Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DIPA PRADIPTA
DIPA PRADIPTA. Time series analysis of NDVI-SPOT Vegetation data for Agriculture Area
(Case Study: Karawang). Supervised by YON SUGIARTO.
Remote sensing has become very important to various fields of science, especially agriculture.
Rice crop growth cycle can be monitored using multi temporal remote sensing application, such
as SPOT-Vegetation image. This research presents the time series analysis to monitor growth
phase of rice crop in Karawang using NDVI. Based on NDVI, analysis of fenology trends from
rice crop growth can be done to help determine plant season, optimal vegetative phase, fallow
phase after harvest and spatial distribution pattern formed in one plant season. This research show
that for rice crop Karawang in 2007 has high level of vegetation index and reach optimal
vegetative growth phase in 70-90 days after planting. This result also stated before in research
done by Yang and Su in 1998, it is stated that NDVI value will reach its peak around 70 days after
planting and decrease following the aging of the plant.
DIPA PRADIPTA. Analisis data time series NDVI - SPOT Vegetasi untuk tanaman padi (studi
kasus : Karawang). Dibimbing oleh YON SUGIARTO.
DIPA PRADIPTA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
Menyetujui
Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini berjudul
Analisis Data Time Series NDVI-SPOT VEGETATION untuk Tanaman Padi (Studi Kasus:
Karawang). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga Februari 2011.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yon Sugiarto S.Si,M.Sc selaku
pembimbing, yang telah memberikan masukan dan pengarahankepada penulis sehingga tugas
akhir ini dapat selesai dengan baik. Tugas akhir ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Keluarga penulis : mama, papah, kakak, serta adik yang terkasih dan tersayang atas segala
doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan dukungannya selama ini.
2. Isa Teguh Widodo, Lutfhi Aziz, Tia Erfiyanti, Anang Ahmadi, Uji Astrono, Daniel Chrisendo,
Saputri Sapta, Tri Yulianti yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini
dan teman-teman LabAgro (Ariyani, Ria, Titik dan Sarah) untuk bantuan dan
kebersamaannya.
3. Teman-teman GFM 43 : Abie, Amel, Chris, Debo, Desi, Dian, Diana, Diki, Enno, Fajar,
Gema,Hilda, Lastri, Legran, Maya, Ray, Rendy, Rizki, Robby, Sandro, Sasti, Zahe, Willy,
Dinda, Rahmi, Egie, Tara, Icha, Devi, dan Neny yang telah menemani perjalanan penulis di
GFM. Terima kasih untuk persahabatan, kebersamaan, keceriaan, dan kekeluargaannya
selama tiga tahun ini, yang akan selalu ada di hati penulis dan menjadi sesuatu yang indah
untuk dikenang. GFM 43: Ga Ada Matinya
4. Segenap civitas GFM : Pak Pono, Bu Inda, Mas Azis, Pak Jun, Mbak Wanti, Mbak Icha, Pak
Badrudin, Pak Kaerun, Pak Udin, dan para dosen serta staf pengajar untuk bimbingan dan
bantuannya selama ini.
