Vous êtes sur la page 1sur 4

AKHIR HAYAT SANG NABI (Sebuah ringkasan sejarah Muhammad)

Perjalanan hidup Nabi merupakan anugerah bagi alam. Seluruh manusia pada
saat itu maupun sesudahnya, harus berterima kasih kepada pembawa
kebenaran ini. Seluruh segi kekufuran dan kebodohan masyarakat di zaman
yang paling edan saat itu, telah ditumpas secara tuntas. Hal ini dimungkinkan
tidak akan terjadi andaikan Nabi yang terakhir ini tidak diutus. Nabi yang
berwatak baik, santun, lemah lembut, dipercaya serta berpribadi agung
bernama Muhammad.
Kegelisahaan Nabi melihat realita masyarakat, di mana perbudakan
merajalela, kebodohan seolah menjadi guru, patung-patung diagungkan,
maupun wanita yang tidak berharga sudah terjawab dengan turunnya surah
yang memandatkan tugas suci.
Turunnya surah Al-Alaq merupakan awal dari mandat kenabian. Setelah
itu, surah Al-Mudatsir menjadi momentum dakwah Nabi. Ketika dikatakan,
Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, dan berikan peringatan (Al-
Mudatsir :1-2), atau Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam
hari, kecuali sedikit (dari padanya) (Al-Muzammil :1-2), maka sontak membuat
Nabi senantiasa bangun dan menyerukan peringatan Allah. Hal itu terus
dilakukaannya hingga menjelang ajalnya.
Usaha Nabi ini pun membuahkan hasil yang gemilang. Sejak periode
Mekkah, maupun periode Madinah, Nabi telah menorehkan prestasi yang
menggemparkan hingga akhirnya mencerahkan seluruh alam. Maka, amat
baiklah jika manusia hari ini berterima kasih kepada Nabi yang telah
menumpas kebodohan. Namun, meskipun begitu selalu ada umat-umat yang
ingin berjalan di luar petunjukNya. Terhadap kita semua, semoga tetap berada
pada shirathol mustaqim, dan istiqomah hingga akhir hayat atau akhir dari
seluruh kehidupan di dunia ini dengan berpegang teguh kepada tali agama
Allah, dengan Al-quran dan sunnah-sunnah Nabi.
Demikian Nabi berjuang menjalani hidupnya dengan mengemban segala
amanah selama lebih dari dua puluh tahun. Dakwah islamiyah berhasil
dengan nilai yang amat memuaskan. Seluruh kawasan jazirah Arab dapat
tunduk di bawah dakwah islamiyah. Dakwah islamiyah tampil dipermukaan
bumi dengan jalan kehormatan, bersih, dan melalui cara-cara yang positif dan
konstruktif. Kebebasan dan pembaharuan. Dengan melalui tahap demi tahap
inilah jazirah Arabiyah bisa melihat sebuah kebangkitan yang luar biasa dan
penuh berkah Tuhan. Sebuah kebangkitan bangsa yang tak pernah disaksikan
sebelumnya. Bahkan inilah catatan sejarah yang paling gemilang untuk
pertama kali.

HAJI WADA
Semua tugas kenabian telah rampung dalam situasi yang paripurna.
Dalam perkembangan selanjutnya, sudah tampak tanda-tanda kepergian Nabi
saat itu. Kenyataan ini benar akan terjadi, sebab biar bagaimana pun Nabi
hanyalah seorang manusia biasa yang juga pasti akan mengalami akhir
hayatnya. Semua tugasnya telah dilaksanakan selama kurun waktu 20 tahun
lebih. Dan haji Wada merupakan epilog dari kehidupan serta tugas kenabian.
Rasulullah mengumumkan niatnya untuk melaksanakan ibadah haji.
Nabi pun berangkat dengan rombongan umat muslim dari Madinah. Setelah
memasuki kota Mekkah, Nabi melaksanakan tawaf di Kabah, dilanjutkan
dengan sai di antara Shafa dan Marwah tanpa bertahallul (sebab Nabi berniat
melaksanakan haji qiran).
Rangkaian ibadah haji dilakukan oleh Nabi dan umat islam. Dapat
dicatat, dalam ibadah hajinya kali ini, Nabi banyak menyampaikan pidatonya.
Yang berisi tentang berita gembira, ancaman, perintah, larangan serta ketaatan
pada petunjuk setelah kepergian Nabi. Pada saat-saat seperti ini, turun sebuah
wahyu, Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhoi islam menjadi agamamu
(Al-Maidah :3)
Dengan turunnya ayat tersebut, jelaslah bahwa tugas kenabian sudah
rampung. Dan kepergian Nabi sudah semakin dekat. Setelah seluruh
rangkaian ibadah haji selesai, Nabi memerintahkan kepada seluruh umat
islam untuk kembali ke Madinah tanpa istirahat sedikit pun guna perjalanan
ini terasa murni karena Allah dan di jalan Allah SWT.

