Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. METHODS 4
2.1 Introduction 4
2.2 Review 5
2.3 Patients to whom the guidelines apply 5
4. DIAGNOSTIC EVALUATION 7
4.1 Medical History 7
4.2 Symptom score questionnaires 7
4.2.1 The International Prostate Symptom Score (IPSS) 7
4.2.2 The International Consultation on Incontinence
Questionnaire (ICIQ-MLUTS) 7
4.2.3 Danish Prostate Symptom Score (DAN-PSS) 7
4.3 Frequency volume charts and bladder diaries 7
4.4 Physical examination and digital-rectal examination 8
4.4.1 Digital-rectal examination and prostate size
evaluation 8
4.5 Urinalysis 8
4.6 Prostate-specific antigen (PSA) 8
4.6.1 PSA and the prediction of prostatic volume 8
4.6.2 PSA and the probability of PCa 9
4.6.3 PSA and the prediction of BPO-related outcomes 9
4.7 Renal function measurement 9
4.8 Post-void residual urine 9
4.9 Uroflowmetry 10
4.1. Imaging 10
4.10.1 Upper urinary tract 10
4.10.2 Prostate 10
4.10.2.1 Prostate size and shape 10
4.10.3 Voiding cysto-urethrogram 11
4.11 Urethrocystoscopy 11
4.12 Urodynamics 11
4.12.1 Diagnosing bladder outlet obstruction 11
4.12.2 Videourodynamics 12
Non-invasive tests in diagnosing bladder outlet obstruction
4.13 in men with LUTS 12
4.13.1 Prostatic configuration/intravesical prostatic
protrusion (IPP) 12
4.13.2 Bladder/detrusor wall thickness and ultrasound-
estimated bladder weight 12
4.13.3 Non-invasive pressure-flow testing 13
The diagnostic performance of non-invasive tests in diagnosing
bladder outlet
obstruction in men with LUTS compared with
pressure-flow studies 13
5. DISEASE MANAGEMENT 15
5.1 Conservative treatment 15
5.1.1 Watchful waiting 15
5.1.2 Behavioural and dietary modifications 15
5.1.3 Practical considerations 15
5.2 Pharmacological management 15
5.2.1 1-Adrenoceptor antagonists (1-blockers) 15
5.2.2 5-Reductase inhibitors 16
5.2.3 Muscarinic receptor antagonists 18
5.2.4 Phosphodiesterase 5 inhibitors 19
5.2.5 Plant extracts - phytotherapy 20
5.2.6 Beta-3 agonist 21
6. FOLLOW-UP 38
6.1 Watchful waiting (behavioural) 38
6.2 Medical treatment 38
6.3 Surgical treatment 39
7. REFERENCES 39
8. CONFLICT OF INTEREST 53
PENDAHULUAN
Perlu ditekankan bahwa pedoman klinis menyajikan bukti terbaik yang tersedia
untuk para ahli. Namun, rekomendasi pedoman tidak akan selalu menghasilkan
hasil yang terbaik. Pedoman tidak akan pernah bisa menggantikan keahlian
klinis ketika membuat keputusan pengobatan untuk individual, melainkan
membantu untuk membuat fokus keputusan.
METODE
Pembukaan
Untuk tata laksana LUTS Non-Neurogenik Pada Pria, evidens yang baru dan
relevan telah diterbitkan, melalui literature yang terstruktur.
Pencarian literature yang luas dan komprehensif, mencakup seluruh bagian
Pedoman LUTS Non-Neurogenik pada pria. Pencarian dibatasi mengenai studi
yang menjelaskan tingginya level evidens (contoh systematic reviews with meta-
analysis, randomised controlled trials (RCTs), dan prospective non-randomised
comparative studies) yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Database pencarian
mencakup Medline, EMBASE, dan the Cochrane Libraries, dari 1 January 2014
and 31 May 2015. Terdapat total 1172 kasus unik yang teridentifikasi, dan
dilakukan skrining untuk relevansi.
Selain itu, bagian spesifik dari pedoman telah diperbaharui melalui review
sistematik berdasarkan topik atau pertanyaan yang diprioritaskan oleh Panel
Pedoman.
Review
Bagian pedoman yang dihasilkan dari tinjauan sistematik telah peer-review. Sisa
teks ditinjau pada 2015. Keputusan untuk ditinjau ulang dibuat berdasarkan
tingkat revisi. Sebuah revisi besar yang mengakibatkan perubahan signifikan
terhadap rekomendasi klinis yang disajikan dalam teks akan menjamin
peninjauan ulang.
Pasien Yang Diterapkan Pedoman
Rekomendasi berlaku untuk laki-laki berusia 40 tahun atau lebih tua yang
mencari bantuan profesional untuk LUTS dalam berbagai kondisi non-neurogenic
dan non-neoplastik seperti pada kondisi Obstruksi Prostat Jinak, detrusor
overaktivitas (OAB), atau poliuria nokturnal. Pria dengan konteks lain penyakit
LUTS (penyakit saraf konkomitan, usia muda, riwayat penyakit LUTS atau
operasi) biasanya membutuhkan pemeriksaan yang lebih luas, yang tidak
tercakup dalam Pedoman ini, tetapi mungkin termasuk dalam beberapa tes yang
disebutkan di bagian berikut ini. Pedoman EAU untuk Neuro-Urologi, urin
Inkontinensia, Urological Infeksi, Urolithiasis, atau penyakit ganas dari LUTS
telah dikembangkan oleh lain Pedoman EAU Panel (pedoman
www.uroweb.org/ /).
Definisi dari kondisi yang paling sering berhubungan dengan LUTS pada pria
adalah sebagai berikut:
Retensi akut dari (AUR) urin didefinisikan sebagai kandung kemih yang
nyeri, terpalpasi atau terperkusi, ketika pasien tidak bisa berkemih [4].
Retensi kronis dari urin didefinisikan sebagai kandung kemih non-nyeri,
yang tetap terpalpasi atau terperkusi setelah pasien berkemih. Pasien
tersebut bisa mengalami inkontinensia [4].
Obstruksi outlet bladder (OAB) merupakan istilah generik untuk obstruksi
yang terjadi ketika berkemih dan ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan detrusor dan penurunan tingkat aliran urin. Hal tersebut biasanya
didiagnosis melalui pemeriksaan synchronous values of flowrate dan
tekanan detrusor [4].
Obstruksi prostat jinak merupakan salah satu bentuk dari BOO dan
didiagnosis ketika penyebab dari obstruksi outlet diketahui sebagai BPE
[4].
Di dalam guideline ini, kami menggunakan istilah BPO atau BOO
sebagaimana dilaporkan oleh studi orisinil.
Hiperplasia prostatic jinak (BPH) merupakan istilah yang digunakan
untuk pola histologis, yang mencerminkan penyakit.
Overaktivitas detrusor merupakan observasi urodinamis yang ditandai
dengan kontraksi detrusor involunter ketika fase pengisian yang terjadi
spontan atau terprovokasi.
Sindroma kandung kemih overaktif (OAB) ditandai dengan urgensi
urin, dengan atau tanpa inkontinensia urin urgensi, biasanya dengan
peningkatan gejala frekuensi di siang hari dan nokturia, apabila tidak
ada bukti terjadinya infeksi atau patologi lainnya.
Gambar 1: Penyebab lower urinary tract symptoms (LUTS) pada pria
EVALUASI DIAGNOSTIK
Recommendation LE GR
A medical history must be taken from men with LUTS. 4 A*
*Upgraded based on Panel consensus. LUTS = lower urinary tract symptoms.
Recommendation LE GR
A validated symptom score questionnaire including QoL assessment
should be used during 3 B
the assessment of male LUTS and for re-evaluation during and/or
after treatment.
LUTS = lower urinary tract symptoms; QoL = quality of life.
Recommendations LE GR
Micturition frequency volume charts or bladder diaries should be used
to assess male LUTS 3 B
with a prominent storage component or nocturia.
Frequency volume charts should be performed for the duration of at
least three days. 2b B
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Recommendation LE GR
Physical examination including DRE should be a routine part of the
assessment of male LUTS. 3 B
DRE = digital-rectal examination; LUTS = lower urinary tract symptoms.