5. Seluruh kakak kelas dan adik kelas di GFM.
Kepada semua pihak lainnya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir
ini, namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa mereka, semuanya ini tidak akan berarti
apa-apa. Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun semoga
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor,Juni2012
Dipa Pradipta
\
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Desember 1987 sebagai anak kedua dari
pasangan Bapak Dedy Duryadi dan Ibu Henny Permana. Tahun 2000 penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan III dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SLTP Negeri 5 Bogor dan tahun 2003 melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 5
Bogor. Penulis diterima di IPB pada tahun 2006 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB. Setahun
kemudian penulis diterima pada mayor Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan
Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah menjadi anggota Himpunan Profesi
Himagreto sebagai Wakil Ketua Umum 2008 2009 dan sebagai Ketua Umum Himagreto 2009-
2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan seperti Meteorologi Interaktif 2007 sebagai
MC, Meteorologi Interaktif 2008, Birunya Langitku 2008, dan Fieldtrip Himagreto 2008 serta
aktif dalam ICSF (Indonesian Climate Student Forum). Tahun 2009 penulis diberikan kesempatan
magang di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat). Untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Data Time Series NDVI-
SPOT VEGETATION Untuk Tanaman Padi (Studi Kasus: Karawang) di bawah bimbingan
Bapak Yon SugiartoS.Si, M.Sc.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ ii
LAMPIRAN ................................................................................................................................. 16
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
ii
1
Guiana, Kourou, Guyana, Prancis pada perlu dibenahi seperti kemampuan resolusi
tanggal 3 4 Mei 2002. Dibandingkan tinggi tidak diimbangi dengan resolusi
pendahulunya, SPOT 5 menawarkan temporal yang rendah 26 hari. Selain itu
kemampuan kualitas citra yang lebih tinggi perbedaan resolusi yang sangat mencolok
sehingga menjamin keefektifitasan solusi antara titik pusat dengan daerah cakupan
pertambahan harga citra yaitu dengan citra yaitu 2,5 m membuat perbedaan titik
peningkatan 13 resolusi sebesar 5 meter koordinat yang besar.
untuk multispektral dan 2,5 meter untuk
pankromatik serta lebar luas cakupan citra 2.2 SPOT Vegetation
mencakup 60 x 60 km atau 60 x 120 km, Program vegetasi SPOT dikembangkan
satelit SPOT 5 memberikan keseimbangan bersama oleh Perancis, Komisi Eropa,
ideal antara resolusi yang tinggi dan luas Belgia, Italia, dan Swedia. Sensor ini telah
area cakupan. Daerah cakupan tersebut beroperasi sejak April 1998 pada sistem
merupakan asset kunci untuk aplikasi seperti satelit SPOT-4. Ada setidaknya satu
dalam pemetaan skala menengah (pada 1 : pengamatan dalam sehari yang terekam oleh
25.000 dan 1 : 10.000), perencanaan wilayah sensor satelit pada pukul 10:30 waktu lokal
kota dan pedesaan, eksplorasi minyak dan untuk lintang di atas 328. Tujuan dari
gas serta manajemen atau mitigasi bencana. adanya SPOT Vegetation ini adalah untuk
Fitur kunci dari satelit SPOT 5 lainnya menyediakan pengukuran akurat
adalah tidak ditetapkannya acuan karakteristik dasar dari kanopi vegetasi pada
kemampuan akuisisi dari instrument landasan operasional, baik untuk penelitian
HRS (High Resolution Stereo), yang mana ilmiah skala regional dan global dalam
mampu mengcover area yang luas dalam periode waktu tertentu, juga sistem yang
sekali orbit. Penggunaan sensor stereo dirancang untuk pemantauan vegetasi.
adalah vital untuk permodelan tiga dimensi Satelit SPOT yang pertama diluncurkan
suatu daerah dan lingkungan komputerisasi pada Februari 1986 merupakan satelit yang
sekitarnya, contohnya basis data simulasi dilengkapi dengan sensor optik dengan
penerbangan, koridor jalur pipa dan resolusi spasial tinggi. Hingga kini, sudah
perencanaan jaringan telepon genggam diluncurkan satelit ke lima, SPOT 5, pada
(http://www.satimagery.com). Mei 2002. Sensor Vegetation dipasang sejak
Instrument vegetation dua awak pada SPOT 4. Sensor ini memiliki 4 band
SPOT 5 juga dapat memberikan monitoring spektral, yaitu (Band 1: 430-470 nm; Band
lingkungan vegetasi tersebut secara 2: 610-680 nm; Band 3: 780-890 nm, dan
berkelanjutan di seluruh dunia, seperti satelit Band 4: 1,58-1,7 nm) dengan resolusi
pendahulunya yaitu SPOT 4. Satelit SPOT 5 spasial 1 km dan resolusi temporal 1
diharapkan mampu memasuki masa hari. Rentang panjang gelombang dari kedua
operasional dalam memberikan pelayanan band tersebut digunakan untuk menghitung
komersil sekitar 2 bulan setelah nilai NDVI. Terdapat berbagai konfigurasi
peluncurannya. Grup dari sensor pada satelit SPOT. Sensor
SPOT image terdiri dari empat bagian, satu Vegetation terletak bersebelahan dengan
kantor di Jerman dan sebuah jaringan global sensor HRS (High Resolution Stereoscopic
dari stasiun penerima. Saluran komunikasi imaging) yang menampilkan karakteristik
untuk rekanrekan bisnis dan para sensor Vegetation. Saat ini, citra Vegetation
distributor. Satelit 14 Imaging komposit 10-harian dapat diunduh secara
Corporation (SIC) merupakan sebuah gratis setelah 3 bulan tanggal akuisisi.
