Vous êtes sur la page 1sur 24

Senin, 07 Oktober 2013

Audit terhadap Kas

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah kita ketahui bahwa auditing merupakan suatu proses untuk membandingkan
laporan keuangan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
apakah laporan keuangan yang dibuat telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Selain
itu, dengan mengaudit suatu laporan keuangan dapat terlihat kecurangan-kecurangan apa saja
yang ada dalam suatu organsisasi. Dalam mengaudit, seorang auditor juga harus terlebih
dahulu memahami bidang keahliannya, karena ketelitian dalam mengaudit merupakan faktor
yang penting dalam mengaudit. Banyak hal yang harus dipahami auditor dalam mengaudit,
tetapi disini penulis akan membahas mengenai audit kas dan bank.
Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
diselewengkan. Hal itu karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas. Selain itu, kas lebih mudah menjadi objek pencurian dibandingkan jenis aset
lainnya karena kebanyakan aset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat
diuangkan. Untuk itu tujuan dilakukannya audit atas kas adalah untuk memeriksa apakah
saldo kas yang ada di neraca per tanggal neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan.
Untuk mengetahui mengenai hal tersebut, maka penulis akan menjelaskan tentang
audit atas kas agar penulis dan pembaca mengetahui bagaimana prosedur untuk mengaudit
kas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap kas?
2. Apa tujuan audit terhadap kas?
3. Bagaimana prosedur dalam mengaudit kas?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan perlakuan akuntansi terhadap kas.
2. Untuk menjelaskan tujuan audit terhadap kas.
3. Untuk menjelaskan prosedur dalam mengaudit kas.

1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Pembaca:
untuk memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai proses audit atas kas.
2. Bagi Penulis:
untuk menambah pengalaman dalam membuat makalah ini dan menambah wawasan tentang
proses audit.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Perlakuan Akuntansi Terhadap Kas


Kas merupakan harta lancar entitas atau perusahaan yang sangat menarik dan mudah
untuk diselewengkan. Karena menyangkut dengan penerimaan dan pengeluaran kas maka
perlu pengendalian internal (internal control) yang baik atas kas dan bank. Sedangkan
menurut PSAK No.2 (2009), Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro
(demand deposits), sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya
sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk
investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat
segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagau setara
kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya.
Sifat dan contoh kas dan setara kas
Kas merupakan harta lancer perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan . menurut SAK 1994:
a. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan.
b. Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk
membiayai kegiatan mum perusahaan.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank adalah:
a. Kas kecil
b. Saldo rekening giro di bank
c. Bon sementara
d. Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed
e. Check tunai yang akan di depositokan

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca adalah :
a. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dr 3 bln
b. Check kosong dan check mundur
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
d. Rekening giro yg tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri,
misalnya karena dibekukan

Saldo Kas
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening
giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan rekening di bank
untuk gaji.

Hubungan Saldo Kas Dengan Transaksi


Lima siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum, seperti siklus
pendapatan, pengeluaran, pembiayaan, investasi, dan jasa personalia. Siklus produksi tidak
mempunyai transaksi yang berkaitan langsung dengan kas. Siklus pembiayaan dan siklus
investasi keduanya dapat menaikkan dan menurunkan kas, sementara siklus pendapatan akan
menaikkan kas, dan siklus pengeluaran serta jasa personalia akan menurunkan kas.
A. Penerimaan Kas
Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari
penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
1. Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli
melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelumbarang diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterimaoleh perusahaan, barang kemudian
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
Penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Peneriamaan kas dari over-the counter sale
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau
produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian menerima barang
yang dibeli. Dalam over-the counter sale ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi
(personal check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum
barang diserahkan kepada pembeli.
b. Penerimaan kas dari cash on delivery sales (COD sales)
Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos,
perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas
dari hasil penjulan.
c. Penerimaan kas dari Credit Card Sales
Credit card merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over-the counter sale
maupun dalam penjulan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau
angkutan umum.