Urinalisis
Urinalisis (dipstick atau sedimen) harus diikutsertakan dalam evaluasi primer
pada semua pasien yang datang dengan gejala LUTS untuk
mengidentifikasi kondisi, seperti infeksi saluran kemih, mikrohematuria,
dan diabetes mellitus. Apabila ditemukan hasil yang abnormal, maka
pemeriksaan lanjutan harus direkomendasikan sesuai dengan Guideline
EAU, termasuk Guideline kanker traktus urinarius dan infeksi urologis
[40-43].
Urinalisis direkomendasikan pada kebanyakan Guideline dalam tata laksana
primer pasien dengan LUTS [44, 45]. Masih terdapat evidens yang sangat
sedikit, walaupun consensus ekspert menghasilkan kesepakatan yang berisi
keuntungan yang mengalahkan biaya [46]. Nilai dari disptik/mikroskopik urin
dalam mendiagnosis ISK pada pria dengan LUTS tanpa frekuensi akut dan
dysuria telah menjadi pertanyaan akhir-akhir ini [47].
Recommendation LE GR
Urinalysis (by dipstick or urinary sediment) must be used in the
assessment of male LUTS. 3 A*
*Upgraded based on Panel consensus. LUTS = lower urinary tract symptoms.
Recommendation LE GR
PSA measurement should be performed only if a diagnosis of PCa
will change the 1b A
management or if PSA can assist in decision-making in patients at risk
of progression of BPE.
BPE = benign prostate enlargement; PCa = prostate cancer; PSA = prostate-
specific antigen.
Recommendation LE GR
Renal function assessment must be performed if renal impairment is
suspected, based on 3 A*
history and clinical examination or in the presence of hydronephrosis
or when considering
surgical treatment for male LUTS.
*Upgraded based on Panel consensus. LUTS = lower urinary tract symptoms.
Recommendation LE GR
Measurement of PVR in male LUTS should be a routine part of the
assessment. 3 B
LUTS = lower urinary tract symptoms; PVR = post-void residual.
Uroflowmetri
Penilaian laju aliran urin cukup banyak digunakan dalam uji urodinamik non-
invasif. Parameter kunci adalah Qmax dan pola aliran. Parameter uroflowmetri
sebaiknya dievaluasi dengan volume berkemih > 150 mL. Qmax cukup rawan
dalam variasi subjek [73, 74]; oleh karena itu, akan sangat baik apabila dilakukan
pengulangan pemeriksaan, terutama jika volume berkemih < 150 mL, atau ketika
Qmax dan pola aliran urin tampak abnormal.
Akurasi diagnostik pemeriksaan uroflowmetri untuk mendeteksi BOO sangatlah
bervariasi, dan secara substansial dipengaruhi oleh nilai-nilai ambang batas.
Ambang batas Qmax sebesar 10 mL/s memiliki spesifisitas 70%, PPV sebesar
70% dan sensitivitas sebesar 47% untuk BOO. Spesifisitas dengan
menggunakan ambang Qmax sebesar 15 mL/s adalah 38%, PPV 67% dan
sensitivitas 82% [75]. Jika nilai Qmax > 15 mL / s, merupakan proses
kompensasi fisiologis yang berarti bahwa BOO tidak bisa disingkirkan.
Qmax yang rendah dapat timbul sebagai konsekuensi dari BOO [76], detrusor
underactivity atau kandung kemih underfilled [77]. Oleh karena itu, terbatas
sebagai uji diagnostik karena tidak dapat membedakan antara mekanisme yang
mendasarinya. Spesifisitas dapat ditingkatkan dengan pengujian laju aliran
berulang. Uroflowmetry dapat digunakan untuk memantau hasil pengobatan [78]
dan menghubungkan gejala dengan temuan obyektif.
Recommendation LE GR
Uroflowmetry in the initial assessment of male LUTS may be 2b B
performed and should be
performed prior to any treatment.
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Pencitraan
Traktus Urinarius Bagian Atas
Pencitraan rutin pada saluran kemih bagian atas pada pria dengan LUTS tidak
dianjurkan, karena kelompok pasien ini tidak mengalami peningkatan risiko untuk
terjadi keganasan saluran kemih bagian atas atau kelainan lainnya jika
dibandingkan dengan keseluruhan populasi [64, 79-81]. Beberapa argumen
mendukung penggunaan USG ginjal sebagai preferensi untuk urografi intravena
(IVU). USG memungkinkan untuk menilai karakterisasi yang lebih baik dari
massa ginjal, sekaligus memeriksa hati dan retroperitoneum, serta evaluasi
simultan kandung kemih, PVR dan prostat, bersama-sama dengan biaya yang
lebih rendah, dosis radiasi yang lebih rendah dan efek samping yang minimal
[79].
Recommendation LE GR
Imaging of the upper urinary tract (with US) in men with LUTS should
be performed in patients 3 B
with a large PVR, haematuria or a history of urolithiasis.
LUTS = lower urinary tract symptoms; PVR = post-void residual; US= ultrasound.
Prostat
Pencitraan prostat dapat dilakukan melalui USG transabdominal, TRUS,
computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI).
Namun, dalam praktek sehari-hari, pencitraan prostat dilakukan oleh
USG transabdominal atau TRUS [79].
Ukuran dan Bentuk prostat
Penilaian ukuran prostat sangat penting untuk pemilihan pengobatan intervensi,
yaitu prostatektomi terbuka, teknik enukleasi, reseksi transurethral, transurethral
incision of the prostate (TUIP), atau terapi minimal invasif. Hal ini juga penting
sebelum dimulainya pengobatan dengan inhibitor 5-reduktase (5-Aris). Volume
prostat dapat memprediksi perkembangan gejala dan risiko komplikasi.
Voiding cysto-urethrogram
Voiding cysto-urethrogram (VCUG) tidak dianjurkan dalam pemeriksaan
diagnostik pada pria dengan LUTS, tetapi mungkin berguna untuk
deteksi vesiko-ureter refluks, diverticula buli, atau patologi uretra.
Pemeriksaan urethrography retrograde tambahan mungkin berguna
untuk evaluasi striktur uretra.
Urethrocystoscopy
Pasien dengan riwayat hematuria masif dan mikroskopik, striktur uretra, atau
kanker kandung kemih, yang hadir dengan LUTS, harus menjalani
urethrocystoscopy untuk evaluasi diagnostik.
Recommendation LE GR
Urethrocystoscopy should be performed in men with LUTS to
exclude suspected bladder 3 B
or urethral pathology and/or prior to minimally invasive/surgical
therapies if the findings may
change treatment.
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Urodinamik
Dalam LUTS pada pria, teknik urodinamik invasif yang sering dilakukan
adalah sistometri pengisian dan pressure flow studies (PFS). Tujuan
utama dari pemeriksaan urodinamik adalah untuk mengeksplorasi
mekanisme fungsional LUTS dan untuk mengidentifikasi faktor risiko.
Kebanyakan syarat dan kondisi (misalnya DO, kepatuhan rendah, BOO /
BPO, DUA) diketahui melalui pemeriksaan urodinamik.
Recommendations LE GR
PFS should be performed only in individual patients for specific
indications prior to invasive 3 B
treatment or when evaluation of the underlying pathophysiology of
LUTS is warranted.
PFS should be performed in men who have had previous unsuccessful
(invasive) treatment for 3 B
LUTS.
When considering invasive treatment, PFS may be used for patients
who cannot void 3 C
> 150 mL.
When considering invasive therapy in men with bothersome,
predominantly voiding LUTS, PFS 3 C
may be performed in men with a PVR > 300 mL.
When considering invasive treatment in men with bothersome,
predominantly voiding LUTS, 3 C
PFS may be performed in men aged > 80 years.
When considering invasive treatment in men with bothersome,
predominantly voiding LUTS, 3 B
PFS should be performed in men aged < 50 years.
LUTS = lower urinary tract symptoms; PFS = pressure-flow studies,
PVR = post-void residual.
Untuk ketebalan dinding buli (BWT), jarak antara mukosa dan adventitia diukur.
Untuk penilaian ketebalan dinding detrusor (DWT), satu-satunya cara
pengukuran yang dibutuhkan adalah detrusor dijepit di antara mukosa dan
adventitia [99].
Sebuah korelasi antara parameter BWT dan PFS telah dilaporkan. Nilai ambang
5 mm di dinding kandung kemih anterior dengan pengisian kandung kemih 150
mL baik untuk membedakan pasien dengan atau tanpa BOO [100]. DWT pada
dinding kandung kemih anterior dengan pengisian kandung kemih > 250 mL
(nilai ambang batas untuk BOO > 2 mm) memiliki PPV 94% dan spesifisitas
95%, mencapai kesepakatan 89% dengan PFS [71]. Nilai ambang batas 2,0,
2,5, atau 2,9 mm untuk DWT pada pasien dengan LUTS mampu
mengidentifikasi 81%, 89%, dan 100% dari pasien dengan BOO [101].