petugas distribusi untuk SPOT Image Setiap bulan, diproduksi 3 citra
Corporation. komposit 10 harian, yang mencakup tanggal
Citra SPOT 5 dalam akurasi planimetris 1-10, tanggal 11-20, dan tanggal 21-31.
sebesar 10 m (RMS) dan akurasi ketinggian Citra tersebut sudah terkoreksi geometrik
5 m (RMS). Gambaran ini sesuai dengan dan tersedia dalam beberapa cakupan
syarat standar pemetaan berskala 1 : 50.000. geografis, misalnya untuk wilayah Indonesia
Kemudian dihitung kualitas radiometric dari adalah cakupan Asian Islands. Citra VGT
SPOT 5, yang perbandingannya akan sama S10 tersedia dalam format HDF dan terdiri
atau lebih baik dari SPOT 4. Citra SPOT dari citra NDVI, dan citra status map yang
interpretasi tematik khususnya yang terjamin menjelaskan tentang kualitas radiometric.
dari interpretasi visual dan control yang baik Setiap citra NDVI (produk S10) yang
selama proses digitasi. Disamping itu, citra diunduh perlu dilakukan konversi dari nilai
SPOT 5 memiliki beberapa kekurangan yang digital ke nilai NDVI sebenarnya, dengan
3
Gambar 4 Pola curah hujan rata-rata Kabupaten Karawang tahun 1998 - 2007
7
Gambar 5 Pola suhu udara rata rata Kabupaten Karawang tahun 1998 - 2007
Berdasarkan data curah hujan dan suhu dua kali dalam satu tahun.Waktu tanam
di Kabupaten Karawang selama 10 tahun pertama diawali pada bulan Oktober hingga
(1998 hingga 2007), dapat diketahui bahwa Maret (MT 1), dan yang kedua pada bulan
pola curah hujan bulanannya bervariasi. April hingga September (MT 2). Hal ini
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan berdasarkan awal musim hujan yang terjadi
Februari 2002 dan 2007. Selain itu, dapat di wilayah Karawang karena sebagian besar
diketahui juga bahwa rata-rata curah hujan lahan sawah merupakan sawah tadah hujan.
selama 10 tahun menunjukkan curah hujan
tertinggi yang terjadi selama bulan Oktober 4.2 Karakteristik Fase Pertumbuhan
hingga April dan akan mulai akan turun Tanaman Padi
pada bulan April hingga Oktober. Lahan sawah memiliki karakteristik
Jika ditinjau dari data suhu permukaan yang khas yang membedakannya dengan
wilayah Karawang, maka dapat diketahui tanaman lainnya. Pada awal pertumbuhan
bahwa wilayah Karawang memiliki suhu tanaman padi, areal sawah selalu digenangi
yang relatif konstan dengan nilai 20 27 OC. air sehingga kenampakan yang dominan
Karena data curah hujan tertinggi terdapat yaitu air (fase air). Seiring dengan
pada tahun 2007, maka data tersebut (tahun pertumbuhannya kondisi lahan sawah akan
2007) digunakan sebagai data dasar dalam berubah didominasi oleh daun padi. Pada
pengolahan citra. Penggunaan data curah saat puncak pertumbuhan vegetatif, tingkat
hujan tertinggi bertujuan untuk melihat kehijauan tinggi disebabkan oleh
perbandingan pola musim tanam di kandungan klorofil tinggi. Setelah masa
Kabupaten Karawang dengan dua pola tersebut, tingkat kehijauan akan menurun,
musim hujan yang berbeda (musim hujan lalu timbul bunga-bunga padi sampai
yang relatif rendah dan relatif tinggi). menguning.
Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui Fase pertumbuhan akan diakhiri dengan
bahwa curah hujan maksimum terjadi pada masa panen dan lahan dibiarkan kosong
bulan Januari sebesar 133 mm, sedangkan selama jangka waktu tertentu (bera)
curah hujan terendah terjadi pada bulan tergantung pada pola tanam dari satu
Agustus sebesar 12 mm. Hubungan antara wilayah. Sehubungan dengan itu, maka fase
curah hujan dan suhu udara di daerah pertumbuhan tanaman padi dapat
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata suhu dikelompokkan kedalam 4 kategori, yaitu
menurun akibat curah hujan yang fase air, fase pertumbuhan vegetatif, fase
meningkat. Hal ini juga disebabkan oleh pertumbuhan generatif dan fase bera
faktor iklim lainnya seperti intensitas (Wahyunto 2006). Dengan mempelajari
matahari. karakteristik spektral dari fase pertumbuhan
Wilayah karawang sebagai wilayah tanaman padi dari awal tanam hingga fase
kajian penelitian memiliki pola tanam padi siap panen sebagai acuan dalam mengenali
8
pertumbuhan tanaman padi tersebut dapat Begitu juga sebaliknya, dengan semakin
dilakukan pemantauan menggunakan citra rendahnya nilai NDVI, maka menunjukkan
satelit. Pemantauan itu diarahkan untuk bahwa tanaman berada pada fase tidak
melihat umur tanaman padi, luas areal panen produktif (bera). Berdasarkan hal tersebut,
serta melihat pola spasial distribusi selama maka nilai NDVI dapat digunakan untuk
masa tanam. Dengan menggunakan citra menentukan perkiraan panen dari tanaman
satelit dari beberapa tanggal perekaman, padi.
pemantauan terhadap pertumbuhan tanaman Berdasarkan pengolahan data NDVI
dapat dilakukan lebih akurat dan tepat tahun 2007, maka dapat dihubungkan
waktu. dengan umur padi. Sehingga, dapat
diketahui hubungan antara NDVI dan umur
4.3 Pola Hubungan Nilai NDVI terhadap padi pada saat memasuki panen. Nilai NDVI
Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah dalam grafik diperoleh dari hasil rata-rata
Penggunaan nilai indeks vegetasi data 10 harian. Hasil nilai tersebut dijadikan
(NDVI) digunakan sebagai parameter untuk sebagai rataan bulanan selama empat bulan
memantau kehijauan tanaman terkait dengan sesuai dengan umur tanaman padi selama
tingkat produksinya. Secara rinci sering kurang lebih 110 hari. Berdasarkan grafik
digunakan untuk mendapatkan informasi pada Gambar 6, maka dapat diketahui bahwa
mengenai pertumbuhan tanaman, penutupan dengan meningkatnya nilai NDVI, maka
lahan, perkiraan panen pada tanaman padi, umur tanaman padi meningkat hingga
pendugaan produksi pada tanaman padi serta menuju titik panen.
