Vous êtes sur la page 1sur 13

Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp

Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2


September 2014

Konsensus Sebagai Pilar Utama Good Governance Dalam Penyelesaian


Konflik Tanah Ulayat di Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Oleh :
Ahmad Fitra Yuza

Domain governance atau disebut juga pilar good governance merupakan stakeholders
yang saling berinteraksi satu sama lain baik dalam bentuk konflik maupun kerjasama.
Apabila interaksi dari ketiga pilar ini tidak harmonis, maka ia akan menjadi konflik, tetapi
apabila inteaksi itu harmonis, maka ia menjadi kerjasama. yang paling penting dalama
pengelolaan kepentingan publik adalah merubah konflik menjadi kerjasama. Adapun judul
penelitian adalah Konsensus Sebagai Pilar utama Good Governance dalam penyelesaian
konflik tanah ulayat di Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Teori diatas merupakan alternatif
konseptual untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam penyelenggalaan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Salah satu
permasalahan krusial dan urgen untuk dicarikan solusi pemecahannya (Problem solving)
adalah konflik pengelolaan tanah ulayat yang melibatkan Pemerintah daerah, Perusahaan
Swasta dan Masyarakat Lokal. Sebagai implikasi dari perbedaan pandangan antara
perusahaan swasta dan masyarakat lokal dalam pengelolaan lahan/tanah ulayat, terjadi
disharmonis interaksi sehingga menimbulkan konflik yang kronis. Perusahaan swasta yang
bergerak di sektor kehutanan dan perkebunan menggarup lahan lahan di daearah
beroperasinya dengan paradigma dan manajemen bisnis bentuk mencari keuntungan.
Sedangkan masyarakat lokal yang merupakan masyarakat adat masih terikat dan berpegang
teguh kepada nilai-nilai, norma, tradisi dan budaya serta adat-istiadat setempat yang berlakau
dan diwariskan secara turun-temurun. Yakni pertama, menentukan batas dan luas lahan yang
dipermasalahkan oleh para pihak yang terletak di Desa Senama Nenek kecamatan Tapung
Hulu kabupaten Kampar (hal ini terlaksana). Kedua, menghitung aset yang ada di atas lahan
yang dipermasalahkan berupa investasi yang telah dikeluarkan pihak PTPN V, baik aset
tanaman, aset jalan, maupun aset bangunan yang berada di lokasi (hal ini terlaksana). Ketiga,
merumuskan pola kemitraan secara berkeadilan dan saling menguntungkan kedua belah pihak
(hal ini tidak terlaksana). Keempat, di dalam penyelesaian terdapat permasalahan secara
teknis tim dapat mengangkat tenaga ahli sebagai tenaga pendukung (hal ini terlaksana).
Kelima, hasil kesepakatan para pihak selanjutnya akan dinotarialkan supaya berkekuatan
hukum.

Key Word: Konsensus, Good Governance, Konflik Tanah.

Pendahuluan tunggal yang dapat menyelesaikan konflik


disebabkan jenis konflik yang beragam
Konflik merupakan sesuatu yang sesuai dengan akar persoalan yang
tidak dapat dihindari dalam kehidupan berbeda.
sosial, berbagai penyebab menjadi sesuatu Good governance merupakan suatu
yang dapat melatarbelakangi konflik baik konsep sebagai alternatif dalam
yang bersifat laten maupun konflik yang menghadapi kebuntuan pemecahan
bersifat terbuka. Resolusi yang tepat berbagai problem, yang semula
sangat dibutuhkan dalam penyelesaian dipopulerkan oleh Worlk Bank dan UNDP
berbagai persoalan konflik yang ada telah diaplikasikan pada berbagai institusi
dimasyarakat. Belum ditemukan resolusi dan level pemerintahan. Governance

60
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
mempunyai tiga domain, yakni ; State, seperti regulation, empoweretment dan
private sector dan society telah public service, belum membuat sebuah
berkembang dengan berbagai variannya. kebijakan yang mengatur secara baik
Apabila konsep good governance bagaimana pengaturan tanah ulayat.
diterapkan pada institusi swasta maka ia Agar berhasil dalam mengelola dan
menjadi good corporate governance. mengatasi konflik, kita perlu memahami
Apabila diterapkan pada masyarakat ia konflik itu sendiri dengan baik.
berwujud masyarakat madani, dan apabila Memahami berarti mengerti atau
diterapkan pada tataran pemerintah lokal mengetahui secara mendalam. Memahami
maka ia menjadi lokal good governance. lebih dari sekedar mengetahui yang
Ketiga domain governance atau mensyaratkan penguasaan detail seluk-
disebut juga pilar good governance beluk konflik, bahkan asal usul konflik
merupakan stakeholders yang saling bisa ditelaah sampai keakarnya guna
berinteraksi satu sama lain baik dalam mencari penanganan yang relevan untuk
bentuk konflik maupun kerjasama. Apabila sebuah usaha dalam pengelolaan konflik.
interaksi dari ketiga pilar ini tidak Pada dasarnya konflik merupakan
harmonis, maka ia akan menjadi konflik, fakta kehidupan yang tidak terkait dengan
tetapi apabila interaksi itu harmonis, maka persoalan baik dan buruk, yang penting
ia menjadi kerja sama. Yang paling dalam sebuah konflik pengelolaan konflik
penting dalam pengelolaan kepentingan secara baik dan benar. Namun sebaiknya
publik adalah merubah konflik menjadi konflik tidak sampai memicu korban fisik,
kerja sama. oleh karenanya perlu disikapi dengan
Penulis melihat teori diatas keterbukaan kedua belah pihak dalam
merupakan alternatif konseptual untuk mencari solusi yang terbaik. Perbedaan
menyelesaikan berbagai persoalan dalam pendapat yang memicu konflik merupakan
penyelenggaraan pemerintahan dan hal biasa, sebab perbedaan pendapat atau
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten pertentangan opini merupakan suatu
Kampar propinsi Riau. Salah satu dorongan menuju perubahan dan
permasalahan krusial dan urgen untuk kemajuan. Pendapat-pendapat bisa
dicarikan solusi pemecahannya (problem diutarakan dengan cara negatif maupun
solving) adalah konflik pengelolaan tanah positif. Dalam pandangan Lacey,
ulayat yang melibatkan pemerintah daerah, mengatasi masalah tidak sama dengan
perusahaan swasta dan masyarakat lokal. menghindari atau menekan konflik.
Sebagai implikasi dari perbedaan Menangani konflik berarti menggunakan
pandangan antara perusahaan swasta dan konflik dan mengelolanya sehingga
masyarakat lokal dalam pengelolaan tanah memperoleh keuntungan dari konflik
ulayat, terjadi disharmonis interaksi dengan meraih kesempatan untuk terus
sehingga menimbulkan konflik yang berkembang (Lacey, 2003 : xi ).
kronis. Perusahaan swasta yang bergerak Menurut direktur eksekutif scale up
di sektor kehutanan dan perkebunan harry oktavian telah terjadi 241 konflik
menggarap lahan di daerah beroperasinya sosial yang terjadi diriau pada empat tahun
dengan paradigma dan manajemen bisnis terakhir dari tahun 2008 diantaranya;
untuk mencari keuntungan. Sedangkan persoalan pada sektor kehutanan dan
masyarakat lokal yang merupakan perkebunan. Tercatat dari 2,8 juta hektar
masyarakat adat masih terikat berpegang lahan perkebunan sawit, berkonflik sekitar
teguh pada adat-istiadat, nilai-nilai, norma 342.571 Hektar. Diantara konflik yang
dan tradisi setempat yang berlaku dan terjadi kampar merupakan salah satu
diwariskan secara turun temurun. Dilain kabupaten yang mempunyai banyak
sisi, pemerintah daerah yang semestinya perkebunan sawit, sebagian lahan tersebut
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan adalah tanah ulayat.

