Vous êtes sur la page 1sur 8

MANAJEMEN FISIOTERAPI ANKLE INVERSI

A. Pendahuluan
1. Sasaran Pembelajaran
a. Tujuan Instrusional Umum (TIU)
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan manajemen fisioterapi pada kondisi
Ankle Inversi.
b. Tujuan Instrusional Khusus (TIK)
Mahasiswa diharapkan mampu:
1) Membandingkan anatomi, fisiologi, dan patofisiologi ankle inversi.
2) Menjelaskan tanda dan gejala akibat ankle inversi.
3) Menentukan jenis pemeriksaan fisioterapi dan menganalisis hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
4) Menguraikan problematik dan mendesain intervensi fisioterapi untuk kasus ankle
inversi.
5) Terampil melakukan jenis pemeriksaan dan mengaplikasikan jenis intervensi yang
ditentukan sesuai dengan problematik yang ada.

2. Kemampuan Prasyarat Mahasiswa


Sebelum mencermati pembahasan materi ini, mahasiswa sebaiknya telah mengikuti
mata kuliah prinsip sains dan biomedik dasar dalam fisioterapi, dasar-dasar neurologi
fisioterapi, proses dan pengukuran fisioterapi, terapi latihan dan manipulasi, dan elektro fisika
dan sumber fisis, sehingga dapat mengidentifikasi perbedaan kasus ankle inversi dengan
kasus-kasus musculoskeletal dan AFPR lainnya dan menyusun program manajemen terhadap
materi terkait.

3. Keterkaitan Bahan Pembelajaran dengan Pokok Bahasan Lain


Materi kasus ankle inversi ini dirancang melalui perbandingan antara struktur dan
fungsi musculoskeletal yang normal dengan abnormal Materi ini juga berhubungan dengan
materi manajemen fisioterapi penyakit musculoskeletal lainnya yakni sebagai pembanding
problematik pada regio yang bermasalah meskipun beberapa penyakit termasuk golongan
yang serupa.
4. Manfaat
Kasus penyakit pada bidang musculoskeletal banyak terjadi di masyarakat. Sebagai
salah satu profesi di bidang kesehatan, seorang fisioterapi diharapkan mampu melakukan
manajemen kasus musculoskeletal baik berupa asesmen, diagnostik, intervensi, dan evaluasi
yang tepat demi menunjang kesembuhan pasien di rumah sakit maupun di klinik. Pokok
bahasan ini juga memiliki implikasi bagi mahasiswa untuk memecahkan kasus-kasus yang
terkait gangguan musculo pada mata kuliah manajemen kasus kompleks nantinya. Oleh
karena itu, mata kuliah ini ditawarkan kepada mahasiswa untuk memperoleh penjelasan dan
praktik yang komprehensif seputar kasus-kasus musculoskeletal agar dapat menunjang
kompetensi mahasiswa kelak sebagai fisioterapis dalam menangani pasien dengan tepat.

5. Petunjuk Belajar Mahasiswa


Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan model The Five Jumps,
pembelajarannya terpusat pada mahasiswa (Student Centre Learning), yang merupakan PBM
baku yang digunakan di Program Studi Fisioterapi Unhas. Hal-hal yang belum jelas, atau hal-
hal baru akan dibahas pada kuliah pakar dari dosen.

B. Penyajian Materi
1. Teori Kasus
1.1. Anatomi dan Fisiologi Terapan
Ankle joint tersusun dari 3 tulang (Talus, Tibia, dan Fibula) yang membentuk tiga
persendian yaitu Tibiotalar joint, Talofibular joint, dan Distal Tibiofibular joint.

Sendi tibiofibularis distal dibentuk oleh incisura fibularis tibia dengan facies
articularis fibula. Sendi tibiofibularis proksimal dan distal diperkuat oleh membran interoseus
yang terletak di antara tibia dan fibula. Sendi talocrularis dibentuk oleh ujung distal fibula
yang membentuk permukaan cekung dengan talus yang permukaanya cembung. Sendi
subtalar dibentuk oleh talus dan calcaneus.
Gerakan yang terjadi pada enkle joint adalah plantar flexi, dorsal flexi, eversi dan
inverse. Dalam keadaan normal besarnya gerakan dorsal flexi adalah 20, sedangkan plantar
flexi adalah 50 dan gerakan eversi yaitu 20, gerakan inversi 40. Luas gerak sendi ankle
untuk gerak plantar flexi sebesar 50 derajat dan gerak dorsi flexi sebesar 20 derajat yang
diukur pada posisi anatomis. Sedangkan untuk gerak inversi sebesar 40 derajat dan eversi
sebesar 20 derajat. Bila penulisan disesuaikan dengan standar ISOM maka untuk gerak dorsi
flexi dan plantar flexi akan tertulis (S) 20-0-50 dan gerak inversi dan eversi tertulis (S) 20-0-
40.
Otot dibagian dorsal yaitu otot digitorum brevis dan Otot-otot bagian Plantar yaitu
pada sisi lateral terdiri dari M. Abductor Hallucis , M. Flexor Hallucis brevis,dan M. adductor
Hallucis, Pada sisi Medial terdiri dari M.abductor digiti quiti (V,minimi) , M.flexor digiti
minimi brevis dan M.opponens digiti quinti sedangkan pada sisi bagian tengah terdiri dari M.
flexor digitorum brevis, M. quadrates plantea, M.lumbricalles.

