Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang

yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui proses edukatif

secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik professional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengrahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada

jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru professional akan

tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai

dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh

guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan

dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut

mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi,

dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi

profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya,

baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya

Di samping dengan keahliannya, sosok professional guru ditunjukkan

melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru

professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab

sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, Negara, dan

agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, social,

intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang
mampu memahami dirinya. Tanggung jawab social diwujudkan melalui

kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan

dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.

Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaaan berbagai perangkat

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.

Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai

makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari

norma-norma agama dam moral.

Terkait dengan norma maka salah satunya adalah norma yang terkait

dengan ketentuan waktu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

profesinya. Kapan dia harus mulai masuk, dan keluar berapa lama melaksanakan

proses belajar mengajar dan sebagainya, yang kesemuanya itu musti ditaati

sebagai salah satu ciri dari guru yang profesional yang memiliki sifat disiplin

dalam penggunaan waktu

Waktu juga merupakan salah satu modal kerja yang sangat terbatas,

sehingga harus digunakan secara efisien. Pengalaman selama ini menunjukkan

bahwa penggunaan waktu dimasyarakat khususnya di SMAN 1 Cileles belum

efisien. Bahkan banyak kebiasaan yang membuang - buang waktu. Misalnya pada

jam pertama masuk kegiatan belajar mengajar (KBM) jam 07.00 WIB, akan tetapi

guru ataupun siswa tidak siap, mereka sepertinya tidak bisa masuk tepat jam

07.00, walaupun ada beberapa guru/siswa bisa masuk tepat jam 07.00, namun

itupun tidak stabil, sehingga hal ini berdampak pada stabilitas sekolah. Memang

salahsatu faktor penyebab nya adalah 70% jarak tempat tinggal guru dengan

sekolah rata-rata di atas 10 km, ditambah transportasi umum kurang. Guru yang
tidak memiliki kendaraan pribadi merasa kesulitan. Hal ini berdampak terjadinya

guru kesiangan. Begitu pula dengan jam-jam terakhir, kendaraan umum sudah

tidak ada. Belum lagi kalau cuacanya buruk, sehingga guru malas untuk ke

sekolah. Hal ini berdampak pada stabilitas sekolah seperti alokasi waktu pelajaran

jadi berkurang, siswa berkeliaran di lingkungan sekolah, otomatis prestasi belajar

siswa rendah.

Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, kepala sekolah harus mampu

mengelola waktu secara efisien, baik untuk tugas-tugas sendiri maupun untuk

sekolah secara keseluruhan. Sehingga keluhan kegiatan proses belajar mengajar

dapat berjalan secara efektif dan efisien

Kebiasaan menggunakan waktu yang produktif oleh kepala sekolah

diharapkan dapat menjadi contoh bagi guru, staf administrasi, maupun siswa.

Disamping itu perlu menyusun rencana penggunaannya serta pemanfaatan waktu

kerja hendaknya di prioritaskan pada kegiatan pengajaran, pembinaan kesiswaan,

& pengembangan profesional lainnya di bidang kegiatan lain yang bersifat

administratif.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah bentuk tulisan

laporan penelitian tindakan sekolah dengan judul Upaya Peningkatan Disiplin

Guru Melalui Sistem Reward and Funishment Guna Menunjang Efektivitas

Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Cileles


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas,

masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Guru SMA Negeri 1 Cileles belum memiliki disiplin waktu

2. Guru SMA Negeri 1 Cileles belum memiliki disiplin dalam melaksanakan

persiapan administrasi pembelajaran

3. Keluaran hasil pembelajaran siswa masih belum mencapai nilai yang optimal

C. Pembatasan Masalah

Disiplin guru merupkan permasalahan yang sangat luas dan menyangkut

berbagai dimensi persoalan. Agar lebih terarah dalam melaksanakan penelitian ini

maka penulis membatasi permasalahan disiplin ini hanya pada persoalan disiplin

waktu dan disilin guru dalam melakukan persiapan administrasi pembelajaran

sehingga dengan adanya disiplin sebagaimana disebutkan di atas maka diharapkan

akan dapat meningkatkan keluaran hasil proses belajar mengajar siswa

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerepan sistem reward dan funishment dapat meningkatkan disiplin

guru dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar ?

2. Apakah disiplin guru memiliki pengaruh terhadap efektifitas kegiatan proses

belajar mengajar ?
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah agar ditemukan cara terbaik

dalam peningkatan disiplin guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan

hasil proses belajar mengajar

2. Terciptanya kegiatan proses belajar mengajar yang efektif

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Kepala Sekolah

a. Ditemukannya suatu cara dalam meningkatkan displin guru guna

meningkatakan hasil proses pembelajaran

b. Tercuptanya kegiatan proses belajar mengajar yang efektif

3. Ketertiban sekolah akan menjadi lebih baik

2. Manfaat Bagi Guru dan Siswa

a. Semakin meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab profesi

b. Semakin memahami pentingnya disiplin dalam melaksanakan tugas prfesi

guna meningkatakan hasil proses belajar mengajar

c. Kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik sehingga

target kurikulum dapat tercapai tepat pada waktunya


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU MELALUI SISTEM


REWARD DAN FUNISHMENT GUNA MENCIPTAKAN EFEKTIFITAS
KEGIATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Untuk dapat memecahkan masalah, menuju penyusunan kerangka

berfikir penelitian, maka diperlukan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini

misalnya dikatakan Setjadin,B dan Burhanudin tahun 1966 dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Waktu Bahwa waktu adalah sumber daya terpenting dan

merupakan salah satu modal kerja yang sangat terbatas, sehingga harus digunakan

secara efisien. Begitu pula kita sering mendengar kalimat yang mengungkapkan

bahwa waktu adalah uang (time is money). Bahkan tidak hanya sekedar teori,

tuntunan umat islam adalah al-quran,dalam qs.al asr mengatakan demi waktu

sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang beriman

dan beramal shaleh. Jadi Waktu bagi umat islam adalah ibadah. Oleh karena itu

jelaslah bahwa penggunaan waktu secara produkrif dan efisien harus merupakan

kebiasaan dan dijadikan suatu budaya.

Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab

terhadap seluruh kegiatan sekolah, ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab

penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan

sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan bertujuan untuk :

- meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

- meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,

- membertinggi budi pekerti

- memperkuat kepribadian,
- mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air

Kegiatan kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah

diantaranya : (1) Kegiatan mengatur proses belajar mengajar, (2) Kegiatan

mengatur kesiswaan, (3) Kegiatan mengatur personalia, (4) Kegiatan mengatur

personalia, (5) Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan

sekolah, (6) Kegiatan mengatur keuangan, dan (7) kegiatan mengatur hubungan

sekolah dengan masyarakat

Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa kepala

sekolah sebagai pimpinan sekolah mempunyai fungsi : (1) perumus tujuan kerja

dan pengambil kebijaksanaan sekolah, (2) pengatur tata kerja (mengorganisasi)

sekolah yang mencakup : pembagian tugas dan wewenang, mengatur petugas

pelaksana, menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi), dan (3) pensupervisi

kegiatan sekolah yang meliputi mengawasi kelancaran kegiatan, mengarahkan

pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, membimbing dan

menginkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya.

Atas dasar tugas dan fungsi kepala sekolah tersebut maka sudah

seyogyanya kepala sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas

sekolahnya terutama kualitas pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar guru.

Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas sekaligus efektivitas pembelajaran

itu diantaranya melalui peningkatan disiplin guru dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya.
A Disiplin Guru

1. Pengertian disilpin

Banyak sekali dari kita yang mengerti dan paham disiplin tapi ketika

ditanya tentang arti disiplin mereka agak kebingungan. Disiplin diri adalah sikap

patuh kepada waktu dan peraturan yang ada. Dari pengertian diatas kita dapat

menyimpulkan bahwa disiplin itu mengandung dua makna yaitu patuh waktu dan

juga peraturan atau tata tertib ataupun norma

Patuh pada waktu, tentunya kita sering mendengar kata disiplin waktu.

Disiplin memiliki arti demikian ketika kita dihadapkan pada waktu dalam

melakukan sesuatu artinya dalam melakukan sesuatu tersebut kita memiliki

sebuah tanggungjawab kepada waktu. Contoh realnya seperti ini, sebagai pelajar

kita tentu mengetahui jam masuk sekolah kita sehingga kita sebisa mungkin

untuk datang ke sekolah lebih awal agar tidak terlambat. Dari contoh tersebut kita

dapat mengetahui kalau seorang pelajar yang disiplin itu memiliki tanggung

jawap pada waktu yang berupa jam masuk sekolah.

Patuh pada tata tertib atau peraturan, di sekolah sebagai pelajar tentunya

kita telah mengetahui tata tertib sekolah. Di lingkungan masyarakat kita juga telah

mengenal itu norma. Di dalam keluarga juga dapat di temui sebuah aturan

meskipun biasa tak tertulis. Disiplin memiliki arti demikian ketika dihadapkan

kepada peraturan peraturan atau tata tertib saat ingin melakukan sesuatu. Setiap

peraturan itu bersifat mengikat artinya siapapun yang berada pada lingkungan

yang memiliki suatu peraturan secara tidak langsung orang tersebut memiliki

tanggung jawab pada peraturan tersebut. Ketika orang tersebut mematuhi


peraturan tersebut maka ia telah bersikap disiplin dan ketika berbuat sebaliknya

dia telah berbuat tidak disiplin dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Kedua makna ini harus dipenuhi oleh setiap orang jika ingin disebut telah

memiliki sikap disiplin diri. Sikap disiplin diri ini merupakan sebuah sikap

kebiasaan, artinya sesorang yang telah terbiasa disiplin akan mudah untuk

berlaku disiplin dimanapun dia berada tetapi ketika seseorang tersebut tidak

terbiasa maka dia juga akan sulit untuk berlaku disiplin dimanapun itu.

2. Ruang lingkup displin

Sukses adalah hasil dari berbagai aspek seperti kerja keras, kepandaian,

rencana dan pelaksanaan yang hati-hati, serta, sedikit keberuntungan. Di samping

itu, sukses juga ditentukan oleh displin atau tidaknya seseorang meraih segala

sesuatu dan meletakkan sesuatu di tempat yang layak.

Tanpa disiplin, seseorang tak akan mampu menyelesaikan segala apa yang

telah direncanakannya. Dia tak akan mampu melakukan sebuah strategi secara

berkesinambungan untuk meraih tujuan jika tidak punya disiplin. Disiplinlah yang

membuat kita berada on track, tak peduli seberapa berat yang dihadapi. Orang

yang disiplin tahu apa saja yang perlu dilakukan dan berfokus pada hal itu.

