Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
limfoma maligna, untuk memeriksa tumor jinak pada rongga mulut dan juga
penyakit ada kelenjar air liur.
Kelainan pada rongga mulut yang dapat dilihat dengan USG antara lain tumor
jinak rongga mulut, epulis, tiroid lidah, dan neoplasma jinak rongga mulut.
Banyak lesi yang ditemukan secara klinis pada rongga mulut sebagai suatu massa,
tetapi tidak semuanya neoplasma3. Tumor jinak atau neoplasma yang dapat di lihat
dengan pemeriksaan USG leher terdapat pula pada penyakit air liur, seperti
adenoma pleomorfik (tumor campuran), tumor warthin (adenolimfoma), dan
neoplasma ganas kelenjar air liur4.
Berdasarkan data riskesdas tahun 2007 dengan besar sampel Riskesdas 2007
adalah 986.532 orang. Dari sampel ini ditemukan 203 kasus (prevalensi 0,2)
dan diambil 812 orang kontrol (empat kali jumlah kasus) secara random dan di-
matching berdasarkan asal kabupaten kasus. Tumor ini tersebar di 28 provinsi
seperti terlihat pada grafik di bawah. Dari grafik ini terlihat bahwa prevalensi
tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan tertinggi terdapat di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 14,3% , Provinsi Jawa Timur 9,4% dan Provinsi Nusa Tenggara
2
Timur 8,4%, namun ada beberapa provinsi yang tidak ditemukan kasus seperti
Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua6.
Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005
struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12
%) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun
259 orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang
diantaranya17 orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia
yang terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %)7.
3
c. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan USG colli di instalasi
radiologi RSUD jayapura berdasarkan diagnosis klinis.
d. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan USG colli di instalasi
radiologi RSUD jayapura berdasarkan hasil pemeriksaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi Ultrasonografi
5
2.3 Cara Kerja Alat Ultrasonografi
6
cervicalis profunda. Dalam lapis ini terdapat platysma, saraf-saraf kulit,
pembuluh darah dan limfe, dan sejumlah jaringan lemak yang banyaknya
berbeda-beda.
7
Gambar 2.4.1 Fascia leher: potongan median melalui leher dan kepala dan
potongan melintang pada leher melalui glandula thyroidea.
8
menjadi sebuah trigonum supraclaviculare dan sebuah trigonum occipitsle
yang disahkan satu dari yang lain oleh venter inferior musculi omohyoidei.
9
2.5 Sistem Aliran Limfa Leher
Sistem aliran limfa leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan
bermanifestasi ke kelenjar imfa leher. Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat
pada setiap sisi leher, kebanyakan berada pada rangkainan jugularis interna
dan spinalis asesorius. Kelenjar limfa yang selalu terlibat dalam metastasis
tumor adalah kelenjar limfa pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang
antara klavikulasampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi
dalam kelompok superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfa yang
lain adalah submental, submandibula, servikalis superfisial, retrofaring,
paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus anterior dan supraklavikula5.
10
Kelenjar limfa jugularis interna mendia menerima aliran limfa yang
berasal langsung dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan
daerah krikoid posterior. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar
limfa retrofaring bagian bawah.
11
tuba eustachius. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesoris bagian superior.
Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa yang berasal dari laring
bagian bawah, hipofaring, esofagus bagian servikal, trakea bagian atas dan
tiroid. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna
inferior atau kelenjar limfa mediastinum superior.
Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus yang satu dengan lainya
dihubungkan oleh isthmus yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher.
Secara embriologis kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitel faring yang
membawa pula sel-sel dari kantung faring lateral. Evaginasi ini berjalan ke
bawah dari pangkal lidah menuju leher hingga mencapai letak anatomiknya
yang terakhir. Sepanjang perjalanan ke bawah ini sebagian jaringan tiroid
dapat tertinggal, membentuk kista tiroglosus, nodula atau lobus piramidalis
12
tiroid. Dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa, beratnya
antara 10-20 gram10.
Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan
bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini
memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan
hormon tersebut ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap
molekul T4 dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut
dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium
adalah bahan dasar pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari
makanan dan minuman yang mengandung yodium7.
Struktur dan fungsi rongga mulut, rongga mulut dibatasi mukosa yang
berasal dari epitel skuamosa berlapis tidaka berkeratin yang bersambung
dengan kulit pada bibir dan dengan mukosa faring pada bagian belakang.
Struktur struktur dalam rongga mulut, antara lain:
13
a. Papil pengecap, yang merupakan ujung serabut aferen saraf otak ke IX
(lidah belakang) dan VII (lidah depan).
b. Gigi, yang tertanam pada maksila dan mandibula. Bagian mukosa yang
menghubungkan gigi dengan tulang disebut ginggiva (gusi).
c. Tiga pasang kelenjar liur mayor dan banyak kelenjar liur minor.