Semua studi menemukan bahwa pengukuran BWT atau DWT memiliki
akurasi diagnostik yang lebih tinggi untuk mendeteksi BOO dibandingkan
dengan Qmax atau Qave dari uroflowmetry bebas, pengukuran PVR, Volume
prostat, atau keparahan gejala. Satu studi tidak bisa menunjukkan perbedaan
BWT antara pasien dengan urodinamik normal, BOO atau DO. Namun,
penelitian ini tidak menggunakan volume mengisi kandung kemih yang spesifik
untuk mengukur BWT [102]. Kekurangan dari metode ini termasuk kurangnya
standarisasi, dan kurangnya bukti untuk menunjukkan pengukuran (BWT /
DWT) [103]. Pengukuran BWT / DWT karena itu tidak dianjurkan untuk
diagnosis kerja dari pria dengan LUTS.
USG perkiraan berat kandung kemih (UEBW) dapat mengidentifikasi
BOO dengan akurasi diagnostik 86% pada nilai cut-off sebesar 35 g [104, 105].
LUTS parah dan UEBW yang tinggi (> 35 g) merupakan faktor risiko untuk
operasi prostat / BPH pada pria yang sedang menjalani pengobatan -blocker
[106].
Non-invasive pressure-flow testing
Metode manset penis, di mana terdapat gangguan aliran untuk memperkirakan
tekanan kandung kemih isovolumetric, menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Recommendation LE GR
None of the non-invasive tests in diagnosing BOO in men with LUTS
can currently be 1a B
recommended as an alternative for pressure-flow studies.
LUTS = lower urinary tract symptoms; BOO = bladder outlet obstruction.
Figure 2: Assessment algorithm of LUTS in men aged 40 years or older
Readers are strongly recommended to read the full text that highlights the
current position of each test in detail.
Penanganan Konservatif
Watchful waiting
Banyak laki-laki dengan LUTS tidak terlalu terganggu oleh gejala LUTS
hingga harus membutuhkan penanganan obat atau intervensi surgikal. Semua
laki-laki dengan LUTS harus diperiksa secara formal sebelum diberikan
pengobatan dengan tujuan untuk menentukan keparahan gejala dan untuk
membedakan laki-laki dengan LUTS uncomplicated (mayoritas) dan complicated.
WW adalah pilihan untuk kebanyakan laki-laki dengan LUTS yang tidak
mengganggu, karena hanya sedikit yang berkembang menjadi AUR dan
komplikasi-komplikasi lain (seperti insufisiensi ginjal atau batu) [115,116],
sementara sisanya dapat tetap stabil bertahun-tahun [117]. Pada suatu
penelitian, sekitar 85% dari laki-laki dengan LUTS ringan menunjukkan
kestabilan pada 1 tahun dengan WW [118].
Sebuah penelitian yang membandingkan WW dan transurethral resection
of the prostate (TURP) pada laki-laki dengan LUTS sedang menunjukkan
kelompok pembedahan mengalami peningkatan fungsi kandung kemih (flow rate
dan volume PVR), terutama pada mereka yang memiliki tingkat gangguan yg
tinggi, 36% dari pasien WW menjalani pembedahan dalam 5 tahun,
meninggalkan sekitar 64% yang tetap bertahan dengan baik di dalam kelompok
WW [119,120]. Peningkatan gejala yang mengganggu dan volume PVR adalah
prediktor terkuat dari kegagalan klinis. Laki-laki dengan LUTS uncomplicated
ringan-sedang yang tidak terlalu terganggu dengan gejala LUTS cocok untuk
WW.
Saat ini terdapat bukti (LE: 1b) bahwa tatalaksana pribadi sebagai bagian dari
WW menurunkan gejala dan progresi [121, 122] (online supplementary Table
S.12). Laki-laki dengan 3 sesi tatalaksana pribadi sebagai tambahan dari
penanganan standar menunjukkan perbaikan gejala yang lebih baik dan QoL
dibandingkan dengan penanganan standar saja dalam 1 tahun [121].
Pertimbangan praktis
Komponen dari tatalaksana pribadi belum diteliti. Komponen dari modifikasi gaya
hidup di atas berasal dari metodologi consensus formal [123]. Penelitian lebih
jauh pada hal ini diperlukan.
Recommendations LE GR
Offer men with mild/moderate symptoms, minimally bothered by their
symptoms, watchful 1b A
waiting.
Offer men with LUTS lifestyle advice prior to or concurrent with
treatment. 1b A
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Tatalaksana farmakologis
1-Adrenoceptor antagonists (1-blockers)
Mekanisme aksi dari 1-blockers bertujuan untuk menginhibisi efek dari
noradrenalin yang dilepaskan secara endogenus pada sel jaringan otot polos di
dalam prostat dan menurunkan tonus prostat dan BOO [124]. Akan tetapi,1-
blockers memiliki efek secara urodinamis, dalam menentukan resistensi outlet
kandung kemih [125] dan perbaikan LUTS yang berhubungan dengan
tatalaksana berkolerasi buruk dengan obstruksi [126]. Maka dari itu, mekanisme
aksi yang lain mungkin relevan.
1-adrenoceptors yang berlokasi di luar prostat ( kandung kemih atau spinal
cord) dan subtipe 1-adrenoceptor subtypes (1B- or 1D-adrenoceptors) dapat
memainkan peran sebagai mediator dari efek tersebut. 1-adrenoceptors di
dalam pembuluh darah, sel otot polos non-prostatik yang lain, dan system saraf
pusat dapat memediasi kejadian yang tidak diinginkan.
1-blockers yang saat ini tersedia adalah : alfuzosin hydrochloride
(alfuzosin); doxazosin mesylate (doxazosin); silodosin; tamsulosin hydrochloride
(tamsulosin); terazosin hydrochloride (terazosin). 1-blockers hadir dalam
formulasi berbeda (online supplementary Table S.13). Walaupun formulasi
berbeda menghasilkan farmakokinetik yang berbedan dan profil toleransi yang
berbeda, dampak klinis keseluruhan dari formulasi yang berbeda-beda masih
sederhana.
Recommendation LE GR
Offer a1-blockers to men with moderate-to-severe LUTS. 1a A
LUTS = lower urinary tract symptoms.
5-reductase inhibitors
Mekanisme aksi: Efek androgen pada prostat dimediasi oleh dihydrotestosterone
(DHT), yang dikonversi dari testosterone melalui enzim 5-reductase, enzim
steroid nuclear-bound [139]. Dua isoform dari enzim ini adalah:
5-reductase type 1, dengan ekspresi dan aktivitas minor di dalam prostat tetapi
beraktivitas predominan di dala jaringan ekstraprostatik, seperti kulit dan hati.
5-reductase type 2, dengan ekspresi dan aktivitas predominan di dalam prostat.
5-ARIS, bukan 1-blocker, mengurangi risiko AUR jangka panjang (> 1 tahun)
atau kebutuhan operasi [56, 146, 154]. Dalam Proscar Long-Term Efficacy and
Safety Study, pengobatan finasteride mengurangi risiko relatif AUR sebesar 57%,
dan operasi sebesar 55% pada empat tahun, dibandingkan dengan plasebo
[146]. Dalam studi MTOPS, penurunan yang signifikan dalam risiko AUR dan
operasi pada finasteride dibandingkan dengan plasebo dilaporkan (68% dan
64%, masing-masing) [56].
Tolerabilitas dan kemanan: Efek samping yang paling relevan dari 5-Aris terkait
dengan fungsi seksual, dan termasuk penurunanlibido, disfungsi ereksi (ED) dan
gangguan ejakulasi seperti ejakulasi retrograde, kegagalan ejakulasi, atau
penurunan volume air mani [56, 131, 141] . Insiden disfungsi seksual dan efek
samping lainnya termasuk rendah dan bahkan menurun dengan durasi
percobaan. Ginekomastia (dengan nyeri pada buah dada atau putting)
dilaporkan pada 1-2% pasien.
