Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
652014007@student.uksw.edu
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri pada kulit rambutan
yang digunakan sebagai pewarna alami untuk kain sutera. Dalam penelitian ini dilakukan uji
aktivitas antibakteri melalui metode difusi agar dengan kertas cakram. Berdasarkan hasil
akhir penelitian menunjukkan bahwa kain sutera yang telah diwarnai memiliki sifat
antibakteri. Dari hasil ekstraksi dengan pelarut metanol dan etil asetat, didapat nilai aktivitas
antibakteri paling tinggi pada ekstraksi menggunakan pelarut metanol, dengan presentasi
zona hambat untuk bakteri Escherichia Coli yaitu 27,97% dan untuk bakteri Bacilius yaitu
28,93%.
Kata kunci: antibakteri, kulit rambutan, pewarna alami
Abstract
The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of the rambutan skin
used as natural dyes for silk fabric. In this study tested the antibacterial activity through the
agar for the diffusion method with paper discs. Based on the final results of the study showed
that the silk fabric that has been dyed have antibacterial properties. From the extraction with
methanol and ethyl acetate, obtained the highest grades of antibacterial activity on solvent
extraction using methanol, with the presentation of inhibition zone for the bacterium
Escherichia coli which is 27.97% and for the bacteria Bacilius is 28.93%.
1
antibakteri bakterisidik. Kelompok melalui proses ekstraksi dengan
pertama menghambat pertumbuhan dan menggunakan pelarut metanol dan etil
perkembangan bakteri. Kelompok kedua, asetat. Selanjutnya ekstrak zat pewarna
bekerja mematikan bakteri tersebut. dipekatkan melalui proses evaporasi.
Ekstrak zat pewarna yang dihasilkan
Pewarna telah lama digunakan kemudian diuji melalui pewarnaan
pada bahan makanan, minuman dan bahan terhadap kain sutera (mordanting dengan
sintetik untuk menambah daya tarik tawas). Untuk selanjutnya pada kain sutera
produk. Pewarna dapat dihasilkan dari hasil pewarnaan dilakukan uji aktivitas
bahan alam maupun bahan sintetik. antibakteri. Bahan dari sutera pada
Pewarna alami tidak berbahaya karena umumnya memiliki afinitas paling bagus
mengandung senyawa-senyawa alami, lain terhadap zat warna alam dibandingkan
halnya dengan pewarna sintetik yang dengan bahan dari kapas. Beberapa hasil
bersifat karsinogen. Walaupun pewarna penelitian menunjukkan bahwa kulit
sintetik lebih banyak diminati karena rambutan mengandung senyawa tanin,
proses pembuatan yang mudah dan harga saponin, flavonoid, alkanoid, fenolik,
yang murah, sedangkan warna alami yang terpenoid (Sukadana, et al.; 2008) dan
harus melalui banyak proses dan harga steroid (ponnama, et al.; 2012) yang
pasaran yang cukup tinggi justru lebih diketahui mempunyai aktivitas antibakteri.
aman dan ramah lingkungan.
2
Kulit rambutan yang telah untuk pelarut etil asetat, yang
dipisahkan dari daging buahnya ditimbang menunjukkan terbentuknya AgNP.
dan dicuci. Setelah itu dioven selama 2
2.2.4 Prosedur pencelupan kain sutera
hari pada temperatur 50 . Kemudian
Sebelum pewarnaan kain sutera,
kulit rambutan diblender hingga menjadi
kain direbus dengan larutan tawas 5%.
serbuk dan diayak menggunakan ayakan
Setelah itu kain dioven hingga
berukuran 20 mesh.
kering. Kain ini kemudian direndam dalam
2.2.2 Ekstraksi powder kulit rambutan hasil ekstrak kulit rambutan menggunakan
pelarut organik metanol dan etil asetat
Sampel serbuk kulit rambutan selama 1 jam dan dioven lagi pada suhu 50
ditimbang 20 gram dan dibungkus
menggunakan kertas saring dengan cara hingga kain benar-benar kering.
selongsong. Kemudian dilakukan dua kali Lalu kain dipotong-potong dan diberi
ekstraksi dengan massa sampel yang sama, nama sesuai dengan pelarut organik yang
yang pertama menggunakan pelarut digunakan.
organik metanol dan yang kedua
menggunakan pelarut organik etil asetat. 2.2.5 Pembuatan medium NA (Nutrient
Selanjutnya ekstrak zat pewarna Agar)
dipekatkan melalui proses evaporasi NA yang dilarutkan dengan
menggunakan rotavapor. Hasil ekstrak ini aquades, disterilkan dalam autoclave pada
ditimbang dan masing-masing dibilas
menggunakan pelarut metanol dan etil suhu 121 selama 5 menit, lalu
asetat. didinginkan hingga suhunya mencapai 50
.