61
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Hasil wawancara dengan bapak penyelesaian konflik antara masyarakat
ibrahim wakil bupati kampar menyatakan dengan pihak perusahaan.
bahwa dalam beberapa tahun terakhir
sudah tercatat ada puluhan konflik Kerangka Teori
penggunaan lahan antara pihak masyarakat
dengan pihak perusahaan yang masih Dalam kajian ini yang akan dilacak
dalam proses penyelesaian. Adapun berbagai persoalan yang muncul dalam
konflik penggunaan lahan tersebut adalah sebuah proses mencapai konsensus konflik
desa senamanenek dengan PTPN V dan antara masyarakat dengan pihak
konflik masyarakat adat suku domo perusahaan dan berbagai upaya resolusi
dengan PT. Peputera Masterindo. konflik yang dilakukan oleh pemerintah
Peneliti dalam hal ini akan daerah Kabupaten Kampar.
mengelompokkan resolusi berdasarkan
pencapaian kesepakatan dalam rangka 1. Konflik
merubah konflik menjadi kerja sama dapat Menurut Ross Stagner, konflik
dikategorikan, yaitu ; pertama, No adalah suatu situasi dimana dua manusia
Consensus yaitu kasus-kasus konflik atau lebih menjadi saling bertentangan.
pengelolaan tanah ulayat yang sama sekali Dalam konflik harus ada setidaknya dua
tidak dapat diselesaikan karena tidak kelompok, masing-masing kelompok
tercapai konsensus antara pihak-pihak memobilisasi energi untuk memperoleh
yang terlibat konflik. Kedua Artificial suatu tujuan yaitu objek atau situasi yang
Consensus yaitu kasus-kasus konflik diinginkan. Masing-masing kelompok
pengelolaan tanah ulayat yang telah merasakan yang lain sebagai penghalang
diselesaikan dengan tercapainya atau ancaman untuk tujuan tersebut (Ross
kesepakatan (Consensus) antara Stagner 1976). Berkaitan dengan fokus
perusahaan dan masyarakat lokal. Namun penelitian ini, konflik berupa pertentangan
dalam implementasinya kesepakatan ini antara masyarakat adat dengan Pihak
bisa dilanggar oleh salah satu pihak perusahaan yang berujung pada sebuah
ataupun kedua belah pihak, sehingga konflik terbuka yang menimbulkan
konsensus yang telah terbangun menjadi korban.
buyar dan konflik kembali terjadi.
Dalam mempelajari dinamika konflik 2. Pemerintah Lokal
pengelolaan tanah ulayat yang Menurut Sarundajang (2001)
berhubungan dengan pemerintah, pemerintah lokal sebagai suatu sub
perusahaan maupun masyarakat adat, komponen geografis suatu negara yang
maka penelitian ini diharapkan berdaulat pemerintah lokal berfungsi
memberikan manfaat sebagaimana berikut memberikan pelayanan umum, dalam
ini : suatu wilayah tertentu.
1. Mengetahui, memahami dan Joko Widodo (2001)
menjelaskan terhadap berbagai upaya mengemukakan bahwa pemerintah lokal
consensus dalam resolusi konflik antara merupakan pemerintahan yang didekatkan
masyarakat dengan Pihak perusahaan dengan rakyat. Dengan demikian akan
dalam pengelolaan tanah ulayat. dapat mengenali apa yang menjadi
2. Sebagai bahan rujukan bagi pengkaji kebutuhan, permasalahan, keinginan dan
politik lokal yang berminat dalam kepentingan serta aspirasi rakyat secara
mengkaji topik yang serupa dan sebagai baik dan benar, karena kebijakanyang
referensi bagi masyarakat adat serta dibuat akan mencerminkan apa yang
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar menjadi kepentingan aspirasi rakyat yang
dalam memberikan alternatif kebijakan dilayaninya.