Data dari dua percobaan pada PCa kemoprevensi (the Prostate Cancer
Prevention Trial and the Reduction by Dutasteride of Prostate Cancer Events
trial) menemukan insiden yang lebih tinggi dari kanker derajat tinggi pada 5-yang
mengkonsumsi 5-Aris harus ditindaklanjuti secara teratur menggunakan tes PSA
serial dan setiap peningkatan PSA harus dievaluasi. Ada perdebatan mengenai
potensi efek samping kardiovaskular dari 5-Aris, pada dutasteride khususnya
[161]. Dalam studi berbasis populasi yang dilakukan di Taiwan, Hsieh et al. tidak
bisa mengidentifikasi hubungan antara penggunaan 5-Aris dan peningkatan efek
samping kardiovaskular, pada pria lanjut usia (> 65 tahun) [161].
Recommendations LE GR
Offer 5-reductase inhibitors to men who have moderate-to-severe
LUTS and an enlarged 1b A
prostate (> 40 mL).
5-reductase inhibitors can prevent disease progression with regard to
acute urinary retention 1b A
and the need for surgery.
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Dalam Tolterodine dan Tamsulosin pada Pria dengan LUTS termasuk OAB:
Evaluasi efektivitas dan studi Keselamatan, pria yang menerima tolterodin
monoterapi menunjukkan perbaikan hanya pada urgensi inkontinensia, tapi tidak
mendesak, IPSS (jumlah atau penyimpanan subscore), atau persentase
keseluruhan pasien yang melaporkan manfaat pengobatan dibandingkan dengan
plasebo [174].
Sebuah analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pria dengan kadar PSA
<1,3 ng / mL (prostat lebih kecil) mungkin lebih diuntungkan dari obat
antimuskarinik [178]. Dua penelitian lain menemukan efek positif dari
antimuscarinics pada pasien dengan OAB dan BPO bersamaan [175, 179].
Dalam RCT kecil tanpa plasebo, propiverine memperbaiki episode frekuensi dan
urgensi [179]. Dalam sebuah penelitian open-label, tolterodin menurunkan
perkemihan 24 jam, nokturia dan American Urological Association Symptom
Index scores [175].
Peningkatan PVR pada pria tanpa BOO minimal dan mirip dengan
plasebo. Namun demikian, fesoterodine 8 mg menunjukkan PVR yang lebih
tinggi (20,2 mL) dibandingkan plasebo (-0,6 mL) atau fesoterodine 4 mg (9,6 mL)
[179]. Kejadian retensi urin pada pria tanpa BOO mirip dengan plasebo untuk
tolterodin (0-1,3% vs 0-1,4%). Dengan fesoterodine 8 mg, 5,3% memiliki gejala
yang lebih tinggi dibandingkan plasebo atau fesoterodine 4 mg (kedua 0,8%).
Gejala ini muncul selama dua minggu pertama pengobatan dan terutama
mempengaruhi laki-laki berusia 66 tahun atau lebih.
Secara teoritis antimuscarinics dapat menurunkan kekuatan kandung
kemih, dan karenanya mungkin terkait dengan PVR atau retensi urin. Sebuah
studi 12-minggu pada laki-laki dengan BOO ringan sampai sedang menunjukkan
bahwa tolterodin meningkatkan PVR (49 mL vs 16 mL) tapi tidak AUR (3% di
kedua lengan) [180]. Efek urodinamik termasuk volume kandung kemih yang
lebih besar pada kontraksi detrusor pertama, kapasitas cystometric maksimum
yang lebih tinggi, dan penurunan indeks kontraktilitas kandung kemih. Qmax
tidak berubah. Percobaan ini menunjukkan bahwa pengobatan jangka pendek
dengan antimuscarinics pada pria dengan BOO adalah aman [180].
Recommendations LE GR
Muscarinic receptor antagonists may be used in men with moderate-
to-severe LUTS who 1b B
mainly have bladder storage symptoms.
Caution is advised in men with a PVR volume greater than 150 mL. 4 C
LUTS = lower urinary tract symptoms; PVR = post-void residual.
Phosphodiesterase 5 inhibitors
Mekanisme aksi: Phosphodiesterase 5 inhibitor (PDE5Is) meningkatkan
intraseluler siklik guanosin monofosfat, sehingga mengurangi tonus otot polos
dari detrusor, prostat dan uretra. Nitrat oksida dan PDE mungkin juga mengubah
jalur refleks di sumsum tulang belakang dan neurotransmisi di uretra, prostat,
atau kandung kemih [181]. Selain itu, pengobatan kronis dengan PDE5Is
tampaknya meningkatkan perfusi darah dan oksigenasi dalam saluran kemih
bawah [182]. PDE5Is bisa mengurangi peradangan kronis di prostat dan
kandung kemih [183]. Mekanisme yang tepat dari PDE5Is pada LUTS masih
belum jelas.
Obat yang tersedia: Meskipun percobaan klinis dari beberapa PDE5Is oral telah
dilakukan pada pria dengan LUTS, hanya tadalfil (5 mg per hari) yang telah
dilisensi untuk pengobatan pria dengan LUTS.
Pertimbangan praktis: Untuk saat ini, hanya tadalafil 5 mg sekali sehari yang
telah berlisensi resmi untuk pengobatan LUTS laki-laki dengan atau tanpa ED.
Meta-regresi menunjukkan bahwa pria muda dengan indeks massa tubuh rendah
dan LUTS yang lebih parah dapat mengambil keuntungan yang maksimal dari
pengobatan dengan PDE5Is [184].
Pengalaman jangka panjang dengan tadalafil pada pria dengan LUTS terbatas
pada satu percobaan dengan 1 tahun follow-up [186], dan karena itu kesimpulan
tentang kemanjuran atau tolerabilitas> 1 tahun tidak mungkin. Ada informasi
terbatas pada pengurangan ukuran prostat dan tidak ada data tentang
perkembangan penyakit.
Recommendations LE GR
PDE5Is may be used in men with moderate-to-severe LUTS with or
without erectile 1a A
dysfunction.
LUTS = lower urinary tract symptoms; PDE5Is = phosphodiesterase type 5
inhibitors.
Efektivitas: Ekstrak dari tanaman yang sama yang diproduksi oleh perusahaan
yang berbeda tidak harus memiliki efek biologis atau klinis yang sama, oleh
karena itu efek dari satu merek tidak dapat diekstrapolasi kepada orang lain
[196]. Selain itu, batch dari produsen yang sama mungkin mengandung
konsentrasi yang berbeda dari bahan aktif yang tersedia [197]. Peninjauan teknik
ekstraksi baru-baru ini dan dampaknya terhadap komposisi / aktivitas biologis
Serenoa repens menunjukkan bahwa hasil dari uji klinis yang berbeda harus
dibandingkan secara ketat sesuai dengan teknik yang sama divalidasi ekstraksi
dan / atau konten dalam prinsip aktif [198] . Jadi sifat farmakokinetik dapat
bervariasi secara signifikan.
Tambahan secara online pada Tabel S.20 menyajikan uji coba dengan LE
tertinggi untuk setiap ekstrak tumbuhan. Secara umum, tidak ada agen
phytotherapeutic yang telah terbukti mengurangi ukuran prostat, dan tidak ada
percobaan telah membuktikan pengurangan BOO atau penurunan
perkembangan penyakit. Analisis masing-masing kelas obat juga dapat
ditemukan dalam materi online tambahan (http://uroweb.org/guideline/treatment-
of-non-neurogenic-male-luts/).
Baru-baru ini, studi jangka pendek pada kombinasi dari ekstrak tanaman
dengan tamsulosin telah diterbitkan dengan hasil yang menjanjikan [202, 203].
Pengobatan kombinasi dengan Serenoa repens, Lycopene (Ly), dan Selenium
(Se) dan tamsulosin lebih efektif daripada terapi tunggal (Ser-Ly-Se atau
Tamsulosin) dalam meningkatkan IPSS dan meningkatkan Qmax pada pasien
dengan LUTS pada 12 bulan. Perlakuan kombinasi repens Serenoa dan
tamsulosin terbukti lebih efektif daripada tamsulosin monoterapi dalam
mengurangi gejala penyimpanan tetapi perubahan IPSS, subscore berkemih,
kualitas hidup, Qmax, PVR, PSA, dan volume prostat menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Beta-3 agonist
Mekanisme aksi: Beta-3 adrenoceptors reseptor predominan beta yang
dieskpreksikan di dalam sel otot polos dari detrusor dan stimulasinya dapat
mennginduksi relaksasi detrusor.