1. Dimulai pagi hari

Sebetulnya, disiplin tidak usah dibicarakan terlalu muluk. Secara sederhana, sejak

pagi dimulai, kedisiplinan tanpa sadar sudah menyertai. Bangun pukul sekian,

mandi, kemudian berangkat dari rumah, adalah contoh kecil tentang disiplin.

Banyak orang sukses akan setuju bila faktor disiplin disertakan sebagai salah satu

resep keberhasilan mereka. Bila kita bangun dengan kaki yang salah misalnya,
sebagai akibatnya kita merasa tidak enak badan, bisa dipastikan bahwa hari itu

kita akan lebih tidak produktif ketimbang hari-hari di mana segala sesuatunya

berjalan lancar.

Kiat penting untuk mengoptimalkan pagi hari adalah dengan membuat semacam

rutinitas kecil. Bangunlah di waktu-waktu yang sama misalnya pukul 5-6 pagi

(bukannya bisa bangun jam lima, bisa juga jam sepuluh nanti), dan kerjakan hal

hal kecil yang efisien, seperti menyiapkan pakaian, atau memanaskan mobil, dan

sebagainya. Jangan lupa pula sarapan pagi untuk memberi energi.

2. Optimalkan waktu kerja

Disiplin tak terlepas dari optimalisasi waktu kerja. Kalau di waktu kerja kita

cenderung bermalas-malasan, menunda pekerjaan, dan sebangsa, kapan

kesuksesan itu bakal muncul? Singgah saja pun jangan-jangan tak sudi. Untuk itu,

agar kedisiplinan kita berjalan teratur, buatlah daftar tugas setiap hari. Kita bisa

membaginya dalam beberapa periode, tergantung dari rutinitas atau proyek yang

sedang dikerjakan. Dengan menuliskan manajemen waktu, kita bisa

membayangkan segala tujuan, dan kemudian mengukur efisiebsi kerja kita

sendiri. Selain itu, kita juga bisa tahu sebanyak apa kerja yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu proyek tertentu. Dengan melihat hasilnya, kita juga bisa tahu

apakah target yang kita tentukan itu gagal atau tidak. Kalau iya, apakah hal itu

disebabkan rencana yang tidak layak, atau karena terinterupsi oleh orang lain, atau

karena kita sendiri yang tidak disiplin mengerjakan tugas sesuai jadwal.
B. Sistem Reward dan Funishment

Telah banyak diungkapkan para akhli tentang bagaimana cara

meningkatkan dan atau mengembangkan sumber daya manusia termasuk guru

sebagai sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam mengubah

potret bangsa ini. Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemimimpin

seperti kepala sekolah dapat dikelompokan menjadi tiga jenis pendekatan saja,

yaitu : persuasip, compulsari, dan coursion.

Dari ketiga jenis pendekatan tersebut yang paling banyak diterapkan oleh

para kepala sekolah adalah pendekatan secara persuasif, diantaranya dalam

penegakkan disiplin guru diterapakan dengan teknik reward dan funisment.

Reward merupakan pemberian penghargaan kepada guru yang telah dapat

melakukan atau menunjukkan prestasi kerja yang memuaskan terutama dalam

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Reward yang diberikan dapat

berupa materi ataupun non materi seperti pujian atau dijadikannya sebagai contoh

teladan bagi guru yang lain. Reward berupa materi dapat berupa penambahan

insentif, penambahan jumlah transport dan sebagainya.

Namun pada kondisi tertentu kepala sekolah perlu juga menerapkan

pendekatan secara coursion atau pemaksaan yakni apabila dipandang guru itu

telah keluar dari batas-batas kewajaran misalnya terlalu sering meninggalkan

tugas, dan lain-lain. Penerapan pendekatan ini misalnya dengan memberikan

sanksi atau teguran kepada guru itu yang berpedoman kepada Undang-Undang

Disiplin Pegawai Nomor 30 Tahun 1980


C. Kegiatan Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah. Kegiatan pendidikan itu pada dasarnya kegiatan

mempengaruhi orng lain yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang

belum dewasa, sehingga yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dari tidak baik

menjadi baik, yang akan berguna bagi peserta didik dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan kebutuhannya

2. Kriteria/ Indikator Keberhasilan Proses Belajar Mengajar

Beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan guru

dalam kegiatan proses belajar mengajar adalah tercermin dalam keluaran hasil

belajar diantaranya seperti telah diungkapkan di atas. Secara garis besar dapat

diungkapkan bahwa salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan proses

belajar mengajar itu adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik.

Perubahan tersebut mencakup perubahan aspek pengetahuannya (Cognetif),

aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilannya (psikomotorik).

3. Faktor faktor yang memperngaruhi keberhasilan Proses Belajar


Mengajar

Masalah kegiatan proses belajar mengajar merupakan masalah yang

kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama

lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil proses

belajar mengajar; terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor

guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek
pembelajaran. Tanpa ada faktor guru dan peserta didik dengan berbagai

potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin

proses proses belajar mengajar di kelas atau di tempat lain dapat berlangsung

dengan baik. Namun, pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan,

misalnya faktor media dan instrumen pembelajaran, fasilitas belajar,

infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem

pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan

sebagainya (Arief, 1989).