Fungsi yang terkait dalam penerimaan kas


a) Fungsi penjualan
b) Fungsi kas
c) Fungsi gudang
d) Fungsi pengiriman
e) Fungsi akuntansi

Dokumen yang digunakan dalam penerimaan kas


a) Faktur penjualan tunai
b) Pita register kas
c) Credit card slip
d) Bill of Lading
e) Faktur penjualan COD
f) Bukti setor bank
g) Rekapitulasi harga pokok penjualan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam penerimaan kas
a) Jurnal penjualan
b) Jurnal penerimaan kas
c) Jurnal umum
d) Kartu persediaan
e) Kartu gudang

Unsur pengendalian intern dalam penerimaan kas

Organisasi
1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas
2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
3) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi
pengiriman, dan fungsi akuntansi.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
4) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan mengunakan
formulir faktur penjualan tunai.
5) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap lunas pada
faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut.
6) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit
kartu kredit.
7) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengirima dengan cara membubuhkan cap sudah
diserahkan pada faktur penjualan tunai.
8) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan
tanda pada faktur penjualan tunai.
Praktik yang sehat
9) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan
oleh fungsi penjualan.
10) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang
sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
11) Perhitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak
oleh fungsi pemeriksa intern.

2. Penerimaan Kas dari Piutang


Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui
penagihan perusahaan, melalui pos, dan melalui lock-box collection plan. Diantara berbagai
cara penagihan tersebut penerimaan kas dari piutang seharusnya mewajibkan debitur
melakukan pembayaran dengan menggunakan cek atas nama, yang secara jelas
mencantumkan nama perusahaan yang berhak menerima pembayaran di atas cek. Dengan cek
atas nama ini, perusahaan akan terjamin menerima kas dari debitur, sehingga kecil
kemungkinan orang yang tidak berhak dapat menguangkan cek yang diterima dari debitur
untuk kepentingan pribadinya.

Fungsi yang terkait


a. Fungsi sekretariat
b. Fungsi penagihan
c. Fungsi kas
d. Fungsi akuntansi
e. Fungsi pemeriksa intern

Dokumen yang digunakan


a. Surat pemberitahuan
b. Daftar surat pemberitahuan
c. Bukti setor bank
d. Kuitansi

Unsur pengendalian intern

Organisasi
1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.
2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara
pemindah bukuan (giro bilyet).
4. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih
yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
5. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus
didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.
Praktik yang sehat
6. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas dan disetor penuh ke
bank dengan segera
7. Para penagih dan kasir harus diasuransikan.
8. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasa maupun di tangan penagih
perusahaan) harus diasuransikan.
B. Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas dalam perusahaan dilakukan dengan menggunakan cek. Pengeluaran kas
yang tidak dapat dilakukan dengan cek (biasanya karena jumlahnya relatif kecil),
dilaksanakan melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan salah satu diantara sistem
fluktuasi dan sistem impres.

Dokumen yang digunakan


a) Bukti kas keluar
b) Cek
c) Permintaan cek

Catatan akuntansi yang digunakan


a) Jurnal pengeluaran kas
b) Register cek

Fungsi yang terkait


a) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
b) Fungsi kas
c) Fungsi akuntansi
d) Fungsi pemeriksa intern

Unsur pengendalian intern


Organisasi
1. Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
2. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa
sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang
4. Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang
5. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode pencatatan tertentu dalam
register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat
yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
Praktik yang sehat
6. Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan
yang tidak semestinya.
7. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap
lunas.
8. Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari pihak ketiga merupakan
fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
9. Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima
pembayaran atau dengan pemindah bukusn.
10. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, pengeluaran ini dilakukan sistem
akuntansi pengeluaran kas melalui dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan
sistem impres.
11. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas
menurut catatan akuntansi.
12. Kas yang ada di tangan dan kas yang ada di perjalanan diasuransikan dari kerugian.
13. Kasir diasuransikan.
14. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada
di tangan, misalnya almari besi.
15. Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kas.

C. Penggunaan Rekening Bank


Sebagian besar dari kita hampir dapat dipastikan sudah tidak asing lagi dengan
rekening bank. Penggunaan rekening bank sangat efektif terutama dalam menunjang
pengendalian atas kas. Perusahaan dapat mengamankan kasnya dengan cara menyimpannya
di bank. Selain itu, seringkali perusahaan juga memanfaatkan cek atau transfer uang lewat
rekening bank untuk melakukan pembayaran kas.
Pemanfaatan rekening bank dapat mengurangi jumlah uang kas yang harus dibawa ke
sana ke mari, sekaligus memperkecil risiko terjadinya kehilangan atas uang kas. Disamping
itu, dengan rekening bank memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh transaksi
perusahaan yang melaui bank. Transaksi dicatat oleh perusahaan dan juga sekaligus oleh
bank. Hubungan yang ada antara perusahaan dengan bank adalah hubungan timbal balik.
Setiap kali perusahaan menyetor uang ke bank maka hal ini merupakan kewajiban bagi bank,
sebaliknya jika perusahaan melakukan penarikan uang maka hal ini akan mengurangi
kewajiban bank. Jumlah saldo uang kas perusahaan yang ada di bank secara terus-menerus
harus dicocokkan antara menurut catatan perusahaan dengan catatan bank.