62
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Sharpe (1985) mengemukakan World Bank memberikan definisi
lokal government is better able than the way state power is used in managing
central government to respond to changes economic and sosial resources for
in demand, to experiment and to anticipate development of society (governance
future changes. Its provides a form non didefinisikan sebagai cara negara
producer groups can more easily menggunakan kekuasaan dalam mengelola
participate. (pemerintah lokal lebih sumber daya ekonomi dan sosial untuk
mampu dari pada pemerintah pusat dalam pembangunan masyarakat).
merespon perubahan tuntutan, melakukan UNDP memberikan batasan
exsperimen dan mengantisipasi perubahan- governance is defined as the exercise of
perubahan pada masa mendatang. political, economic and administrative
Pemerintah lokal memberikan bentuk authority to manage a nations affairs.
pemerintahan dalam mana rakyat dari Governance didefinisikan sebagai
kelompok-kelompok diluar pengambil pelaksanan kewenangan politik, ekonomi
keputusan dapat dengan muda dan adminitrasi dalam mengelola urusan-
berpartisipasi). urusan suatu negara).
Berdasarkan definisi ini, maka
3. Good Governance governance mempunyai tiga dominan atau
Awal dari popularitas goog kaki (three legs) yaitu economi, political
gevernance dimotori oleh Worlk Bank dan administratif. Economic governance
pada tahun 1994. Lembaga keuangan meliputi aktivitas ekonomi dan interaksi
internasional ini berkepentingan untuk diantara penyelenggara ekonomi. Political
memastikan kembalinya dana-dana yang governance adalah proses-proses
dipinjamkan, terutama negara-negara pembautan keputusan untuk formulasi
berkembang, namun tidak memiliki kebijakan. Administrative governance
leverage untuk melakukan camput tangan adalah sistem implementasi kebijakan.
dalam pengelolaan negara peminjam. Oleh karena itu institusi governance
Perintangnya adalah disaklarkanya meliputi negara (state), sector swasta
kedaulatan masing-masing negara. Jadi (private sector) dan masyarakat sipil (civil
awalnya good gevernance merupakan society) yang saling berinteraksi dalam
kepentingan kapitalisme yang berada menjalankan fungsinya masing-masing.
Institusi pemerintah berfungsi
dalam kerangka berpikir neo liberalism.
Dewasa ini good governance kedaulatan menciptakan lingkungan politik dan
masing-masing negara jadi awal good hukum yang kondusif. Sektor swasta
governance merupakan kepentingan menciptakan pekerjaan dan peningkatan
kapitalisme yang berada dalam kerangka pendapatan. Society berperan positif dalam
berfikir neoliberalis. Dewasa ini good interaksi sosial, ekonomi dan politik
governance banyak diadopsi oleh berbagai termasuk mengajak kelompok-kelompok
negara dalam membenahi sistem dalam masyarakat untuk berpartisipasi
penyelenggaraan pemerintahan. dalam aktivitas ekonomi, sosial dan
Perkembangan ini semakin didorong politik.
dengan terbitnya buku reiveranting Konsep good governance adalah
government karya David Osborn dan Ted pengemangan ataupun perubahan
Gebler. paradigma dari good governance.
Beberapa definisi tentang good Perubahan paradigma ini diaplikasikan
governance dapat dilihat dari berbagai dalam bentuk perubahan pola interaksi
pendapat para pakar dan institusi yang antara ketiga pilar good governance yakni
berkompeten dalam bidang good antara state, private sector dan civil
governance yang dapat dikeumukakan society. Dalam good governance yang
sebagai berikut: diutmakan adalah strategi dari ketiga pilar

63
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
ini. Penyelenggaraan pemerintahan akan dengan warga masyarakat. Dalam
berjalan dengan baik apabila masing- perkembangan lebih lanjut, konsensus
masing pilar telah mempunyai kesempatan yang dibangun dalam interaksi antar pilar
dan akses yang sama dalam berintegrasi governance kemudian dituangkan dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. suatu aturan hukum yang mengikat pihak-
Good governance juga dapat dipahami pihak yang terlibat dalam pembuatan
sebagai arena pengelolaan kepentingan konsensus itu. Sejumlah nilai yang semula
publik. diikuti secara sukarela berubah menjadi
aturan hukum yang harus ditaati konsensus
4. Karakteristik Good Governance dapat dijadikan acuan sebagai pelengkap
UNDP menetapakn sembilan belas aturan main yang belum diatur dalam
karakteristik good governance sembilan Peraturan Perundangan mapun hukum adat
diantaraanya yang populer yakni : (dalam buku governing hal 17 tahun
1. Participation (partisipasi) 1997).
2. Rule of Law (pengekana hukum)
3. Transparancy (transparansi) 6. Tanah Ulayat
4. Responsiveness (responsivitas) Peraturan Menteri Negara Agraria
5. Consensus Orientation (orientasi Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
kepada kesepakatan) 5 Tahun 1999 Pasal 1 berbunyi :
6. Equity (keadilan dan kesejateraan) a. Hak Ulayat dan hak serupa itu di
7. Efficiency and Effetiveness (efisiensi masyarakat hukum adat (untuk
dan efektivitas) selanjutnya disebut hak ulayat)
8. Accountability (akuntabilitas) adalah kewenangan yang menurut
9. Strategic Vision (visi yang strategis) hukum adat dipunyai oleh
masyarakat hukum adat tertentu atas
Konsensus sebagai karakteristik wilayah tertentu yang merupakan
Good Governance diatas ditetapkan lingkungan hidup para warganya
sebagai indikator dalam penelitian ini. untuk mengambil manfaat dari
sumber daya alam, termasuk tanah
5. Konsensus dalam wilayah tersebut bagi
LAN dan BPKP mengemukakan kelangsuangan hidup dan
memalui karakteristik consensus kehidupannya, yang timbul dari
orientation, good governance dapat hubungan secara lahiriah dan
menjadi mekanisme intermediasi bathiniah turun-temurun dan tidak
kepentingan yang berbeda untuk terputus antara masyarakat hukum
memperoleh pilihan terbaik bagi adaat tersebut dengan wilayah
kepentingan yang lebih luas baik dalam hal bersangkutan.
kebijakan maupun prosedur (dalam b. Tanah ulayat adalah bidang tanah
sosialisasi LAN dan BPKP, 2000). yang diatasnya terdapat hak ulayat
Ryaas Rasyid 1997 mengemukakan dari suatu masyarakat hukum adat
penyelenggaraan pemerintahan sebagai tertentu.
suatu governing process memerlukan seni
pemerintah yang menemukan cara 7. Defenisi Konseptual
pendekatan yang sesuai, yang bisa disebut a. Konflik adalah perbedaan
dengan governing, yaitu suatu proses pandangan,
pengelolaan kekuasaan dimana pertentangan/perselisihan antara
pemerintahan dijalankan berdasarkan masyarakat adat dengan perusahaan
konsensus-konsensus antara mereka yang dalam pengelolaan kelapa sawit.
duduk dalam struktur pemerintahan

