Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANTENA DAN
PROPAGASI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
LABORATORIUM ANTENA
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2017
Peraturan Umum
Tes Awal
Pelaksanaan Praktikum
Peniliaian Praktikum
Syarat Kelulusan
Praktikan dinyatakan LULUS jika nilai total adalah >= 65.
Praktikum Susulan
TIDAK ada praktikum susulan.
Tukar Jadwal
Tukar jadwal dilakukan paling lambat 48 jam sebelum praktikum
Dory Fermando
(NIM. 1101130238)
Mengetahui,
Pembina Laboratorium Antena
Pelindung :
Dr. ERNA SRI SUGESTI, Ir.,M.Sc.
Pembina :
Dr. BAMBANG SETIA NUGROHO, S.T.,M.T.
Dosen Pembimbing :
Dr. HEROE WIJANTO, Ir.,M.T.
NACHWAN MUFTI A, S.T.,M.T.
KRIS SUJATMOKO, S.T.,M.T.
AGUS DWI PRASETYO, S.T.,M.T.
BUDI SYIHABUDDIN, S.T.,M.T.
ERFANSYAH YUDHA EKA ALI, S.T.M.T.
Tim Asisten
DORY FERMANDO
AMALINA MUTHIAH
RAIHAN SANTOSO
PUTRI ANDRIANI
MUTIARA KAFFA
MUHAMMAD AFIQ
FADILAH NURHIDAYAH
ANTENA
Antena adalah suatu alat yang dapat memancarkan atau menerima gelombang
elektromagnetik ke atau dari udara menuju saluran transmisi. Antena merubah sinyal
listrik yang ada di saluran transmisi menjadi sinyal elektromagnetik yang nantinya akan
diradiasikan antenna, begitupun sebaliknya, dari sinyal elektromagnetik ke sinyal listrik.
Bagaimana antenna bisa meradiasikan sinyal? syarat utama agar antenna bisa
meradiasikan sinyal adalah dicatu dengan sumber listrik AC (bolak-balik), karena pada
sumber listrik AC terdapat perbedaan fluks yang akan menimbulkan medan listrik dan
medan magnet yang saling tegak lurus satu sama lain. Hal itu akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik di udara, dan menurut persamaan Maxwell, listrik dan
magnet dapat membangkitkan satu sama lain, ini yang menyebabkan gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan antenna akan tetap merambat di udara.
Sebuah alumunium yang dicatu dengan arus AC juga sudah bisa disebut sebagai
antenna, karena sudah dapat meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah.
Dimensi fisik dari antenna sendiri ditentukan dari fungsi lambda atau panjang gelombang,
yaitu dengan membagi kecepatan cahaya (c) dengan frekuensi yang ingin digunakan (f).
Antena dengan dimensi /2 akan meradiasikan gelombang yang berbentuk sinusoidal
dan seterusnya.
- Impedansi - Bandwidth
REDAMAN
IMPEDANSI
Impedansi antena merupakan nilai tahanan yang timbul apabila sebuah antena
dicatu arus listrik. Besaran impedansi menjadi faktor penting dalam performa kinerja
sebuah antena. Ketidaksesuaian impedansi antena dengan saluran transmisi akan
mempengaruhi transfer daya yang akan dipancarkan oleh antena.
Impedansi antena juga dapat diketahui dengan mengetaui koefisien pantul dengan
persamaan :
Z A = Impedansi Antena ()
Z Z0
A Z 0 = Impedansi Saltran ()
Z A Z0
= Koefisien pantul
Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka
impedansi antena haruslah memiliki nilai yang sama dengan impedansi saluran
transmisinya (matching) . Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi
yang dipancarkan atau diterima dengan nilai 0 |(z)| 1
V max 1
VSWR
V min 1
Vr = koefisien pantul
Vi Vr = tegangan gelombang pantul (reflected wave)
RL 20 log [dB] Vi = tegangan gelombang maju (incident wave)
RL = return loss (dB)
Untuk matching yang sempurna antara transmitter dan antenna nilai =0 dan RL=-
dB yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan, sebaliknya jika = 1 dan RL = 0 dB
maka semua daya dipantulkan.