Ligament berfungsi sebagai penahan dan penjaga tulang-tulang dan sendi pada ankle.
Ligament ini merupakan struktur yang elastic dan sebagai stabilisasi pasif. Ligament pada
ankle joint dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu ligamentum talonaviculare,ligamentum
talocalcaneum lateral,ligamentum talocalcaneum medial dan ligamentum talocalcaneum
posterior. Dari segi lateral,terdapat ligament- ligament seperti ligament talofibulare
posterior,ligament calcaneofibulare, ligament talofibulare anterior,ligament tibiofibulare
anterior (yang paling sering mengalami cedera), ligament calcaneonaviculare (sangat penting
untuk stabilisasi kaki) dan ligament calcaneocuboideum. Sedangkan dari segi medial, terdapat
ligament tibiotalare antaerior, ligament tibiotalare posterior, ligament tibionaviculare dan
ligament tibiocalcaneare yang sering disebut sebagai ligament deltoideum.

1.2. Patofisiologi
1.2.1. Definisi
Inversion Ankle merupakan injury dimana satu atau lebih ligamen pada ankle
mengalami kerobekan (tear)/partially tear. Ligamen yang rentan tear adalah anterior
talofibular Ligament (ATFL). Dan biasa diikuti dengan tear calcaneofibular ligamen (CFL)
dan posterior talofibular ligamen (PTFL).
1.2.2. Epidemiologi
Ankle inversi ini merupakan tipe injury ankle yang paling banyak terjadi pada
olahragawan. Ankle inversion ini adalah kerobekan pada suatu ligamentum di region ankle
pada bagian lateral. Hampir 85% ankle inversi terjadi pada struktur jaringan bagian lateral
ankle yaitu ligamentum bagian lateral.

1.2.3. Etiologi
Ankle inversi dapat terjadi pada atlet maupun non atlet,anak-anak maupun orang
dewasa. Ankle inversi dapat terjadi ketika sedang berolahraga,aktivitas fisik, melangkah di
permukaan yang tidak rata, perputaran kaki ke dalam yang berlebihan yang menyebabkan
kerobekan ligament bagian lateral.
Ankle inversi pada ligamentum lateral dihasilkan oleh gaya inversi ankle yang tiba-
tiba,dimana sering kali terjadi selama olahraga atletik atau exercise ketika berat tubuh yang
diterima oleh kaki saat menumpu tidak sempurna diatas permukaan yang tidak rata
menyebabkan tapak kaki (dorsum ankle) dalam posisi inversi saat gaya tersebut terjadi.
Akibatnya, ligamentum lateral ankle mengalami kerobekan.

1.2.4. Klasifikasi Ankle Inversi


Ankle inversi dapat dibedakan menjadi 3, berdasarkan derajat keparahannya :
a. Derajat 1, ditandai dengan : ligamentum teregang tetapi tidak mengalami kerobekan.
Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak/sedikit mengalami bengkak,
nyeri tergolong ringan serta dapat meningkatkan resiko terjadinya cedera berulang.
b. Derajat 2, ditandai dengan : sebagian ligamentum mengalami kerobekan,
pembengkakan dan memar tampak dengan jelas, nyeri hebat (aktualitas tinggi),
penurunan fungsi ankle (gangguan berjalan) dan biasanya saat berjalan menimbulkan
nyeri .
c. Derajat 3, ditandai dengan : ligamentum mengalami kerobekan total, sehingga terjadi
pembengkakan dan kadang perdarahan di bawah kulit. Akibatnya pergelangan kaki
menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.

1.2.5. Patomekanisme
Gerakan inversi pada kaki secara tiba-tiba dengan tekanan yang besar mengakibatkan
strech pada ligamen, yang mengakibatkan tear. Dapat terjadi ketika berlari lalu menapakkan
kaki dalam posisi janggal (tidak normal) atau landing unbalanced saat melompat.

1.2.6. Manifestasi Klinis


Gejala klinis akibat robeknya ligament pada ankle yaitu :
1. Memar, bengkak disekitar persendian tulang yang terkena.
2. Haemarthrosis
3. Nyeri pada persendian tulang
4. Nyeri apabila anggota badan digerakkan/ diberi beban
5. Fungsi persendian terganggu, terjadi kekakuan sendi
6. Ketidakstabilan persendian

