Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Atrofi Papil
Oleh:
Senna Handoyo Tanujaya
11.2015.166
Pembimbing :
1
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Atrofi papil nervus optikus adalah degenerasi nervus optik yang tampak sebagai papil
berwarna pucat akibat hilangnya pembuluh darah kapiler serta akson dan selubung myelin nervus
optikus dan digantikan oleh jaringan glia. Atrofi papil bukan merupakan penyakit akan tetapi
merupakan tanda akan kondisi yang berpotensi serius, keadaan ini merupakan proses akhir dari
suatu proses yang terjadi di retina, kerusakan yang sangat luas dari nervus optikus akan
menimbulkan atrofi papil dan dapat menimbulkan mata menjadi buta, untuk itu diperlukan
penegakan diagnosis yang cermat dan tepat sehingga dapat segera tertangani. Gejala awal berupa
keluhan mata kabur disertai pandangan gelap yang disertai dengan sakit kepala, lemas dan mual.
Penegakan diagnosis atrofi papil memerlukan pemeriksaan mata yang lengkap seperti;
pemeriksaan visus, tes lapang pandang, penglihatan warna, reflex pupil, pemeriksaan retina dan
nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer dari
sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam
(neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan
yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion
2
(lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan
serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput nervus optikus
tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan cabang dari a.
oftalmika.1
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber
sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing
masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain
membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan
kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut
saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut
saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan
3
Gambar 2. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls
penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri
posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls
lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang
pandang atas.1
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf akan
4
berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan nukleus
Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat
konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus
okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot sfingter pupil.
Secara umum saraf optikus dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian intraokular yang terbagi menjadi kepala saraf optikus ( papil saraf
optikus / opticdisc), bagian pre-laminar yang berada di depan lamina kribrosa, bagian
laminar yang berada di dalam lamina kribrosa, dan bagian post-laminar yang berada di
Cahaya datang yang berasal dari optalmoskop mengalami refleksi internal total melalui
serat aksonal dan dipantulkan kembali oleh kapiler pada permukaan disk, sehingga menimbulkan
warna kuning-merah muda sebagai karakteristik disk optik sehat. Akson yang tidak memiliki
optik yang baik, menyebabkan penampilan pucat pada disk. Menurut teori lain, hilangnya kapiler
5
Gambar 4. Optik disc normal
Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus (optic
disc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina ini tidak dapat
berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga sebagai blind spot, dan
funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf optikus adalah warna, batas, cup-discratio
dan lingkaran neuroretinal. Papil yang normal akan berwarna merah musa kekuningan,dengan
batas yang jelas, non-elevated, dan memilki cup-disc ratio kurang dari 0,3.1
Atrofi papil saraf optikus didefinisikan sebagai kerusakan saraf optikus yang
menyebabkan degenerasi atau destruksi saraf optikus. Secara klinis keadaan ini dikenal sebagai
pucatnya papil akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler serta akson danselubung myelin
saraf seperti yang terlihat pada pemeriksaan funduskopi. Atrofi optik bisa sangat ringan
dengan gangguan visus dan lapang pandang yang sangat ringan ( hidden visual loss ) sampai hilangnya visus
Prevalensi kebutaan disebabkan atrofi nervus optikus diAmerika Serikat adalah 0,8%.
Manakala, prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan yang timbul akibat atrofi nervus
optikus masing-masing adalah 0,04% dan 0,12%. Atrofi nervus optikus bukanlah suatu penyakit
melainkan tanda dari berbagai proses penyakit. Dengan demikian, morbiditas dan mortalitas
pada atrofi optik tergantung pada etiologi. Berdasarkan ras, atrofi nervus optikus lebih menonjol
6
pada orang kulit hitam (0,3%) dibandingkan dengan kulit putih (0,05%). Tidak ada
kecenderungan jenis kelamin tertentu terhadap angka kejadian atrofi nervus optikus. Sedangkan
dari segi umur, atrofi optik terlihat dalam setiap kelompok usia.4
Vaskular
Cabang arteri retina sentralis juga dapat mengalami oklusi jika ada ateroma yang terlepas.
Oklusi cabang arteri retina sentralis dikenal sebagai plak Hollenhorst dan terlihat sebagai objek
refraktil. Temuan ini mengindikasikan adanya aktivitas embolik yang berasal dari sistem karotid.
Bagian retina yang diperdarahi oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi akan berhenti
berfungsi dan menyebabkan gangguan penglihatan yang tidak mempengaruhi penglihatan
sentral. 4
Intervensi segera diperlukan dalam waktu 90 menit pertama setelah terjadinya oklusi
untuk mencegah kematian sel retina. Menurunkan tekanan intraokular secara cepat dengan
parasentesis dan vasodilator akan mendorong pergerakan embolus kembali ke perifer.