Laporan Bank (Rekening Koran)


Rekening Koran memuat hal yang sama dengan buku tabungan. Di dalamnya, sama-sama
memuat mengenai tanggal dan sandi transaksi, mutasi debet, mutasi kredit, dan saldo.
Bedanya adalah kalau buku tabungan dibuka untuk nasabah perorangan, sedangkan rekening
koran untuk nasabah corporate (entitas). Untuk nasabah corporate, biasanya rekening koran
yang memuat transaksi bulanan akan dikirim langsung oleh bank ke nasabah yang
bersangkutan. Khusus untuk rekening koran (laporan yang memuat rincian atas transaksi
rekening giro), seluruh penarikan kas harus dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet
giro.

Rekonsiliasi Bank Dua Kolom


Rekonsiliasi dua kolom biasanya dilakukan untuk menetapkan atau mendapatkan saldo akhir
cash in bank yang benar atau yang sesungguhnya. Tampilan laporan atau penyajiannya akan
dibagi menjadi dua bagian (sisi). Sisi petama memuat mengenai rincian koreksi atas saldo
akhir cash in bank menurut catatan bank, sedangkan sisi yang satunya lagi memuat rincian
koreksi atas saldo akhir cash in bank menurut catatan perusahaan.
Rekonsiliasi Bank Empat Kolom
Untuk kepentingan audit atas saldo, biasanya rekonsiliasi bank yang dipegunakan adalah
rekonsiliasi empat kolom, sebagai pembuktian atas saldo akhir cash in bank periode berjalan.
Dalam penyusunan rekonsiliasi empat kolom, dibuat kolom-kolom secara terpisah untuk
rekonsiliasi awal, setoran atau pemasukan, penarikan atau pengeluran, dan rekonsiliasi akhir.

Berikut beberapa penyebab timbulnya perbedaan saldo antara catatan menurut perusahaan
dengan rekening Koran yang diterbitkan oleh bank:
Deposit in Transit (Setoran dalam Perjalanan)
Sifatnya akan mengoreksi (menambah) besarnya saldo cash in bank menurut rekening koran
(catatan bank).
Outstanding Checks (Cek yang Masih Beredar)
Sifatnya akan mengoreksi (mengurangi) besarnya saldo cash in bank menurut rekening Koran
(catatan bank).
Not Sufficient Fund Check (Cek Tidak Cukup Dana)
Sifatnya akan mengoreksi (mengurangi) kembali besarnya saldo cash in bank menurut
catatan perusahaan
Notes plus Interest Collected by Bank (Penagihan Piutang Wesel, Beserta Bunganya Lewat
Bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan perusahaan.
Sifatnya akan menambah saldo cash in bank menurut catatan perusahaan.
Interest Income (Bunga Bank atas Saldo Rekening Perusahaan yang Mengendap atau Sering
Dikenal Sebagai Jasa Giro) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan perusahaan.
Sifatnya akan menambah saldo cash in bank menurut catatan perusahaan.
Bank Service Charges (Biaya Jasa Bank) yang belum dicatat dalam jurnal atau pembukuan
perusahaan.
Sifatnya akan mengurangi saldo cash in bank menurut catatan perusahaan.
Error in Recording (Kesalahan dalam Pencatatan)
Untuk rekonsiliasi bank, jika jumlah tertentu telah salah dicatat oleh perusahaan, maka selisih
jumlah kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau dikurangkan dari saldo cash in bank
menurut catatan perusahaan, disertai dengan pembuatan jurnal koreksi. Demikian juga jika
jumlah tertentu telah salah (keliru) dicatat oleh bank, maka selisih jumlah kesalahn tersebut
seharusnya ditambahkan atau dikurangkan dari saldo cash in bank menurut catatan bank,
tanpa perlu membuat jurnal koreksi dalam pembukuan perusahaan.