perkiraan luasan produksi padi. Hasil analisis terhadap pertumbuhan
Penelitian ini mencoba mengkaji sawah di wilayah karawang menunjukkan
penggunaan data NDVI SPOT-VGT untuk bahwa nilai NDVI dari awal tanam hingga
menganalisis tren perubahan fenologi pada memasuki fase vegetatif optimum
tanaman padi sawah. Dengan menganalisa berlangsung pada umur 70-90 hari setelah
tren fenologi pada tanaman padi, maka dapat tanam dan mencapai fase bera pada umur
diduga masa panen padi dan hal-hal yang 120 hari setelah tanam seperti yang terlihat
terkait dengan produktivitasnya. Selain itu, dalam Gambar 6, sesuai dengan hasil
dapat juga digunakan untuk perbandingan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dua masa tanam dari tanaman padi. oleh (Yang dan Su 1998) bahwa nilai NDVI
Berdasarkan skala klasifikasi indeks padi akan mencapai puncak sekitar 70 hari
kehijauan, maka nilai tersebut menunjukkan setelah tanam, kemudian nilai NDVI akan
bahwa daerah Karawang pada tahun 2007 menurun seiring dengan bertambahnya umur
memiliki tingkat vegetasi yang cukup tinggi. tanaman.
Selain untuk pemantauan vegetasi, secara Setelah melewati fase generatif tersebut,
spesifik data NDVI juga dapat digunakan maka dapat diketahui bahwa masa panen
untuk menganalisis tren perubahan fenologi akan datang satu bulan berikutnya (dengan
tanaman padi. Nilai indeks vegetasi yang nilai NDVI yang tinggi yang berkisar antara
didapatkan berkisar dari 0 hingga 0.8 yang 0.7 0.8). Setelah tanaman padi mengalami
menunjukkan tingkat kehijauan vegetasi masa panen pada umur 90 hari, maka tren-
yang cukup tinggi. nya akan menurun hingga umur tanaman
padi 120 hari. Fase inilah yang disebut
4.3.1 Perkiraan Panen Padi dengan fase bera. Pada saat fase ini, nilai
Nilai NDVI memiliki kisaran antara -1 NDVI-pun mengalami penurunan hingga
sampai 1. Dimana semakin tinggi nilai kembali pada fase awal (fase air), hal ini
NDVI, maka tanaman padi akan semakin disebabkan oleh jumlah tanaman padi
mendekati fase siap panen. Nilai indeks (vegetasi) yang menurun akibat telah
vegetasi yang semakin mendekati +1 (0.8 dipanen, sehingga bentukan permukaan
0.9) menunjukkan bahwa kerapatan daun lahan adalah non-vegetasi dan akan kembali
yang tinggi. Nilai NDVI dari saat tanaman didominasi oleh permukaan air.
padi berumur 3 - 4 MST (Minggu Setelah
Tanam) sampai 16 MST menunjukkan
bentuk kurva dengan puncaknya (parabolik)
saat padi pada umur (fase) vegetatif
optimum padi bunting (umur sekitar 70-80
hari setelah tanam atau sekitar 10-11 MST).
9
Tidak bervegetasi/
1 -0.096 - 0.036 <3
terbuka/air
Berdasarkan kisaran indeks vegetasi, hal menurun jika vegetasi atau permukaan air
tersebut juga dapat dibuktikan, dimana pada lebih banyak. Berdasarkan data NDVI yang
awal tanam/pertumbuhannya nilai indeks tersedia, maka dapat diketahui bahwa rata-
vegetasi tanaman padi akan berkisar antara rata nilai NDVI pada tahun 2007 sebesar
0-0.3 bahkan bernilai negatif (karena 0,652.
didominasi oleh kenampakan air) dan nilai
indeks akan semakin tinggi seiring dengan 4.3.2 Pendugaan Produksi Padi
bertambahnya umur, kemudian mencapai Tanaman padi akan mengalami
maksimum pada umur tertentu yaitu pada pertumbuhan optimum pada umur 9 12
saat padi bunting (pinnacleinitiation). minggu setelah tanam. Pada tahap inilah
Selanjutnya nilai indeks vegetasi semakin yang disebut sebagai fase generatif, dimana
menurun selama fase pengisian-pematangan mulai bermunculan butir-butir padi yang
bulir hingga menjelang panen (Wahyunto menguning.