VSWR
Hasil superposisi
VSWR juga merupakan fungsi dari koefisien pantul yang menggambarkan daya
yang dipantukan kembali ke antenna. Antena yang baik akan bersifat memancarkan
seluruh daya yang diterima tanpa ada daya yang dipantulkan.
Sehingga, semakin mendekati tak hingga, daya yang dipantulkan semakin besar.
Sebaliknya, semakin mendekati nilai satu, daya yang dipantulkan semakin kecil. Dalam
perancangan antena biasanya memiliki nilai impedansi masukan sebesar 50 atau 75
. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :
Vmax 1 ( z )
VSWR (z) = Koefisien pantul
Vmin 1 ( z )
BANDWIDTH
Dalam praktiknya, bandwidth sangat berkaitan dengan nilai VSWR dan frekuensi.
Nilai bandwidth dapat diketahui dari melihat pada rentang frekuensi berapa yang nilai
VSWRnya berada di bawah batas maksimum. VSWR maksimum yang biasa dipakai
adalah pada rentang 1,5 sampai 2. Sebab pada rentang VSWR tersebut parameter
antenna lain belum keluar dari batas yang diijinkan sehingga bisa diartikan pada range
frekuensi kerja tersebut, antena dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau
memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu.
2 1
= 100%
Bandwidth yang dinyatakan dalam persen seperti ini biasanya digunakan untuk
menyatakan bandwidth antena-antena yang memliki band sempit (narrow band).
Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan definisi rasio antara
batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.
2 f2 = jangkauan frekuensi atas (Hz)
=
1 f1 = jangkauan frekuensi bawah (Hz)
fc = frekuensi tengah (Hz)
POLA RADIASI
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis yang
menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola
radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan
Keterangan :
a) Main Lobe : pancaran utama dari pola radiasi antenna
b) Minor Lobe : pancaran kecil selain Main Lobe
c) Side Lobe : pancaran kecil terletak di samping-samping dari Main Lobe
d) Back Lobe : pancaran yang letaknya berlawanan dengan Main Lobe
e) Half-Power Beam Width (HPBW) : lebar sudut yang memisahkan dua titik
setengah daya pada pancaran utama dari pola radiasi
f) First null Beam Width (FNBW) : lebar sudut yang memisahkan dua titik daya
yang bernilai minimum pada pancaran utama dari pola radiasi
g) Front-to-Back Ratio (FBR) : perbandingan antara daya maksimum yang
dipancarkan pada main lobe dan daya pada arah belakangnya
h) Cross Polarization Ratio : perbandingan antara daya pada saat antenna
menerima gelombang dengan polarisasi vertical dan daya terima dengan
polarisasi horizontal
POLARISASI
Polarisasi pada antena adalah arah getaran gelombang dari antenna. Secara
umum, polarisasi antenna dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai Axial Ratio nya, yaitu
Polarisasi Elips, Polarisasi Sirkular, dan Polarisasi Linear.
Polarisasi Jenis - jenis Deskripsi
Dilihat dari sudut polarisasi,
polarisasi jenis ini lebih
Vertical Right Hand(VR) mendekati sumbu vertical,
dengan arah putaran ke
Elips
kanan (dilihat dari sisi antena)
Dilihat dari sudut polarisasi,
Vertical Left Hand(VL) polarisasi jenis ini lebih
mendekati sumbu vertical,
Jenis polarisasi suatu gelombang dapat ditentukan dari nilai axial ratio-nya. Axial
ratio sendiri didefinisikan sebagai perbandingan antara sumbu mayor dan sumbu minor
pada plot polarisasi gelombang yang biasanya dinyatakan dalam satuan dB.