Kesemua faktor-faktor di luar faktor guru dan peserta didik tersebut

berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil proses belajar

mengajar di kelas dan tempat belajar lainn Fasilitas belajar yang tersedia

dalam jumlah memadai di suatu sekolah atau lembaga pendidikan juga

memberikan sumbangan yang besar dalam membantu memfasilitasi guru dan

peserta didik di kelas atau di tempat belajar lainnya dalam menyukseskan

proses belajar mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam

jumlah yang memadai di sekolah, proses proses belajar mengajar antara guru

dan peserta didik kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Sebagai

contoh sekalipun pihak guru dan peserta didik telah siap untuk melaksanakan

proses pembelajaran di kelas, namun tidak tersedia fasilitas belajar yang

memadai di kelas atau di tempat belajar lainnya yang memadai sesuai dengan

kebutuhan, maka proses belajar mengajar kurang dapat berlangsung

maksimal dan optimal, misalnya di kelas tidak tersedia kursi dan meja belajar

dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, maka akan dapat

mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di kelas, karena peserta


didik yang tidak mendapatkan kursi dan meja belajar akan dapat mengganggu

teman kelasnya dalam belajar.

Infrastruktur suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang kurang

memadai dan memenuhi syarat, juga mempengaruhi proses belajar mengajar

di suatu sekolah. Jika suatu sekolah telah memiliki gedung sebagai tempat

pembelajaran tetapi tidak tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan

jumlah peserta didik yang dimiliki oleh suatu sekolah, maka daya tampung

suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya proses belajar mengajar

tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi

jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai

dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah

tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak

dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta

didik dengan baik. Akibatnya proses belajar mengajar di kelas akan

terganggu.

Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar

proses belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan

kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja,

serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di

kelas akan mendukung pencapaian proses belajar mengajar yang optimal dan

maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih

berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang

digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan proses

belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode,

strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan

kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar

dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan

strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar

dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar

lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah

dan oleh suatu sekolah,

Faktor gedung daya tampung suatu kelas merpakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi keberhasil proses belajar mengajar. Daya tampung suatu

kelas melebihi yang semestinya dapat mengakibatkan proses belajar

mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling

parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup

sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung

sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa

tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan

peserta didik dengan baik. Akibatnya proses belajar mengajar di kelas akan

terganggu.

Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar

proses belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan

kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja,
serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di

kelas akan mendukung pencapaian proses belajar mengajar yang optimal dan

maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih

berkualitas. Demikian juga dengan faktor metode dan strategi serta

pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi

kelancaran dan kesuksesan proses belajar mengajar di kelas (Nasution,

1987).

D. Deskripsi Kondisi Sekolah

1. Letak Geografis Sekolah

SMA Negeri 1 Cileles sebagai sekolah yang berjarak 38 km dari arah


kota Rangkasbitung berada di jalan raya Sampay-Gunungkencana Kabupaten
Lebak, tepatnya berada di desa Prabugantungan, Kecamatan CILELES
Kabupaten Lebak.Beberapa masalah strategis yang berhasil diidentifikasi
melalui evaluasi diri secara umum adalah sebagai berikut, masih lemahnya
Sumber Daya Manusia, implementasi KTSP belum optimal baik dalam
administrasi maupun dalam hal pelaksanaan, belum optimalnya pemanfaatan
media pembelajaran yang berbasis teknologi dalam proses belajar mengajar,
Sarana dan Prasarana Pendidikan yang belum memadai, manajemen sekolah
belum sepenuhnya menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah, bantuan
sumber dana dan anggaran yang belum Optimal, sistem penilaian pendidikan
belum dikelola dengan baik, lingkungan sekolah relatif belum kondusif,
bakat minat kemampuan siswa masih belum terakomodasi dengan baik,
Pendidikan Teknologi Dasar dan Pendidikan Kecakapan Hidup belum
terintegrasikan secara optimal dalam kurikulum. Oleh karena itu segala
bentuk dan sekecil apapun masalah yang ada perlu diupayakan Untuk
dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali. Namun demikian upaya kearah itu
tidaklah mudah, hal ini memerlukan dukungan moril dan materi yang tidak
sedikit, serta keseriusan dari semua pihak
2. Perangkat Organisasi Sekolah

Perangkat-perangkat pada Struktur organisasi SMA Negeri 1 Cileles


secara struktur tidak mengalami perubahan besar. Perangkat tersebut adalah
kepala sekolah pada kedudukan tertinggi di tingkat sekolah, wakil kepala sekolah,
pembantu sekolah yang di bagi dalam beberapa bidang/urusan yaitu pembantu
kepala sekolah bidang kurikulum, pembantu kepala sekolah bidang sarana dan
prasarana, pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan, pembantu kepala sekolah
bidang humas, perangkat lainnya adalah wali kelas dan kepanitiaan-kepanitiaan.
Pada tugas-tugas bidang administratif kepala sekolah di bantu oleh kepala urusan
Tata Usaha yang membawahi stafnya.