2.2.3 Sintesis nano partikel Ag
3
dalam petri disk 20 mL. Lalu rendemen1 sebesar 58,25% (b/b) untuk
pelarut metanol dan 58,3% (b/b) untuk
digoyang perlahan-lahan agar bakteri dan
pelarut etil asetat (perhitungan terlampir).
NA dapat bercampur dan dibiarkan hingga
Walaupun hasil rendemen dengan pelarut
NA memadat.
metanol lebih sedikit dibandingkan dengan
2.2.8 Uji antibakteri kain sutera pelarut etil asetat, tapi kualitas pelarut
metanol lebih bagus yang ditandai dengan
Kain yang telah dipotong-potong, warna hasil ekstraksi yang lebih gelap.
diletakkan di atas petri disc berisi bakteri
dan nutrient agar. Kain yang telah 3.2 Sintesis nano partikel Ag
dipotong-potong ini sebelumnya telah
Sintesis AgNP dilakukan dengan cara
dicelupkan dengan pelarut organik berupa
mereduksi AgNO3 dengan larutan NaOH
methanol, etilasetat, methanol-AgNP, etil
dan SDS (Sodium Dodecyl Sulphate)
asetat Ag-NP, dan tanpa perlakuan apapun.
dalam ekstrak kulit rambutan. Sifat
Kemudian diletakkan juga antibiotik
antibakteri nanopartikel perak dipengaruhi
standard disc keatas petri disc yang
oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran
berfungsi sebagai penghambat
nanopartikel perak semakin besar efek
pertumbuhan bakteri pada daerah di
antibakterinya (Guzman, dkk. 2009). Jika
sekitarnya dimana antibiotik standard disc
ukuran partikel semakin kecil, luas
ini diletakkan.
permukaan nanopartikel perak semakin
2.2.9 Pengukuran panjang besar sehingga meningkatkan kontak
pertumbuhan bakteri mereka dengan bakteri atau jamur, dan
mampu meningkatkan efektivitas
Reaksi positif terjadinya aktivitas bakteri bakterisida dan fungisida. Dalam
pada kain yang telah diwarnai ditandai penelitian ini, bakteri yang akan diuji
dengan munculnya zona hambat adalah bakteri Escherichia Coli dan
disekeliling kain uji yang terkadang Bacillus. Pada saat nanopartikel perak
membentuk suatu lingkaran. Kemudian kontak dengan bakteri dan jamur maka
diukur selisih luas antara zona terang nanopartikel perak akan berfungsi dalam
dengan luas kain. mempengaruhi metabolisme sel dan
menghambat pertumbuhan sel.
3.Hasil dan Pembahasan
Nanopartikel perak melakukan penetrasi
3.1 Ekstraksi powder kulit rambutan dalam membran sel kemudian mencegah
sintesis protein selanjutnya terjadi
Ekstrasi kulit rambutan dilakukan 2 penurunan permeabilitas membran, dan
kali, yang pertama menggunakan metanol pada akhirnya menyebabkan kematian sel
dan yang kedua menggunakan etil asetat, (Montazer, dkk. 2012).
hal ini bertujuan untuk membandingkan
pelarut mana yang menghasilkan hasil Dari hasil penelitian, nano partikel Ag
ekstraksi yang baik terhadap daya serap ini dapat menghambat pertumbuhan
kain sutera dan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia Coli dan Bacillus pada
bakteri. Dari hasil pelarut ini, diperoleh ektstrak kulit rambutan menggunakan
4
pelarut metanol dan etil asetat. Hal ini Tabel 2. Selisih luas zona hambat bakteri
ditunjukkan dengan reaksi negatif pada Bacillus terhadap beberapa pelarut organik
bakteri Escherichia Coli, dimana tidak
terdapat bakteri pada pengulangan pertama Pelarut Luas zona hambat Rata-
dan kedua untuk pelarut metanol-AgNP organik bakteri (cm2) rata
1 2 3
dan pada pengulangan kedua untuk pelarut
Metanol 2,89 2,89 3,42 3,067
etil asetat dimana tidak terdapat bakteri Etil asetat 1 1,54 0,54 1,027
pada kain sutera dengan pelarut etil asetat- Metanol- 0,09 - - 0,03
AgNP (Tabel 1). Sedangkan pada bakteri AgNP
Bacillus, tidak terdapat bakteri pada Etil - - 0,64 0,213
pengulangan kedua dan ketiga pada kain asetat-
sutera dengan pelarut metanol-AgNP dan AgNP
pada pengulangan pertama dan kedua Diameter antibiotik : 2,2 cm
bakteri tidak hidup/tumbuh pada kain
sutera dengan pelarut etil asetat-AgNP Berdasarkan hasil dalam tabel 1 dan tabel
(Tabel 2). 2, didapat persenan untuk zona hambat
tiap pelarut sebagai berikut : (Perhitungan
3.3 Uji antibakteri kain sutera terlampir)
5
kulit rambutan dengan pelarut metanol dan ditandai dengan terbentuknya zona bening
etil asetat ini, dipengaruhi oleh perbedaan disekitar koloni bakteri. Sedangkan reaksi
penyusun dinding sel pada bakteri. negatif terhadap antibiotik yang terdapat
Dinding sel Bacillus yang merupakan pada kain sutera disebabkan karena :
kelompok bakteri gram positif memiliki
struktur dengan sedikit lipid sedangkan 1. Pengovenan kain yang salah
pada E. coli yang merupakan bakteri gram sehingga menyebabkan sifat
negatif relatif lebih banyak mengandung antibiotik dari pencelupan ekstrak
lipid. Senyawa terpenoid maupun steroid kulit rambutan hilang.