Kelenjar parotis hampir seluruhnya dibentuk oleh sel serosa, dan
terletak di bagian depan dan bawah telinga. Kelenjar ini mensekresi air
liur melalui duktus stensen yang bermuara pada mukosa pipi
bersebelahan dengan gigi molar. Kelenjar submandibula mengandung
sel seromukus, terletak di bawah mandibula dan bermuara melalui
duktus warthin pada dasar mulut. Kelenjar sublingual yang juga tipe
seromukus terletak di dasar mulut dan disalurkan melalui 10-20 duktus
kecil.
d. Jaringan limfoid, yang menjaga jalan masuk faring (cincin waldeyer).
Tonsil yang berada diantara dinding orofaring dan adenoid pada
nasofaring, merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terbesar.
Fungsi rongga mulut adalah menerima makanan dan memulai proses
pencernaan. Pengunyahan, yang dibantu oleh aksi lubrikasi air liur,
megubah makanan menjadi bolus, yang lalu dipindahkan ke belakang
oleh otot otot lidah menuju faring untuk kemudian ditelan. Air liur
mengandung amilase yang dapat memulai pencernaan karbohidrat,
lisozim yang memiliki sifat anti bakterial, dan sekresi IgA. Epitel
kelenjar air liur membentuk potongan bahan sekretor yang
membentuk kompleks dengan IgA yang diproduksi oleh sel plasma di
dalam stroma kelenjar air liur3.
a. Limfadenopati
b. Hipertiroid
14
c. Struma
d. Neoplasma tiroid
e. Kista tiroid
f. Skrofuloderma
g. Tumor pada rongga mulut
h. Kanker pada lidah
i. Penyakit kelenjar air liur
2.8 Limfadenopati
15
2.9 Hipertiroid
Hipertiroid dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara
berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering
dijumpai, yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit graves
biasanya tejadi pada usia sekita tiga puluh dan empat puluh dan lebih sering
ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Terdapat predisposisi familial
terhadap penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk
endokrinopati autoimun lainya.
16
Gambar 2.9(b) Gambar potongan kelenjar tyroid lobus dextra pada
penyakit grave.
Hipertiroidism
e primer
Pembesaran Meningkat Menurun Ig perangsangan
Penyakit Graves difus nyata tiroid ; faktor
penyebab
eksoftalmus
17
Struma nodular Struma Meningkat Menurun Tidak ada
toksik multinodula
r
Sekunder
2.10 Struma
18
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.
TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam
jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama
makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi
peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan
kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.
19
Gambar 2.10 (b) Struma nodosa lobus dextra.
a. Struma toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik
dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah
kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan
menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis
sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik
teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma
diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam
darah. Penyebab tersering adalah penyakit grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter) bentuk tiroktosikosis yang paling
banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainya.
20
b. Struma non toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi
menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik.
Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.
Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter
koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa
hormon oleh zat kimia.Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid
teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa.
Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan
hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid
sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak
mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik
atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh
adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila
timbul perdarahan di dalam nodul7.
21
Gambar 2.11 Pemeriksaan USG tiroid mendapatkan gambaran
nodul multipel di tiroid kiri.
22
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, Biopsi Aspirasi
Jarum Halus (BAJAH), dan ultrasonografi (USG) serta skintigrafi. Terapi
bedah dilakukan bila ukuran kista lebih dari tiga sentimeter. Risiko operasi
tiroid adalah trauma pada nervus laringeus superior dan nervus laringeus
rekuren, dengan komplikasi yang paling ditakutkan adalah kelumpuhan
pita suara sampai obstruksi jalan nafas atas. Dilaporkan satu kasus kista
tiroid yang ditatalaksana dengan ekstirpasi tanpa komplikasi.
Pada pemeriksaan fisik regio colli sinistra dengan palpasi teraba massa
fluktuatif, berbatas tegas, permukaan rata, tidak nyeri tekan, dan benjolan
ini bergerak waktu pasien menelan, dengan ukuran 5x3x1cm.
Pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan. Pasien didiagnosis dengan
nodul tiroid suspect kista tiroid. (Gambar 4). Untuk differensial
diagnosisnya adalah tirotoksikosis, kista duktus tiroglosus, nodul tiroid
suspect keganasan14.
2.13 Skrofuloderma
Skrofuloderma merupakan bentuk tertua tb kutis yang disebutkan
dalam literaturkedokteran dan dikenal sebagai the kings evil.