Hasil evaluasi diri terhadap sistem tatakerja organisasi dan kelembagaan adalah :

1. Keunggulan/kekuatan
a. Pengelolahan sekolah sebagian sudah menggunakan pola MBS
berdasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi,dan pendelegasian
kekuasaan
b. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak dalam
memberikan aspirasi dan partisipasi kepala sekolah
c. Setiap unsur sekolah dapat mengembangkan diri sesuai potensi
masing-masing.
d. Telah memiliki dokumen job description untuk setiap komponen
sekolah (terlampir)
2. Kelemahan
a. Masih lemahnya SDM sekolah, terutama dalam hal asministratif
dan manajerial.
b. Perangkat-perangkat pendukung dalam pengelolaan tatakerja
organisasi masih kurang .
c. Masih lemahnya pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
kinerja seluruh komponen sekolah.
d. Pemberian penghargan dan pemberian sangsi belum efektif.
e. Tatakerja dari organisasi belum sepenuhnya memenuhi
jobdiscription
f. Belum optimalnya peran komite sekolah.
g. Belum optimal memanfaatkan IT dalam sistem tatakerja dan
organisasi.
Masih minimnya dukungan dari orang tua siswa

3. Proses Belajar Mengajar

Berkaitan dengan diberlakukannya KTSP yang pada dasarnya adalah


kurikulum berbasis kompetensi, maka proses belajar mengajar juga harus
mengacu kepada aturan yang berlaku dimana proses pembelajaran ini, peran guru
tidak lagi menjadi tokoh sentral tetapi hanya menjad fasilitator. Ini berarti ada
pergeseran budaya mengajar di mana pada era sebelumnya menempatkan guru
sebagai pusast sumber pemberi informasi (guru segala tahu).

Di SMA Negeri 1 Cileles kaitanya dengan hal tersebut di atas di akui


untuk merubah tatanan yang telah berlaku sangat tidak mudah. Kebiasaan
mengajar dengan cara lama masih mendominasi setiap proses belajar mengajar
berlangsung. Hanya beberapa orang saja yang menggunakan strategi dan model
model pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Hal ini terjadi karena para guru
masih banyak yang belum mengetahui dan memahami strategi dan model model
pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada saat ini. Belum lagi ada sikap
apatis guru terhadap inovasi pada proses PBM khususnya pada penerapan model
dan strategi pembelajaran. Imbasnya pada siswa adalah kejenuhan dan
menganggap kelas seperti penjara dan secara otomatis tujuan pembelajaran akan
sulit dicapai.

Hal ini yang sering juga menjadi permasalahan adalah ketika setiap
tahun ajaran berganti, masih ada administrasi pembelajaran yang tidak di
perbaharui atau mengalami revisi, padahal mungkin sudah tidak up to date lagi
digunakan. Kelemahan yang lainnya juga ditemukan pada implementasi
administrasi pembelajaran yang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan ketika
proses belajar mengajar berlangsung

Selain kondisi tersebut di atas, kondisi yang mendukungnya antara lain


seluruh tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Cileles telah memenuhi kualifikasi
pendidikan dimana hampir 99% adalah lulusan strata satu dan 1% lulusan
diploma, malahan ada yang llusan S2, semuanya mengajar berdasarkan kualifikasi
lulusannya. Kondisi lainnya adalah semua guru telah membuat administrasi
pembelajaran tetapi masih belum mengacu pada administrasi yang ideal terutama
ketika diberlakukannya KTSP. Selain itu buku buku referensi sebagai bahan
rujukan sudah ada tetapi masih belum mencukupi kebutuhan

4. Sistem Penilaian

Pemberlakuan KTSP telah merubah paradigma dalam melaksanakan


kegiatan belajar mengajar baik proses belajar mengajarnya ataupun sistem
penilaiannya. Pada Kurikulum ini yang berbasis pada kompetensi, sistem
penilaian harus bersifat integral. Ini berarti harus ada reformasi sistem penilaian
yang berlaku pada saat sebelum pemberlakuan KTSP. Dalam sistem ini, guru
memberikan penilaian kepada anak bukan saja didasarkan pada salah satu aspek
saja tetapi seluruh aspek yang meliputi afektif, kognitif dan psikomotor yang
berbasis pada life skill.

Pemberlakuan ini menimbulkan permasalahan permasalahan baru.


Kurangnya pengetahun dari para guru menyebabkan pemahaman terhadap sistem
ini masih sedikit, sehingga berimbas pada administrasi dan instrumen penilaian
yang masih bertumpu pada kebiasaan lama yang cenderung merugikan siswa.

Demikian pula di SMA Negeri1 Cileles ini. Sistem penilaian yang


digunakan masih merupakan kebiasan lama walaupun formatnya sudah di buat
up to date. Adanya sikap apatis dan apriori terhadap perubahan sistem ini
merupakan salah faktor yang mendorong tidak berjalannya sistem. Hal ini
merupakan sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap
sistem penilaian yang seharusnya diterapkan. Padahal jika dilihat dari sumber
daya manusianya (tenaga Guru) sudah cukup memenuhi standar pendidikan.
Faktor lainnya adalah lemahnya sistem pengawasan dan evaluasi pada sistem
penilaian yang terkadang percaya begitu saja pada hasil laporan yang berupa
angka angka bukan pada proses kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana
pendukung proses KBM juga merupakan faktor yang memicu terhambatnya
pelaksanaan sistem ini.