7
Penetalaksanaan lain seperti dengan pemijatan bola mata untuk memperbaiki pasokan O 2 ke
jaringan, terapi CO2 untuk menghasilkan vasodilatasi, pemberian antikoagulan oral, maupun
pemberian trombolitik, dapat diusahakan meskipun tidak ada yang terbukti efektif. 4
8
Neuritis optikus
Neuritis optikus adalah peradangan saraf optikus yang dapat menyebabkan hilangnya
penglihatan sebagian atau keseluruhan. Peradangan saraf optikus tersebut biasanya
disebabkan oleh pembengkakan atau kerusakan pada selaput myelin yang melapisi saraf
optikus. Pada banyak kasus kerusakan aksonal langsung juga dapat menyebabkan
kerusakan saraf. Selain itu, peradangan juga disebabkan oleh infeksi bakteri-virus dan
karena peradangan pembuluh darah (vaskulitis) yang memperdarahi saraf optikus.4
Hilangnya penglihatan pada neuritis optikus terjadi dalam beberapa jam pertama setelah
awitan dan mencapai maksimum dalam beberapa hari. Tanpa pengobatan ketajaman
penglihatan akan membaik 2-3 minggu setelah awitan dan kadang-kadang kembali ke
normal dalam beberapa hari. Perbaikan dapat terus berlanjut secara perlahan selama enam
minggu. Apabila proses penyakitnya cukup destruktif maka timbul atrofi papil retrograd,
dan di lapisan serat saraf retina muncul kelainan berkas serat saraf. Papil kehilangan
warnanya yang merah muda dan menjadi pucat.5
Untuk setiap serangan, neuritis optikus memiliki prognosis yang baik bahkan tanpa
pengobatan, tetapi biasanya terjadi penurunan penglihatan yang bermakna setelah
beberapa tahun karena serangan berulang akan menimbulkan kerusakan permanen.5
9
Kompresi
Saraf optikus menjulur ke belakang mata, dan melintasi orbita serta kanalis optikus
menuju kiasma optikus. Panjang saraf optikus intraokular sekitar 1 mm, pada segmen
intraorbital sekitar 25 mm, pada segmen intrakanalikular sekitar 9 mm, dan pada komponen
intrakranial sekitar 16 mm. Saraf optikus paling rentan terhadap penekanan pada tempat-
tempat yang dikelilingi oleh tulang.5,6 Atrofi papil sendiri merupakan akibat dari neuropati
optikus yang disebabkan karena penekanan oleh keganasan intrakranial, keganasan intraorbital
(meningioma, hemangioma, schwannoma), keganasan pada saraf optikus (glioma atau
meningioma saraf optikus), aneurisma sirkulus anterior Willisi, oftalmopati tiroid, serta proses
inflamasi pada saraf optikus. 6
Ciri khas dari neuropati optikus akibat penekanan adalah hilangnya penglihatan yang
perlahan namun progresif, disertai oleh kelainan pupiler aferen dan skotoma sekosentral.
Terlambatnya diagnosis pada neuropati optikus akibat penekanan bukan hal yang jarang
dijumpai karena biasanya pasien tidak mengenali gejala awal, atau karena gejala hilangnya
penglihatan disalahartikan sebagai akibat dari neuritis optikus. Penatalaksanaannya sendiri
masih sulit, bahkan banyak dari penyebabnya yang resisten terhadap pengobatan.6
Metabolik
10
Penyakit metabolik yang dapat menyebabkan atrofi papil antara lain diabetes, penyakit
gangliosida, dan lain sebagainya. Pada diabetes, saat neuropati berubah menjadi stadium
proliferatif, maka pada papil saraf optikus dapat dilihat sejumlah pembuluh darah baru yang
rapuh. Adanya gambaran yang demikian mengindikasikan perlunya intervensi seperti PRP
(panretinal photocoagulation) yang digunakan untuk menurunkan neovaskularisasi di papil
saraf optikus. 4
Glaukomatosa
Angka kejadian glaukoma sebanding dengan penuaan, dan frekuensinya meningkat pada
usia 60an, serta diperkirakan mengenai enam puluh juta orang di seluruh dunia. Glaukoma
merupakan penyebab utama kebutaan pada orang kulit hitam dan penyebab terbanyak kedua
kebutaan pada orang kulit putih. 7
Glaukoma sudut terbuka primer yang merupakan bentuk tersering, dapat menyebabkan
penyempitan lapang pandang bilateral progresif asimtomatik yang timbul perlahan dan sering
11
tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitam lapang pandang yang ekstensif. Bentuk-bentuk
glaukoma lain merupakan penyebab morbiditas visual yang berat pada semua usia. 7
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya
akson di saraf optikus. Papil saraf optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan
optikus. Iris dan korpus siliaris juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan
degenerasi hialin. Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intraokular mencapai 60-80
mmHg sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea. 7
12
Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk menurunkan tekanan
intraokular pada semua bentuk glaukoma. Beberapa obat dapat menurunkan pembentukan
humor akueus, antara lain beta-blocker, agonis adrenergik -2, dan inhibitor karbonat
anhidrase sistemik. Terdapat juga tindakan-tindakan bedah, antara lain iridektomi dan
trabekulektomi, tapi biasanya digunakan hanya setelah terapi medis gagal.7
Gambar 10. Gambaran funduskopik papil yang normal (kiri) dan papil yang atrofik
(kanan) pada glaukoma
Pada nervus optikus terdapat sebanyak 1.2 juta axon yang berasal dari lapisan retina.