Nilai axial ratio dari suatu gelombang elektromagnetik dapat dihitung dengan rumus
dibawah ini :
|| = = 1
Jika dilihat dari persamaan diatas, maka hubungan nilai |R| dan jenis polarisasi
gelombang dapat menghasilkan tiga kemungkinan:
Tetapi pada kenyataannya, untuk mendapatkan nilai |R|=1 yang memenuhi syarat
polarisasi sirkular amatlah sulit untuk dipraktekkan, karenanya, ditentukan batas
maksimum nilai |R| 3 dB dimana suatu gelombang masih dapat dianggap berpolarisasi
sirkular. Sedangkan notasi nilai R dapat menentukan arah putaran polarisasi gelombang.
Jika nilai R positif, maka gelombang berpolarisasi searah jarum jam (Clockwise) atau
memiliki polarisasi RHCP. Sebaliknya, jika nilai R negatif, maka gelombang memiliki
polarisasi LHCP atau berlawanan arah jarum jam Counter Clockwise).
(, ) (, ) = intensitas radiasi
(, ) =
= intensitas radiasi rata-rata
Intensitas radiasi yang bernotasi (, ) adalah daya yang diradiasikan pada suatu
arah per unit sudut dan mempunyai satuan watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1 Pr = kerapatan daya
U ( , ) Re E H r 2 Pr r 2
2 Um = Intensitas maksimum
U ( , ) U m F ( , )
2
| F(, ) |2 = magnitude pola medan normalisasi
E = Medan Listrik
H = Medan Magnet
Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh ruangan pada
suatu harga U(,). Dan untuk sumber non isotropis, intensitas radiasinya tidak tetap
pada seluruh ruangan tetapi suatu daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1 PT d sin dd
U ave
4 U ( , )d 4
PT = Kerapatan daya total
SIDE LOBE LEVEL
Suatu contoh pola daya antena digambarkan dengan koordinat polar. Lobe utama
(main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi maksimum. Biasanya
juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan
minor lobe. Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain yang dimaksud.
GAIN
Gain antenna menyatakan seberapa besar daya yang difokuskan oleh antenna
pada arah tertentu yang dibandingkan dengan daya yang dipancarkan ke segala arah
yang secara umum dalam satuan dB. Artinya, jika suatu antenna pemancar mempunyai
gain sebesar 3dB, maka antenna tersebut memancarkan daya tiga kali lebih besar ke
satu arah dibandingkan jika dipancarkan ke segala arah.
Gain antenna berbeda dengan gain amplifier. pada gain antenna tidak membahas
seberapa besar daya yang dikuatkan melainkan seberapa besar perbandingan daya
suatu antenna terhadap antenna referensi. Antenna referensi sering digunakan yaitu
isotropis sebab mempunyai intensitas radiasi yang sama ke segala arah.
Dalam perancangan suatu antenna, besarnya gain perlu kita perhitungkan sesuai
dengan kebutuhan antenna yang akan kita buat. Antena dengan gain tinggi cocok jika
kita mengetahui dari mana arah sinyal berasal. Contohnya antenna televisi yg diarahkan
langsung ke pemancar. Sedangkan antena dengan gain rendah cocok jika kita tidak
mengetahui dari mana arah sinyal berasal. Contoh antena dengan gain rendah terdapat
pada handphone yang hanya akan berkomunikasi dengan pemancar terdekat.
Gain juga bisa didefinisikan sebagai 4 kali rasio dari intensitas pada suatu arah
dengan daya yang diterima antena, dinyatakan dengan :
(,)
= 4
= 4
Direktivitas dapat ditulis sebagai = 4 , jika dibandingkan dengan persamaan
gain diatas maka akan terlihat bahwa perbedaan gain maksimum dengan direktivitas
hanya terletak pada jumlah daya yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain
suatu antenna juka seluruh daya input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak mungkin
terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya input (Pin) yang tidak muncul
sebagai daya radiasi diserap oleh anten dan struktur yang dekat dengannya.