DETIK-DETIK TERAKHIR
Pada saat dakwah islam sempurna, beberapa perkataan dan tindakan
Nabi mengisyaratkan tanda-tanda perpisahan. Bahkan saat haji wada Nabi
pernah berkata, Aku tidak tau pasti apakah aku masih bisa berjumpa kalian
lagi setelah tahun ini dalam keadaan seperti ini. Juga pada saat melempar
jumrah Nabi bersabda, Pelajarilah cara manasik haji kalian dariku. Boleh jadi
aku tidak akan melaksanakannya lagi setelah tahun ini. Dari setiap tanda-
tanda demikian bisa dikenali sebuah tanda dan isyarat tentang perpisahan
Nabi.
Hari senin, 20 shafar 11 Hijriah, Nabi menghadiri prosesi pemakaman
seorang sahabat di Baqi. Dalam perjalanan pulang, Nabi jatuh sakit. Nabi
menderita sakit selama 13 atau 14 hari. Selama masa sakit itu, Nabi tetap
melaksanakan shalat berjamaah dalam rentang 11 hari.
Semakin hari, sakit Nabi semakin parah. Nabi menghabiskan masa
akhirnya di rumah Aisyah, sementara istrinya yang lain sudah memberikan
kebebasan kepada Nabi untuk memilih tinggal di sana.
Lima hari sebelum wafat, suhu badan Nabi semakin meninggi. Namun,
Nabi berniat ingin ke mesjid dan memberikan nasihat. Salah satu nasihatnya
adalah agar jangan menjadikan kubur Nabi kelak sebagai berhala yang
disembah. Pada waktu itu, Nabi juga sempat menawarkan diri untuk diqishash
jika pernah berbuat salah kepada sahabatnya.
Empat hari sebelum wafat, sakit Nabi belum juga turun. Ada beberapa
wasiat Nabi pada saat ini, diantaranya agar mengeluarkan orang-orang Yahudi
dan Nasrani dari Jazirah Arab, wasiat tentang pengiriman pasukan yang
sempat tertunda dan lain-lain. Nabi tetap menjadi imam shalat. Menjelang isya,
sakit Nabi semakin parah, sampai-sampai Nabi tidak mampu lagi pergi ke
mesjid. Hingga posisi imam shalat berjamaah digantikan oleh Abu Bakar.
Dua hari sebelum wafat, panas badan Nabi sempat menurun. Dan Nabi
berniat pergi ke mesjid untuk mengimami shalat. Sehari sebelum wafat, Nabi
memerdekakan semua pembantu laki-lakinya, menshadaqahkan tujuh dinar
harta Nabi yang masih tersisa, dan memberikan semua senjata Nabi kepada
orang-orang muslim.
Keesokan harinya, Nabi pernah membisikkan sesuatu kepada
putrinya ,Fatimah. Fatimah menangis. Tak lama kemudian Nabi berdoa dan
berbisik sekali lagi. Fatimah pun tersenyum. Ketika orang-orang menanyakan
hal itu beberapa hari kemudian, Fatimah menjawab, Nabi memberitahukan
kepadaku bahwa sebentar lagi ia akan meninggal dunia. Aku menangis
mendengarnya. Kemudian Nabi kembali membisikkan sesuatu bahwa akulah
orang pertama dari keluarganya yang akan menyusulnya. Aku pun lalu
tersenyum. Fatimah adalah anak yang kenal betul keseharian Nabi.
Nabi memanggil kedua cucunya, Hasan dan Husain, memeluk mereka
dan memberi nasehat baik. Nabi juga memanggil semua istrinya, memberikan
nasehat yang mesti dilaksanakan. Rasul juga memberikan nasehat kepada
semua orang-orang yang berada di sisinya untuk selalu menjaga shalat.
Tibalah masa terakhir dari hidup Sang Nabi. Pada saat Abdurahman bin
Abu Bakar masuk ke rumah Nabi sambil memegang siwak, Aisyah
menawarkan siwak yang dipegang Abdurahman dan menggosokkannya
ke mulut Nabi. Aisyah pun menggosokkannya dengan perlahan.
Setelah Nabi bersiwak, Nabi mengangkat tangan dan menggerak-
gerakkan bibirnya sembari berdoa. Aisyah mendengarkannya, Bersama orang-
orang yang Engkau beri nikmat, baik Nabi, shiddiqqin, syuhada, dan shalihin.
Ya Allah ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukan aku dengan
kekasih Yang Maha Tinggi. Ucapan yang terakhir oleh Nabi diulangnya sampai
3 kali. Kemudian tangan Nabi perlahan mulai melemah. Nabi pun berpulang
menuju Sang Kekasih Yang Maha Tinggi.
Kematian Nabi ini terjadi pada waktu dhuha, senin 12 rabiul awal 11
hijriah. Usia Nabi ketika itu 63 tahun. Nabi meninggal dunia di rumah Aisyah,
pada giliran Aisyah dan Aisyah berada di pangkuannya.
Nabi dikuburkan tepat di bawah tempat tidurnya. Dan akhir dari
perjalanan Sang Nabi ini pun menyisahkan kesedihan di sisi sahabat-sahabat
maupun keluarga serta seluruh alam semesta raya. Nabi adalah Pembawa
rahmat bagi seluruh alam. WALLAHU ALAM.
Baca juga artikel sebelumnya, Periode Madinah part 2 dan part1.
- As-Suhaili dalam kitab Ar-Raud al-Anf menyatakan -


-














Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang
bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal
membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut
bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan
iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke
ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud
sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak
suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat
menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di
Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-
Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad
seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke
pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya
Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing
tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan
sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa
pulang semula ke pedalaman.

Vous aimerez peut-être aussi