Tolerabilitas dan keamanan: Efek samping yang paling umum terkait pengobatan
pada kelompok mirabegron adalah hipertensi, ISK, sakit kepala dan
nasopharyngitis [204-207]. Proporsi pasien dengan mulut kering dan sembelit
dalam kelompok mirabegron itu terutama lebih rendah dari yang dilaporkan di
RCT agen OAB lain atau dari kontrol tolterodin aktif [204]. Evaluasi parameter
urodinamik pada pria dengan gabungan BOO dan OAB menyimpulkan bahwa
mirabegron tidak berpengaruh buruk terhadap parameter urodinamik berkemih
dibandingkan dengan plasebo dalam hal Qmax, tekanan detrusor pada tekanan
maksimal , indeks kontraktilitas kandung kemih [208]. Perubahan keseluruhan
dalam PVR dengan mirabegron tegolong kecil [208].
Recommendation LE GR
Beta-3 agonists may be used in men with moderate-to-severe LUTS
who have predominantly 1b B
bladder storage symptoms.
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Terapi kombinasi
1-blockers + 5-reductase inhibitors
Mekanisme aksi: Terapi kombinasi terdiri dari 1-blocker (Bagian 5.2.1) bersama-
sama dengan 5-ARI (Bagian 5.2.2). 1-blocker menunjukkan efek klinis dalam
hitungan jam atau hari, sedangkan 5-ARI perlu beberapa bulan untuk
mengembangkan efikasi klinis penuh. Finasteride telah diuji dalam uji klinis
dengan alfuzosin, terazosin, doxazosin atau terazosin, dan dutasteride dengan
tamsulosin
Data jangka panjang (4 tahun) dari MTOPS, dan Kombinasi Avodart dan
Tamsulosin (COMBAT) menunjukkan bahwa pengobatan kombinasi lebih unggul
dibandingkan dengan monoterapi untuk gejala dan Qmax, dan unggul
dibandingkan a-blocker dalam mengurangi risiko AUR atau kebutuhan operasi
[ 56, 130, 131].
Dalam kedua MTOPS dan uji coba CombaT, terapi kombinasi lebih
unggul dibandingkan monoterapi dalam mencegah perkembangan klinis seperti
yang didefinisikan oleh peningkatan IPSS dari setidaknya empat poin, AUR, ISK,
inkontinensia, atau peningkatan kreatinin> 50%. Studi MTOPS menemukan
bahwa risiko pengembangan klinis jangka panjang (terutama karena
meningkatnya IPSS) berkurang 66% dengan terapi gabungan (vs plasebo) dan
untuk tingkat yang lebih besar daripada dengan baik finasteride atau doxazosin
monoterapi (34% dan 39 %, masing-masing) [56]. Selain itu, finasteride (sendiri
atau dalam kombinasi), tetapi tidak doxazosin, secara signifikan mengurangi baik
risiko AUR dan kebutuhan untuk operasi terkait BPH selama studi empat tahun.
Dalam studi COMBAT, terapi kombinasi mengurangi risiko relatif AUR oleh 68%,
operasi yang berhubungan dengan BPH sebesar 71%, dan gejala kerusakan
sebesar 41% dibandingkan dengan tamsulosin, setelah empat tahun [214].
Untuk mencegah satu kasus retensi urin dan / atau perawatan bedah 13 pasien
perlu dirawat selama empat tahun dengan dutasteride dan terapi kombinasi
tamsulosin dibandingkan dengan tamsulosin monoterapi sementara
pengurangan risiko absolut (perbedaan risiko) adalah 7,7%.
Tolerabilitas dan keamanan: Efek samping untuk kedua kelas obat telah
dilaporkan dengan pengobatan kombinasi [56, 130, 131]. Efek samping yang
diamati selama pengobatan kombinasi yang khas dari 1-blocker dan 5-Aris.
Frekuensi efek samping secara signifikan lebih tinggi untuk terapi kombinasi.
Recommendation LE GR
Offer combination treatment with an 1-blocker and a 5-reductase
inhibitor to men with 1b A
moderate-to-severe LUTS and risk of disease progression (e.g.
prostate volume > 40 mL).
LUTS = lower urinary tract symptoms.
Tolerabilitas dan keamanan: Efek samping dari kedua kelas obat terlihat dengan
kombinasi pengobatan menggunakan 1-blocker dan antimuscarinics. Efek
samping yang paling umum adalah xerostomia.. Peningkatan PVR dapat dilihat,
tetapi biasanya tidak signifikan secara klinis, dan risiko AUR rendah [226, 227].
Recommendations LE GR
Use combination treatment of an 1-blocker with a muscarinic
receptor antagonist in patients 1b B
with moderate-to-severe LUTS if relief of storage symptoms has
been insufficient with
monotherapy with either drug.
Prescribe combination treatment with caution in men with a PVR
volume > 150 mL. 2b B
LUTS = lower urinary tract symptoms; PVR = post-void residual.
Efikasi: Dalam analisis terbaru dari 20 RCT kontemporer dengan tindak lanjut
maksimum selama 5 tahun, TURP menghasilkan rata-rata peningkatan Qmax
substansial (+ 162%), penurunan yang signifikan dalam IPSS (-70%), skor
kualitas hidup (-69%) , dan PVR (-77%) [232]. TURP memberikan hasil tahan
lama seperti yang ditunjukkan oleh studi dengan tindak lanjut selama 8-22 tahun.
Tidak ada data yang sama mengenai durabilitas untuk perawatan bedah lainnya
untuk BPO [233]. Satu studi dengan rata-rata tindak lanjut dari 13 tahun
melaporkan penurunan yang signifikan dan berkelanjutan di sebagian besar
gejala dan perbaikan dalam parameter urodinamik. Kegagalan tata laksana lebih
dikaitkan dengan DUA dibandingkan dengan kembali munculnya BPO [92].
Sebuah penelitian meta-analisis jangka pendek dan jangka panjang dari
10 RCT ditemukan perbaikan LUTS serupa dan lebih rendah tetapi tidak
signifikan dalam Qmax untuk TUIP [236]. Dalam meta-analisis, batas atas ukuran
prostat dilaporkan sebagai kriteria entri untuk delapan studi dengan lima <30 mL
dan tiga <60 mL.
Tindakan operasi prostat kedua, biasanya pengulangan TURP, telah
dilaporkan konstan pada tingkat tahunan sebesar 1-2%. Sebuah tinjauan
menganalisis 29 RCT dan menemukan tingkat pengobatan ulang sebesar 2,6%
setelah rata-rata tindak lanjut selama 16 bulan [242]. Dalam sebuah studi skala
besar pada 20.671 pasien, tingkat pengobatan ulang secara keseluruhan (re-
TURP, urethrotomy dan insisi leher kandung kemih) adalah 5,8%, 12,3%, dan
14,7%, pada 1, 5, dan 8 tahun masa tindak lanjut, dan kejadian masing-masing
re-TURP adalah 2,9%, 5,8% dan 7,4% [243]. Sebuah meta-analisis dari enam
percobaan menunjukkan bahwa re-operasi lebih sering dilakukan setelah TUIP
(18.4%) dibandingkan TURP (7.2%)
Tolerabilitas dan Keamanan: Mortalitas peri-operatif dan morbiditas semakin
menurun dari waktu ke waktu, tetapi yang tingkat morbiditas masih cukup besar
(0,1% dan 11,1%0 [244]. Data dari 20.671 TURP dan 2452 prostatektomi terbuka
(OP) menunjukkan bahwa mortalitas peri-operatif jangka pendek dan jangka
panjang adalah hampir sama (0,7% vs 0,9% pada 90 hari, 2,8% vs 2,7% pada 1
tahun, 12,7% vs 11,8% pada 5 tahun, 20% vs 20,9% pada 8 tahun) dan bahwa
tingkat kejadian infark miokard pada 8 tahun itu identik (4,8 vs 4,9%) [243].