64
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
b. Institusi good governance meliputi 1) Keterlibatan pemerintah daerah
negara (state), sektor swasta (primer dalam implementasi consensus
sector) dan masyarakat sipil (civil Perdamaian.
society) yang saling berinteraksi 2) Resolusi konflik oleh pemerintah
dalam menjalankan fungsinya daerah.
masing-masing. 3) Berbagai upaya pemerintah
c. Konsensus adalah solusi konflik daerah dalam mewujudkan
yang dilihat dari kesepakatan- consensus konflik.
kesepakatan yang dihasilkan serta
implementasi yang dilakukan
sebagai upaya dalam sebuah Metode Penelitian
resolusi. Untuk menganalisis secara
mendalam tentang masalah penelitian.
8. Definisi Operasional Maka pendekatan penelitian yang diajukan
Menurut Soejono Soekamto untuk diterapkan adalah: Pendekatan
defenisi operasional dijadikan pegangan Kualitatif. Devine (dalam Usa Harrison,
dalam melakukan penelitian, adapun 2007) mengatakan bahwa :
defenisi operasional ini dimaksudkan Keuntungan dari pendekatan
untuk memperjelas dan meperinci konsep kualitatif dalam ilmu politik sering
yang telah dikemukakan. Definisi diabaikan, padahal kekuatannya
operational mengubah konsep dengan terletak dalam dalam fakta bahwa
suatu pengukuran menggunakan kata-kata riset ini membuat periset terlibat
yang menggambarkan perilaku atau gejala- dalam setting sosial yang menjadi
gejala yang dapat diuji atau diamati tujuan penelitiannya, membuat
(Soejono Soekamto, 187:220). periset bisa engamati sendiri orang-
Sebagai pedoman dalam orang dalam sitauasi sehari-hari
melakukan penelitian, indicator-indikator dan ikut serta beraktivitas bersama
yang digunakan adalah analisis dengan mereka.
melihat terjadinya perubahan sosial pada Jenis data yang dibutuhkan dalam
struktur masyarakat dan mendeskripsikan penelitian ini adalah data primer dan data
upaya resolusi konflik yang dilakukan sekunder, yaitu Data primer yang
pemerintah daerah. Hal tersebut diukur diperoleh dari lokasi penelitian, berupa
sistematis yang meliputi: hasil wawancara dengan tokoh masyarakat
a. Keadaan yang mengkondisikan yang terdiri dari kepala desa dan Ketua
konflik Pemuda. Pihak perusahaan terdiri dari
1) Prilaku masyarakat terhadap Kepala bagian community development.
tanah, baik dalam tanah Badan Pertanahan Nasional, dalam hal ini
perkebunan sampai pada tata cara kepala seksi administrasi pertanahan.
pembagian tanah ulayat. Bupati atau wakil Bupati Kabupaten
2) Sikap masyarakat, perusahaan dan Kampar. Dewan Perwakilan Rakyat
pemerintah daerah terhadap Daerah Kabupaten Kampar dalam hal ini
pemanfaatan tanah. adalah anggota komisi III DPRD Kampar
3) Keadaan sosial ekonomi yang menjadi tim Hearing. Sedangkan
masyarakat. data sekunder yaitu data yang diperoleh
4) Profil PTP V dan PT. Peputera dari buku-buku, mekalah dan dokumen-
Masterindo dokumen yang berhubungan dengan
penelitian konflik yang dilakukan.
b. Peran pemerintah daerah dalam Dokumen yang akan ditelaah berupa buku,
upaya konsesus pengelolaan konflik. artikel, majalah, koran, undang-undang,
dokumen administrasi lembaga terkait.

65
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Dokumen-dokumen yang terkait responden yang merujuk pada responden
dengan penelitian ini adalah Peraturan sebelumnya, juga untuk memperkuat data
Daerah Kabupaten Kampar No 12 tahun sebelumnya. Peneliti terlebih dahulu
1999 tentang tanah ulayat, perjanjian menetukan key informan (informan kunci)
konsensus. Disamping itu Peneliti juga setelah itu baru mengalir ke informan-
menelaah Koran Riau Post dan Tribun informan yang lain, peneliti memulai
yang terkait pemberitaan konflik antara PT wawancara dari kepala desa kemudian
Pepeutera Masterindo dengan masyarakat. mengalir ke informan-informan yang lain
Dokumen pemetaan tanah di BPN sesuai dengan informasi yang dibutuhkan
Kabupaten Kampar dan Dokurnen tentang oleh peneliti. Kemudian observasi
penguasaan tanah ualayat. dilakukan oleh peneliti dengan
Lokasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung yaitu mengunjungi
di Desa Senamanenek da Desa Sei Jalau, langsung lokasi penelitian dan melihat
Kecamatan Kampar Utara, Kabupaten kondisi riil di lapangan. Penulis pertama
Kampar, Propinsi Riau. Lokasi ini dipilih kali melahrkan kunjungan ke lokasi
dengan berbagai pertimbangan diantaranya penelitian pada tanggal 20 Desember 2010.
adalah : Pertama, kekayaan alam dilokasi Pada kunjungan awal ini peneliti menemui
penelitian sangat melimpah namun tidak Kepala Desa untuk memperoleh data-data
ada manajemen yang baik sehingga awal yang dibutuhkan dalam penelitian.
masyarakat sekitar bisa memanfaatkan Dalam menganalisis data penelitian
potensi kekayaan alam. Kedua, Status tersebut, penelitian ini menggunakan dua
tanah di masyarakat adalah tanah ulayat teknik analisis kualitaif, yaitu model
sehingga sebesar-besarnya dimanfaatkan Miles-Huberman dan analisa data model
untuk kesejateraan masyarakat adat Spradley. Cara menganalisis model Miles
setempat, Ketiga Konflik antara PTPN V dan Huberman: analisa data dilakukan
dan PT. PEPUTERA dengan masyarakat dengan mendasarkan diri pada penelitian
adat sudah lama terjadi dan sampai dengan lapangan, kemudian dilakukan pemetaan
saat ini belum terselesaikan dengan baik. atau deskripsi tentang data ke dalam
Proses pengumpulan dan matriks. Dalam proses ini peneliti
memperoleh data dilakukan dengan cara menelaah dan menganalisis terlebih dahulu
studi kepustakaan, wawancara mendalam data yang sudah ada. Atas dasar
dan observasi. Studi pustaka dilakukan pemahaman tentang data yang ada lalu
dengan mendalami dokumen-dokumen dilakukan pemetaan atau deskripsi data
yang terkait dengan penelitian ini kedalam matriks. Analisa data
diantaranya Peraturan Daerah Kabupaten menggunakan matriks.
Kampar No 12 tahun 1999 tentang Tanah Cara menganalisis model Spradley:
Ulayat, Perjanjian Kerjasama Perdamaian. dalam model ini analisis data tidak terlepas
Disamping itu Peneliti juga menelaah dari keseluruhan proses penelitian.
koran Riau Post dan Tribun yang terkait Analisis data menyertakan teknik
pemberitaan konflik antara PT Pepeutera pengumpulan data. Keseluruhan proses
Masterindo dengan masyarakat. Dokumen analisis terdiri atas: pengamatan,
pemetaan Tanah di BPN Kabupaten deskrispsi, analisa domain, pengamatan
Kampar dan Dokumen tentang penguasaan terfokus, analisa taksonomi, pengamatan
tanah Ulayat. terpilih, analisa komponensial dan diakhiri
Wawancara dilakukan dengan dengan analisa tema. Model analisa siklus
teknik snowball, yakni dengan dengan memanfaatkan hubungan semantik.
mengajukan pertanyaan secara mendalam
dan berkembang selama berkaitan dengan Pembahasan
topik penelitian, selain itu teknik ini juga
digunakan dengan terus mengembangkan 1. Penguasaan Ulayat