1.2.7. Diagnosis Banding


1. Sprain Ankle
2. Strain Ankle

2. Praktek Proses Fisioterapi


2.1. Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi dilakukan untuk menentukan diagnosis dan problematik
fisioterapi sebagai dasar untuk menyusun dan menentukan jenis intervensi yang akan
dilakukan. Jenis pemeriksaan fisioterapi yang dapat dilakukan berkaitan dengan kondisi Ankle
Inversion menggunakan metode CHARTS, mencakup:
Catatan: jenis pemeriksaan berikut ini silahkan disusun sesuai metode CHARTS
1. Pengambilan data pasien berkaitan dengan kondisi melalui anamnesis/history taking.
2. Inspeksi baik secara statis maupun dinamis pada ankle Dalam pemeriksaan ini
perhatikan ada tidaknya oedem,serta tanda dari infalamasi(rubor,dobor,color,dll).
3. Pemeriksaan fisik mencakup; orientasi tes dan pemeriksaan fungsi gerak dasar aktif,
gerak dasar pasif dan isometrik tes.
4. Pemeriksaan spesifik untuk kasus Ankle Inversion, seperti:
a. Anterior talofibular ligament stress test
Hasil: Klien merasakan nyeri dibagian aspek lateral ankle disertai keterbatasan ROM
pada ankle.
b. Calcaneofibular ligament stress test
Hasil: Klien merasakan nyeri dibagian aspek lateral ankle disertai keterbatasan ROM
pada ankle.
c. Calcaneocuboid ligament stress test
Hasil: Klien merasakan nyeri dibagian aspek lateral ankle disertai keterbatasan ROM
pada ankle.
d. Visual Analogue Scale (VAS) melalui Pain Assesment Tool terkait nyeri
dalam kondisi statis,dinamis ataupun tenderness.
e. ROM test secara aktif terkait limitasi gerakan sendi yang bermasalah.
f. Hammilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) terkait masalah
psikogenik

2.2. Intervensi Fisioterapi


Fisioterapi sangat berperan dalam mengatasi beberapa gejala klinis yang ditimbulkan
dalam patologi Ankle Inversi, sehingga diperlukan beberapa intervensi yang sesuai untuk
mengatasi problem-problem kasus tersebut untuk selanjutnya dievaluasi. Beberapa problem
yang dapat terjadi pada klien, yaitu:
1. Nyeri gerak dan nyeri tekan pada regio ankle.
2. Keterbatasan ROM Ankle (gerakan plantar fleksi & Inversi).
3. Gangguan ADL (Activity Daily Living),pekerjaan dan rekreasi pola plantar-inversi
ankle.

2.3. Kemitraan Fisioterapi


Pengembangan kemitraan Fisioterapi dapat dilakukan dengan profesi kesehatan
lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi klien.
Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan patofisiologinya. Dalam
memberikan intervensi klien tersebut, Physio dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf,
dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja
sosial medis lainnya.

3. Rangkuman
Ankle Inversi merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh terjadinya robekan
/tear ligament pada ankle joint. Ligament yang dapat mengalami robekan ini dapat terjadi
pada ligament bagian lateral ataupun medial. Adanya robekan ini akan menyebabkan kita
mengalami sakit saat menggerakkan ankle.

C. Penutup
1. Kasus dan Soal Latihan
Seorang pria berusia 23 tahun yang berprofesi sebagai pemain sepak bola datang berobat
dengan keluhan sulit menggerakkan kaki kanannya, sulit berjalan. Keluhan sudah dialami
semenjak 2 minggu yang lalu. Sebelumnya klien meengalami trauma jatuh dengan posisi
ankle inverse. Klien merasa takut tidak dapat bertanding lagi, dan ketika ke kamar mandi
mengalami kesulitan akibat nyeri. Rancanglah manajemen fisioterapi sesuai kasus tersebut
dan selesaikanlah soal-soal berikut.
1. Jelaskan anatomi fisiologi dan patofisiologi ankle inversi!
2. Jelaskan tanda dan gejala akibat ankle inversi!
3. Jelaskan jenis pemeriksaan fisioterapi dan analisis hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan!
4. Jelaskan problematik dan rencanakan intervensi fisioterapi selanjutnya!
5. Praktikkan penyusunan program fisioterapi pada kondisi ankle inversi (lihat kasus)!

2. Umpan Balik
Setelah membaca bahan ajar pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan telah mampu:
1. Membandingkan anatomi, fisiologi, dan patofisiologi ankle inversi.
2. Menguraikan tanda dan gejala akibat ankle inversi.
3. Menentukan jenis pemeriksaan fisioterapi dan menganalisis hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
4. Menganalisis problematik dan mendesain intervensi fisioterapi.
5. Terampil melakukan jenis pemeriksaan dan mengaplikasikan jenis intervensi yang
ditentukan sesuai dengan problematik yang ada.

3. Daftar Pustaka
Ahmad Arisandy, Aras Djohan, Ahmad Hasnia. 2013. Tes Spesifik Muskuloskeletal. Fisiocare
Publishing : Makassar
A.N de Wolf,J.M.A.Mens. 1990. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Cetakan Kedua. Jakarta
Hurley Jack. 2014. Inversion of the Foot (Online), (anatomyzone.com)
Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula . EGC: Jakarta

4. Daftar Kata Penting


Haemarthrosis perdarahan sendi
Membrane interoseus jaringan fibrosa yang luas dan tipis dan memisahkan tulang dalam
tubuh mausia
Oedem pengumpulan cairan secara abnormal di ruang interseluler tubuh.

Vous aimerez peut-être aussi