Vous êtes sur la page 1sur 5

HEMATEMESIS MELENA

Perdarahan SMBA umumnya berasal dari pecahnya varises esofagus,gastritis erosiva dan
tukak peptik. Sebab-sebab yang lain jarang.secara klinik dapat berupa
hematemesis,melena,hematokezia ataupun hanya pendarahan yang tersembunyi.

Pendekataan dan pengelolaan dari penderita dengan perdarahan SMBA dilakukan secara
individual. Keseimbangan stabilitas hemodinamik sangat di utamakan,selain usaha
menghentikan perdarahannya. Kumbah lambung dengan air es,merupakan protokol pokok.
Bila perdarahan tetap ada,dengan indikasi perlu dipertimbangkan pengelolaan yang lebih
lanjut.meskipun perdarahan ulang dan transfusi darah dapat dikurangi,tetapi tidak
memperpanjang kelangsungan hidup penderita.

Pencegahan perdarahan ulang dapat dilakukan dengan tindakan medik-mekanik atau


pembedahan,termasuk transplantasi hati.

1. PENGERTIAN

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses


atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan
atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal


jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis.
Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena.
Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai
patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit.

Perdarahan SMBA yang banyak selain berupa hematemesis juga bisa bersama
melena,sedangkan melena tidak selalu disertai hematemesis. Pada melena umumnya
perdarahan berasal dari esofagus, lambung atau duodenum, tetapi karena perjalanan
isi usus lama, perdarahan dari yeyenum,ileum,dan bahkan kolon asenden dapat juga
menyebabkan melena.

1
2. ETIOLOGI
Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain.
Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran
makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas. Indonesia adalah pecahnya varises esofagus
dengan rata-rata 45-50 % reflex seluruh perdarahan saluran makan bagian atas.

3. GEJALA KLINIS
Gejala klinis dari perdarahan SCBA tergantung dari banyaknya perdarahan
dan cepatnya perdarahan. Perdarahan kurang dari 500 ml jarang memberikan gejala
sistemik, kecuali penderita manula atau anemia, dimana kehilangan sedikit saja darah
akan mengganggu keseimbangan hemodinamik.
Perdarahan yang lebih banyak dan cepat akan menyebabkan penurunan
venous return ke jantung, penurunan cardiac output dan meningkatnya tahanan perifer
yang merangsang refleks vasokonstriksi.
Terjadinya hipotensi ortostatik lebih dari 10mmHg menandakan perdarahan
minimal 20% dari volume total darah. Gejala yang sering menyertai antara lain
adalah: sinkop, kepala terasa ringan, mual, berkeringat, dan haus. Apabila darah yang
keluar sekitar 40% akan terjadi renjatan dengan segala manifestasinya.

4. PENATALAKSANAAN
Tindakan penatalaksanaan adalah sebagai berikut:
a) Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk gastric spooling dengan
membilas lambung menggunakan air es. Tujuannya adalah menghentikan
pendarahan dengan efek fasokonstriksi pembuluh darah dari es.
b) Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan
tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat
berhenti.
c) Pemasangan balon SB Tube

2
Dilakukan pemasangan balon SB Tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya
varises.
d) Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak
3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises
kemudian ditekan dengan balon SB tube.
e) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah: ligasi varises esofagus, transeksi
esophagus memakai staple gun, pintasan porto-kaval.

5. PENGKAJIAN

Airway

Potensial aspirasi akibat masuknya darah bercampur makanan ke jalan napas


Diagnosa :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya sumbatan
oleh darah
Intervensi :
- Kaji jumlah serta warna darah hematemesis.
- Airway bersih dari darah dengan suction
- Tehnik membuka jalan napas : chin lift, jaw thrust dan head till
- Darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal, potensial aspirasi,
bersihkan lambung dengan gastric spooling.
- Posisi tidur klien (miring) : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan
nafas, mencegah renjatan.

Breathing

- Pernapasan cepat karena sesak


- Usaha ventilasi tidak efektif akibat aspirasi
- Respirasi : sesak, dyspnoe, hipoxia
- Abdomen : terdengar sonor, kembung
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Adanya tanda-tanda cyanosis
Diagnosa :
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
Intervensi :
- Pantau adanya pucat dan cyanosis
- Perhatikan pergerakan dada,amati kesimetrisan,penggunaan otot-otot bantu
pernapasan,serta retraksi otot subklavikular
- Hindari udara tercemar oleh asap rokok
- Beri oksigen, pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanula nasal,masker
atau sungkup
- Auskultasi bunyi napas,evaluasi ekspansi dada,usaha respirasi

3
- Kolaborasi pemberian bronkodilator untuk mengoptimalkan pola pernapasan
dan Xantin,misalnya aminofilin,okstrifilin untuk menurunkan kelemahan otot
pernapasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma

Circulation

- Suhu tubuh antara 380-390C,kulit dingin,pucat atu cyanosis pada bibir dan
ujung-ujung ekstermitas
- Dehidrasi ringan sampai berat
- Irama jantung cepat dan lemah,nadi 110X/mnt
- Keluhan mual dan muntah disertai nyeri epigastrik
- Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
- Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
- Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
- Kulit : dingin
- Jantung : irama cepat atau lambat
- Usus : peristaltik menurun
- Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah
urin yang sedikit

Diagnosa :
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan
Intervensi :
- Perkiraan banyaknya perdarahan merupakan tindakan yang pertama
- Evaluasi perubahan nadi dan tekanan darah waktu berbaring dan duduk (till
test)
- Penilaian tekanan vena sentral
- Pemasangan gastric tube
- Pemeriksaan darah : Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN, serum,
amonoiak, albumin.
- Pemeriksaan urin : BJ, warna, kepekatan
- Pemeriksaan penunjang : esophagoscopy, endoscopy, USG, CT Scan.
- Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah,
nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg,
pernafasan cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 39 0C , kulit dingin,pucat
atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas.
- Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
- Dilakukan klisma atau lavamen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika
yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus.
- Dilakukan terapi pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan
ataupun transfusi darah

Disability

4
- Penurunan kesadaran koma/bingung,halusinasi,koma
- Aktifitas : lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot,
- Tandatanda dehidrasi berat, akral dingin,nadi lemah, nafas cepat,pucat ,
turgor kulit yang menurun, mata cekung (transfusi sebelum syok)
- indikasi penurunan kesadaran
Diagnosa :
Resti Injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran sampai koma
Intervensi:
- Kaji GCS pasien
- Kaji reaksi pupil terhadap cahaya
- Resusitasi cairan/garam fisiologis
- Pemasangan CVP monitor
- Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Vous aimerez peut-être aussi