2. Pewarnaan kain yang tidak merata.
mudah larut dalam lipid sifat inilah yang 3. Lamanya proses pencelupan kain
mengakibatkan senyawa ini lebih mudah ke hasil ekstraksi yang singkat,
menembus dinding sel bakteri gram positif menyebabkan kain belum
dan sel bakteri gram negatif. Selain itu menyerap pewarna secara
salah satu faktor yang menyebabkan tidak sempurna.
adanya aktivitas antibakteri adalah
kurangnya kecepatan difusi dari bahan uji 4.Kesimpulan
yang digunakan ke dalam media (Ariyanti,
et al, 2012). Hasil penelitian ini Dari hasil tabel 1 dan 2, diperoleh data
menunjukkan ekstrak kulit rambutan bahwa ekstrak kulit rambutan mampu
dengan pelarut metanol mempunyai berfungsi sebagai penghambat
kandungan senyawa golongan fenolik pertumbuhan bakteri Escherichia Coli dan
yaitu berupa senyawa tanin, saponin, Bacilius, karena dari hasil penelitian
flavonoid, alkanoid, fenolik, terpenoid menunjukkan bahwa pelarut organik yang
(Sukadana, et al.; 2008) dan steroid digunakan untuk ekstraksi kulit rambutan
(ponnama, et al.; 2012) yang diketahui mengahasilkan reaksi positif yang ditandai
mempunyai aktivitas antibakteri. (Zulhipri. dengan adanya zona hambat di sekitar kain
et. al.,2012). Aktivitas antibakteri ini sutera.
ditunjukkan dengan adanya zona bening Berdasarkan penelitian uji aktivitas
(+) di sekitar paper disk (Gambar 1). antibakteri terhadap bakteri Escherichia
Coli pada beberapa pelarut organik
a ternyata hasil terbesar adalah pelarut
b metanol dengan luas zona hambat kain
sebesar 2,290cm2. Sedangkan untuk
(1) (2) bakteri Basilus hasil terbesar juga
ditunjukan oleh pelarut metanol dengan
Gambar 1. Uji aktivitas antibakteri2 (1) luas zona hambat kain sebesar 3,067 cm2.
terhadap bakteri Bacillus (2) terhadap
bakteri Escherichia Coli 5.Daftar Pustaka :
Menurut Nofiani., et al. (2009) bakteri [1] Elvi R.F.Hutapea, Laura O.Siahaan,
yang menunjukkan aktivitas antimikroba Rondang T. Ekstraksi Pigmen Antosianin
Dari Kulit Rambutan (Nephelium
2 Keterangan : (a) paper disk ; (b) zona lappaceum) Dengan Pelarut Metanol.
bening
6
Jurnal Teknik Kimia Universitas Sumatera Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis
Utara, Vol. 3, No 2 (Juni 2014). guineensis Jacq) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Bacillus
[2] Rengganis A. 2015. Uji Aktivitas subtilis Serta Profil KLTnya.
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Rambutan http://eprints.ums.ac.id/28083/15/NASKA
(Nephelium lappaceum L.) Pada Bakteri . H_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada tanggal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijc 13 April 2016.
s. Diakses pada tanggal 10 April 2016.
6. Lampiran 1 :
[3] Ina,R. 2013. Kajian Pengaruh
Konsentrasi Perak Nitrat (AgNO3) Dokumentasi
Terhadap Ukuran Nanopartikel Perak.
http://lib.unnes.ac.id/19675/1/4311409048 1. Ekstraksi powder kulit
.pdf. Diakses pada tanggal 12 April 2016 rambutan
- Persiapan sampel untuk
[4] Zulhipri, Yusnetty B., dan Rosallia P. ekstraksi
Dyaningtyas. Kandungan Fitokimia dan
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum L)
Varietas Binjai Dan Lebak Bulus. Jurusan
Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri
Jakarta Vol. 2 No. 2 Desember 2012.
7
- Hasil evaporasi ditimbang dan
dibilas masing-masing dengan
pelarut metanol dan etil asetat
8
- Pewarnaan kain sutera dengan
3. Inokulasi pada petri
menggunkan ekstrak kulit
rambutan
9
10