Melihat permasalahan di atas, sepertinya wajib bagi lembaga ini


menyelenggarakan sebuah kegiatan yang mampu memberikan informasi
mengenai sistem penilaian yang berlaku secara lengkap sehingga para guru dapat
memahami dan melaksanakannya. Selain itu mengingat banyaknya jenis penilaian
dan jumlah siswa yang dinilai maka diperlukan perangkat baik itu hadware dan
software yang dapat meningkatkan kinerja guru dan tenaga pendidikan lainnya
dalam mengeloal nilai. Agar sistem penilaian bisa lebih efektif dan efisienstem
Penilaian
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang

difokuskan pada situasi sekolah , atau yang lazim disebut action research

(Kemmis, 1982:Suwarsih) Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik kegiatan guru dalam proses

pembelajaran di kelas lebih professional (Suyanto, 1997: ) Metode ini dipilih

didasarkan atas pertimbangan bahwa : (1) Analisis masalah dan tujuan penelitian

yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip daur

ulang , (2) Menurut kajian dan tindakan secara reflektif, kolanoratif, dan

partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan

guru dalam rangka melaksanakan kegiatan proses pembelajaran

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh guru pada SMA Negeri 1 Cileles

yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 8 wanita ( 20 orang guru )

B. Seting Penelitian

Tempat penelitian ini di SMA Negeri 1 Cileles Tahun Pelajaran

2010/2011 . SD ini merupakan sekoalh dimana penulis biasa melaksanakan tugas

sehari-hari

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada smester 1 tahun pelajaran 2010/2011 mulai

bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 ( selama 3 bulan )


D. Teknik Pengumpulan Data

Tekni pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

dokumentasi, observasi atau pengamatan Dokumentasi dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran hasil belajar siswa sebagai indikator efektifitas proses

belajar mengajar guru yang tercermin dalam nilai rata-rata yang diperoleh siswa

pada setiap kali pertemuan. Sedangkan observasi dan pengamatan dilakukan

untuk memperoleh gambaran tentang keadaan disiplin guru baik disiplin waktu

maupun dalam pengadaan administrasi perangkat pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data penelitian yang akan dianalisis. Instrument yan dipergunakan

dalam penelitian ini adalah berupa lembar/ format pengamatan dengan

menggunakan sistem chek list atas jawaban yang telah Instrument ini

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran data tentang kegiatan disiplin guru

baik dalam penggunaan waktu dan penyelenggaraan administrasi persiapan

pembelajaran

Format Lembar Pengamatan Disiplin Guru

Pertemuan/ Siklus ke : ........

Nama Guru : ....................... Hari/ Tanggal : .......................

No Urut Aspek yang diamati Ya Tidak


A DISIPLIN WAKTU

1 Guru datang 15 menit sebelum jam


pelajaran dimulai
2 Guru datang tepat / bersamaan dengan
dimulainya jam pelajaran

3 Guru datang 15 menit setelah jam


pelajaran dimulai

4 Guru datang kemudian langsung masuk


kelas untuk melaksanakan KBM

5 Guru datang tidak langsung melaksanakan


KBM/ masuk kelas

6 Guru melaksanakan KBM dan


mengakhirinya 15 menit sebelum waktu
habis

7 Guru melaksanakan KBM dan


mengakhirinya 10 menit sebelum waktu
habis

8 Guru melaksanakan KBM dan


mengakhirinya 5 menit sebelum waktu
habis

9 Guru melaksanakan KBM dan mengakhiri


KBM tepat pada waktunya sesuai jadwal

10 Guru melaksanakan KBM dan mengakhiri


KBM melebihi waktu yang disediakan

B DISIPLIN PENGADAAN PERANGKAT


ADMINISTRASI PEMBELAJARAN

1 Memiliki Program Tahunan

2 Memiliki Program Semester

3 Memiliki silabus

4 Memiliki RPP

5 Memiliki jadwal tatap muka

F. Rencana Tindakan
Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, kepala sekolah harus mampu

mengelola waktu secara efisien, baik untuk tugas-tugas sendiri maupun untuk

sekolah secara keseluruhan. Sehingga keluhan kegiatan proses belajar mengajar

dapat berjalan secara efektif dan efisien

Kebiasaan menggunakan waktu yang produktif oleh kepala sekolah

diharapkan dapat menjadi contoh bagi guru, staf administrasi, maupun siswa.

Disamping itu perlu menyusun rencana penggunaannya serta pemanfaatan waktu

kerja hendaknya di prioritaskan pada kegiatan pengajaran, pembinaan kesiswaan,

& pengembangan profesional lainnya di bidang kegiatan lain yang bersifat

administratif.

Disiplin waktu dan pengadaan administrsi persiapan pembelajaran oleh

guru merupakan sesuatu yang mutlak dilaksanakan guna menunjang keberhasilan

proses kegiatan belajar mengajar. Untuk meningkatkan disiplin tersebut maka

direncakan akan diterapkan sistem reward dan funisment terhadap guru dalam

melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Dengan harapan disiplin ini akan

mengkristal pada individu guru dan menjadi budaya di lingkungan sekolah.

Prosedur penelitian tindakan sekolah ini terdiri atas dua tahapan ( siklus ).

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk

mengetahui disiplin waktu guru penulis menerapkan sistem reward dan

funishment Reward diberikan kepada guru yang dapat datang sekurang-

kurangnya 15 menit sebelum kegiatan proses pembelajaran dan mengakhiri

kegiatan KBM tepat pada waktunya, serlain itu reward diberikan pula kepada guru

yang telah dapat melengkapi perangkat administrasi persiapan pembelajaran


secara lengkap yang meliputi Program tahunan, Program smester, silabus, dan

RPP / Rencana Proses Pembelajaran

Berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian

dengan prosedur : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pemantauan

(monitoring), (d) analisis hasil dan refleksi.

Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam satu siklus. Apabila dalam

pelaksanaan dalam satu siklus belum menunjukkan disiplin , maka peneliti akan

melaksanakan tindakan lagi pada siklus berikutnya dengan mengubah hal-hal

yang dianggap menghambat. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan disiplin

guru melalui pemberian reward dan funisment guna terciptanya efektivitas proses

belajar mengajar di SMA Negeri 1 Cileles Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak

G. Rencana Penelitian

Pada awal pelaksanaan siklus, peneliti merancang mengajak guru agar

mau meningkatkan disiplin dalam hal waktu dan pengadaan persiapan perangkat

administrasi pembelajaran melalui brifing. Pada tahap awal sebelum pelaksanaan

siklus, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengadakan format penelitian sebagai mana telah disebutkan di atas

b. Mengamati / mengobservasi waktu kedatangan setiap guru pada awal kegiatan

c. Mengamati penggunaan waktu dalam pelaksanaan proses kegiatan

pembelajaran di kelas

d. Meminta data hasil evaluasi atau ketercapaian target pembelajaran dari

masing-masing guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang dicapai


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kemudian diadakan analisis

terhadap data yang didapat kemudian diadakan tindak lanjut berupa pendekatan-

pendekatan persuasif (reward dan funisment) melalui brifing Reward yang

dipergunakan berupa pemberian tambahan transport kepada setiap guru yang

dapat menunjukkan kegiatan disiplin dan funishment berupa teguran teguran dan

arahan bagi guru yang tidak dapat disiplin melalui pemanggilan secara individual
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Secara lebih rinci hasil analisis tindakan dan hasil evaluasi yang didapat

melalui instrumen yang dipersiapkan didapat hasil sebagai berikut

A. Analisis Data Siklus I

1. Berdasarkan hasil observasi didapat 15 orang guru atau sekitar 75 %

dapat melakukan disiplin waktu kedatangan disetiap kegiatannya. Yakni

mereka dapat hadir sekurang-kurang 10 menit sebelum waktu

pembelajaran di mulai sedangkan sisanya yaitu 5 orang guru atau sekitar

25% masih kurang disiplin waktu, datang terlambat dan kurang tepat

waktu dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar

2. Berdasaarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 12 orang guru atau sekitar

60% guru belum mengadakan perangkat administrasi perersiapan

pembelajaran,

3. Berdasarkan dokumen evalusi berupa ketercapaian kurikulum yang

didapat dari setiap guru diperoleh data sebagai berikut : 10 orang atau

sekitar 50 % , dan 10 orang tidak mencapai target kurikulum minimal

Ketercapaian
Target
No Nama Guru Mata Pelajaran Target
kurikulum
kurikulum
1 Aan Yulianto Bhs Indonesia
2 Sri Nulela Bhs Indonesia
3 Cecep Biologi
Suryadinata
4 Irma Kimia
Handriyani
5 Aulia Rachman Bhs Inggeris
6 Cholidin Penjaskes
7 Neni Cahyani Seni Budaya
8 Yana Supiyana Fisika
9 Wahyudi Matematika
10 Ninit Mice Bhs. Inggeris
Mazriah
11 Susilowati Ekonomi
12 Supardan Ekomi,
13 Munhendi PAI
14 Agus Prayitno Geografi
15 Unang Nurhyat Sejarah
16 Hayutun Nufus TI
17 Ibrahin Azi Pend Seni
18 Agung PKN
Yuliawan
19 Oni Sahroni Sosiologi
20 Titi Rahayu BTQ

Grafik 1: Hasil Obsevasi tentang disiplin dan ketercapaian target kurikulum

50 75
A
60 B
C

Keterangan :

A. 75 % guru yang memiliki disiplin waktu kedatangan pada setiap kegiatan

proses pembelajaran

B. 60 % guru yang memiliki disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan

proses pembelajaran

C. 50 % guru yang mencapai target kurikulum dalam setiap kali melaksanakan

kegiatan proses pembelajaran


Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukan bahwa disiplin

waktu guru sudah mengalami peningkatan yang pada awalnya hanya sekitar

60 % saja pada siklus I ini sudah mencapai 75 %, demikian halnya dalam

disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya

hanya 50 % dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai 60%. Hal

ini ternyata meimiliki dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas,

hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada

KKM tiap mata pelajaran masing-masing. Pada awal siklus rata-rata

ketercapaian target kurikulum hanya berkisar pada 30-40% saja, sedangkan

pada siklus ini mencapai 50%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup

memuaskan walaupun belum mencapai target yang diinginkan yakni

sekurang-kurangnya mencapai 85 %

Refleksi

Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus I menunjukan hasil

yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam

mengadakan perangkat persiapan pembelajaran. Akan tetapi belum mencapai

target yang diharapkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala

yang ditemukan terhadap guru yang kurang disiplin waktu ternyata

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di

rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memsak (guru

perempuan) dan transportasi


Untuk mengatasi kekurangberhasilan tindakan pada Siklus I, peneliti

merancang suatu tindakan berupa pemberian arahan dan reward terhadap guru

yang telah disiplin waktu, disiplin pengadaan perangkat pembelajaran dan

mencapai target kurikulum. Reward yang diberikan berupa pujian dan

dijadikan sebagai contoh bagi guru lain dengan harapan yang lain dapat

mengikuti jejaknya sehingga diharapkan sekurang-kurangnya 85% guru dapat

melakukan disiplin baik dalam waktu maupun dalam melaksanakan kegiatan

proses pembelajaran dan mencapai target kurikulum yang diharapkan.