Akson- akson pada nervus optikus ini terdiri atas serabut bermielin oligodendrit dan bila
terjadinya kerusakan pada akson ia tidak akan regenerasi kembali. Pada akson yang
berdegenerasi, ia kehilangan kemampuan optik dimana pada diskus optikus yang normal terdapat
karakteristik warna kekuningan sedangkan pada diskus yang atrofi bewarna pudar.
Atrofi optic merupakan tanda utama kerusakan pada sel- sel ganglion retina. Kerusakan
dapat terjadi pada mana- mana bagian dari sel neuron, yaitu dari badan sel sehingga ke bagian
13
sinapsnya pada badan genikulatum lateral. Atrofi optic tidak terjadi secara mendadak dimana
merupakan tanda patologis dari consecutive optic atrophy dan postneuritic optic
atrophy.
2. Degenerasi serabut saraf dan gliosis dalam keadaan normal,di mana astrosit
serabut saraf (columnar gliosis).Keadaan ini terjadi pada atropi papil primer.
3. Degenerasi serabut saraf yang berhubungan dengan gliosis yang tidak berfungsi.Hal
ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah. Perubahan patologi ini disebut sebagai
cavernous optic atrophy dan merupakan ciri dari glaukoma dan ischaemic optic
atrophy.
Gejala dan tanda atropi papil tentunya juga tergantung dari penyakit yang mendasari.
Penurunan visus
14
Gangguan lapangan pandang yang beraneka ragam tergantung penyebabnya.
Bentuk kelainan pada lapangan pandang dapat berupa membesarnya bintik buta fisiologik
bisa terjadi;
Skotoma Busur (arkuata) : dapat terlihat pada glaucoma, iskemia papil saraf optic, dan
Hemianopsia bitemporal : hilangnya setengah lapang pandang temporal kedua mata, khas
pada kelainan kiasma optic, meningitis basal, kelainan sphenoid dan trauma kiasma.
Hemianopsia binasal : defek lapang pandang setengah nasal akibat tekanan bagian
temporal kiasma optic kedua mata atau atrofi papil saraf optic sekunder akibat TIK meninggi.
Hemianopsia homonym : hilang lapang pandang pada sisi yang sama pada kedua mata,
Hemianopsia altitudinal : hilang lapang pandang sebagian atas atau bawah, dapat terjadi
pada iskemik optic neuropati, kerusakan saraf optic, kiasma dan kelainan korteks .
1.7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis berupa keluhan subjektif pasien dan
kemungkinan faktor risiko yang diderita pasien. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
15
Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang. Lesi pada nervus optikus
akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan
karena penyumbatan arteri centralis retina yang memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun
arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri
centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. 8,9
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang
disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan
hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim
kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian temporal akan menyebabkan quadroanopsia
superior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut parietal akan menyebabkan
16
2. Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil
Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi yang
mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada refleks pupil atau refleks
Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan kekeruhan cairan
Gangguan pada N.optikus (nervus II) dapat mengakibatkan gangguan relatif jaras aferen
pupil/RAPD (pupil Marcus Gunn). Tes yang digunakan dinamakan tes penyinaran secara
alternatif (swinging test), dimana bila mata yang sehat disinari cahaya kedua pupil akan
berkontraksi, kemudian re-dilatasi perlahan. Bila cahaya dipindahkan ke mata yang sakit,
konstraksi kedua pupil berkurang atau tidak ada re-dilatasi yang lebih lama dapat terjadi.8,9
perifer ke sentral.
Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap batas
17
Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalah papil
Terdapat dua macam atrofi optik (atrofi papil) yaitu atrofi optik primer dan atrofi optik
sekunder.
Atrofi optik primer, disebut juga atrofi simpleks yaitu hilangnya serabut saraf optik
dengan gliosis yang minimal karena tidak didahului peradangan diskus optikus atau papil edema.
Pada atrofi primer, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang.
Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau khiasma optikum (misalnya pada
tumor hipofisis). Secara mikroskopik ditemukan degenerasi akson-akson saraf dan selubung
myelin. Selalu ditemukan sedikit proliferas isel-sel glia astrosit dan bertambahnya jaringan
kolagen.10,11
18
Gambar 6. Atrofi Primer
Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papilitis dan papiledema. Atrofi
sekunder juga terjadi akibat lanjut dari papiledema misalnya pada pasien yang menderita tekanan
tinggi intracranial yang lama. Pada atrofi sekunder, warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak
tegas. Terjadi akibat peradangan akut atau lesi vaskuler saraf optic yang terletak dekat dengan
bola mata serta menimbulkan reaksi aktif sel glia dan mesenkim dekat papil. Degenerasi yang
terjadi terisi oleh proliferasi astrosit, jaringan ikat atrofi dan ditemukan pembuluh darah yang
menghilang.10,11
Tidak ada pengobatan yang terbukti untuk atrofi optik. Namun, pengobatan yang dimulai
sebelum atrofi optik berkembang dapat membantu menyelamatkan visus. Peran steroid intravena
terbukti dalam kasus neuritis optik atau neuropati optik iskemik anterior arteritic. Diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat dapat membantu pasien dengan neuropati toksik dan bersifat
kompresif.4
19
Idebenone, analog kuinon, telah digunakan baru-baru ini dalam beberapa kasus Leber
neuropati optik untuk memperbaiki jaring sintesis ATP dengan menyediakan jalur alternatif.
Atrofi papil saraf optikus dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata teratur,
terutama bagi mereka yang mengalami penurunan penglihatan. Deteksi awal adanya inflamasi
atau masalah lain akan memperkecil kemungkinan terjadinya atrofi. Pasien yang secara genetic
berisiko menderita lebers hereditary optic neuropathy, disarankan untuk mengkonsumsi vitamin
c, vitamin atau anti oksidan lainnya serta menghindari paparan terhadap zat beracun dan
mencegah malnutrisi untuk menjauhkan kemungkinan terjadinya neuritis optikus toksik atau
nutritional.4
Pengobatan dini dan intensif pada neuropati optik akibat nutrisi dapat memberikan pasien
dengan visus mendekati normal. Tapi setelah cadangan nutrisi habis terjadi perubahan kecil
akibat hilangnya serat saraf dimana menyebabkan penurunan yang signifikan dalam penglihatan.
Deteksi dini adalah kunci karena kita tidak dapat menggantikan akson mati. Degenerasi
dan atrofi papil saraf optic merupakan keadaan yang bersifat irreversible dan perlu tindakan
pencegahan terhadap progresivitas kerusakan nervus optikus dan kemungkinan perbaikan fungsi
Secara umum, lesi pada kiasma menyebabkan defek lapang pandang hemianopia
bitemporal. Pada awalnya, defek ini biasanya tidak lengkap dan sering asimetrik. Namun, seiring
dengan berjalannya penyakit, hemianopia temporal menjadi komplet, lapang pandang nasal
20
inferior dan superior kemudian terkena, dan ketajaman penglihatan sentral akan berkurang.