Kuesioner
Y = Ya T =
Tidak
TR = Tidak
Relevan
Y T TR
Penerimaan Kas/ Bank
Apakah digunakan kwitansi khusus perusahaan?
Bila Ya, apakah:
a. Bernomor urut tercetak?
b. Digunakan menurut urutan nomor urut?
1
c. Bentuk pembayaran menggunakan kwitansi?
d. Buku kwitansi terdaftar? Dicatat secara up-to-date?
e. Buku kwitansi terkontrol dengan baik?
f. Bagian akuntansi memerhatikan urutan nomor urut?
Bila digunakan bon (penjualan) kontan, apakah:
a. Bernomor urut tercetak?
b. Digunakan menurut urutan nomor urut?
2 c. Bentuk pembayaran dinyatakan dalam kwitansi?
d. Bon kontan terdaftar?
e. Dicatat secara up-to-date?
f. Bagian akuntansi memperhatikan urutan nomor urut?
3 Apakah penagih piutang (kolektor) atau orang yang
membuka sampul pengiriman uang (khusus untuk
perusahaan yang menerima pembayaran berupa cek
melalui pos) membuat suatu daftar cek dan uang tunai
yang diterima?
Bila Ya, apakah:
a. Satu salinan (copy) diberikan kepada bagian
akuntansi?
b. Daftar tersebut dicocokkan oleh bagian akuntansi
dengan kwitansi?
Bila tidak digunakan kwitansi atau bon (penjualan) tunai,
apakah perusahaan menggunakan cash register untuk
mengadministrasikan penerimaan?
4
Bila Ya, uraikan pengendalian internal mulai dari
penerimaan sampai penyetoran hasil penerimaan (pada
kertas terpisah)
Apakah penjualan tunai atas sisa bahan dan sejenisnya
5
prosedurnya sama dengan penjualan biasa?
Apakah hasil penerimaan baik dari penjualan tunai
6 maupun penagihan piutang disetorkan secara utuh ke
bank paling lambat keesokan harinya?
Apakah penyetoran dilakukan oleh pegawai yang bukan
7
pemegang buku piutang?
Apakah bukti setoran dicocokkan dengan kwitansi/ bon
8
(penjualan) tunai oleh bagian akuntansi?
Apakah total yang tertera pada bukti setoran dicocokkan
9 dengan transaksi debit pada buku bank yang
bersangkutan?
1 Apakah Debet Memo dari bank diterima langsung oleh
0 pejabat tertentu (yang bukan kasir) untuk diinvestigasi?
1
1 Apakah tugas kasir terpisah dari pembukuan piutang?
Apakah tata administrasi diatur sedemikian rupa
sehingga kasir atau orang yang menyetor ke bank tidak
1
mendapat kesempatan untuk mencatat atau mengubah
2
angka pada buku piutang dan daftar perhitungan saldo
yang akan dikirim kepada pelanggan?
Bila perusahaan membina beberapa dana kas sesuai
1 dengan sumber penggunaannya, apakah dana kas tersebut
3 dan surat berharga secara fisik disimpan secara terpisah
dan diadministrasikan masing-masing (tidak tercampur)?
1 Untuk cek mundur yang diterima, apakah:
4 a. Hanya diberikan kwitansi sementara penerimaan cek
mundur?
b. Diberikan kwitansi asli bila telah dapat diuangkan?
c. Disetorkan ke bank pada saat jatuh tempo?
d. Dibina buku catatan cek mundur?
Bila Ya, apakah orang tertentu (bukan kasir) secara
berkala mencocokkan catatan tersebut dengan kwitansi
sementara/ asli?
Apakah pengaman untuk menjaga uang kas cukup?
1 Sebutkan bagaimana?
5 Disimpan dalam brankas yang kuncinya dipegang oleh
dua orang yang berbeda
Apakah atas kerugian yang mungkin diderita atas uang
1 yang disimpan atau di perjalanan diasuransikan dengan
6 cukup?
Sebutkan perinciannya!
Apakah penerimaan yang sifatnya rutin, misalnya sewa,
1 dividen, bunga, dan sebagainya secara berkala ditelaah
7 sehingga atas kekurangannya segera dibuatkan catatan
dan diinvestigasi?
1
8 Apakah kantor Pusat mengontrol penerimaan Cabang?