2006) seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui
Berdasarkan hal tersebut, dapat bahwa padi mulai berproduksi umur 60 hari.
dibuktikan bahwa nilai NDVI akan Hal ini membuktikan bahwa padi mengalami
meningkat, jika pada permukaan lahan fase generatif pada umur 9 12 minggu.
terbentuk vegetasi dan nilai NDVI akan
10
3. Fase Generatif
Fase pertumbuhan generatif, dimana
lahan sawah yang semula didominasi daun
yang berwarna hijau akan digantikan dengan
butir-butir padi yang berwarna kuning. Nilai
NDVI pada fase ini berkisar antara -0.096
dan 0.876. Nilai NDVI terendah sebesar -
Gambar 7 Fase Awal Pertumbuhan pada 0.096 yang terdapat di wilayah bagian utara
MT1 Kabupaten Karawang. Wilayah ini masih
mengalami fase air karena wilayah yang
2. Fase Vegetatif berbatasan langsung dengan laut. Sedangkan
Fase pertumbuhan vegetatif, ditandai nilai NDVI tertinggi sebesar 0.876 yang
dengan semakin lebatnya daun tanaman padi
11
3. Fase Generatif
Fase generatif ditunjukkan dengan
gambaran hasil olahan citra yang ubinannya
berwarna kuning kemerahan. Fase ini
merupakan fase dengan nilai optimum yang
menunjukan bahwa tanaman padi yang hijau
mulai digantikan dengan butir-butir padi
yang berwarna kuning.
2. Fase Vegetatif
Berdasarkan hasil pengolah data, maka
diperoleh kisaran nilai NDVI sebesar -0.096
hingga 0.92. Nilai NDVI terendah berada
pada angka -0.096 yang menunjukkan
wilayah tersebut masih berupa air dan tidak
bervegetasi. Hal ini ditunjukkan dengan
bagian Utara Kabupaten Karawang yang
masih mengalami fase air dan mulai beralih
ke fase vegetatif. Sedangkan nilai NDVI
tertinggi yaitu 0.92 menunjukkan bahwa
wilayah tersebut telah mengalami fase
generatif dan memasuki awal panen. Gambar 13 Fase Generatif Pertumbuhan
Berdasarkan hasil olahan data citra pada MT2
Gambar 12, maka dapat dilihat bahwa
wilayah yang sedang mengalami fase Berdasarkan hasil data citra yang
vegetatif adalah Kecamatan Krawang, Rawa, diperoleh, nilai NDVI berkisar antara -0.096
Talaga, Tirta dan sebagian dari Kecamatan hingga 0.876. Nilai terendah masih
Cikampek. menunjukkan wilayah tersebut masih berupa
permukaan air dan tidak bervegetasi.
Wilayah bagian Utara Kabupaten Karawang
menunjukkan masih berada pada fase awal.
Sedangkan nilai NDVI tertinggi yaitu 0.876,
menunjukkan nilai optimum atau fase
13
generatif yang terjadi pada Kecamatan Wilayah yang mengalami perubahan fase
Rengas, Klan, Tirta, sebagian dari sesuai dengan prediksi nilai NDVI dan
Kecamatan Rawa, Pedes, dan Rengas. memulai awal tanam pada bulan April
adalah Kecamatan Rengas.