Hal tersebut memunculkan suatu definisi bari yang disebut dengan efisiensi radiasi,
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
=
Dengan catatan bahwa harga diantara nol dan satu ( 0 < < 1) atau ( 0< <100%).
Sehingga gain juga dapat di dapat dari persamaan
G = Gain
G= xD = Efisiensi
D = Direktivitas
Persamaan di atas adalah persamaan yang secara teoritis bisa digunakan untuk
menghitung gain suatu antena. Namun dalam prakteknya jarang gain antena dihitung
berdasarkan direktivitas (directivity) dan efisiensi yang dimilikinya, karena untuk
mendapatkan directivity antena memang diperlukan perhitungan yang tidak mudah.
I. Tujuan
II. Alat
1. Signal Generator
2. Spectrum Analyzer
3. Masting Antena
4. Kabel Koaksial dan Connector
5. Antena Transceiver
6. PC (Personal Computer)
A. Medan Elektromagnetik
Medan Reaktif
Didaerah ini merupakan ruang yang berada langsung di sekeliling antenna. Medan
reaktif ini mencakup jarak 0 < r < /2, dimana merupakan panjang gelombang dari
antenna.
Medan radiasi dekat berada dalam jarak /2 < r < 2D2/, dimana D merupakan
dimensi terbesar antena. Daerah ini sering disebut juga zona Fresnel.
Medan radiasi jauh berada pada r > 2D2/ atau r < 10 (kriteria antenna kecil).
Daerah ini sering disebut juga zona Fraunhofer.
Dalam melakukan pengukuran antena, biasanya dilakukan pada medan radiasi jauh
2
dengan radius sebesar r. Untuk antena isotropis, r lebih besar atau sama dengan 2D /
dan untuk antena non-isotropis r lebih besar atau sama dengan 2(D12+D22)/. D adalah
dimensi terbesar antena dan adalah panjang gelombang pada frekuensi yang di
gunakan.
B. Direktivitas
D = Direktivitas
U 4 U = Intensitas radiasi (W/unit)
D
Uo Prad Uo = Intensitas radiasi antenna isotropis (W/ unit)
Prad = Total daya yang di pancarkan (W)
C. Gain
Gain sering juga disebut dengan Directivity Gain. Gain adalah sebuah parameter
Antena yang mengukur kemampuan antena dalam mengarahkan radiasi sinyalnya atau
penerimaan sinyal dari arah tertentu. Atau dengan kata lain gain menentukan seberapa
besar sebuah antena memfokuskan energi pancarnya. Gain dari antena biasanya
dinyatakan dalam desibel (dB). Ketika gain direferensikan dengan antena isotropik, maka
G = Gain
G eff .D eff = efisiensi (%)
D = Direktivitas
Terdapat dua jenis gain pada antena yaitu gain absolut dan gain relatif. Gain absolut
merupakan perbandingan antara rapat daya per satuan unit antena terhadap rapat daya
antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Misalnya, kita
membandingan 2 antena dengan daya masukan yang sama pada arah sama-sama x
positif maka yang kita dapat ialah gain absolut. Persamaan gain absolut dapat dituliskan
dengan:
U ( , )
Gain 4
Pin
Selain itu ada pula gain relatif yang didefinisikan sebagai perbandingan daya pada
arah tertentu dibandingkan dengan daya dari sebuah antena referensi dengan arah
referensi. Misalnya, kita membandingan 2 antena dengan daya masukan yang sama
pada arah antena referensi x positif sedangkan antena yang dihitung tidak dengan arah
yang sama, maka yang kita dapat ialah gain relatif. Dalam gain relatif dapat dituliskan
dengan:
U ( , )
Gain 4
Pin Lossless
Metode 2 Antena
Identik
Prinsip dasar pengukuran gain dengan menggunakan 2 antena identik adalah
dengan membandingkan daya yang masuk ke antena Tx dengan daya yang
diterima antena Rx dengan konsep transmisi Friis. Antena yang digunakan adalah
antena identik yang bertindak sebagai pengirim dan penerima.