66
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Ulayat merupakan tanah adat dalam upaya pengembalian lahan yang
berupa hutan yang dikuasai oleh menjadi milik masyarakat adat setempat.
pemerintah adat secara penuh. Penguasaan
ini dilakukan secara turun temurun sebagai 3. Upaya Penuntutan Lahan
warisan nenek moyang yang terkaper Pada tahun 1995 masyarakat
dalam sebuah suku. Desa senama nenek melakukan pengaduan terhadap
terdiri dari beberapa suku yang persoalan ini
mempunyai ulayat, diantaranya suku Kepada KBMR (keluarga besar melayu
Domo dan suku Pitopang. Secara garis riau) yang di pimpin oleh Nurmansyarah
keturunan suku tersebut di wariskan pada abdul wahab. Berbagai pertemuanpun
sistem matrilinear atau sang ibu. dilakukan dengan berbagai pihak termasuk
Tanah persukuan tidak mempunyai Dprd kabupaten kampar yang ditandai
surat, namun hal ini diyakini dengan surat tim pelaksana kerja desa
penguasaannya secara turun temurun. Jauh senama nenek No.08/LK/III/1999 tentang
sebelum reformasi dahulu kala hutan ini pengembalian lahan tersebut.
dimanfaatkan masyarakat setempat untuk Hal ini direspon oleh bupati dengan
mencari kayu dan berladang dalam menyurati gubernur riau yang isinya
memenuhi kehidupan sehari-hari. tentang pencabutan pencadangan lahan
Tergambarkan lahan yang dimiliki suku ini 30.000 Hektar dan mengeluarkan lahan
pada awalnya seluas 5000 Hektar, namun seluas 2.800 Hektar kepada masyarakat.
sesuai dengan perkembangan zaman pemerintah provinsi melalui surat badan
sebagian lahan ini telah digarap oleh suku koordinasi penanaman modal yang
Domo dan Suku pitopang. Selain ditujukan kepada direktur PTPN V
pemukiman lahan ini digunakan untuk memberikan alternatif untuk menyerahkan
perkebunan rakyat dalam memenuhi lahan tersebut atau membuat sistem PIR.
kebutuhan hidup keluarga. PTPNV menanggapi dengan balasan surat
atas persetujuan membuat pola KKPA
2. Kehadiran PTP II untuk masyarakat. akan tetapi hal ini tidak
Kehadiran perusahaan merupakan terlaksana sebagaimana mestinya.
suatu dinamika perubahan yang terjadi Gejolakpun muncul ditengah
pada tatanan kehidupan masyarakat. Hal masyarakat, konflikpun menjadi terbuka
ini bermula pada pembukaan lahan yang dengan ditandai aksi penyerangan terhadap
dilakukan perusahaan pada tahun 1983, PTPNV yang beroperasi di daerah desa
berdasarkan SK Menteri pertanian senama nenek. Sudah tercatat telah terjadi
No.178/Kpts/UM/III/1997, SK Gubernur puluhan konflik yang terjadi dilokasi
riau KDH Tk.I:Kpts.131/V/1983 dan SK perkebunan antara masyarakat dengan
Menteri Kehutanan NO.403/KPTS-II/1996 27 karyawan PTPNV.
serta penertiban HGU seluas 27.348,888 4. Dinamika Sikap Pemerintah dalam
HA, yang diterbitkan secara bertahap Penyelesaian Konflik
mulai dari tahun 1997 hingga tahun 2001.
4.1. Pemerintah Daerah
Ini merupakan landasan hukum dalam
penggarapan yang dilakukan PTP II Menyikapi persoalan ini, maka
diganti nama menjadi PTPNV. pemerintah propinsi riau mengeluarkan
Penggarapanpun terjadi, membuat Surat No 525/BPKPMD/1050 Tgl 8 Mei
masyarakat melakukan berbagai 2000 kepada Kakanwil BPN Propinsi Riau
pergerakan dalam menuntut lahan seluas yang isinya agar dilakukan pengukuran
2.800 Hektar. Lahan tersebut merupakan terhadap peta lahan seluas 30.000 Hektar
tanah ulayat masyarakat adat setempat yang didalamnya terdapat 2.800 Hektar
yang dijadikan sebagai sumber diperuntukkan untuk masyarakat senama
penghidupan. Berbagai gejolakpun terjadi nenek dengan pola PIR.

