eratur 503. 504.
minyak 25 25

505.

506. D.2 Dimensi Tangki Berpengaduk


507. Tabel D.2 Data dimensi tangki berpengaduk

508. Karakter 509. Ni


istik lai

510. Diamete 511. 2


r (cm) 5

512. Tinggi 513. 4


Tangki (cm) 0

514. Jumlah
Baffle 515. 4

516. Lebar 517. 2.


Baffle(cm) 5

518. Tebal 519. 0.


Baffle (cm) 4

520. Panjang 521. 3


Baffle (cm) 7.2

522. Ketinggi 523. 2


an fluida (cm) 4

524.

525. D.3 Dimensi Pengaduk

526. Tabel D.3 Data karakteristik propeller

528.
527. K Nil
arakteris a
tik i
529. Di
ameter 530.
(cm) 8.5

531. Ju
mlah 532.
Daun 2

533. Le
bar
Daun 534.
(cm) 2.3

535. Pa
njang
daun 536.
(cm) 3

537. Te
bal daun 538.
(cm) 0.2

539.

540.
541. D.4 Penentuan Pengaruh Ketinggian Pengaduk dari
Impeller

542. Tabel D.4 Data pengaruh ketinggian pengaduk dari interface


terhadap waktu dan daya

543. Jenis Pengaduk : Propeller


544. Posisi Pengaduk : Centre
545. Baffle/ non Baffle : non Baffle

546. 547. V 548. 549. 550. 551.


Ting o (Volt) Io (mA) V (Volt) I (mA) Wakt
gi u
(c (
m s
) )

552. 553. 3 554. 555. 556. 557.


5 0 0.46 30 0.47 68

558. 559. 3 560. 561. 562. 563.


6 0 0.46 30 0.47 44

564. 565. 3 566. 567. 568. 569.


7 0 0.46 30 0.47 38

570. 571. 3 572. 573. 574. 575.


8 0 0.46 29 0.47 28

576. 577. 3 578. 579. 580. 581.


9 0 0.46 30 0.47 24

582.

583. Tabel D5. Data pengaruh ketinggian impeller terhadap fluida


yang tak teraduk

584. 585. 586. 587. 588. I 589. T


Tin Vo Io V (mA) inggi
g ( ( ( Fluida
g V m V (cm)
i o A o
( l ) l
c t t
m
) ) )

592.
590. 591. 0.4 593. 594. 0 595. 6
1 30 6 30 .47 .5

598.
596. 597. 0.4 599. 600. 0 601. 4
2 30 6 29 .46 .5

604.
602. 603. 0.4 605. 606. 0 607. 2
3 30 6 30 .47 .7

610.
608. 609. 0.4 611. 612. 0
4 30 6 30 .47 613. 1

614.

615.
616. D.4 Penentuan Pengaruh Jumlah Baffle terhadap
Pengadukan

617. Tabel D.6 Data pengaruh jumlah baffle terhadap pola aliran

618. 619. Kecepatan Tinggi 620. Kecepatan Rendah


(122 rpm) (71 rpm)
621. 622. 624.
N

623.
625. 626. 627.
2
628. 629. 631.
4 630. 632.

633.

634.

635. Tabel D.7 Data pengaruh jumlah baffle terhadap daya


pengadukan

636. Jenis Pengaduk : Propeller


637. Posisi Pengaduk : Centre
638. 639. V 640. 641. 642.
Jumlah o (volt) Io (mA) V (volt) I (mA)
Baffle
644. 2 645. 646. 647.
643.
7 0.43 27 0.43
0
648. 649. 2 650. 651. 652.
2 7 0.43 28 0.44
653. 654. 2 655. 656. 657.
4 7 0.43 28 0.44

658.

659.
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.

670.

Vous aimerez peut-être aussi