Pengeluaran Kas/ Bank


Apakah semua pembayaran kecuali untuk pengisian dana
1
kas kecil dilakukan dengan cek?
Apakah semua cek yang belum digunakan, disimpan oleh
2
orang tertentu secara aman?
3 Apakah cek diguanakan menurut nomor urut?
Apakah semua cek yang dibatalkan tetap melekat pada
4
buku cek dan dirusak agar tidak dapat disalahgunakan?
5 Apakah cek dilindungi terhadap pemalsuan tulisan?
Apakah kebijakan perusahaan:
6.1 Tidak memungkinkan penandatanganan blanko cek?
6 6.2 Menghindari mengeluarkan cek "tunai" (tidak atas
nama)?
6.3 Tidak mengeluarkan cek mundur?
Haruskah semua cek:
7.1 Di-counter signed?
7 7.2 Dilengkapi dengan bukti pendukung yang cukup bila

diajukan untuk ditandatangani?


Sebutkan batas jumlah yang dapat ditandatangani hanya
8 seorang:
Jumlah: Rp
Oleh:
Apakah penandatangan cek terpisah dari orang yang
9
menyimpan uang kas dan pemegang buku?
1 Bila digunakan stempel, apakah disimpan oleh yang
0 berhak menandatangani cek?
Apakah setiap pembayaran didukung dengan bukti
1
otentik yang telah diperiksa dan disetujui oleh orang
1
laindari yang menandatangani cek dan diparaf?
1 Apakah semua bukti segera distempel "LUNAS" untuk
2 menghindari pembayaran dua kali?
1 Apakah orang yang menyiapkan cek berbeda dengan:
13.1 Orang yang menandatangani cek?
3 13.2 Pembayar uang kas?
Bila perusahaan menerima cek mundur dari pelanggan,
1
apakah cek tersebut tidak pernah dibayarkan lagi kepada
4
pihak ketiga?

Rekonsiliasi Bank
Apakah rekonsiliasi bank:
15.1 Dibuat paling sedikit sebulan sekali?
1
15.2 Oleh seorang pejabat terpisah dari: pemegang uang
5
kas termasuk penyetor uang kas ke bank?
15.3 Diperiksa oleh pejabat yang senior?
1 Apakah rekening koran langsung dikirim oleh bank
6 kepada orang yang membuat rekonsiliasi?
Apakah penyetoran ke bank yang belum tampak di
1 rekening koran, cek yang masih beredar, dan transfer
7 antar bank diperhatikan dengan seksama pada saat
rekonsiliasi?

Kas Kecil
Apakah kas kecil atau dana kas lainnya:
1 18.1 Menggunakan sistem dana tetap?
18.2 Pengeluaran dibatasi dengan suatu jumlah tertentu?
8 18.3 Besarnya dana diperiksa secara periodik?
18.4 Diawasi dengan memadai?
1 Bila seseorang menguasai labih dari satu kas, apakah
9 dibina dan dibukukan secara terpisah dengan rapi?
2 Apakah bukti pengeluaran kas kecil:
20.1 Diperlukan untuk semua pembayaran?
20.2 Ditandatangani oleh yang melakukan pembayaran?
0 20.3 Ditandatangani oleh yang memeriksa pembayaran?
20.4 Ditulis dengan tinta?
20.5 Jumlah, kecuali ditulis dengan angka, juga dieja
dengan huruf?
20.6 Disetujui oleh pejabat yang berwenang?
2 Apakah secara berkala dilakukan kas opname secara
1 mendadak?
Apakah pengisian kembali kas kecil dilakukan:
2 22.1 Dengan cek?
2 22.2 Semua dokumen yang mendukung pembayaran
diperiksa?
2 Apakah pemberian uang muka harus disetujui oleh
3 pejabat perusahaan yang berwenang?
2 Tidak terdapat bon gantung yang lama tidak
4 dipertanggungjawabkan?

A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada pernyataan di atas:

B. Catatan lain:

C. Kesimpulan penilaian (Baik, Sedang, Buruk)?

D. Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya).