Skrofuloderma adalah bentuk tb kutis tersering di negara berkembang dan
sebagian eropa. Penyakit ini menyerang semua usia mulai dari anakanak,
dewasa muda hingga orang tua. Skrofuloderma merupakan hasil
penjalaran secara perkontinuitatum dari organ di bawah kulit yang menjadi
fokus tuberkulosis. Biasanya berupa kelenjar limfe, tulang atau sendi,
23
kelenjar lakrimalis dan duktus yang terinfeksi tb sebelumnya. Pada sebuah
laporan kasus yang melibatkan dua puluh tiga pasien dengan
skrofuloderma, didapatkan hasil skrofuloderma yang terjadi berasal dari
nodus limfe servikal, lalu diikuti oleh aksila, inguinal, epitroklear,
retroaurikular, tibia dan fibula. Wajah, leher dan dinding dada adalah
tempat predileksi utama lesi dari skrofuloderma.
Penegakan diagnosis skrofuloderma dibangun berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisikdan pemeriksaan penunjang. Gambaran klinis
skrofuloderma awalnya ditandai denganlimfadenitis tuberkulosis, lalu
timbul nodul subkutan, likuifaksi hingga terbentuknya jaringan parut.
Pengobatan dengan obat antituberkulosis (OAT) menjadi pilihan utama
terapiskrofuloderma disamping terapi pembedahan15.
24
Neoplasma dapat berasal dari epitel skuamosa (papiloma skuamosa),
dari sel mesenkim (fibroma, lipoma, neurofibroma), atau kelenjar liur
minor (adenoma). Neoplasma jinak yang sering ditemukan pada lidah
adalah tumor sel granular, mungkin varian dari schwannoma dengan
sel-sel mengandung banyak sitoplasma granular3.
25
lain seperti bagian korteks dari tulang, otot otot lidah yang yang lebih
dalam, sinus maksila dan kulit. Kelenjar limfa egional dibagi dalam NX
kalau tidak terdeteksi sel tumor pada kelenjar, N1 jika diammeter 3 cm
atau kuran dari 3 cm, pada sisi yang sama, N2 jika diameter antara 3 6
cm tetapi terdapat pada beberapa kelenjar pada sisi yang sama, pada kedua
sisi atau sisi lain. N2 ini dibagi lagi atas N2a : 3-6 cm hanya satu (single)
pada satu sisi, N2b kurang dari 6 cm, terdiri dari beberapa (multipel)
kelenjar dan hanya pada satu sisi, N2c kurang dari 6 cm bisa pada 2 sisi
atau sisi kontra lateral, N3 jika ukurannya lebih dari 6 cm. Tentang
metastasi. MX disebut jika tidak diketahui dimana adanya metastasis, M0
tidak ada metastasi jauh, M1 terdapat metastasis jauh5.
26
Neoplasma air liur sering terjadi dan banyak jenisnya. Sekita 80%
terjadi pada parotis, 15% kelenjar submandibula, dan 5% kelenjar liur
minor. Semuanya timbu sebagai massa tumor yang menimbulkan
pembesaran kelenjar yang terkena. Tomografi komputer (CT scan )
banyak membantu menentukan lokasi dan luasnya neoplasma.
Diagnosis memerlukan pemeriksaan sitologi (aspirasi jarum halus)
atau histologis.
1. Neoplasma jinak
(a) Adenoma pleomorfik (tumor campuran)
27
Sebagian besar tumor warthin ditemukan pada kelenjar parotis.
Walaupun jarang, bisa multisentrik dan bilateral. Gambaran
histologisnya khas, dengan rongga-rongga kistik dibatasi dua lapis
epitel sejenis yang sering membentuk lipatan papilar. Sel epitel
neoplastik berukuran besar dengan banyak sitoplasma warna merah
muda dan dikelilingi oleh sebukan limfosit.
28
Gambar 2.16 2 Tumor maligna pada kelenjar air liur
BAB III
METODE PENELITIAN
2014.
29
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan USG colli di instalasi
radiologi RSUD jayapura pada periode maret 2009 juli 2014.
3.4 Variabel
Variabel dalam penelitian mencakup gambaran pemeriksaan USG colli,
yaitu:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Diagnosis klinis
4. Hasil pemeriksaan
3. Diagnosis klinis
4. Hasil pemeriksaan
30
Yang dimaksud dengan hasil pemeriksaan adalah gambaran
yang diperoleh setelah dilakukannya pemeriksaan USG colli dan
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hipertiroid
b. Limfadenopati
c. Struma
d. Kista tiroid
e. Skrofuloderma
f. Tumor
31
32