Vous êtes sur la page 1sur 6

ANALISIS DATA

Analisis Data Masalah Keperawatan


DO: Gangguan Sensori Persepsi:
Tampak gelisah Halusinasi

Konsentrasi kurang
Perubahan kemampuan memecahkan
masalah
DS:
Klien mengatakan sering melihat
harimau/hantu
Klien mengatakan sering mendengar
bisikan-bisikan
DO: Harga diri Rendah
Ekspresi sikap malu
Ekspresi wajah kosong
Kontak mata tidak fokus ke perawat
Kurang spontan ketika diajak bicara
DS:
Sering mengungkapkan dirinya tidak
berguna
Klien mengungkapkan malu untuk
menunjukkan sesuatu
Klien mengungkapkan rasa minder
DO: Gangguan Proses Pikir: Waham
Isi pembicaraan tidak sesuai
Flight of idea, bicara tidak fokus pada satu
topik
Menjalankan kegiatan keagamaan secara
berlebihan
DS:
Klien mengatakan dirinya bisa
menghempaskan seseorang dengan kekuatan
ilmu hitam/pelet yang ia miliki
Klien mengatakan memiliki ilmu hitam
DO: Risiko Perilaku Kekerasan
Ekspresi marah ketika membicarakan
teman-teman
Mempunyai riwayat perilaku kekerasan
DS:
Mengatakan sakit hati dengan teman-teman
Mengatakan perasaannya gelisah

Diagnosis Keperawatan:

1. GSP: Halusinasi pendengaran


2. Harga diri rendah kronis
3. Gangguan Proses Pikir: Waham
4. Risiko perilaku kekerasan

Prioritas Diagnosis Keperawatan:

1. GSP: Halusinasi pendengaran


2. Harga diri rendah kronis
3. Risiko perilaku kekerasan
4. Gangguan Proses Pikir: Waham
Pohon Masalah

Gangguan Proses Pikir :


Waham

Risiko Perilaku Gangguan Sensori


Kekerasan Persepsi: Halusinasi

Harga Diri
Rendah
Pengaruh HDR terhadap Halusinasi

Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka berkepanjangan
(Stuart & Laraia, 2005). Harga diri rendah merpakan emosi normal manusia, tapi
secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain (Stuart & Sundeen, 2006).
Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri. Harga diri berasal dari dua
sumber utama yaitu diri sendiri dan orang lain.

Faktor yang mempengaruhi harga diri yang berasal dari diri sendiri seperti
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri tidak realistis. Sedangkan yang berasal
dari orang lain adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
Harga diri ini di dapat ketika seseorang merasa dicintai, dihormati dan ketika
seseorang dihargai dan dipuji (Stuart & Laraia, 2005). Sebaliknya individu akan
merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai dan
tidak diterima lingkungan. Menurut Caplan (dalam Keliat, 2009) mengatakan
bahwa lingkungan sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial
seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan
menyebabkan stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri
rendah. Harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk yang
beresiko mengalami depresi dan schizophrenia, dengan salah satu manifestasinya
adalah halusinasi.

Proses terjadinya halusinasi diawali oleh adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
pada diri seseorang yang mengakibatkannya merasa cemas dan mencari cara
untuk mengatasi rasa cemasnya (Carolina, 2008). Individu dengan harga diri
rendah memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan akan
penghargaan. Individu yang tidak memiliki mekanisme koping yang adaptif akan
mengatasi masalahnya dengan cara yang maladaptif, seperti menarik diri dan
membayangkan sesuatu yang berlawanan dari kenyataan yang dihadapi atau
membayangkan sesuatu yang diharapkannya terjadi dan memenuhi kebutuhannya.
Cara yang dilakukan ini membuatnya merasa nyaman dan menurunkan rasa
cemasnya. Bila tidak di intervensi, kondisi ini akan terus berlanjut. Lama
kelamaan, rasa nyaman yang diperoleh berubah menjadi rasa menakutkan karena
selanjutnya klien akan berhalusinasi sementara klien tidak mampu lagi
mengontrolnya (Carolina, 2008).

Referensi:

Carolina. (2008). Tesis: Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan


Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa
Dr Soeharto Heerdjan Jakarta. Depok: FIK UI.

Stuart & Sundeen.(2006). Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa,


Edisi 5. Jakarta : EGC.
Stuart GW & Laraia.(2005). Principles and practice of psychiatric nursing.
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Keliat Budi A.(2009). Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Evaluasi TAK Jaka


Klien tidak mengikuti TAK secara penuh karena menjadi klien kelolaan
mahasiswa yang sedang supervisi. Klien pergi di tahap kerja TAK dan datang
kembali di akhir sesi TAK. Saat kembali, klien bersikap kooperatif. Klien mampu
menceritakan halusinasi yang dialaminya, yaitu:

Halusinasi merupakan halusinasi pendengaran.


Halusinasi terjadi saat tiduran dan menutup mata.
Respon klien terhadap halusinasi: tidak ada (membiarkan halusinasi
terjadi)

Vous aimerez peut-être aussi