67
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Selanjutnya Badan Pertanahan d. Segala biaya dalam proses
Nasional mengeluarkan Surat Nomor : penyelesaian ini ditalangi oleh
500/1114/BPN.TGL, 11 November Tahun PTPN V yang diperhitungkan
2000 Kepada Bupati Kampar yang kemudian untuk menjadi beban
menyatakan bahwa : Sesuai permohonan bersama.
hak guna usaha PTPN V Sei Terantam
yang semula seluas 17.333, 089 Ha. Telah 5.2. Kesepakatan Tahap Kedua
dilakukan revisi Peta bidang tanah Berdasarkan SK Gubernur Nomor
permohonan HGU yang diproses panitia B 470/KPTS/XII/2007 dibentuk Tim
Provinsi Riau adalah seluas 14.537.099 Penyelesaian lahan Senama Nenek yang
Ha. Sedangkan inclave seluas 2.800 Ha. beranggotakan pihak masyarakat,
Diarahkan untuk masyarakat tempatan Pemerintah Provinsi, Pemerintah
melalui pola kemitraan. Kabupaten Kampar, PTPN V, Deputi
BUMN dan Direksi PTPN V mempunyai
4.2. PTPN V tugas pokok sebagai berikut:
Menyikapi hal ini Menteri BUMN a. Menentukan batas dan luas lahan
merespon persoalan tersebut dengan yang dipemasalahkan oleh para
menyurati direksi PTPN V yakni : Surat pihak yang terletak di Desa Senama
Menteri BUMN Nomor : 3- Nenek kecamatan Tapung Hulu
113/D3.MBU/2003 tanggal 4 Agustus kabupaten Kampar.
2003 kepada Direksi PTPN V menyatakan b. Menghitung aset yang ada di atas
bahwa Direksi PTPN V bertanggungjawab lahan yang dipermasalahkan berupa
penuh atas pengurusan perusahaan untuk investasi yang telah dikeluarkan
kepentingan perusahaan baik di dalam pihak PTPN V, baik aset tanaman,
maupun diluar pengadilan sesuai degan aset jalan, maupun aset bangunan
Undang-Undang Nomor 19 tahun 200 yang berada di lokasi.
tentang BUMN. c. Merumuskan pola kemitraan secara
berkeadilan dan saling
5. Kesepakatan Antara Pemerintah menguntungkan kedua belah pihak.
Daerah, PTPN V dan Masyarakat d. Di dalam penyelesaian terdapat
permasalahan secara teknis Tim
5.1. Kesepakatan Tahap Pertama
dapat mengangkat tenaga ahli
Notulen Rapat Pertemuan Dalam sebagai tenaga pendukung.
Penyelesaian Kasus Lahan Senama Nenek e. Hasil kesepakatan para pihak
PTPN V (Persero) Tempat Hotel Arya selanjutnya akan dinotarialkan
Duta Pekanbaru, 28 November 2007. supaya berkekuatan hukum.
Dalam rapat tersebut menghasilkan
beberapa point yaitu : 6. Implementasi Kesepakatan Antara
a. Menyepakati penyelesian kasus PTPN V dan Masyarakat Senama
kebun di atas tanah ulayat Senama Nenek
Nenek secara saling
menguntungkan antara pihak PTPN 6.1. Menentukan Batas Dan Luas Lahan
V (Persero) dan masyarakat adat Yang Dipemasalahkan Oleh Para
Senama Nenek. Pihak Yang Terletak di Desa
b. Hal-hal yang menyangkut status Senama Nenek kecamatan Tapung
tanah dan luasnya, mengikuti Hulu kabupaten Kampar
ketetapan BPN. Hal ini telah terlaksana dengan
c. Penyelesaian kasus pada butir 1 diadakannya inventarisasi batas lahan yang
diagendakan selesai dalam sejak dilakukan oleh BPN Provinsi Riau dengan
terbentuknya tim kerja. Surat Nomor 600/367/IV/08 perihal

68
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
penegasan area seluas 2.800 Ha Kebun Hal ini belum terlaksana
PTPN V Sei Kencana Desa Senama Nenek sebagaimana mestinya menurut Bapak
yang menyimpulkan sebagai berikut : Abdul Rozak selaku tokoh adat
a. Sesuai hasil kesimpulan hari selasa masyarakat Senama Nenek menyatakan
tanggal 22 Januari 2008 telah bahwa :
dilaksanakan inventarisasi PTPN V berusaha membuat
lapangan areal kebun PTPN V pengurus tandingan yang
Desa Senama Nenek Kecamatan mengatasnamakan Desa Senama
Tapung Hulu dalam rangka Nenek hal ini tentunya ditolak
penyelesaian masalah tanah keras oleh penguasa ulayat dan
masyarakat Senama Nenek dengan masyarakat Senama Nenek. Namun
PTPN V dengan mempedomani masyarakat Senama Nenek telah
Peta Bidang Tanah atas nama PT. membuat KUD Ulayat Negeri
Perkebunan Nusantara V tanggal Senama Nenek untuk melakukan
26 7 199 dengan DI 302 pola kemitraan yang saling
No.9/99 tanggal 6 3 1999. menguntungkan.
b. Kegiatan inventarisasi adalah
melaksanakan staking out Berdasarkan surat Gubernur Riau
(rekuntruksi batas) atau kepada Menteri BUMN Nomor :
pengambilan batas areal seluas 593/Tapem/4608 Tanggal 30 Maret 2009
2.800 Ha yang merupakan areal yang menyatakan :
iclave dari peta bidang tanah a. Agar PTPN V menyerahkan lahan
sebagaimana dimaksud pada angka 2.800 Ha kepada masyarakat.
1. b. Dari hasil appraisal PTPN V
berhutang kepada masyarakat Rp.
6.2. Menghitung Aset Yang Ada Di Atas 5.379.807.000,-
Lahan Yang Dipermasalahkan c. Masyarakat Senama Nenek dan
Berupa Investasi Yang Telah PTPN V akan menjalin kerjasama
Dikeluarkan Pihak PTPN V, Baik dalam bentuk pola kemitraan
Aset Tanaman, Aset Jalan, Maupun dengan wadah KUD Ulayat Negeri.
Aset Bangunan Yang Berada Di
Lokasi. Hal ini tidak ditanggapi dengan
Aset-aset PTPN V (Persero) yang baik oleh Menteri BUMN yang
berada di atas tanah seluas 2.800 Ha menyatakan bahwa permintaan tersebut
tersebut telah diinventarisasi dihitung dan tidak mempunyai kekuatan Hukum yang
dinilai oleh konsultan Appraisal PT kuat. Dilihat dari realitas bahwa tim yang
Survindi Putra Pratama sesuai Surat dibentuk ini juga melibatkan pihak BUMN
Perjanjian Kerja dengan kesimpulan nilai dan PTPN V, maka dapat kita simpulkan
pasar sebesar Rp. 116.990.780.000,- biaya bahwa Kementrian BUMN dan PTPN V
investasi sebesar Rp. 58.692.193.000,- dan tidak konsisten terhadap hasil kesepakatan
pendapatn PTPN V (Persero) sebesar Rp. yang telah dibentuk bersama.
64.072.000.000,- sehingga selisih biaya
investasi dengan pendapatan PTPN V 7. Ledakan Konflik Masyarakat
(Persero) berhutnag kepada masyarakat Senama Nenek dengan Pihak PTPN V
sebesar Rp. 5.379.807.000,- 7.1. Konflik Kekerasan
Puluhan warga dan bertugas
6.3. Merumuskan Pola Kemitraan keamanan PTPN V terluka, bahkan satu
Secara Berkeadilan Dan Saling orang warga bernama Junaidi tertembak
Menguntungkan Kedua Belah peluru tajam di bagian betis sebelah kanan.
Pihak