1 4R WRX
G( dBi) 20 log 10 log
2 WTX
Referensi
Pada pengukuran ini digunakan antena referensi yang sudah diketahui nilai
gainnya. Pertama, antena yang di ukur ditempatkan sebagai penerima dengan
polarisasi yang sesuai dan daya yang di terima dicatat. Kemudian antena referensi
diukur dengan cara yang sama.
W
G( AUT ) [dBi] Gref [dBi] 10 log RX [dBref ]
W
ref
Metode 3 Antena
Metode ini digunakan jika antena yang di ukur tidak identik. Prinsip dasar dari
metode ini adalah dengan membandingkan kombinasi daya yang masuk ke antena
Tx dengan daya yang diterima antenna Rx dengan konsep Transmisi Friis setelah
jarak kedua antena diketahui. Pada metode ini diukur gain dari 3 kombinasi antena.
Antena 1 ke antenna 3 :
1 4R W
G1 G3 20 log 10 log R 3
2 WT 1
Antena 2 ke antenna 3 :
1 4R W
G 2 G3 20 log 10 log R 3
2 WT 2
Lalu,
A BC
G1
2
A BC
G2
2
A BC
G3
2
Contoh Soal :
Tx Rx PTx PRx
A B 0,9mW 0,79W
A C 0,9mW 3,29W
B C 0,9mW 2,9W
1 1
Ga = 2(1 + 2 + 3) = 2 (76,82 + 83,01 82,47) = 38,68 dB
1 1
Gb = 2(1 2 + 3) = 2 (76,82 83,01 82,47) = 38,14 dB
1 1
Gc = 2(2 + 3 1) = 2 (83,01 + 82,47 76,82) = 44,33 dB
E. Polarisasi
Polarisasi pada antena adalah arah getaran gelombang dari antena. Polarisasi
dapat ditentukan dari menghitung Axial Ratio nya. Axial ratio dapat dituliskan dengan :
major axis OA
AR , 1 AR
minor axis OB
PLF cos2
Secara umum polarisasi antena dibagi menjadi polarisasi elips, polarisasi sirkular,
dan polarisasi linear.
1. Polarisasi Linear
Pada polarisasi linear, arah medan listrik tidak berubah dengan waktu, yang
berubah hanya orientasinya saja (positif - negatif). Pada gambar dibawah ini
menunjukkan sebuah gelombang yang memiliki polarisasi vertikal. Arah
medan listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif dan arah
medan magnet selalu menunjuk ke arah sumbu y positif atau negatif.
Polarisasi linear dapat dihasilkan dari antena dipole, antena horn dan antena
reflektor. Aplikasi dari polarisasi linear adalah digunakan pada antena BTS dan
antena pemancar radio AM atau pemancar televisi. Besar axial ratio dari
polarisasi linear adalah lebih besar dari 40 dB.
2. Polarisasi Elips
Pada gelombang dengan polarisasi elips, medan listrik memiliki dua
komponen dengan beda fasa 90 tetapi besar magnitude yang berbeda.
Polarisasi elips dapat dihasilkan dari antena helix (spiral). Aplikasi dari
polarisasi elips digunakan pada antena Radio Frequency Identification (RFID).
Besar axial ratio dari polarisasi elips adalah 3 hingga 40dB.
Polarisasi sirkular dapat dihasilkan dari antena cross yagi. Aplikasi dari
polarisasi sirkular digunakan pada antena radar. Besar axial ratio dari
polarisasi sirkular adalah 1 hingga 3dB.
Contoh Soal :
Suatu antena transmitter diketahui memiliki polarisasi linear vertikal. Disuatu tempat
terdapat antena receiver yang memiliki polarisasi linear horizontal. Apakah kedua
antena tersebut dapat melakukan komunikasi? Mengapa? Jika tidak, hitung PLF
nya!