Risiko TUR-sindrom menurun menjadi <1,1% [242, 249]. Tidak ada
kasus tersebut yang tercatat setelah TUIP. Data dari 10.654 TURP melaporkan
terjadinya perdarahan yang membutuhkan transfusi di 2,9% [244]. Risiko setelah
TUIP diabaikan [268]. hasil yang sama untuk komplikasi TURP dilaporkan oleh
analisis RCT kontemporer menggunakan TURP sebagai pembanding:
perdarahan yang membutuhkan transfusi 2% (0-9%), TUR-sindrom 0,8% (0-5%),
AUR 4,5% (0-13,3 %), retensi bekuan 4,9% (0-39%), dan ISK 4,1% (0-22%)
[232]. Komplikasi jangka panjang terdiri inkontinensia urin (1,8% setelah TUIP vs
2,2% setelah TURP), retensi urin dan UTI, kontraktur leher kandung kemih
(BNC) (4,7% setelah TURP), striktur uretra (3,8% setelah TURP vs 4,1% setelah
TUIP), retrograde ejakulasi (65,4% setelah TURP vs 18,2% setelah TUIP), dan
disfungsi ereksi (6,5% setelah TURP) [242]
Pertimbangan Klinis: TURP dan TUIP merupakan pengobatan yang efektif untuk
LUTS sekunder akibat BPO moderat sampai berat. Pilihan harus didasarkan
terutama pada volume prostat (<30 mL cocok untuk TUIP dan 30-80 mL cocok
untuk TURP). Tidak ada studi pada optimal mengenai nilai cut-off tetapi tingkat
komplikasi meningkat seiring dengan dengan ukuran prostat [244]. Batas atas
untuk TURP sebagian besar disarankan 80 ml (berdasarkan pendapat ahli
Panel, dengan asumsi bahwa batas ini tergantung pada pengalaman dokter
bedah, kecepatan reseksi, dan pilihan ukuran resectoscope).
Efektivitas: B-TURP adalah alternatif yang paling banyak dan diteliti untuk M-
TURP. Hasil dari > 40 RCT [252] telah dilaporkan, dimana sekitar setengahnya
telah dikumpulkan dalam meta-analisis berbasis RCT [232, 253-256]. Hasil
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan klinis yang relevan dalam jangka
pendek (sampai dengan 12 bulan) efikasi (IPSS, skor kualitas hidup dan Qmax)
[254]. Data dari RCT dengan tindak lanjut dari 12-60 bulan tidak menunjukkan
perbedaan parameter keberhasilan [257-263].
Sebuah meta-analisis baru-baru ini dilakukan secara khusus untuk
mengevaluasi kuasi-bipolar Transurethral Resection di Saline (Turis, Olympus
Medis) sistem vs M-TURP, (http://www.nice.org.uk/guidance/mtg23/ sumber /
the-turis-sistem-untuk-transurethral-reseksi-of-the-prostat-64371933166021).
Sepuluh RCT unik (1870 pasien) yang disertakan. Disimpulkan bahwa TURIS
memiliki keefektivitasan yang sama dengan M-TURP.
Recommendations LE GR
M-TURP is the current surgical standard procedure for men with
prostate sizes of 30-80 mL 1a A
and bothersome moderate-to-severe LUTS secondary of BPO. M-
TURP provides subjective
and objective improvement rates superior to medical or minimally
invasive treatments.
The morbidity of M-TURP is higher than for drugs or other minimally
invasive procedures. 1a A
B-TURP achieves short- and mid-term results comparable with M-
TURP. 1a A
B-TURP has a more favourable peri-operative safety profile
compared with M-TURP. 1a A
TUIP is the surgical therapy of choice for men with prostate sizes <
30 mL, without a middle 1a A
lobe, and bothersome moderate-to-severe LUTS secondary to BPO.
BPO = benign prostatic obstruction; B-TURP = bipolar TURP; LUTS = lower
urinary tract symptoms; M-TURP = monopolar TURP; TUIP = transurethral
incision of the prostate; TURP = transurethral resection of the prostate.
Prostatektomi Terbuka
Mekanisme Aksi:
Prostatektomi terbuka adalah terapi bedah tertua untuk pasien dengan LUTS
derajat berat sekunder akibat BPO. Adenoma obstruktif dienukleasi
menggunakan jari telunjuk, mendekati dari dalam kandung kemih (prosedur
Freyer) atau melalui kapsul prostat anterior (prosedur Millin). Hal ini digunakan
untuk kelenjar substansial yang membesar (> 80-100 mL).
Efektivitas:
Beberapa RCT menunjukkan bahwa Holmium Laser enukleasi dari prostat
(HoLEP), penguapan photoselective dari prostat (PVP) dan teknik enukleasi dari
prostat menggunakan sirkuit bipolar menghasilkan hasil yang sama
dibandingkan dengan prostatektomi terbuka pada pria dengan kelenjar prostat
yang besar dan memiliki tingkat komplikasi yang lebih rendah secara signifikan
[268-275]. Prostatektomi terbuka mengurangi kejadian LUTS sebesar 63-86%
(12,5-23,3 poin IPSS), meningkatkan skor kualitas hidup sampai dengan 60-
87%, meningkatkan Qmax sebesar 375% (+ 16,5-20,2 mL / s), dan mengurangi
PVR sebesar 86-98% [268-270, 276, 277]. Keefektivitasan dipertahankan hingga
6 tahun [278].
Sebuah meta-analisis berbasis RCT baru-baru ini mengevaluasi efikasi
keseluruhan endoscopic enucleation of the prostate (EEP) vs prostatektomi
terbuka untuk mengobati pasien dengan kelenjar prostat yang besar [279]. Tujuh
RCT yang melibatkan 735 pasien diteliti. Tiga RCT membandingkan OP dengan
HoLEP [268, 269, 271] dan empat RCT membandingkan OP dengan EEP
menggunakan sirkuit bipolar [272-274, 278]. OP dilakukan melalui pendekatan
transvesical dalam semua RCT. Pada 3-, 6 dan 12 bulan follow-up, tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam IPSS, Qmax, skor kualitas hidup dan PVR
antara EEP dan OP. Disimpulkan bahwa EEP tampaknya menjadi pilihan minimal
invasif yang lebih efektif untuk mengobati kelenjar prostat besar.
Recommendations LE GR
OP or EEP such as holmium laser or bipolar enucleation are the first
choice of surgical 1a A
treatment in men with a substantially enlarged prostate (e.g. > 80 mL)
and moderate-to-severe
LUTS.
OP has a high operative morbidity. 1b A
EEP = endoscopic enucleation of the prostate; LUTS = lower urinary tract
symptoms; OP = open prostatectomy.
Studi klinis tentang dampak TUNA pada BPO [292, 293] menunjukkan
penurunan yang signifikan pada tekanan detrusor maksimum atau tekanan
detrusor di Qmax. Namun, salah satu dari enam pasien masih mengalami
obstruksi pada satu tahun [292].
Recommendations LE GR
TUNA is a minimally invasive alternative with decreased morbidity
compared to TURP but 1a A
with less efficacy.
Durability is in favour of TURP with lower re-treatment rates
compared to TUNA. 1a A
TUNA = transurethral needle ablation; TURP = transurethral resection of the
prostate.
Tolerabilitas dan Keamanan: Disuria adalah komplikasi yang paling umum pasca
operasi [296, 299]. Dibandingkan dengan TURP, HoLRP memiliki waktu
kateterisasi dan masa rawat inap yang lebih pendek [297, 306]. Potensi,
kontinensia, dan morbiditas utama dalam 48 bulan, identik antara HoLRP dan
TURP [298]. Tiga meta-analisis menemukan bahwa HoLEP memiliki waktu yang
lebih singkat mengenai kateterisasi dan masa rawat, mengurangi kehilangan
darah, dan transfusi darah lebih sedikit, tapi waktu operasi lebih lama
dibandingkan dengan TURP [299-301]. Dalam meta-analisis, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara HoLEP dan TURP untuk striktur uretra (2,6%
vs 4,4%), stres inkontinensia urin (1,5% vs 1,5%), dan re-intervensi (4,3% vs
8,8% ) [300]. HoLEP lebih unggul OP untuk kehilangan darah, kateterisasi dan
waktu rawat inap [268, 269].
HoLEP telah aman dilakukan pada pasien yang menggunakan obat
antikoagulan [307, 308]. Dalam sebuah studi dari 83 pasien, transfusi darah
diperlukan untuk tujuh pasien (8%) [309]. Sebuah studi retrospektif
membandingkan profil keamanan HoLEP antara 39 pasien yang menggunakan
terapi antikoagulan pada saat operasi mereka, dan 37 kontrol [308]. Tidak ada
transfusi yang diperlukan dan tingkat komplikasi perdarahan tidak berbeda
secara signifikan [308]. Penelitian jangka pendek menunjukkan bahwa pasien
dengan retensi urin dapat diobati dengan HoLEP [310, 311].