69
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Tidak hanya itu, bentrokan ini kemudian tidak terima dengan penanganan
menyebabkan enam sepeda motor dibakar. keamanan yang dilakukan Polres Kampar.
Bentrokan ini dipicu, saat ratusan Harusnya membubarkan aksi massa ini,
masyarakat Desa Senama Nenek, Senin ditembak dengan gas air mata, bukan
pagi sekitar pukul 09.30 WIB melakukan dengan peluru tajam, teriak beberapa orang
aksi unjuk rasa di depan pintu masuk ke warga. Bentrokan ini kemudian semakin
dalam kebun Sei Kencana PTPN V. memanas, setelah sekitar tujuh sepeda
Masyarakat ini menuntut pengembalian motor milik warga atas nama Yarmiet,
lahan seluas 2.800 hektar yang dikuasai Bustari, Tabani, Sukur, Nazarman dan
PTPN V. Aksi unjuk rasa ratusan Doni dibakar pihak pengaman PTPN V.
masyarakat Desa Senama Nenek ini
dihadang ratusan petugas keamanan PTPN 7.2. Sikap PTPN V
V, aparat keamanan Polres Kampar dan Pihak PTPN V (Persero) yang
anggota TNI. merasa memiliki hak atas tanah seluas
Aksi unjuk rasa ini kemudian 2.800 hekter yang berada dalam area
berakhir ricuh, ketika terjadi saling cekcok PTPN V (Persero) mengaku tanah ini
antara warga Senama Nenek dengan pihak sudah dibukukan sejak tahun 1989.
pengamanan PTPN V yang kemudian Bahkan PTPN V (Persero) juga mengaku
berlanjut dengan aksi kejar-kejaran antara sudah memberi ganti rugi atas pembebasan
pihak keamanan dan karyawan PTPN V tanah ini kepada masyarakat adat Senama
dengan warga Desa Senama Nenek. Pihak Nenek. Disamping itu PTPN V (Persero)
Polres Kampar yang berjaga-jaga berusaha juga merasa mengkantongi Hak Guna
menghalau aksi massa. Bahkan beberapa Usaha (HGU). Dengan HGU ini PTPN V
anggota Polres Kampar berusaha (Persero) merasa berhak untuk
melakukan negosiasi dengan warga dan memaksimalkan tanah yang mereka miliki.
meminta warga untuk pulang dan Alasannya, jika tidak dimaksimalkan,
membubarkan diri. PTPN V Persero akan mengalami kerugian
Permintaan pihak keamanan ini dan bukan tidak mungkin akan digarap
dibantah warga dan mereka akan oleh orang lain lagi (Riau Pos : 23 Oktober
membubarkan diri kalau pihak PTPN V 2013).
juga keluar dari lahan yang disengketakan. Menurut Bapak Abdul Rozak
Bentrokan ini kembali pecah, dan hujan penguasaan ulayat menyatakan bahwa
batu kembali terjadi. Aksi saling kerjar- lahan yang diganti rugikan tersebut bukan
kejaran dengan senjata tajam dan kayu lahan yang dimaksud. Melainkan lahan
kembali terjadi. Bahkan hingga pukul yang diserahkan pada tahun 1989 adalah
12.00 WIB aksi kejar-kejaran ini terjadi ladang masyarakat dan bukan tanah ulayat
dalam beberapa kali gelombang. Setelah yang dituntut.
massa mengejar ke arah Kebun Sei
Kencana kemudian mundur karena dikejar Kesimpulan dan Saran
karyawan dan pihak keamanan PTPN V.
Hujan batu dan ketapel terjadi diantara 1. Kesimpulan
kedua belah pihak. Beberapa warga Hasil penelitian ini dapat
terluka, diantaranya Jumani, Yakub, menyimpulkan baik secara teoritis maupun
Kartini, Idar, Reki, Bobi, Sardan, Ukum, secara praksis yang menggambarkan
Sriyah, Idrus dan Sapridin, Nanang, Eman, tentang beberapa kegagalan kesepakatan
Ermi, Hendri, Kairul, Idar, Ukan dan yang telah dibuat yakni :
Sariba. Konflik telah terjadi dari tahun
Satu orang warga bernama Junadi 1995 hingga sekarang yang mempunyai
juga mengalami luka tembak di betis berbagai persoalan baik dalam kebijakan
sebelah kanan. Beberapa orang warga pemerintah maupun proses kesepakatan itu