Diketahui : Antenna Tx = polarisasi linear vertikal
Antenna Rx = polarisasi linear horizontal
= 90o
Jawab :
PLF = cos2
= cos20 = 0 = dB
I. Tujuan Praktikum
1. Signal Generator
2. Antena Horn
3. Antenna Under Test (AUT)
4. Spectrum Analyzer
5. PC (Personal Computer)
6. Masting Antena
A. Medan Elektromagnetik
Medan radiasi dari sebuah antena yang sedang memancar dikarakterisasi oleh
vector poynting.
P = Vector Poynting
E = Medan Listrik
H = Medan Magnet
poynting ini, kita dapat mengidentifikasi 3 daerah utama seperti gambar berikut:
Keterangan: r = jarak
= panjang gelombang
B. Pola Radiasi
Pola radiasi merupakan intensitas medan jauh di segala arah dalam koordinat bola.
Beberapa bagian dari pola radiasi disebut sebagai lobe (cuping). Masing-masing lobe
dibatasi oleh daerah yang memiliki nilai intensitas radiasi yang lemah. Lobe dapat
dikelompokkan menjadi major/main lobe (lobe utama) dan minor lobe yang terdiri dari
side lobe (samping) dan back lobe (belakang).
Pola radiasi diukur pada medan jauh dengan memutar Antenna Under Test (AUT)
pada arah azimuth () dan elevasi () pada koordinat bola terhadap Measuring Antenna
(MA) yang tetap. Grafik hasil pola radiasi diplot polar agar dapat lebih mudah dipahami
secara visual seperti gambar 3 dibawah ini:
2
= (, ) sin( )
4
=0 =0
atau
2
1
= (, ) sin( )
4
=0 =0
= sin()
=0 =0
ii. TPr dalam fungsi gain AUT, gain antena (MA), dan daya pancar antena:
2
2
= (, ) sin()
(4)2
=0 =0
(,) = 20|(,) |
ii. Pola daya
(,) = 10(,)
Dalam desibel, pola daya dan pola medan nilainya sama. Untuk pengukuran pada
pola radiasi, faktor jarak merupakan faktor yang sangat penting agar mendapatkan hasil
yang teliti.Pengukuran pola radiasi dilakukan pada medan jauh. Medan jauh terpenuhi
saat jaraknya sesuai dengan syarat berikut:
Broad side : pancaran utama maksimum dalam arah normal terhadap bidang
antena
End fire : pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang
antena
Intermediate : antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main
lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire. Antena yang mempunyai pola
radiasi intermediate banyak dijumpai pada phased array antenna.
Side Lobe Level (SLL) merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar
dengan harga maksimum dari main lobe atau dengan kata lain ukuran yang menyatakan
seberapa besar daya yang terkonsentrasi pada side lobe dibanding dengan main lobe.
Main lobe adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi maksimum.
Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main lobe yang
disebut dengan minor lobe. Minor lobe yang dimaksudkan adalah side lobe (lobe sisi).
HPBW adalah lebar berkas dari setengah pola daya dalam main lobe, atau dengan
kata lain lebar sudut yang dibatasi daya atau -3 dB dari main lobe.
= | |
Dengan nilai dan merupakan titik-titik pada kiri dan
kanan dari main lobe dimana pola daya mempunyai harga atau -3 dB.
FNBW merupakan lebar berkas (besar sudut) bidang antara dua arah pada main
lobe yang intensitas radiasinya nol.
= 2
Akan tetapi nilai FNBW tidak selalu seperti rumus diatas. FNBW juga bisa dihitung
dengan pendekatan lebar berkas berdasarkan diagram pola radiasi arah azimuth () dan
elevasi ().