Dampak pada fungsi ereksi dan ejakulasi retrograde sebanding antara HoLEP
dan TURP / OP [269, 312]. fungsi ereksi tidak menurun dari baseline pada kedua
kelompok; tiga perempat dari pasien yang aktif secara seksual mengalami
retrograde ejakulasi setelah HoLEP.
Pertimbangan Praktis: operasi laser Holmium adalah prosedur bedah yang
memerlukan pengalaman dan keterampilan endoskopi yang relevan.
Pengalaman ahli bedah merupakan faktor yang paling penting yang
mempengaruhi terjadinya keseluruhan komplikasi [307, 313].
Perbaikan yang signifikan dalam berkemih pada tindak lanjut setelah 12 bulan
ditunjukkan secara urodinamik [320]. RCT terpanjang membandingkan 120-W
Laser HPS dengan TURP dan memiliki tindak lanjut selama 36 bulan dan
menunjukkan peningkatan yang sebanding di IPSS, Qmax, dan PVR [321].
Tingkat re-operasi lebih tinggi setelah PVP (11% vs 1,8%; p = 0,04) [321].
peningkatan serupa IPSS, kualitas hidup, Qmax, atau parameter urodinamik
dilaporkan dari dua RCT dengan maksimum tindak lanjut selama 24 bulan [316,
322].
Dampak dari Greenlight laser pada fungsi seksual dan ejakulasi normal
adalah mirip dengan TURP setelah 12 bulan [331]. Selain itu, tidak ada
perbedaan dilaporkan antara OP / TURP dan Greenlight PVP untuk fungsi ereksi
[332, 333]. IIEF-5 skor dipertahankan setelah pengobatan. Namun, pada pasien
dengan pra operasi IIEF-5> 19, yang pasca operasi IIEF-5 skor yang secara
signifikan menurun pada 6, 12, dan 24 bulan [334].
Keefektivitasan: seri kasus, dan dua studi banding dari dioda laser 980 nm dan
120 W HPS laser, tersedia [336-342]. IPSS, kualitas hidup, Qmax, dan PVR
meningkat secara signifikan di semua studi dibandingkan dengan baseline dan
hampir sama dibandingkan dengan 120-W Laser HPS, pada 6 dan 12 bulan
[336, 337].
Keefektivitasan:
Kekurangan utama adalah terbatasnya jumlah RCT. Satu RCT dengan tindak
lanjut selama 4 tahun membandingkan ThuVARP untuk M-TURP, menunjukkan
efikasi yang sebanding dan tarif re-operasi yang menguntungkan pada kelompok
ThuVaRP [347]. Satu RCT dan satu non-RCT dibandingkan ThuVaRP dengan M-
TURP [348, 349], sementara dua RCT membandingkan ThuVaRP dan B-TURP
yang diterbitkan baru-baru ini [350, 351]. Singkatnya, studi menunjukkan
perbandingan peningkatan gejala dan parameter berkemih. Hanya ada beberapa
studi kasus pada ThuVEP yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
IPSS, Qmax, dan PVR setelah pengobatan [352-355]. ThuLEP dan HoLEP
dibandingkan dalam satu RCT dengan 18-bulan tindak lanjut dengan hasil yang
sebanding pada kedua kelompok [356].
Recommendations LE GR
HoLEP and 532-nm laser vaporisation of the prostate are
alternatives to TURP in men with 1a A
moderate-to-severe LUTS leading to immediate, objective, and
subjective improvements
comparable with TURP.
The short-term and mid-term functional results of 532-nm laser
vaporisation of the prostate are 1b A
comparable with TURP.
The long-term functional results of HoLEP are comparable with TURP
or open prostatectomy. 1b A
Thulium enucleation may be an alternative to TURP and HoLEP in
men with moderate-to- 1b A
severe LUTS leading to immediate and mid-term objective and
subjective improvements.
Diode laser operations lead to short-term objective and subjective
improvement. 1b B
ThuVaRP is an alternative to TURP for small- and medium-size
prostates. 1b A
With regard to intra-operative safety and haemostatic properties,
diode and thulium lasers 3 C
appear to be safe.
With regard to intra-operative safety, 532-nm laser vaporisation is
superior to TURP. 1b A
532-nm laser vaporisation should be considered in patients receiving
anticoagulant medication 3 B
or with a high cardiovascular risk.
HoLEP = holmium laser enucleation; LUTS = lower urinary tract symptoms;
TURP = transurethral resection of the prostate; ThuVaRP = Tm:YAG
vaporesection.
Stent Prostat
Mekanisme Aksi: Penggunaan sebuah endoprosthesis untuk melestarikan
patensi lumen adalah sebuah konsep yang cukup baik. Stent prostat yang
terutama dirancang sebagai alternatif kateter tetapi juga telah dinilai sebagai
pilihan pengobatan utama pada pasien tanpa komorbiditas signifikan [363, 364].
Tolerabilitas dan keamanan: Secara umum, stent sangat rentan akan salah
penempatan, migrasi, dan tolerabilitas yang buruk karena eksaserbasi LUTS dan
enkrustasi [365]. Efek samping utama langsung termasuk rasa sakit atau gejala
LUTS penyimpanan.
Pertimbangan Praktis: Karena efek samping yang umum dan tingkat migrasi
yang tinggi, stent prostat memiliki peran yang terbatas dalam pengobatan LUTS
moderat sampai berat. Stent temporer dapat memberikan bantuan jangka
pendek dari LUTS sekunder untuk BPO pada pasien tidak layak untuk operasi
atau setelah terapi minimal invasif [365].
Recommendation LE GR
Offer prostatic stents as an alternative to catheterisation for men unfit
for surgery. 3 C
Keefektivitasan:
Secara umum, PUL mencapai peningkatan yang signifikan dalam IPSS (-39%
untuk -52%), Qmax (+ 32% untuk + 59%) dan kualitas hidup (-48% untuk -53%).
Hanya ada satu RCT yang membandingkan PUL dengan sham [374]. Titik akhir
primer adalah bertemu di 3 bulan dengan penurunan 50% pada AUA-SI 22,1-
11,0 poin dan tetap stabil sampai dengan 12 bulan. Perubahan untuk AUA-SI
adalah 88% lebih besar untuk kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol
sham. Juga Qmax akan meningkat secara signifikan 8,1-12,4 mL / s relatif
terhadap baseline pada 3 bulan dan hasil ini masih bisa dikonfirmasi setelah 12
bulan. Perbedaan respon klinis untuk Qmax antara kedua kelompok itu signifikan
secara statistik. Manfaat yang relevan berkenaan dengan PVR tidak diperagakan
dibandingkan dengan dasar maupun relatif terhadap sham kontrol.
PUL tampaknya tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi seksual.
Evaluasi fungsi seksual yang diukur dengan IIEF-5, pada pasien yang menjalani
PUL menunjukkan bahwa ereksi dan ejakulasi berfungsi dengan baik [374-378].
Pertimbangan Praktis: Sebuah lobus median yang menonjol tidak dapat diobati
secara efektif, dan keefektivitasan dalam kelenjar prostat besar belum terbukti.
Studi kualitas tinggi diperlukan untuk membandingkan efikasi, keamanan dan
daya tahan antara PUL dan perawatan invasif lainnya.
Recommendation LE GR
Prostatic urethral lift (Urolift ) leads to objective and subjective short-
and mid-term 1a B
improvements. RCTs with longer follow-up are required.
RCT = randomised controlled trial.
Operasi Investigasional
Intra-prostatic botulinum toxin injections
Keefektivitasan:
Sebuah tinjauan sistematis terbaru dan meta-analisis menunjukkan bahwa dalam
27 studi observasional termasuk 764 pasien, peningkatan rata-rata di Qmax
adalah 14,3 mL / s (95% CI 13,1-15,6), dan peningkatan rata-rata di IPSS adalah
17,2 (95% CI 15,2 -19,2). Rata-rata durasi operasi adalah 141 menit (95% CI
124-159), dan rata-rata kehilangan darah intraoperatif adalah 284 mL (95% CI
243-325). Seratus empat pasien (13,6%) mengalami komplikasi bedah. Dalam
studi banding ke OP, masa rawat di rumah sakit (WMD -1,6 hari, p = 0,02), lama
penggunaan kateter (WMD -1.3 hari, p = 0,04) dan diperkirakan kehilangan
darah (WMD -187 mL, p = 0,015) yang secara signifikan lebih rendah pada
kelompok MISP, sedangkan durasi operasi lebih lama daripada di OSP (WMD
37,8 menit, p <0,0001).