Klien Dibuat Diperiksa Indeks
oleh: oleh:

Skedul Tanggal: Tanggal: Periode

2.2 Tujuan Audit atas Kas


Tujuan Audit Spesifik untuk Saldo Kas
Kategori Asersi Tujuan Audit Saldo Akun
Keberadaan atau Saldo kas yang dicatat ada pada tanggal neraca
Keterjadian
Kelengkapan Saldo kas yang dicatat mencakup pengaruh dari semua transaksi
kas yang telah terjadi
Transfer kas akhir tahun di antara bank telah dicatat pada periode
yang tepat
Hak dan Entitas mempunyai hak legal atas semua saldo kas yang
kewajiban diperlihatkan pada tanggal neraca
Penilaian atau Saldo kas yang dicatat dapat direalisasi pada jumlah yang
alokasi dinyatakan di neraca dan sesuai dengan skedul pendukung
Penyajian dan Saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat
pengungkapan dalam neraca
Lini kredit, jaminan pinjaman, perjanjian saldo kompensasi, dan
pembatasan lain padanya atas kas telah diungkapkan dengan
tepat.

2.3 Prosedur dalam Mengaudit Kas


Pertimbangan Perencanaan Audit
Materialitas
Bagi kebanyakan entitas, bagian dari aktiva lancar atau total aktiva pada suatu titik
waktu yang disajikan oleh saldo kas adalah sangat kecil, dan seringkali tidak material. Akan
tetapi, jika dikaitkan dengan transaksi dalam lima siklus transaksi yang mempengaruhi kas,
jumlah kas yang mengalir melalui akun-akun selama suatu periode waktu benar-benar dapat
sangat material.
Risiko Inheren
Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang signifikan
untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta kelengkapan.
Selain itu, sifat saldo kas juga membuatnya mudah dicuri.
Risiko Prosedur Analitis
Saldo kas dipengaruhi secara signifikan oleh keputusan dan strategi operasi, investasi,
serta pembiayaan manajemen. Akibatnya, dalam beberapa audit atas saldo ini mungkin tidak
diharapkan untuk memperlihatkan hubungan yang stabil atau dapat diprediksi dengan data
keuangan atau operasi masa berjalan atau historis.
Risiko Pengendalian
Penerimaan dan pengeluaran kas seringkali merupakan transaksi rutin yang dapat
dikendalikan oleh sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat memungkinkan
auditor untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang rendah. Karena rawannya saldo
kas atas pencurian, maka banyak auditor akan mengevaluasi secara cermat pengendalian
internal atas kas.

Pengujian Substantif Atas Saldo Kas


Dalam bagian ini dan subbagian berikut, istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang
ditahan dan di bank, tidak termasuk kas kecil dan dana impres lainnya.
1) Menentukan Risiko Deteksi
Beberapa pemilik perusahaan kecil menginginkan agar auditor secara cermat mengaudit
kas guna memberikannya kepastian tentang keabsahan saldo kas.
Risiko inheren biasanya tinggi karena kerawanan kas terhadap penyalahgunaan.
Efektivitas prosedur analitis seringkali tergantung pada prosedur yang ditempuh entitas untuk
mengembangkan anggaran atau peramalan kas yang akurat. Model risiko audit atau matriks
risiko kemudian dapat digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima atas setiap asersi saldo kas.
2) Merancang Pengujian Substantif
Suatu daftar pengujian substantif yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan
audit spesifik atas saldo kas disusun menurut kerangka kerja umum untuk mengembangkan
program audit bagi pengujian substantif. Bebrapa dari pengujian dapat berlaku untuk lebih
dari satu tujuan audit, dan setiap tujuan didukung oleh berbagai pengujian yang mungkin.
Dan juga, tidak semua pengujian dapat dilaksanakan dalam setiap audit.

PROSEDUR AUDIT AWAL


1. Mengusut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan di dalam
buku besar
2. Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
3. Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu
4. Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
kas
5. Mengusut posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal penerimaan kas dan
jurnal pengeluaran kas

PROSEDUR ANALITIK
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif.
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio indusri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping
itu, auditor perlu membandingkan akun Kas yang tercantum di neraca dengan saldo kas pada
akhir tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu auitor untuk mengungkapkan:
1. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
2. Perubahan akuntansi
3. Perubahan usaha
4. Fluktuasi acak, atau
5. Salah saji

PENGUJIAN TERHADAP TRANSAKSI RINCI


1. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)
a. Membuat rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut
catatan klien
Atas dasar cutoff bank statement, auditor dapat membuat rekonsiliasi bank untuk
membuktikan ketelitian catatan kas klien dan membuktikan status setoran dalam perjalanan
dan cek yang beredar yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada
tanggal neraca
b. Mengusut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam cutoff
bank statement
c. Memeriksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca
d. Memeriksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
2. Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek
yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca
3. Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check kitting
4. Membuat dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom
5. Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluaran kas