70
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
sendiri. Sudah tercatat terjadi 2 konsensus semua pihak yakni bekerjasama
secara garis besar yang melibatkan dalam pola kemitraan.
masyarakat, PTPN V, Pemerintah Pusat 3. Bagi masyarakat adat, sesuai
dan Daerah namun, kesepakatan ini tidak dengan amanat Undang-Undang
terlaksana sebagaimana mestinya. Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
Yakni pertama, menentukan batas dapat dibentuk desa adat sesuai
dan luas lahan yang dipermasalahkan oleh dengan karakteristik
para pihak yang terletak di Desa Senama masyarakatnya. Agar dapat
Nenek kecamatan Tapung Hulu kabupaten meminimalisir pihak-pihak yang
Kampar (hal ini terlaksana). Kedua, berusaha memainkan konflik atas
menghitung aset yang ada di atas lahan lahan tersebut.
yang dipermasalahkan berupa investasi 4. Pada dasarnya luas lahan 2.800 Ha
yang telah dikeluarkan pihak PTPN V, adalah milik masyarakat adat yang
baik aset tanaman, aset jalan, maupun aset perlu dilakukan PTPN V adalah
bangunan yang berada di lokasi (hal ini membuka ruang dalam
terlaksana). Ketiga, merumuskan pola bekerjasama untuk membangun
kemitraan secara berkeadilan dan saling pola kemitraan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak (hal ini menguntungkan dalam meredam
tidak terlaksana). Keempat, di dalam konflik.
penyelesaian terdapat permasalahan secara
teknis tim dapat mengangkat tenaga ahli
sebagai tenaga pendukung (hal ini Daftar Pustaka
terlaksana). Kelima, hasil kesepakatan para 1. Buku
pihak selanjutnya akan dinotarialkan
Beteille, A. social Inequality. Penguin
supaya berkekuatan hukum.
Education. California. 1970.
Secara teoritis penyelesaian konflik
ini termasuk jenis artificial consensus Bunga Rampai. Perebutan Hak atas
yaitu kasus-kasus konflik pengelolaan Kelola sumber Daya. Katsa,
tanah ulayat yang telah diselesaikan Yogyakarta 2007.
dengan tercapainya kesepakatan Douglas, J.D. Introduction to Sociology ;
(consensus) antara perusahaan dan Situations and Structures The Free
masyarakat lokal. Namun dalam Press. New York. l98l.
implementasinya kesepakatan ini bisa
dilanggar oleh salah satu pihak ataupun Koentjaraningrat, Metode-Metode
kedua belah pihak, sehingga konsensus Penelitian Masyarakat, PT
yang telah terbangun menjadi buyar dan Gramedia, Jakarta 1991.
konflik kembali terjadi. Kornblum, W. Sociology In Changing
World. Holt, Rinchart and Winston
2. Saran New York. 1988.
Berdasarkan dinamika konflik Kusnaka, Adimihardja, Hak Sosial budaya
dalam upaya penyelesaian dan kesepakatan Masyarakat Adat dalam menggugat
yang telah dicapai, peneliti dapat posisi masyarakat adat terhadap
memberikan saran yaitu : Negara, AMAN kerja sama dengan
1. Pemerintah pusat maupun daerah LSPP dan Pustaka Pelajar,
harus memberikan penekanan Yogyakarta.
kebijakan agar terdorongnya
penyerahan lahan atau pola Lederach J.P, In Pressure Of Dialogue.
kemitraaan yang dibangun. Concilition Quarterly, 1989.
2. Beberapa point yang telah Linton, R. Status and Role dalam Lewis A.
disepakati harus dipatuhi oleh Coser dan Bernard Rosenberg
71
Jurnal Kajian Ilmu Pemerintaha jkp
Journal of Government. Social and Politics Volume 3, Nomor2
September 2014
Sociological Theory ; A Book of Soetrisno, Lukman, Konflik Sosial, Studi
Reading. The Macmillan. New Kasus Indonesia, Tajidu Press,
York 1967. Yogyakarta, 2003.
LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Sosrodihardjo, S.. Perubahan Struktur
Good Governance, Modul Masyarakat di Djawa; Suatu
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Analisa. Karya. Jogjakarta. 1972.
Kinerja Instansi Pemerintah, Strasser, H. and S.C. Randall. An
Jakarta. Introdustion to Theories of Social
Moleong, Lexy, Metodologi Kualitatif, PT Change. London: Routledge &
Remaja Rosda Karya, Bandung, Kegan Paul. 1981.
1997. Subakti Ramlan, Memahami llmu Politik,
Mulkhan A Munir dkk, Kekerasan Dan Gramedia Jakarta, l992.
Konflik Tantangan Bagi Sugiono, Metode penelitian kuantitatif,
Demokrasi, Forum. LSM DIY, kualitatif dan R&D, Alfabeta
Yogyakarta. Bandung, 2006.
Muhammad Rasyid-Riyas, 1997, Makna Supranto J, Metode Riset, PT Rineka
Pemerintahan, Yasrip Watampone, Cipta, Jakarta, 1997.
Jakarta.
Sharpe dalam Smith, 1985, Local
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Cet IX, Government, New York, USA
Rajawali press, Jakarta, 1995.
Nat J Coletta, Kebudayaan dan
Pembangunan : Sebuah
Pendekatan Terhadap Antropologi
Terapan, Umar Khayam, (Ptrjm),
Yayasan Obor lndonesia. Jakarta
1987.
Nugroho, Heru, Negara Pasar, dan
Keadilan Sosial, Pustaka Pelajar.
Yogyakarta, 2001.
Paul, Conn, Conflik And Decision Making
An Introduction To Political
Science, New York; Horper dalam
Row Publisher, 1971.
Sarman, M.. Perubahan Status Sosial dan
Moral Ekonomi Petani. Prisma
No.7, 1994.
Skockpol, Theda, Negara dan Revolusi
Sosial : Suatu Analisis Komparatif
tentang Prancis, Rusia dan Cina
(Erlangga, Jakarta1991).
Soetomo, Masalah Sosial dalam Upaya
Pemecahannya, Pustaka
Pelajar.Yogyakarta, 2008.

72

Vous aimerez peut-être aussi