8. Hasil pengukuran disampling 3 nilai tiap step, lalu rata-ratakan pada file
excel. Contoh:
Sudut Sample (dBm) Sample (mW) Rata-rata Penormalisasi Termormalisasi Numerik Ternormalisasi dB
1 2 3 1 2 3 Max Rata-rata /Max /Rata-rata /Max /Rata-rata
0 -51,3 -50,4 -51,9 7,413E-06 9,12E-06 6,46E-06 7,6633E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,963138 1,816587304 -0,163116475 2,5925627
30 -52,8 -53,6 -51,7 5,248E-06 4,37E-06 6,76E-06 5,458E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,685978 1,293833572 -1,636895061 1,1187842
60 -54,3 -56,3 -57,6 3,715E-06 2,34E-06 1,74E-06 2,5991E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,326665 0,616127758 -4,858971471 -2,1032922
90 -58,7 -57,2 -57,3 1,349E-06 1,91E-06 1,86E-06 1,7055E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,214352 0,404292661 -6,688720648 -3,9330414
120 -54,4 -57,3 -56 3,631E-06 1,86E-06 2,51E-06 2,6683E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,335353 0,632513739 -4,744979585 -1,9893004
150 -60,7 -56,6 -57,3 8,511E-07 2,19E-06 1,86E-06 1,6337E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,205323 0,387262549 -6,875624219 -4,119945
180 -55,7 -56,4 -58,4 2,692E-06 2,29E-06 1,45E-06 2,1426E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,269289 0,507910482 -5,697807463 -2,9421282
210 -56,7 -54,3 -55,3 2,138E-06 3,72E-06 2,95E-06 2,9348E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,368859 0,695709333 -4,331400924 -1,5757217
240 -56,3 -54,1 -55,6 2,344E-06 3,89E-06 2,75E-06 2,9963E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,376583 0,710278959 -4,241389723 -1,4857105
270 -52,3 -51,9 -52,1 5,888E-06 6,46E-06 6,17E-06 6,1703E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,775501 1,462682884 -1,104177428 1,6515018
300 -51,9 -52,6 -50,9 6,457E-06 5,5E-06 8,13E-06 6,6934E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,841247 1,58668683 -0,750767053 2,0049122
330 -50 -51,3 -51,9 0,00001 7,41E-06 6,46E-06 7,9565E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 1 1,886113928 0 2,7556792
9. Amati bentuk pola radiasi diagram arah daya polar dua dimensi. Contoh:
Sudut Sample (dBm) Sample (mW) Rata-rata Penormalisasi Termormalisasi Numerik Ternormalisasi dB
1 2 3 1 2 3 Max Rata-rata /Max /Rata-rata /Max /Rata-rata
0 -51,3 -50,4 -51,9 7,413E-06 9,12E-06 6,46E-06 7,6633E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,963138 1,816587304 -0,163116475 2,5925627
30 -52,8 -53,6 -51,7 5,248E-06 4,37E-06 6,76E-06 5,458E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,685978 1,293833572 -1,636895061 1,1187842
60 -54,3 -56,3 -57,6 3,715E-06 2,34E-06 1,74E-06 2,5991E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,326665 0,616127758 -4,858971471 -2,1032922
90 -58,7 -57,2 -57,3 1,349E-06 1,91E-06 1,86E-06 1,7055E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,214352 0,404292661 -6,688720648 -3,9330414
120 -54,4 -57,3 -56 3,631E-06 1,86E-06 2,51E-06 2,6683E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,335353 0,632513739 -4,744979585 -1,9893004
150 -60,7 -56,6 -57,3 8,511E-07 2,19E-06 1,86E-06 1,6337E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,205323 0,387262549 -6,875624219 -4,119945
180 -55,7 -56,4 -58,4 2,692E-06 2,29E-06 1,45E-06 2,1426E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,269289 0,507910482 -5,697807463 -2,9421282
210 -56,7 -54,3 -55,3 2,138E-06 3,72E-06 2,95E-06 2,9348E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,368859 0,695709333 -4,331400924 -1,5757217
240 -56,3 -54,1 -55,6 2,344E-06 3,89E-06 2,75E-06 2,9963E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,376583 0,710278959 -4,241389723 -1,4857105
270 -52,3 -51,9 -52,1 5,888E-06 6,46E-06 6,17E-06 6,1703E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,775501 1,462682884 -1,104177428 1,6515018
300 -51,9 -52,6 -50,9 6,457E-06 5,5E-06 8,13E-06 6,6934E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 0,841247 1,58668683 -0,750767053 2,0049122
330 -50 -51,3 -51,9 0,00001 7,41E-06 6,46E-06 7,9565E-06 7,95655E-06 4,21849E-06 1 1,886113928 0 2,7556792
9. Amati bentuk pola radiasi diagram arah daya polar dua dimensi. Contoh:
I. Tujuan Praktikum
1. 2 Antena Yagi
2. Signal Generator
3. Spectrum Analyzer
4. Masting Antena
30-3000 Hz ELF
B. Propagasi Gelombang
1. Line Of Sight
Pada propagasi line of sight, gelombang dirambatkan secara langsung dari
pengirim ke penerima tanpa halangan atau hanya melalui satu medium (udara).