B. Analisis Siklus II

1. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sepanjang siklus II ini

diperoleh data sebagai berikut : 18 orang guru atau sekitar 90 % dapat

melakukan disiplin waktu kedatangan disetiap kegiatannya. Yakni mereka

dapat hadir sekurang-kurang 10 menit bahkan ada yang 20 menit sebelum

waktu pembelajaran di mulai sedangkan sisanya yaitu 2 orang guru atau

sekitar 10 % masih kurang disiplin waktu, datang terlambat dan kurang

tepat waktu dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar

2. Berdasaarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 16 orang guru atau sekitar

80% telah dapat berusaha dan mengadakan perangkat administrasi

persiapan pembelajaran, sedangkan yang lainnya yaitu 4 orang atau sekitar

20 % masih belum dapat melakukan pengadaan administrasi perangkat

3. Berdasarkan dokumen evalusi berupa ketercapaian kurikulum yang

didapat dari setiap guru diperoleh data sebagai berikut : 17 orang atau
sekitar 85 % , dan 3 orang (15% ) tidak mencapai target kurikulum

minimal , lebih jelas dapat terlihat dalam tabel hasil obsevasi di bawah ini

Ketercapaian
Target
No Nama Guru Mata Pelajaran Target
kurikulum
kurikulum
1 Aan Yulianto Bhs Indonesia
2 Sri Nulela Bhs Indonesia
3 Cecep Suryadinata Biologi
4 Irma Handriyani Kimia
5 Aulia Rachman Bhs Inggeris
6 Cholidin Penjaskes
7 Neni Cahyani Seni Budaya
8 Yana Supiyana Fisika
9 Wahyudi Matematika
10 Ninit Mice Mazriah Bhs. Inggeris
11 Susilowati Ekonomi
12 Supardan Ekomi,
13 Munhendi PAI
14 Agus Prayitno Geografi
15 Unang Nurhyat Sejarah
16 Hayutun Nufus TI
17 Ibrahin Azi Pend Seni
18 Agung Yuliawan PKN
19 Oni Sahroni Sosiologi
20 BTQ

Grafik 2: Hasil Obsevasi tentang disiplin dan ketercapaian target kurikulum

90
85
A
B
C
80
Keterangan :

A. 90 % guru yang memiliki disiplin waktu kedatangan pada setiap kegiatan

proses pembelajaran

B. 80 % guru yang memiliki disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan

proses pembelajaran

C. 85 % guru yang mencapai target kurikulum dalam setiap kali melaksanakan

kegiatan proses pembelajaran

Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukan bahwa disiplin

waktu guru sudah mengalami peningkatan yang signifikan pada akhir siklus

I hanya sekitar 60 % meningkiat menjadi 90%, demikian halnya dalam

disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya

hanya 60 % dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai 80%. Hal

ini ternyata meimiliki dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas,

hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada

KKM tiap mata pelajaran masing-masing. Pada akhir siklus I rata-rata

ketercapaian target kurikulum mencapai 60% saja, sedangkan pada siklus ini

mencapai 85%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup memuaskan sesuai

dengan target yang diinginkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85 %

Refleksi

Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus II menunjukan hasil

yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam

mengadakan perangkat persiapan pembelajaran dan secara keseluruhan telah .


mencapai target yang diharapkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%.

Kendala yang ditemukan terhadap guru yang kurang disiplin waktu ternyata

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di

rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memsak (guru

perempuan) dan transportasi. Sehinggaa dengan pemberian reward dan

funisment ternyata dapat menimbulkan kesadaran guru atas tugas dan

tanggung jawabnya sebagai guru yang profesiaonal.


BAB V

PE N UTU P

A. Kesimpulan

1. Peranan kepala sekolah dalam mengelola waktu dapat meningkatkan

kinerja guru dan pada akhirnya secara keseluruhan meningkatkan kinerja

sekolah.

2. Kesadaran guru dalam disiplin waktu dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, terlihat pada hasil penilitian siklus 1 s/d 2, kinerja guru dan hasil

belajar siswa mengalami peningkatan sangat signifikan.

3. Kemampuan guru dalam mengelola waktu berdampak pada suksesnya

program-program sekolah seperti program tahunan, program semester, dan

rencana pengajaran.

4. Tingkat kesadaran guru tentang pentingnya disiplin waktu belajar pada

siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus ke-2 semua guru yang menjadi

sampel sudah memiliki kinerja dalan kategori baik.

B. Saran

Dilihat dari hasil penilitian tindakan sekolah:

1. Kesadaran guru dalam disiplin waktu mutlak diperlukan, sehingga proses

pembelajaran berjalan dengan baik.

2. Kesadaran guru dalam disiplin waktu diharapkan tidak hanya berjalan pada

saat penelitian berlangsung, tetapi harus menjadi kebiasaan bahkan menjadi

budaya/kultur sekolah.
UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU MELALUI SISTEM
REWARD DAN FUNISHMENT GUNA MENUNJANG EFEKTIVITAS
PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMAN 1 CILELES

( Penelitian Tindakan Sekolah )

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
pelatiahan kepala sekolah tingkat SLTA tahun 2010

Disusun Oleh :
Kepala SMA Negeri 1 Cileles
( DRS BAMBANG WIRATMO, M.Pd )

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 CILELES
2010-2011

Vous aimerez peut-être aussi