Sebagian besar penyakit yang mengenai kiasma bersifat neoplastik; proses vaskular atau
Lobus anterior kelenjar hipofisis adalah lokasi awal tumor hipofisis yang bermanifestasi
dalam bentuk penglihatan, kelumpuhan nervus kranialis termasuk kelumpuhan otot ekstraokular,
dan sebuah massa lesi pada CT-scan atau MRI, yang berasal dari sella hipofisis dan meluas ke
endokrin, penting dalam penentuan tatalaksana tumor ini. Prolaktinoma umumnya diterapi
sebagai adjuvan pembedahan. Ketajaman penglihatan dan lapang pandang dapat pulih secara
dramatis setelah tekanan pada kiasma dihilangkan. Akan tetapi apabila terjadi atrofi optik, itu
21
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Kp. Pondok Manggis RT/RW 003/001, Bojong Gede
Tanggal Pemeriksaan : 25 Agustus 2015
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis, ditemani Ayah pasien pada tanggal 5 April 2016 pukul 17:00 WIB
Keluhan Utama:
Penglihatan kabur pada mata kanan dan mata kiri tidak dapat melihat cahaya sejak 2
bulan yang lalu
22
Dua bulan SMRS penglihatan kedua mata pasien semakin memburuk. Pada
bagian mata kanan, hanya dapat melihat sinar, dan pada bagian mata kirinya sudah tidak
dapat melihat apapun. Pasien tidak ada riwayat penggunaan kaca mata. Sebelum itu,
pasien tidak tahu jika mempunyai riwayat hipertensi, kencing manis atau kadar lemak
darah tinggi karena belum pernah periksa ke dokter. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
obat secara rutin.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
- Asthma : tidak ada
- Hipertensi : tidak ada
- Diabetes Melitus : tidak ada
- Stroke : tidak ada
b. Mata
- Riwayat sakit mata sebelumnya : konjungtivitis
- Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada
- Riwayat operasi mata : tidak ada
- Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma : tidak ada
Diabetes : tidak ada
Glaukoma : tidak ada
Alergi : tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.7oC
23
OD OS
1/300 Visus No Light Projection
Tidak dilakukan Bulbus oculi Tidak dilakukan
Tenang Palpebra superior dan Tenang
inferior
Secret (-), injeksi Konjungtiva Secret (-). Injeksi
konjungtiva (-) konjungtiva (-)
Normal, warna putih, Sclera Normal, warna putih, tidak
tidak ikterik ikterik
Jernih Kornea Jernih
Dalam COA Dalam
Bulat, reflex cahaya Pupil Bulat, refleks cahaya
(direk/konsensual) direk(-), konsensual (-)
positif
Normal Iris Normal
Jernih , shadow test (-) Lensa Jernih , shadow test (-)
Reflex fundus (+) Funduskopi Reflex fundus (+)
Papil bulat, warna Papil bulat, warna pucat,
orange, batas tegas batas tegas.
A/V ratio 2/5 A/V ratio 2/5
C/D ratio 0,3 C/D ratio tidak bisa dinilai
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
24
Pada pemeriksaan didapatkan visus mata kanan 1/300, dan visus mata kiri No
Light Projection. Pada funduskopi mata kanan didapatkan hasil reflex fundus (+), papil
bulat, warna orange, batas tegas, A/V ratio 2/5, C/D ratio 0,5. Sedangkan pada mata kiri
reflex fundus (+), papil pucat, batas tegas, A/V ratio 2/5, C/D ratio tidak bisa dinilai.
Non-medikamentosa :
Melakukan rujukan ke spesialis mata
Melakukan rujukan ke spesialis saraf
Edukasi:
Memberitahu pasien mengenai penyakit pasien
Memakai obat sesuai dengan anjuran yang diberikan dokter
Tidak mengucek-kucek matanya.
Segera datang ke dokter jika penglihatan mata kanan juga menurun, bila tidak ada
minta pasien untuk kontrol kembali 1 minggu.
X. PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad Malam ad Malam
Ad Fungsionam : ad Malam ad Malam
Ad Sanationam : ad Malam ad Malam
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu penyakit mata . Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
2. Rashmin Gandhi, MBBS, FRCS(Edin), FRCS(Glasg). Optic atropy. Diunduh pada
tanggal 17 April 2016 http://emedicine.medscape.com/article/1217760-
followup#showall.
3. Khurana A.K. Neuro-ophthalmology, chapter 12, in comprehensive ophthalmology,
fourth edition. New Delhi: New Age International Limited Publisher; 2007, p. 301-303.
4. Optic atrophy. Diunduh pada tanggal 17 April 2016 http://eyewiki.aao.org/Optic_Atrophy
5. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi ke 17. Jakarta:
EGC; 2010. h. 263-283
26
6. Cooper T. Compressive optic neuropathy. Diunduh pada tanggal 20 April 2016
www.emedicine.com/oph/topic167.htm
7. Haddad W. Intraocular anatomy. Diunduh pada tanggal 20 April 2016
www.eyeweb.org/anatomy.htm
8. Montgomery TM. Anatomy, and pathology of the human eye. Diunduh pada tanggal 20
April 2015 http://www.tedmontgomery.com/the_eye/optcnrve.html
9. Lanning B. Kline, MD ; Neuro opthalmology ; American Acedemy of Opthalmology
section 5.2008- 2009; p87
10. Cribaillet CD. Optic atrophy type 1.Diunduh pada tanggal 22 April 2016
.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1248/?report=printable
11. Optic atrophy. Di unduh pada tanggal 22 April 2016
http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/common/standard/tranorm.jsp/requestURL=/
healthatoz/Atoz/ency/optic_atrophy.jsp.
27