3. Refraksi
Refraksi terjadi apabila pada propagasinya, gelombang mengalami
pembengkokan ketika melewati satu media ke media lain. Contoh benda yang
menyebabkannya adalah air dan kaca.
4. Difraksi
Apabila gelombang mengenai suatu benda melalui celahnya sehingga
gelombang mengalami pelebaran berkas. Contohnya adalah ketika cahaya yang
melewati celah pada bangunan.
Gambar 17 Difraksi
5. Scattering
Ketika gelombang mengenai suatu benda yang ukurannya relatif lebih kecil
dibandingkan panjang gelombang, gelombang akan mengalami hamburan.
Hamburan yang dimaksud adalah berkas akan tersebar menjadi beberapa path
yang relatif tidak beraturan. Contoh benda yang menyebabkannya adalah
dedaunan yang memiliki jarak antar daunnya tidak beraturan.
2. Sky Wave
Sky wave adalah propagasi yang memanfaatkan lapisan atmosfer untuk
memantulkan gelombang menuju receiver (penerima). Sky wave digunakan untuk
komunikasi jarak jauh. Lapisan atmosfer yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu:
ionosfer (ionosferik) dan trofosfer (trofosferik). Modus ini terjadi ketika frekuensi
yang digunakan diantara 3-30 MHz. Contoh aplikasinya adalah komunikasi radio
amatir.
2
2
E. Fresnel Zone
Fresnel zone adalah suatu daerah pada lintasan transmisi gelombang mikro yang
digambarkan berbentuk elips yang menunujukan interferensi gelombang RF jika terjadi
blocking.
Fresnel Zone I : beda panjang lintasan sinyal langsung dan sinyal tidak
langsung adalah
Fresnel Zone II : beda panjang lintasan sinyal langsung dan sinyal tidak
langsung adalah dua kali
.1.2
Fn = 17.3 .()
Dirumuskan dengan:
Biasanya nilai clearance factor adalah 60% belum termasuk koreksi terhadap
kelengkungan bumi. Nilai tersebut dipilih karena pada nilai clearance factor 60%,
redaman propagasi = redaman ruang bebas (Free Space Loss) untuk jenis pemantul
apapun, dan redaman karena difraksi menjadi 0 dB.
F. Fading
Fading adalah fluktuasi level daya sinyal yang diterima oleh penerima. Fluktuasi
level daya terima ini disebabkan oleh adanya pengaruh multipath fading, ducting, dan
karakteristik dari lintasan propagasi. Hal ini dapat mengakibatkan sinyal daya terima
menjadi saling menguatkan atau saling melemahkan. Fading margin adalah level daya
yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang
sampai di penerima dan level sensitivitas penerima.
G. Reliability (Keandalan)
Fading Margin berbanding lurus dengan Reliability. Semakin besar FM, maka
semakin besar pula Reliability nya.