Tidak ada perbedaan dalam perbaikan Qmax, IPSS dan komplikasi perioperatif
antara kedua prosedur. Dua seri retrospektif baru pada RASP sekarang tersedia
yang tidak termasuk dalam meta-analisis yang mengkonfirmasi temuan ini [383,
384]. Seri retrospektif terbesar melaporkan 1.330 kasus berturut-turut termasuk
487 robot (36,6%) dan 843 laparoskopi (63,4%) kasus prostatectomy sederhana.
Para penulis mengkonfirmasi bahwa kedua teknik dapat dengan aman dan
efektif dilakukan di pusat-pusat yang dipilih [383].
Tolerabilitas dan Keamanan: Pada seri penelitian besar, tingkat komplikasi pasca
operasi adalah 10,6% (7,1% untuk LSP dan 16,6% untuk RASP), sebagian besar
komplikasi derajat rendah. Komplikasi yang paling umum dalam seri RASP yang
hematuria membutuhkan irigasi, ISK dan AUR; dalam seri LSP, komplikasi yang
paling umum adalah infeksi saluran kemih, Ileus dan AUR,
Pertimbangan Praktis: Data pada MISP meningkat dari pusat yang dipilih. MISP
tampaknya pilihan pengobatan yang efektif dan aman, memberikan perbaikan
serupa di Qmax dan IPSS sebagai OP [385]. Namun, kebanyakan studi adalah
studi retrospektif. Studi kualitas tinggi diperlukan untuk membandingkan efikasi,
keamanan, dan rawat inap antara MISP dan kedua OP dan metode endoskopi.
hasil jangka panjang, kurva dan biaya MISP belajar juga harus dievaluasi.
Recommendation LE GR
MISP seems to be feasible in men with prostate sizes > 80 mL
needing surgical treatment. 2 B
Since more data are required, MISP remains under evaluation.
MISP = minimal invasive simple prostatectomy.
Seleksi Pasien
Pilihan pengobatan tergantung pada temuan dinilai evaluasi pasien,
kemampuan pengobatan untuk mengubah temuan, preferensi pengobatan
pasien individu, dan harapan yang harus dipenuhi dalam hal kecepatan onset,
khasiat, efek samping, kualitas hidup, dan perkembangan penyakit. Tabel
tambahan secara online S.33 menyediakan informasi diferensial tentang
kecepatan onset dan pengaruh pada parameter dasar dengan konservatif, medis
atau bedah pilihan pengobatan.
Disproportionate urine
CATEGORY production Low volume of each void
(at all times, or during sleep) (at all times, or overnight)
Bladder awareness due to
Behavioural Inappropriate fluid intake secondary
sleep disturbance
Water, salt and metabolite
Systemic output
Bladder awareness due to
Sleep disorder Variable water and salt output primary sleep
disturbance
Impaired storage function and
LUTD increased
filling sensation
Assessment must establish whether the patient has polyuria, LUTS, sleep disorder or a
combination. Therapy may be driven by the bother it causes, but non-bothersome
nocturia may warrant assessment of a frequency volume chart (FVC), (indicated by the
dotted line), depending on history and clinical examination since potential presence of a
serious underlying medical condition must be considered.
DRE = digital rectal examination; NP = nocturnal polyuria; MoA = mechanism of action;
PVR = post-void residual.
Figure 6. Shared care pathway for nocturia, highlighting the need to manage
potentially complex patients using relevant expertise for the causative
factors.
Practical considerations
Desmopressin is taken once daily before sleeping. Because the optimal dose differs
between patients, desmopressin treatment should be initiated at a low dose (0.1
mg/day) and may be gradually increased up to a dosage of 0.4 mg/day every week until
maximum efficacy is reached. Patients should avoid drinking fluids at least one hour
before and for eight hours after dosing. In men aged 65 years or older, desmopressin
should not be used if the serum sodium concentration is below normal: all patients
should be monitored for hyponatremia. Men with nocturia should be advised regarding
off-label use.
Other medications
Diuretics, agents to promote sleep [394], diuretics [395], non-steroidal anti-inflammatory
agents (NSAIDs) [396] and phytotherapy [397]. Effect size of these medications in
nocturia is generally small, or not significantly different from placebo. Larger responses
have been reported for some medications, but larger scale confirmatory RCTs are
lacking. Agents to promote sleep do not appear to reduce nocturnal voiding frequency,
but may help patients return to sleep.
Recommendations LE GR
Treatment should aim to address underlying causative factors, which
may be behavioural, 4 A*
systemic condition(s), sleep disorders, lower urinary tract
dysfunction, or a combination of
factors.
Discuss lifestyle changes to reduce nocturnal urine volume and
episodes of nocturia, and 3 A*
improve sleep quality.
Desmopressin may be prescribed to decrease nocturia due to
nocturnal polyuria in men 1a A
under the age of 65. Screening for hyponatremia must be undertaken
at baseline, during dose
titration and during treatment.
1-adrenergic antagonists may be offered to men with nocturia
associated with LUTS. 1b B
Anti-muscarinic drugs may be offered to men with nocturia associated
with overactive bladder. 1b B
5-reductase inhibitors may be offered to men with nocturia who
have moderate-to-severe 1b C
LUTS and an enlarged prostate (> 40 mL).
Do not offer PDE5Is for the treatment of nocturia. 1b B
A trial of timed diuretic therapy may be offered to men with nocturia
due to nocturnal polyuria. 1b C
Screening for hyponatremia should be undertaken at baseline and
during treatment.
Agents to promote sleep may be used to aid return to sleep in men
with nocturia. 2 C
*Upgraded based on Panel consensus.
LUTS = lower urinary tract symptoms; PDE5Is = Phospodiesterase 5 inhibitors.
FOLLOW-UP
Medical treatment
Patients receiving 1-blockers, muscarinic receptor antagonists, PDE5Is or the
combination of 1-blockers + 5-ARIs or muscarinic receptor antagonists should be
reviewed 4-6 weeks after drug initiation to determine the treatment response. If patients
gain symptomatic relief in the absence of troublesome adverse events, drug therapy
may be continued. Patients should be reviewed at 6 months and then annually, provided
there is no deterioration of symptoms or development of absolute indications for surgical
treatment. The following are recommended at follow-up visits: history, IPSS,
uroflowmetry, and PVR volume. FVC or bladder diaries should be used to assess
response to treatment for predominant storage symptoms or nocturnal polyuria.
Patients receiving 5-ARIs should be reviewed after 12 weeks and 6 months to
determine their response and adverse events. The following are recommended at
follow-up visits: history, IPSS, uroflowmetry and PVR volume.
Men taking 5-ARIs should be followed up regularly using serial PSA testing if life
expectancy is > 10 years and if a diagnosis of PCa could alter management. A new
baseline PSA should be determined at 6 months, and any confirmed increase in PSA
while on 5-ARIs should be evaluated.
In patients receiving desmopressin, serum sodium concentration should be measured at
day 3 and 7 as well as after 1 month, and if serum sodium concentration has remained
normal, every 3 months subsequently. The following tests are recommended at follow-
up visits: serum-sodium concentration and frequency volume chart. The follow-up
sequence should be restarted after dose escalation.
Surgical treatment
Patients after prostate surgery should be reviewed 4-6 weeks after catheter removal to
evaluate treatment response and adverse events. If patients have symptomatic relief
and are without adverse events, no further re-assessment is necessary.
The following tests are recommended at follow-up visit after 4 to 6 weeks: IPSS,
uroflowmetry and PVR volume.
Recommendation LE GR
Follow-up for all conservative, medical, or operative treatment
modalities is based on empirical 3-4 C
data or theoretical considerations, but not on evidence-based
studies.
CONFLICT OF INTEREST
All members of the EAU Non-neurogenic Male LUTS Guidelines Panel have provided
disclosure statements on all relationships that they have that might be perceived to be a
potential source of a conflict of interest. This information is publically accessible through
the EAU website: http://www.uroweb.org/guidelines/. These Guidelines were developed
with the financial support of the EAU. No external sources of funding and support have
been involved. The EAU is a non-profit organisation, and funding is limited to
administrative assistance and travel and meeting expenses. No honoraria or other
reimbursements have been provided.