4. Fase Bera
Fase panen atau bera merupakan fase 4.4.3 Perbandingan Dua Musim Tanam
dimana lahan sawah menjadi bera dibiarkan Berdasarkan dua musim tanam tersebut,
kosong selama jangka waktu tertentu. maka dapat diketahui perbandingan bahwa
Gambaran fase ini pada musim tanam 2 pada saat musim tanam 1 yaitu bulan
yaitu bulan April hingga September dapat Oktober menghasilkan sebaran NDVI yang
dilihat pada gambar berikut: relatif rendah. Hal ini dapat terlihat pada
Gambar 7, dimana rata-ratan sebaran tutupan
lahan di Kabupaten Karawang relatif tidak
banyak. Fase awal pada musim tanam 1
didominasi oleh wilayah yang berada di
bagian Utara Kabupaten Karawang, hal ini
terlihat pada sebaran warna yang terdapat
disepanjang Utara Karawang. Sedangkan
wilayah lainnya yaitu bagian tengah dan
Selatan Karawang mulai memasuki fase
Generatif bahkan fase bera pada tanaman
padi. Hal tersebut terjadi pada bulan Oktober
dimana curah hujan mulai meningkat.
Fase awal pada musim tanam 2 yaitu
bulan April menunjukkan bahwa tutupan
lahan di Kabupaten Karawang memiliki nilai
NDVI relatif tinggi. Hal ini terlihat pada
Gambar 13, dimana terjadi perluasan
Gambar 14 Fase Bera Pertumbuhan pada wilayah bagian Utara yang mengalami fase
MT2 awal. Sedangkan wilayah lainnya di
Kabupaten Karawang mengalami fase
Berdasarkan hasil olahan data citra vegetatif, generatif dan bera. Musim tanam
diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai ini terjadi pada saat curah hujan relatif
NDVI berkisar antara -0.096 hingga 0.884. rendah.
Sebagian wilayah Utara Kabupaten Berdasarkan dua musim tanam tersebut,
Karawang masih mengalami fase awal dan terdapat kesamaan yaitu pada wilayah
mulai mengalami perubahan fase bagian Utara Kabupaten Karawang
selanjutnya, akan tetapi nilai NDVI wilayah mengalami perubahan dari fase awal menuju
tersebut masih rendah yaitu sekitar -0.096 fase selanjutnya dengan waktu yang relatif
(sebagian besar wilayah tersebut masih lama. Hal ini disebabkan karena wilayah
tertutup oleh air). Sedangkan nilai NDVI tersebut berbatasan langsung dengan Laut
tertinggi yaitu 0.884. Nilai ini menunjukkan Jawa. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
umur tanaman padi berkisar antara 9 hingga NDVI yang relatif rendah dari fase ke fase
13 MST. Pada fase ini tanaman padi mulai dan berwarna biru pada permukaan hasil
menjadi bera. citra. Warna permukaan yang biru dan nilai
Berdasarkan keempat fase yang nilai NDVI yang rendah (-0.096)
diperoleh dari olahan data citra dengan menunjukkan wilayah tersebut masih berupa
musim tanam 2 yaitu bulan April, maka permukaan air dan tidak bervegetasi.
dapat disimpulkan bahwa wilayah Utara Selain kecamatan yang berada di bagian
Kabupaten Karawang mengalami perubahan Utara Kabupaten Karawang, kecamatan-
dari fase awal menuju fase selanjutnya kecamatan lainnya mengalami variasi dalam
sangat lama. Sama hal nya dengan analisa fase penanaman padi. Hal ini terlihat pada
musim tanam 1, wilayah Utara Kabupaten hasil citraan yang bervariasi dari setiap
Karawang letaknya yang berbatasan wilayah dan bahkan tidak sesuai dengan
langsung dengan Laut Jawa sehingga nilai prediksi data citra pada dua musim tanam.
yang terekam oleh citra merupakan rataan Hal ini disebabkan oleh cara pertanian di
kenampakan fase air. setiap wilayah atau kecamatan memiliki
perbedaan tergantung pada kebiasaan yang
14
Application.
Wahyunto, W dan B Heryanto.
2006. Pendugaan Produktivitaas
Tanaman Padi Sawah Melalui
Analisis Citra Satelit.
Yang, C.M. and M.R. Su. 1998. Correlation
of Spectral Reflectance to Growth in
Rice Vegetation. ACRS Journal.
______,http//www.satimagery.com
LAMPIRAN
Gambar 1 Fase Awal pada MT 1