PENGUJIAN TERHADAP AKUN RINCI


1. Menghitung kas yang ada di tangan klien
Dalam penghitungan kas, auditor harus memperhatikan berbagai hal berikut:
Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di muka pejabat yang bertanggung jawab atas
penyimpanan kas
Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam Berita Acara Penghitungan Kas yang harus
segera ditandatangani oleh pejabat yang bertanggungjawab atas penyimpanan kas
Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsur kas pada saat penghitungan kas adalah cek
mundur, perangko dan materai, dan kas bon.
2. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang bersangkutan
3. Melakukan konfirmasi saldo kas di bank
4. Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran bank

VERIFIKASI PENYAJIAN KAS DI DALAM NERACA


1. Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap
pemakaian rekening tertentu klien di bank
2. Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas klien.

Pertimbangan Lain :
Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping adalah suatu penyimpangan yang disebabkan oleh misapropiasi secara sengaja
atas penerimaan kas. Lapping dapat melibatkan penggelapan penerimaan kas secara
sementara atau permanen untuk kepentingan pribadi dari seseorang yang melakukan tindakan
yang bukan wewenangnya. Kondisi yang kondusif untuk lapping tersedia pabila seseorang
yang menangani penerimaan kas juga memegang buku besar piutang usaha. Auditor harus
menilai kemungkinan lapping guna mendapatkan pemahaman tentang pembagian tugas
seperti penerimaan dan pencatatan penagihan dari pelanggan.

Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya dapat dilaksanakan apabila risiko


pengendalian untuk transaksi penerimaan kas adalah sedang atau tinggi. Ada tiga prosedur
yang dapat mendeteksi lapping, yaitu:

Mengkonfirmasi piutang usaha


Pengujian ini akan menjadi lebih efektif jika dilaksanakan secara mendadak pada tanggal
interim. Melakukan konfirmasi pada saat ini akan mencegah seseorang untuk melakukan
lapping.
Melakukan perhitungan kas secara mendadak
Perhitungan kas akan mencakup uang logam atau koin, uang kertas, dan cek pelanggan yang
ada di tangan. Auditor harus mengawasi setoran dari dana-dana tersebut. Rincian setoran
pada slip setoran duplikat harus dibandingkan dengan ayat jurnal penerimaan kas dan posting
kea kun pelanggan.
Membandingkan rincian ayat jurnal penerimaan kas dengan rincian slip setoran harian yang
berkaitan
Prosedur ini mengungkapkan perbedaan rincian seperti dua contoh diatas. Apabila pembagian
tugas yang tepat dalam penanganan penerimaan pos sudah ditetapkan, beberapa auditor lebih
memilih untuk menggunakan daftar pendahuluan dari prosedur ini. Tanggal penagihan aktual
kemudian dibandingkan dengan tanggal posting penagihan itu ke buku besar piutang usaha.
BAB 3. KESIMPULAN

Pada dasarnya proses audit memiliki tujuan untuk menilai kewajaran suatu entitas.
Dalam proses mengaudit kas auditor memiliki tujuan untuk memperoleh keyakina bahwa
saldo kas yang ada di neraca benar-benar sesuai dengan saldo yang sebenarnya sebagaimana
telah disesuaikan dengan bukti-bukti yang tersedia. Langkah-langkah untuk mengaudit kas
yang pertama kali dilakukan auditor yakni melakukan prosedur awal, dimana auditor
mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien dan mencocokkan antara saldo
investasi awal dan kas dengan jumlah yang diaudit. Selanjutnya prosedur analitis, pengujian
rincian transaksi, prosedur rincian saldo, dan terakhir yaitu memverifikasi penyajian dan
pengungkapan kas.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing, Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Agoes, Sukrisno. 2006. Praktikum Audit, Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Badan Penerbit Universitas Jember. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Ketiga. Jember:
Badan Penerbit Universitas Jember.

Boynton, William C., dkk. 2002. Modern Audit Jilid 2, Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Elder, Randal J., Mark S. Beasley. dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance, Buku Dua. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Mulyadi. 1998. Auditing, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Sumber : http://tiasaccountingworld.blogspot.co.id/2013/10/audit-terhadap-kas.html

Vous aimerez peut-être aussi